• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TGT DENGAN BANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TGT DENGAN BANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

TGT

DENGAN BANTUAN MEDIA AUDIO

VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

Dw. Bgs. Pt. Diva Ariesta1, I Nyn. Arcana2, I Gd. Margunayasa3

1Jurusan PGSD, 2Jurusan PG PGSD, 3Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: ariesta_diva@yahoo.com

1

,arcananyoman34@yahoo.com

2

,

pakgun_pgsd@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelas yang menerapkan model pembelajaran TGT dengan bantuan media audio visual dan kelas yang menerapkan model pembelajaran konvenional. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan post test only with non equivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus III Kecamtan Buleleng, Kabupaten Buleleng yang berjumlah 129 siswa. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 74 siswa. Sampel penelitian ditentukan dengan tehnik simple random sampling dengan cara undian. Pengumpulan data dengan menggunakan tes hasil belajar dengan soal pilihan ganda yang berjumlah 30 butir. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistisk inferensial yaitu uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelas yang menerapkan model pembelajaran TGT dengan bantuan media audio visual dan kelas yang menerapkan model pembelajaran konvenional (thitung =6,989 ; ttabel = 1,666). Rata – rata hasil belajar IPA dengan model pembelajaran TGT dengan bantuan media audio visualadalah 78.4 yang berada pada kriteria sangat tinggi. Sedangkan kelas yang belajar dengan model pembelajaran konvensional adalah 57,3 yang berada pada kriteria sedang. Jadi model pembelajaran TGT dengan bantuan media audio visualberpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

Kata-kata kunci: TGT, Media Audio Visual, Hasil Belajar Abstract

This research was aimed in knowing the differences of the students’ scores of Science class between the students, who were taught by using TGT with audio visual aids and the students, who were taught by using conventional teaching model. This research was a quasi experimental research with post test only with non equivalent control group design. The population of this research was all of the fifth grade students of elementary Cluster III of Buleleng District, Buleleng Regency. The number of the population were 129 students. The samples of this study were 74 students. The samples of the study were determined by using simple random technique. The samples were choosen by using lottery. The data colection was done by using 30 mutiple-choice tests. The descriptive statistic and inferensial statistic a t-score was used in the data analysis. The result of the study showed that there was a significant diference of the Science scores of the students between the students, who were taught by using TGT with audio visual aids and the students, who were taught by using conventional teaching model (counted =6,989 ; table = 1,666). The average score of the students, who were taught by using TGT with audio visual aids, was 78.4. This average score is in high criteria. Meanwhile, the average score of the students, who were taught by using conventional teaching method, was 57.3. This average score is in moderate criteria. Therefore, TGT with audio visual aids teaching method influenced the students’ score in Science class.

(2)

Key words : TGT, Audio Visual Media, Learning Results. PENDAHULUAN

Dewasa ini dunia pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini disebabkan oleh upaya pemerintah untuk terus memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Pemerintah terus berupaya meningkatkan sarana fisik maupun nonfisik yang dapat menunjang optimalnya proses pembelajaran. Pemerintah telah berulang kali melakukan penyempurnaan

kurikulum untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia. Hal ini dilakukan agar kurikulum yang diterapkan pada setiap

jenjang pendidikan benar-benar dapat

menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

Kurikulum yang saat ini berlaku di Indonesia adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum tingkat satuan

pendidikan adalah suatu kurikulum

operasional yang disusun dan diterapkan oleh tiap-tiap satuan pendidikan. Beberapa hal yang berubah setelah diberlakukannya KTSP yaitu setiap satuan pendidikan diberikan keleluasaan dalam menyusun kurikulumnya yang disesuaikan dengan potensi-potensi yang ada di setiap satuan pendidikan tersebut. (Depdiknas, 2006)

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam penerapannya di masa yang akan

datang. Untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia telah diupayakan

dengan berbagai cara/strategi oleh

pemerintah. Upaya-upaya pemerintah

tersebut sudah merambah hampir ke semua komponen pendidikan seperti penambahan jumlah buku-buku pelajaran, peningkatan kualitas guru, pembaharuan kurikulum dan peningkatan kualitas pembelajaran yang mencakup pembaharuan dalam model, metode, pendekatan dan media dalam proses pembelajaran.

Menurut Solihatin dan Raharjo

(2007:15) “kualitas dan keberhasilan

pembelajaran sangat dipengaruhi oleh

kemampuan dan ketepatan guru dalam

memilih dan menggunakan metode

pembelajaran”. Ini berarti, untuk mencapai kualitas pembelajaran yang tinggi pada

setiap mata pelajaran, maka pembelajaran

harus dikombinasikan dengan metode

pembelajaran yang tepat.

Salah satu upaya yang dilakukan

pemerintah untuk memperbaiki mutu

pendidikan di Indonesia adalah perubahan kurikulum. Kurikulum yang saat ini berlaku di Indonesia adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum tingkat satuan

pendidikan adalah suatu kurikulum

operasional yang disusun dan diterapkan oleh tiap-tiap satuan pendidikan. Beberapa hal yang berubah setelah diberlakukannya KTSP yaitu setiap satuan pendidikan diberikan keleluasaan dalam menyusun kurikulumnya yang disesuaikan dengan potensi-potensi yang ada di setiap satuan pendidikan tersebut. (Depdiknas, 2006)

Kualitas pembelajaran yang optimal dapat tercermin dari keterlibatan siswa

secara menyeluruh dalam proses

pembelajaran. Keterlibatan yang dimaksud adalah keterlibatan siswa dalam belajar, sesuai dengan pembelajaran berpusat pada siswa. Peran guru adalah sebagai motivator yaitu bertugas memotivasi siswa untuk

belajar dan fasilitator yaitu bertugas

menyediakan fasilitas penunjang

pembelajaran dan tentunya tugas guru yang paling signifikan adalah dapat membimbing

siswa secara berkelanjutan dalam

pembelajaran berpusat pada siswa tersebut. Selain itu, ditekankan oleh Dimyati dan Moedjiono (1991:1) bahwa pembelajaran

yang optimal adalah pembelajaran

menggunakan metode dan media yang tepat. Pendapat di atas didukung pula oleh Arsyad (1997:1) yang menyatakan bahwa dalam metodologi pembelajaran ada dua aspek yang menonjol yakni metode dan

penggunaan media yang sesuai.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut

sudah jelas tersurat bahwa untuk

menciptakan pembelajaran yang optimal harus menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi.

Pendidikan dasar khususnya di

sekolah dasar telah dirancang berbagai mata pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa. Salah satu mata pelajaran tersebut adalah IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). IPA

(3)

merupakan ilmu pengetahuan yamg berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan saja yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Ilmu Pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian kehidupan manusia dari sejak manusia itu mengenal diri dan alam sekitarnya (Suastra, 2009:1). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa IPA merupakan pengalaman individu manusia yang oleh masing-masing individu itu dirasakan atau dimaknai berbeda atau sama.

Berdasarkan pencatatan dokumen yang didapat peneliti pada guru mata pelajaran IPA di Gugus III Kecamatan Buleleng, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih tergolong rendah dan ada beberapa sekolah yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Berdasarkan observasi pada guru mata pelajaran IPA di Gugus III penyebab rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan guru masih banyak yang terlihat dominan

dalam proses pembelajaran sehingga

menyebabkan siswa lebih banyak berperan pasif dan kurangnya keterlibatan siswa

dalam proses pembelajaran. Hal ini

disebabkan guru jarang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk

menampilkan hasil pekerjaannya di depan kelas apakah tugas yang dibuatnya sudah benar atau salah. Hal ini akan menyebabkan siswa kurang memahami apa yang sedang dipelajari dan siswa enggan untuk bertanya meskipun mereka belum mengerti tentang

tugas yang diberikan. Kondisi ini

menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa

untuk belajar IPA. Siswa kurang

memperhatikan penjelasan guru selama

pembelajaran berlangsung, hal ini

menunjukkan bahwa siswa enggan untuk belajar IPA. Siswa kurang berpartisipasi dalam penyelasaian masalah yang diberikan dan mereka akan mengerjakan soal jika ditunjuk oleh guru. Selain itu, tidak ada siswa yang bertanya baik ketika pelajaran berlangsung maupun setelah pelajaran berakhir padahal mereka belum benar-benar memahami materi yang telah diberikan oleh guru. Hal ini menunjukkan rendahnya respon siswa terhadap pelajaran IPA.

Kurangnya penggunaan media

dalam proses pembelajaran IPA juga sangat mempengaruhi dalam proses pembelajaran. Sehingga menyulitkan siswa memahami

konsep pembelajaran yang dipelajari.

Pembelajaran seperti ini dapat

menyebabkan aktifitas, kreatifitas dan minat belajar siswa menjadi kurang, dimana hal seperti ini akan dapat berdampak pada hasil

belajar siswa khususnya pada mata

pelajaran IPA. Jika dilihat dari karakteristik siswa sekolah dasar yang berada pada tahap oprasional konkrit, peran media

sangat dibutuhkan dalam proses

pembalajaran, karena pada tahap ini siswa akan lebih mudah untuk memahami konsep yang diajarkan apa bila ada media dalam proses pembelajaran.

Masih banyaknya guru kurang

memahami bagaimana mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan siswa karena mereka terbiasa mengajar dengan memberikan ceramah sehingga apa yang disampaikan kepada siswa tidak maksimal. Oleh karena

itu, perlu upaya perbaikan proses

pembelajaran dengan menerapkan

pembelajaran yang berpusat pada siswa

(student centered) sehingga siswa dapat

aktif dalam pembelajaran. Salah satu alternatif yang dilakukan adalah dengan

menggunakan model pembelajaran TGT

(Teams Games Tournament) dengan

bantuan media audio visual.

Munurut Slavin (2010:13) TGT

merupakan turnamen akademik, dan

menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.

Model pembelajaran Teams Games

Tournament merupakan suatu model

pembelajaran dimana terdapat suatu

permainan akademik yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk

berkompetensi dalam upaya meningkatkan daya saing ataupun aktivitas hasil belajar siswa, dengan adanya daya saing yang tinggi akan mampu memotivasi siswa untuk lebih aktif dan berupaya meningkatkan hasil

belajarnya. Model pembelajaran Teams

Games Tournament merupakan model

(4)

pembelajaran dalam bentuk permainan

(games) akademik yang melibatkan

kelompok belajar yang heterogen, dimana hal ini dapat mendorong siswa untuk berkompetisi dalam meningkatkan hasil

belajarnya. Dengan menyajikan

pembelajaran IPA dalam bentuk permainan akan membuat siswa menjadi lebih aktif dan senang untuk melaksanakan pembelajaran, maka pembelajaran ini menjadi lebih bermakna dan hal ini akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari.

Sedangkan pengertian media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar (Gagne dalam Sadiman, 2009:6). Sementara itu Briggs (dalam Sadiman, 2009:6) berpendapat bahwa media adalah segala fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya.

Menurut Berlo (dalam Arsyad,

2003:51) media pembelajaran dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (a) Media visual ialah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra pengelihatan. Media ini merupakan salah satu media yang paling sering digunakan. Media ini terdiri dari media

yang tidak dapat diproyeksikan (

non-projected visual) dan media yang dapat

diproyeksikan (projected visual), (b) Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Program kaset suara dan program radio adalah bentuk dari media audio, (c) Media audio visual ialah merupakan kombinasi audio dan visual atau biasa disebut media pandang dengar.

Media audio visual akan lengkap dan optimal dalam penyajiannya sebagai bahan ajar kepada siswa. Selain itu dari media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas. Guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi tetapi beralih menjadi fasilitator belajar yaitu memberikan kemudahan bagi guru untuk para siswa (Sudarma & Parmiti, 2007:42)

Mengingan karakteristik siswa

sekolah dasar masih berada pada tahap

oprasional konkrit dimana pada tahap ini siswa akan lebih mudah untuk memahami konsep yang dipelajari dengan bantuan

benda kongkrit. Untuk itu diperlukan

penggunaan media dalam proses

pembelajaran IPA agar konsep IPA yang diajarkan mudah dipahami siswa serta

dengan menggunakan media dalam

melakukan pembelajaran selain

memudahkan siswa untuk memahami

konsep dari apa yang dipelajari, media juga dapat menarik minat siswa untuk belajar. Maka selain dengan menggunakan model yang tepat juga diperlukan penggunaan media yang tepat pula pada setiap kegiatan pembelajaran, begitu pula pada mata pelajaran IPA. Media audio visual adalah salah satu media yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran. Dimana media audio visual ini adalah penggabungan dari media audio yang berarti media yang dapat didengar dan media visual yang berarti media yang dapat dilihat. Jadi, media audio

visual merupakan media yang dapat

didengar dan dilihat. Salah satu contoh dari media audio visual adalah video, slide suara, televisi, dan komputer. Media ini sangat

cocok diterapkan dalam proses

pembelajaran karena dengan menggunakan media akan menambah minat dan perhatian siswa agar terlakaksana pembelajaran yang efektif.

Anitah (2010:55), menyatakan bahwa “media audio visual merupakan bentuk media pembelajaran yang menunjukkan unsur audio (pendengaran) maupun visual

(pengelihatan), yang dapat dipandang

maupun didengar suaranya”.

Kemp, dkk (dalam Uno, 2010:116)

menjabarkan kontribusi media dalam

kegiatan pembelajaran antara lain: (a) Penyajian materi ajar menjadi lebih standar, (b) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, (c) Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif, (d) Waktu yang dibutuhkkan untuk pembelajaran dapat dikurangi, (e) Kualitas belajar dapat ditingkatkan, (f) Pembelajaran dapat disajikan dimana dan kapan saja sesuai yang diinginkan, (g) Meningkatkan sikap positif peserta didik dan proses belajar menjadi lebih kuat atau baik.

Penggunaan model pembelajaran

TGT (Teams Games Tournament) dengan

(5)

diterapkan pada peserta didik karena dapat

menjadikan peserta didik lebih aktif

menyimak dan melakukan aktivitas

pembelajaran. Ini dikarenakan pada saat proses pembelajaran berlangsung peserta didik akan antusias menyimak materi karena materi disampaikan dengan media yang menarik perhatian siswa. Setelah itu, siswa akan aktif dalam proses pembelajaran

karena model pembelajaran TGT (Teams

Games Tournament) menuntut siswa lebih

aktif dan model ini sangat menyenangkan karena siswa diajak bermain sambil belajar.

Berdasarkan uraian di tersebut maka

peneliti mencoba untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Pengaruh Model

Pembelajaran TGT (Teams Games

Tournament) dengan Media Audio Visual

Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Semester Genap Tahun

Pelajaran 2012/2013 di Gugus III

Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng”.

METODE

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Gugus III Kecamatan Buleleng, kabupaten Buleleng pada rentang waktu semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Mengingat tidak semua variable

(gejala yang muncul) dan kondisi

eksperimen dapat diatur dan dikontrol

secara ketat, maka penelitian ini

dikategorikan penelitian eksperimen semu

(quasi experiment).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua kelas V SD di Gugus III Kecamatan Buleleng yang berjumlah 129 siswa. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik Simple Random

Sampling, tetapi yang dirandom adalah

kelas. Teknik random dilakukan dengan cara pengundian. Pengundian sampel dilakukan pada semua kelas, karena setiap kelas memiliki peluang yang sama untuk dipilih

menjadi sampel. Untuk mengetahui

kemampuan siswa kelas V masing-masing SD setara atau tidak, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan. Dari empat SD yang ada di Gugus III Kec Buleleng Kab. Buleleng, diadakan undian untuk mengambil

dua sekolah yang menjadi sampel

penelitian. Hasil undian diperoleh dua

sekolah yaitu SD 5 Jinengdalem dan SD 1 Poh Bergong. Kedua SD tersebut diundi

kembali untuk menentukan kelas

eksperimen dan kontrol. Hasil dari

pengundian tersebut yaitu SD 5

Jinengdalem sebagai kelas eksperimen dan SD 1 Poh Bergong sebagai kelas kontrol.

Kelas eksperimen menerapkan Model

Pembelajaran TGT (Teams Games

Tournament) dengan bantuan media audio

visual, sedangkan kelas kontrol dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Tes hasil belajar ini berupa tes pilihan ganda dengan jumlah soal 40 butir. Sebelum dipergunakan, tes tersebut diuji coba kepada siswa kelas V di SD gugus III kecamatan

Buleleng. Pengujian yang dilakukan

terhadap intrumen tersebut meliputi validitas soal, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda tes. Hasil uji validitas 30 soal layak untuk digunakan dalam penelitian.

Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu modus, median,

mean. Mean, median, modus hasil belajar

IPA siswa selanjutnya disajikan ke dalam kurva poligon. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan

kontrol. Hubungan antara mean (M), median

(Md), dan modus (Mo) dapat digunakan

untuk menentukan kemiringan kurva poligon distribusi frekuensi. Sebelum dilakukan pengujian untuk mendapatkan simpulan, maka data yang diperoleh perlu diuji normalitas dan homogenitasnya.

Uji normalitas data dilakukan

terhadap data hasil post test pada hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kontrol. Uji normalitas untuk skor hasil belajar IPA siswa di gunakan analisis Chi-Kuadrat dan uji homogenitas varians dengan uji-F. dan uji-t. digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

Uji homogenitas dilakukan dengan

pengelompokan berdasarkan model

pembelajaran Teams Games Tournament

dan konvensional. Untuk menghitung uji homogenitas menggunakan rumus uji-F. Dengan kriteria pengujian data homogen jika Fhitung < Ftabel pengujian dilakukan dengan

(6)

kebebasan untuk pembilang V1 = n1- 1 dan

derajat kebebasan untuk penyebut V2 = n2 – 1.

Rumus uji-t yang digunakan adalah

polled varians (n1 ≠ n2 dan varians homogen

dengan db = n1 + n2 – 2). HASIL

Hasil data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan stasistik

deskriptif dan statistisk inferensial yaitu uji-t. Data dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA siswa yang menerapkan model

pembelajaran TGT (Teams Games

Tournament) dengan bantuan media audio

visual pada kelas eksperimen dan model konvensional pada kelas kontrol. Berikut ini rangkuman hasil analisis deskriptif disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi Perhitungan Hasil Belajar Matematika

Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Modus (Mo) 25,75 16,78

Median (Md) 24,82 16,93

Mean (M) 23,5 17,18

Varians 19,18 15,57

Standar Deviasi 4,78 3,94

Berdasarkan Tabel 1, diketahui mean kelompok eksperimen lebih besar dari pada mean kelompok kontrol. Kemudian data hasil belajar IPA kelas eksperimen dapat disajikan ke dalam bentuk grafik poligon seperti pada Gambar 1.

0 2 4 6 8 10 14 17 20 23 26 29 Fr e kue ns i Nilai tengah

Gambar 1 Grafik Poligon Skor Data Kelompok Eksperimen

Modus (Mo), Median (Md), Mean (M)

digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa sebaran data kelompok siswa yang

mengikuti model pembelajaran TGT dengan

bantuan media audio visual merupakan juling negatif Mo>Md>M(25,75>24,82>23,5). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok eksperimen cenderung tinggi. Berdasarkan analisis data bahwa mean hasil belajar IPA siswa kelompok

eksperimen dengan menggunakan model

TGT (Teams Games Tournament) dengan

bantuan media audio visual adalah 23,5. Jika di-konversi ke dalam PAP Skala Lima, rata-rata hasil belajarnya adalah 78,4 berada pada kategori tinggi.

Distribusi frekuensi data hasil belajar IPA kelompok kontrol yang telah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional disajikan pada Gambar 2.

0 2 4 6 8 10 9 12 15 18 21 24 Fr e kue ns i Nilai tengah

Gambar 2 Grafik Poligon Skor Data Kelompok Kontrol

Modus (Mo), Median (Md), Mean (M)

digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa sebaran data kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional

merupakan juling positif Mo<Md<M

(

16,78

<

16,93

<

17,18

). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok

(7)

kontrol cenderung rendah. Berdasarkan analisis data bahwa mean hasil belajar IPA

siswa kelompok Kontrol dengan

menggunakan model konvensional adalah 17,21. Jika dikonversi ke dalam PAP Skala Lima , rata-rata hasil belajarnya adalah 57,3 berada pada kategori sedang.

Uji prasyarat yang meliputi uji

normalitas dan uji homogenitas. Uji

normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa frekuensi data hasil penelitian benar-benar berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas post-test

kelompok eksperimen diperoleh 2hitung =

0,551 dan 2tabel = 7,815 pada taraf

signifikansi 5% dan db= 6-2-1 = 3. Ini berarti bahwa 2hitung < 2tabel, maka data hasil

post-test siswa kelompok eksperimen

berdistribusi normal. Sedangkan hasil

perhitungan uji normalitas post-test kelompk kontrol, diperoleh 2hitung = 3,86 dan 2tabel =

7,815 pada taraf signifikansi 5% dan db = 6-2-1 = 3, ini berarti bahwa 2hitung < 2tabel

maka data hasil post-test kelompok kontrol berdistribusi normal. Berdasarkan data hasil

post-test kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung < Ftabel. Berdasarkan hasil

perhitungan uji homogenitas didapatkan Fhitung = 1,23 dan Ftabel = 1,72 dengan taraf

signifikasi 5%. Dengan demikian varians antar kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.

Berdasarkan hasil analisis uji

prasyarat hipotesis, diperoleh bahwa data

hasil belajar IPA siswa kelompok

eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t dapat dilakukan. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol

(H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan

dengan menggunakan uji-t sampel

independent (tidak berkorelasi) dengan

rumus polled varians dengan kriteria H0

ditolak jika thit > ttab dan H0 terima jika thit <

ttab. Rangkuman uji hipotesis disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji T Independent dengan Polled Varians

Kelas Varians n Db thitung ttabel Kesimpulan

Eksperimen 19,18 36

72 6,957 1,666 thitung > ttabel H0 ditolak

Kontrol 15,57 38

Berdasarkan tabel hasil perhitungan

uji-t, diperoleh thitung sebesar 6,957.

Sedangkan, ttabel dengan db = n1 + n2 – 2 =

36 + 38 – 2 = 72 dan taraf signifikansi 5% adalah 1,666. Hal ini berarti, thitung lebih

besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0

ditolak dan H1 diterima. Dengan demikan,

dapat diinterpretasikan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan hasil

pembelajaran IPA antara kelompok siswa

yang dibelajarkan dengan metode

pembelajaran Teams Games Tournament

dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional pada siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014 di Gugus III Kecamatan Buleleng Kecamatan Buleleng.

Berdasarkan deskripsi data hasil

penelitian, kelompok siswa yang

dibelajarkan dengan metode pembelajaran

Teams Games Tournament lebih baik

dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar IPA siswa. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran

Teams Games Tournament adalah 23,5

berada pada kategori sangat baik dan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional adalah 17,5

berada pada kategori sedang.Jika skor hasil

belajar IPA siswa kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik poligon tampak

(8)

bahwa kurva sebaran data merupakan juling negatif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung tinggi. Pada kelompok kontrol, jika skor hasil belajar IPA siswa digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar skor

siswa cenderung rendah.

Pembelajaran dengan model

pembelajaran Teams Games Tournament

dengan bantuan media audio visual

menekankan aktivitas pembelajaran yang

didominasi oleh siswa. Guru hanya

berperan sebagai mediator, pengarah, fasilitator, contohnya dalam menyiapkan lingkungan belajar yang mendukung proses pembelajaran. Melalui model pembelajaran

Teams Games Tournament dengan

bantuan media audio visual maka siswa akan merasa lebih senang untuk belajar IPA, karena proses belajar disertai dengan permainan yang sesuai dengan karakteristik siswa SD yaitu senang bermain, sehingga

siswa lebih tertarik untuk belajar,

merangsang siswa untuk saling

bekerjasama, berpartisifasi aktif, hal ini

menyebabkan siswa lebih mudah

memahami materi pelajaran yang

disampaikan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang

relevan mengenai penerapan model

pembelajaran TGT (Teams Games

Tournament) yang dilakukan oleh Putu Andi

Surya Prayoga (2012) pada siswa kelas IV SD Negeri 18 Pemecutan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar

Matematika antara kelas yang

menggunakan model pembelajaran TGT

(Teams Games Tournament) dengan kelas

yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil yang diperoleh dari

penelitian tersebut yakni kelas yang

menggunakan model pembelajaran TGT

(Teams Games Tournament) dapat

meningkatkan hasil belajar Matematika dari pada kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Serta penelitian yang dilakukan Ayu Eka Budiratningsih (2012) pada siswa kelas III di SD Negeri 1

Pacung menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar Matematika antara

kelas yang menggunakan model

pembelajaran TGT (Teams Games

Tournament) dan media berwawasan

lingkungan dengan kelas yang

menggunakan model pembelajaran

konvensional. Hasil yang diperoleh dari

penelitian tersebut yakni kelas yang

menggunakan model pembelajaran TGT

(Teams Games Tournament) dan media

berwawasan lingkungan dapat

meningkatkan hasil belajar IPA dari pada

kelas yang menggunakan model

pembelajaran konvensional.

Model TGT dengan bantuan media

audio visual yang diterapkan pada kelompok

eksperimen dan model pembelajaran

konvensional yang diterapkan pada

kelompok kontrol dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda pada hasil belajar IPA siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPA siswa. Secara deskriptif, hasil belajar IPA siswa kelompok

eksperimen lebih tinggi dibandingkan

dengan siswa kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar IPA dan kecenderungan skor hasil belajar IPA. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen adalah 23,5 berada pada katagori tinggi sedangkan skor hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol adalah 17,5 berada pada katagori sedang.

Berdasarkan analisis data

menggunakan uji-t diketahui thitung = 6,989

dan ttabel (db = 72 dan taraf signifikansi 5%) =

1,666. Hasil perhitungan tersebut

menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari

ttabel (thitung > ttabel) sehingga hasil penelitian

adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang belajar dengan model

pembelajaran TGT (Teams Games

Tournament) dengan bantuan media audio

visual dan kelompok siswa yang belajar

dengan model Konvensional. Adanya

perbedaan yang signifikan menunjukkan

bahwa penerapan TGT (Teams Games

Tournament) dengan bantuan media audio

visual berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.

Perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa yang menggunakan

model TGT (Teams Games Tournament)

dengan bantuan media audio visual dengan

siswa yang mengggunakan model

Konvensional dapat disebabkan perbedaan

(9)

pembeajaran. Pembelajaran dengan model

pembelajaran TGT (Teams Games

Tournament) dengan bantuan media audio

visual menekankan aktivitas pembelajaran yang didominasi oleh siswa. Guru hanya berperan sebagai mediator, pengarah, fasilitator, contohnya dalam menyiapkan lingkungan belajar yang mendukung proses pembelajaran. Melalui model pembelajaran

TGT (Teams Games Tournament) dengan

bantuan media audio visual maka siswa akan merasa lebih senang untuk belajar IPA, karena proses belajar disertai dengan permainan yang sesuai dengan karakteristik siswa SD yaitu senang bermain, sehingga

siswa lebih tertarik untuk belajar,

merangsang siswa untuk saling

bekerjasama, berpartisifasi aktif, hal ini

menyebabkan siswa lebih mudah

memahami materi pelajaran yang

disampaikan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Seperti yang dikemukakan oleh Dimyati dan Moedjiono (1991:1) bahwa

pembelajaran yang optimal adalah

pembelajaran menggunakan metode dan media yang tepat. Pendapat di atas didukung pula oleh Arsyad (1997:1) yang menyatakan bahwa dalam metodologi

pembelajaran ada dua aspek yang

menonjol yakni metode dan penggunaan media yang sesuai. Berdasarkan kedua pendapat tersebut sudah jelas tersurat bahwa untuk menciptakan pembelajaran yang optimal harus menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi.

Berbeda dengan model

pembelajaran Konvensional yang

disampaikan dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah, dan pemberian tugas. Hal ini menunjukkan aktivitas guru lebih banyak daripada aktifitas siswa dan siswa menjadi kurang

memahami mengenai pelajaran yang

mereka pelajari, karena dalam pembelajaran

konvensional sangat jarang terdapat

kegiatan mengingat kembali dan

menghubungkannya kembali dengan materi yang sudah pernah dipelajari sebelumnya dan mengaitkan kembali pada materi yang

sedang dipelajarinya. Dalam proses

pembelajaran siswa hanya pasif menerima materi yang disampaikan oleh guru.

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran TGT (Teams

Games Tournament) dengan bantuan

media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA semester ganjil siswa kelas V SD No. 5 Jinengdalem, Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. Terdapat perbedaan hasil

belajar siswa yang signifikan antara

kelompok siswa yang belajar menggunakan

model pembelajaran TGT (Temas Games

Tournament) dengan bantuan media audio

visual dengan kelompok siswa yang belajar

menggunakan model pembelajaran

konvensional pada siswa kelas V di Gugus III Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Rata-rata dari hasil belajar siswa yang menggunakan

model pembelajaran TGT (Temas Games

Tournament) dengan bantuan media Audio

Visual yaitu 23,5 sedangkan rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu 17,18.

Adanya perbedaan yang signifikan

menunjukkan bahwa model pembelajaran

TGT (Temas Games Tournament) dengan

bantuan media Audio Visual berpengaruh

positif terhadap hasil belajar siswa

dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A. Gede. 2011. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Undiksha Singaraja

Anitah, Sri. 2010. Media Pembelajaran.

Cetakan Kedua , Kadipiro Surakarta: Yuma Pustaka

Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. --- 1997. Media Pengajaran. Jakarta:

Erlangga.

Dimyanti dan Moedjiono. 1991. Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta:

(10)

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Sadiman. Arief S. dkk. 2009. Media

Pembelajaran: Pengertian,

Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Slavin, Robert E. 2010. Cooperative

Learning : Teori, Riset dan Praktik.

Terjemahan Narulita Yusron.

Cooperative Learning. 2005.

Cetakan Ke-VI. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative

Learning. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Suastra. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Undiksha Singaraja. Sudarma, I Komang & Desak Putu Parmiti.

2007. Modul Media Pembelajaran SI

PGSD. Singaraja: Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Pendidikan

Ganesha.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian

Administrasi (Dilengkapi dengan

Metode R&D). Bandung: Alfabeta

Uno, Hamzah. B. 2010. Profesi

Kependidiikan Problema, Solusi, dan

Reformasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Gambar

Gambar 2 Grafik Poligon Skor Data  Kelompok  Kontrol
Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji T Independent dengan Polled Varians  Kelas               Varians         n        Db           t hitung               t tabel                Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Website Band Bondan Prakoso &amp; Fade2Black dibangun menggunakan visualisasi multimedia Visual Studio.Net 2005 dengan teknologi Ajax serta menggunakan software pendukung

penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014) yang berjudul pengaruh keadilan organisasi pada kepuasan kerja dan turnover intention karyawan BPR di Kabupaten Tabanan

Kondisi optimum dicapai pada pH fasa sumber adalah 3, konsentrasi oksin 17,5 x 10 -4 M dalam kloroform, volume membran 20 mL, waktu kesetimbangan 15 menit, konsentrasi asam sulfat

Pada hari ini, Kamis tanggal dua puluh enam bulan Mei tahun Dua Ribu Empat Belas, bertempat di kantor Pengadilan Tata Usaha Negara Jayapura, POKJA ULP yang telah mengadakan

Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa pelaksanaan pengangkatan anak di Desa Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap dalam perspektif hukum Islam adalah tidak sah, apabila

Router is a device that will pass IP packet from one network to another network using addressing method and specific protocol to pass the packet data. Router has an ability to skip

Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut: (1) Batik Majapahit adalah batik yang dikerjakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah bekas kerajaan Majapahit

[r]