• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bab ini merupakan bagian awal dari studi yang akan memaparkan latar belakang mengenai dasar munculnya permasalahan studi dan mengapa studi ini penting untuk dilakukan, perumusan masalah, tujuan dan sasaran studi, lingkup studi, metodologi studi, sistematika pembahasan dan kerangka pemikiran.

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi yang terjadi pada beberapa dekade belakangan ini telah memberikan dampak pada berbagai sektor yang dapat dirasakan pengaruhnya oleh seluruh masyarakat dan negara di dunia. Globalisasi dapat didefinisikan sebagai proses integrasi dari negara-negara dan masyarakat dunia secara politik, ekonomi, dan budaya kedalam sebuah komunitas yang lebih luas (Levitt, 1983). Globalisasi memungkinkan terjadinya transfer data dan informasi secara cepat dan tanpa hambatan lintas negara diakibatkan oleh kemajuan yang pesat dalam bidang komunikasi. Hal ini memicu terjadinya apa yang disebut New International Division of Labour (NIDL). NIDL sendiri adalah suatu kondisi dimana perusahaan manufaktur melakukan subdivisi antara kantor pusat dan pabrik manufaktur pada lokasi yang berbeda, sehingga memungkinkan terjadinya maksimalisasi keuntungan dan minimalisasi biaya produksi (Schaeffer dan Mack, 1996). Dampak dari NIDL pada pemilihan lokasi industri adalah terjadinya perpindahan lokasi industri-industri manufaktur yang tergolong sebagai industri footloose (tidak terikat dengan lokasi pasar dan lokasi bahan baku produksi) dari negara maju menuju negara berkembang.

Industri manufaktur melakukan perpindahan lokasi dikarenakan negara-negara maju dianggap tidak kompeten lagi sebagai lokasi industri footloose. Pendapat ini terutama didasari oleh upah buruh yang tinggi, berbagai pajak yang besar, serta sewa lahan yang mahal. Pada pihak lain, negara-negara dunia ketiga dapat menyediakan lokasi industri dengan sewa lahan yang murah, upah buruh yang rendah, berbagai insentif dan keringanan pajak serta berbagai kemudahan

(2)

lainnya. Oleh karenanya, terjadilah perpindahan lokasi industri dari negara maju (negara barat) menuju negara berkembang (negara timur termasuk Asia).

Negara-negara berkembang di Asia terutama yang tergabung didalam ASEAN (Association of South East Asian Nation) cepat tanggap akan fenomena perpindahan industri footloose yang terlihat dari terciptanya berbagai kerjasama antar negara di Asia Tenggara terutama kerjasama yang bertujuan untuk meningkatkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh tiap negara sehingga dapat menarik investasi asing dalam bentuk industri footloose untuk melakukan kegiatan manufaktur di negaranya masing-masing (Heng, 2006). Kondisi ini dianggap menghasilkan trade-off yang saling menguntungkan antar kedua belah pihak, dimana industri footlose mendapatkan lokasi produksi dengan berbagai kemudahan yang mereka inginkan dan disisi lain negara-negara di Asia Tenggara mendapatkan investasi asing dalam bentuk industri asing yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi negaranya masing-masing.

Salah satu bentuk kerjasama antar negara di Asia Tenggara yang terkenal adalah kerjasama Singapura-Johor-Riau (Sijori). Kerjasama Sijori sendiri saat ini telah berkembang dengan cukup baik dan lebih dikenal dengan nama kerjasama Indonesia-Malaysia-Singapura Growth Triangle (IMS-GT), sekaligus menjadi pemrakarsa dari bentuk kerjasama Growth Triangle lainnya di Asia. Negara Indonesia khususnya Pulau Batam mendapatkan efek positif yang cukup besar dari bentuk kerjasama IMS-GT ini. Kondisi ini dikarenakan letak dari Pulau Batam yang strategis (dekat dengan Singapura dan Johor, Malaysia) sehingga Pulau Batam menjadi salah satu daerah di Indonesia yang mendapat keuntungan paling besar dari adanya kerjasama IMS-GT ini.

Kota Batam yang terletak di Pulau Batam telah mengalami kemajuan yang pesat akibat adanya kerjasama IMS-GT, khususnya pada peningkatan jumlah investasi asing yang masuk ke Kota Batam. Investasi asing yang masuk ke Kota Batam terus mengalami peningkatan dari tahun 1999 sebesar 2.323 juta dolar (setara 33,4 persen dari total investasi) menjadi 4.765 juta dolar pada tahun 2007, atau setara dengan 36,4 persen dari total investasi yang masuk ke Kota Batam.

(3)

Indikator lain yang dapat menggambarkan dampak positif yang diterima Kota Batam dari masuknya investasi asing adalah tumbuhnya jumlah perusahaan asing. Perusahaan asing yang ada di Kota Batam mengalami peningkatan yang pesat dalam kurun waktu dua tahun terakhir, dari 813 perusahaan pada tahun 2005 menjadi 973 perusahaan pada tahun 2007. Keberadaan perusahaan asing di Kota Batam juga menimbulkan kebutuhan atas lokasi industri, sehingga mendukung tumbuh kembangnya duapuluh enam kawasan industri untuk beroperasi di Kota Batam. Sektor ketenagakerjaan mengalami pertumbuhan dalam jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sebanyak 240.509 jiwa pada tahun 2007 dari 221.391 jiwa pada tahun 2005. Banyaknya investasi asing yang masuk dianggap berperan besar dalam pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 7,65 persen pada tahun 2006, dimana dalam distribusi pendapatan domestik regional bruto (PDRB) Kota Batam berdasarkan harga konstan tahun 2000, sektor dengan kontribusi terbesar adalah sektor industri pengolahan (manufacturing industry) yang memberikan pendapatan sebesar 18.145.379,99 juta rupiah atau sekitar 63,3 persen dari total pendapatan Kota Batam.

Berbagai indikator diatas telah menggambarkan bahwa kerjasama regional IMS-GT memberikan dampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan Kota Batam yakni tumbuh dan berkembangnya ekonomi Kota Batam yang berbasis pada sektor industri. Hal ini akan berdampak kepada pertumbuhan sektor-sektor lain yang merupakan bentuk permintaan turunan dari keberadaan kegiatan sektor industri, misalnya sektor perdagangan dan jasa, perumahan, sarana dan prasarana transportasi, dan lain sebagainya.

Keberadaan investasi asing ini selayaknya dapat menjadi stimulan dalam konteks perkembangan wilayah di Kota Batam. Pesatnya pertumbuhan investasi asing diharapkan dapat menjadi sebuah leading sector dalam pertumbuhan ekonomi Kota Batam dan menciptakan multiplier effect yang signifikan dalam pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya. Namun Pemerintah Kota Batam belum dapat memaksimalkan potensi investasi asing dalam bentuk industri asing yang dimiliki oleh Kota Batam ini.

(4)

Kendala yang umum terjadi bagi investasi asing berupa industri yang ingin beroperasi di Kota Batam adalah tumpang tindihnya kekuasaan Pemerintah dan Daerah dalam menerbitkan izin-izin investasi (Tim Peneliti The Habibie Center, 2002). Sedangkan kendala lainnya yag mungkin dihadapi oleh investasi asing yang berpotensi masuk ke Kota Batam adalah keberadaan pungutan liar, kenaikan tarif bahan baku dan energi, kelangkaan bahan baku, dan lain sebagainya (Kuncoro, 2005). Dengan karakteristik industri asing yang bersifat footloose, kondisi ini amat riskan apabila industri asing menganggap bahwa Kota Batam sudah tidak potensial bagi lokasi kegiatan produksi dan melakukan perpindahan lokasi industri sebagaimana banyak terjadi pada lokasi industri lainnya di Indonesia seperti di Cikarang, Karawang, dan daerah Jababeka. Apabila ketakutan akan pindahnya lokasi industri asing ini terjadi maka dikhawatirkan akan sangat berpengaruh terhadap kestabilan pertumbuhan dan perkembangan Kota Batam, terutama pada sektor penerimaan daerah yang akan merembet pada sektor ketenagakerjaan (pengangguran) yang diperkirakan akan juga mempengaruhi sektor-sektor turunan lainnya. Potensi akan terjadinya kondisi ini terlalu riskan untuk diabaikan sehingga dibutuhkan sebuah pemahaman yang memadai akan kondisi perindustrian yang terjadi di Kota Batam khususnya pada industri asing yang bersifat industri footloose sehingga Kota Batam dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi industri asing untuk melakukan kegiatan produksi, yang diharapkan akan berujung pada semakin tumbuh dan berkembangnya industri asing dan memberikan dampak multiplier yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan wilayah di Kota Batam.

1.2 Perumusan Masalah

Investasi asing yang masuk ke Kota Batam dalam bentuk industri asing secara langsung maupun tidak langsung telah menggerakkan pertumbuhan dan perkembangan Kota Batam. Hal ini menjadikan sektor industri di Kota Batam penting untuk dipertahankan dan dikembangkan semaksimal mungkin. Namun, didalam rangka pengembangan wilayah Kota Batam, proses trickling down dan spread effect yang dihasilkan oleh sektor industri ini harus diperhatikan dengan

(5)

baik. Trickling down merupakan proses keterkaitan (lingkage) antara industri manufaktur asing dengan industri lokal dalam hal penyediaan bahan baku bagi industri manufaktur sehingga terjadinya harmonisasi antar investasi asing dan investasi lokal yang ada, sedangkan spread effect merupakan proses terjadinya transfer teknologi dan investasi dari daerah yang lebih sejahtera menuju daerah yang kurang sejahtera (Myrdal, 1969).

Keberadaan spread effect dan trickling down effect ini salah satunya dapat dilihat dari adanya keterkaitan (linkage) antara industri asing dan industri lokal. Apabila keterkaitan ini tidak terbentuk secara baik maka dikhawatirkan Kota Batam hanya akan menjadi lokasi limpasan industri dari Singapura dan Malaysia serta akan timbul ketergantungan pada sektor ekonomi Kota Batam terhadap kehadiran industri asing. Kedua hal ini tentunya akan merugikan bagi pertumbuhan dan perkembangan Kota Batam itu sendiri.

Pemerintah Kota Batam masih cenderung berstrategi pada mendatangkan investasi asing dan dianggap kurang memperhitungkan keberadaan keterkaitan antara industri asing dan industri lokal. Hal yang kurang diperhitungkan ini penting dalam perumusan potensi Kota Batam dalam mendukung investasi asing dalam bentuk industri asing, sehingga pertumbuhan wilayah di Kota Batam dapat dioptimalkan. Bertolak dari latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, maka pertanyaan penelitian yang diajukan pada penelitian ini adalah “seberapa besar keterkaitan antara industri asing dan industri lokal di Kota Batam ?”

1.3 Tujuan dan Sasaran Studi

Studi ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengkaji kondisi keterkaitan antara industri asing dan industri lokal di wilayah studi. Adapun sasaran-sasaran yang ingin dicapai meliputi:

1. Mengidentifikasi keterkaitan yang terjadi antara industri asing dan industri lokal di Kota Batam (meliputi sektor industri dimana keterkaitan tersebut terbentuk, besaran keterkaitan yang dapat diukur, serta faktor yang mempengaruhi terjadinya keterkaitan tersebut);

(6)

2. Merumuskan potensi Kota Batam yang menunjang pengembangan sektor industri dimana keterkaitan tersebut terjadi;

1.4 Lingkup Studi

Untuk membatasi pembahasan yang akan dilakukan sehingga dihasilkan analisis yang spesifik dan mendalam, maka disusunlah batasan studi yang ditentukan dalam lingkup studi. Lingkup studi yang digunakan pada penelitian ini dibagi atas dua kategori, yakni lingkup wilayah dan lingkup materi.

Lingkup wilayah yang digunakan adalah keseluruhan wilayah administrasi Pulau Batam sebagaimana tercantum dalam Keppres No. 25 Tahun 2005 tentang perubahan kelima atas Keppres No. 41 Tahun 1973 tentang Daerah Industri Pulau Batam. Sedangkan lingkup materi yang digunakan dibatasi pada (1) keberadaan keterkaitan antar industri asing dan industri, besaran keterkaitan yang mungkin terjadi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keterkaitan, dan (2) dukungan serta potensi dukungan Kota Batam dalam bentuk sarana dan prasarana yang mendukung terjadinya keterkaitan antar industri berdasarkan pada indikator-indikator yang digunakan.

Definisi industri yang digunakan dalam studi disesuaikan dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, yakni kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Definisi yang digunakan untuk menggolongkan industri pada sektornya adalah sesuai dengan kriteria penggolongan industri yang terdapat pada tabel input output (IO). Industri lokal yang dimaksudkan pada studi ini adalah industri intermediate yang berada di wilayah Kota Batam dimana invetasi pendirian industri tersebut dimiliki oleh penduduk Indonesia (WNI), dan industri asing yang dimaksudkan pada studi ini adalah industri intermediate yang berada di wilayah Kota Batam dimana invetasi pendirian industri tersebut dimiliki oleh penduduk luar Indonesia (WNA).

(7)

Berdasarkan dampak sosioekomi asumsi yang akan digunakan sebagai indikator untuk menyatakan adanya keterkaitan antara industri lokal dan industri asing di Kota Batam tersebut maka definisi keterkaitan yang digunakan dalam studi ini adalah adanya pengaruh dari industri asing terhadap industri lokal yang menimbulkan permintaan terhadap barang produksi industri lokal sebagai bahan baku industri asing, terjadinya penyerapan tenaga kerja lokal oleh industri lokal, dan tumbuhnya industri lokal baru sebagai akibat permintaan tambahan dari bahan baku industri asing. Definisi penggunaan barang produksi industri lokal sebagai bahan baku industri asing adalah apabila jenis dan volume bahan baku yang dibutuhkan oleh industri asing sesuai dengan jenis dan volume barang produk industri lokal, dengan asumsi seluruh barang produk yang dihasilkan oleh industri lokal yang dipasarkan ke Kota Batam seluruhnya digunakan sebagai bahan baku industri asing yang mendapatkan bahan baku dari Kota Batam pula. Definisi tenaga kerja lokal adalah tenaga kerja yang tercatat di Kota Batam saat industri asing atau industri lokal tersebut didirikan, dan definisi tumbuhnya industri lokal baru sebagai akibat permintaan tambahan dari bahan baku industri asing adalah industri lokal dengan tahun pendirian yang sama atau lebih muda dari tahun pendirian industri asing pada subsektor industri yang sejenis.

Pada pihak lain, untuk mendefinisikan potensi yang dapat diberikan oleh Kota Batam dalam pengembangan sektor industri yang memiliki keterkaitan akan dilihat dari faktor-faktor yang dianggap berpengaruh dalam pemilihan lokasi industri di Kota Batam yakni faktor ketenagakerjaan (ketersediaan kuantitas dan kuantitas dan kualitas tenaga kerja sesuai kebutuhan sektor industri), faktor bahan baku dan energi (ketersediaan bahan baku industri serta ketersediaan energi air dan listrik), faktor sarana dan prasarana (transportasi darat dan laut), serta faktor kebijaksanaan pemerintah.

(8)

1.5 Metodologi Studi

Metode yang digunakan dalam studi ini meliputi metode pendekatan studi, metode pengumpulan data, serta metode analisis data yang akan diuraikan satu demi satu secara lebih spesifik.

1.5.1 Metode Pendekatan Studi

Untuk memudahkan pencapaian tujuan dari studi ini yakni mengkaji keterkaitan diantara industri asing dan industri lokal di wilayah studi, maka disusunlah langkah-langkah pendekatan studi sebagai berikut:

1. Identifikasi keberadaan keterkaitan antara industri asing dan industri lokal di Pulau Batam. Pada langkah ini akan dilakukan analisis untuk mengetahui subsektor industri yang menunjukkan adanya keterkaitan antara industri lokal dan industri asing di Pulau Batam. Subektor industri yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada enam subsektor industri di Kota Batam yang memiliki daya penyebaran dan derajat kepekaan tinggi (memiliki nilai indeks di atas 1). Berdasarkan hasil penelitian Hamidy (2006) mengenai pengaruh perkembangan sektor industri terhadap ekonomi wilayah Kota Batam, terdapat delapan subsektor industri yang memenuhi kriteria tersebut, yakni industri tekstil, industri kertas, industri kimia, industri logam dan barang logam, industri besi baja dasar, industri mesin dan alat listrik, industri elektronika, dan industri kendaraan bermotor.

2. Identifikasi besaran keterkaitan industri asing terhadap industri lokal di Pulau Batam. Pada langkah ini akan dilakukan penilaian terhadap besarnya keterkaitan pada subsektor industri menggunakan indikator berdasarkan definisi keterkaitan yakni penggunaan barang produksi industri lokal sebagai bahan baku industri asing, penyerapan tenaga kerja lokal oleh industri lokal, dan tumbuhnya industri lokal baru.

(9)

3. Mendefinisikan faktor yang mempengaruhi terjadinya keterkaitan antara industri asing dan industri lokal di Pulau Batam berdasarkan hasil wawancara terhadap pelaku sektor industri asing dan lokal. 4. Merumuskan dukungan dan potensi dukungan Kota Batam yang

mendukung terbentuknya keterkaitan antara industri asing dan industri lokal berdasarkan faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi industri di Kota Batam, yakni faktor ketenagakerjaan, bahan baku dan energi, sarana dan prasarana, serta kebijaksanaan pemerintah.

1.5.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam studi ini meliputi survei primer dan survei sekunder. Survei primer dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi dari industri asing dan industri lokal melalui wawancara terstruktur. Data yang didapatkan adalah karakteristik industri asing seperti persyaratan kualitas bahan baku, asal bahan baku, dan jumlah kebutuhan bahan baku, serta karakteristik industri lokal seperti volume dan jenis produksi, komposisi tenaga kerja yang dipekerjakan, dan backward industry.

Metode pengambilan sampel yang digunakan pada survei primer ini menggunakan kriteria proporsive sampling dimana jumlah sampel didistribusikan secara proprosional terhadap jumlah industri yang ada pada tiap subsektor industri yang diamati. Populasi industri asing dan industri lokal yang digunakan dalam perhitungan jumlah sampel pada studi ini adalah industri asing dan industri lokal pada subsektor industri yang sesuai yang tercatat di Badan Penanaman Modal (BPM) Kota Batam yang berjumlah 63 industri. Berdasarkan hasil perhitungan dari populasi industri, maka jumlah sampel minimum yang dibutuhkan adalah tigapuluh delapan (38) industri asing dan lokal di wilayah studi. Dalam survei primer ini tidak dilakukan wawancara pada sektor industri tekstil dan sektor industri kimia dikarenakan berdasarkan data yang digunakan dalam perhitungan jumlah sampel tidak diketemukan industri yang dapat digolongkan pada kedua sektor industri tersebut.

(10)

Survei primer ini dilakukan selama tiga bulan (Agustus-Oktober 2008) dengan hasil enam (6) industri asing dan enam (6) industri lokal yang berhasil diwawancarai. Faktor yang mempengaruhi sedikitnya jumlah responden terutama dikarenakan karena sulitnya proses administrasi dalam melakukan wawancara pada tiap industri. Meski jumlah industri yang berhasil diwawancarai terbatas dan berada dibawah jumlah sampel minimum yang dibutuhkan, namun survei primer ini berhasil menjaring responden dari masing-masing sektor industri yang diamati sehingga hasil dari survei primer ini dianggap kompeten untuk menggambarkan karakter industri lainnya yang terdapat di Pulau Batam. Sedangkan survei sekunder dilakukan pada instansi terkait atau hasil penelitian lain yang dianggap relevan dalam membantu proses studi ini. Hasil yang didapatkan pada survei sekunder ini antara lain adalah Rencana Tata Ruang Kota Batam 2004-2014, Batam dalam Angka 2007, Profil Kota Batam 2007, Sensus Industri Kota Batam 2006, serta berbagai peraturan dan peta wilayah studi terkait.

Mengenai kebutuhan data lain yang dapat menunjang kesempurnaan dari studi ini didapatkan dari studi literatur. Studi literatur terutama digunakan untuk mendapatkan teori-teori serta asumsi-asumsi terkait dengan sektor perindustrian, seperti teori mengenai keterkaitan antar industri, teori pemilihan lokasi industri, dan lain sebagainya.

1.5.3 Metode Analisis Data

Analisis atas data primer dan data sekunder dilakukan dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif, dan terbagi kedalam empat jenis, yakni analisis untuk mengetahui sektor industri yang memiliki keterkaitan antar industri asing dan industri lokal, analisis untuk mengetahui besaran keterkaitan antar industri yang terjadi, dan analisis untuk mengetahui potensi yang dimiliki Kota Batam dalam mendukung terjadinya keterkaitan antar industri di wilayah studi, serta analisis terhadap data sekunder yang dianggap relevan terhadap studi ini.

Analisis untuk mengetahui keterkaitan antar industri dilakukan dengan melihat input output yang dibutuhkan oleh industri asing dalam bentuk bahan

(11)

baku yang dibutuhkan dan industri lokal dalam bentuk barang produksi yang dihasilkan. Tiga indikator input output yang digunakan adalah penggunaan barang produksi dari industri lokal sebagai bahan baku bagi industri asing, penggunaan tenaga kerja lokal oleh industri lokal, dan masuknya investasi baru dalam bentuk industri lokal baru sebagai reaksi terhadap permintaan bahan baku dari industri asing.

Sektor industri dinyatakan memiliki kaitan antar industri dalam indikator penggunaan barang produksi dari industri lokal sebagai bahan baku bagi industri asing apabila industri lokal yang ada semakin mampu untuk menyediakan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan oleh industri asing dalam jenis bahan baku yang sesuai. Sektor industri dinyatakan memiliki kaitan antar industri dalam indikator penggunaan tenaga kerja lokal oleh industri lokal apabila struktur ketenagakerjaan pada industri lokal cenderung menggunakan tenaga kerja lokal yang tersedia di Kota Batam, dan sektor industri dinyatakan memiliki kaitan antar industri dalam indikator masuknya investasi baru dalam bentuk industri lokal baru sebagai reaksi terhadap permintaan bahan baku dari industri asing apabila industri asing yang ada dapat menyebabkan tumbuhnya industri lokal baru dengan tahun pendirian yang sama atau lebih muda bila dibandingkan dengan industri asing dengan tahun pendirian paling awal pada masing-masing sektor industri.

Setelah keberadaan keterkaitan antar industri pada masing-masing sektor industri telah teridentifikasi maka dapat dilakukan klasifikasi besaran keterkaitan yang ditentukan berdasarkan seluruh indikator yang digunakan. Sektor industri yang memiliki keterkaitan pada ketiga indikator yang telah dijelaskan sebelumnya tergolong memiliki keterkaitan tinggi, tergolong keterkaitan sedang jika memiliki keterkaitan pada dua indikator, dan tergolong keterkaitan rendah apabila hanya memiliki keterkaitan pada salah satu indikator.

Perbedaan pada besaran keterkaitan yang terjadi di masing-masing sektor industri dikarenakan adanya pengaruh dari empat faktor utama yang dipaparkan oleh pelaku industri asing dan lokal yakni siklus permintaan bahan baku industri asing yang terkait dengan siklus produksi barang jadi industri lokal, asal bahan

(12)

baku industri asing terkait dengan target pemasaran barang produksi industri lokal, prioritas pemilihan bahan baku industri asing terkait dengan prioritas produksi barang jadi industri lokal, serta prioritas pemilihan tenaga kerja industri lokal. Apabila siklus permintaan bahan baku yang digunakan oleh industri asing sesuai dengan siklus produksi barang jadi industri lokal maka keterkaitan antar industri akan semakin mudah untuk terbentuk, begitu pula apabila prioritas pemilihan bahan baku industri asing sudah sesuai dengan prioritas produksi barang jadi industri lokal. Mengenai asal bahan baku industri asing terkait dengan target pemasaran barang produksi industri lokal, apabila industri asing dan industri lokal sama-sama menggunakan pasar yang ada di Kota Batam sebagai prioritas dalam pembelian bahan baku industri asing dan disisi lain sebagai prioritas dalam memasarkan barang produksi industri lokal maka akan mempermudah terjadinya linkage diakibatkan adanya penghematan dalam biaya transportasi barang.

Faktor terakhir yang mempengaruhi terjadinya keterkaitan antar industri adalah jika industri lokal yang ada menggunakan prioritas pemilihan tenaga kerja industri lokal yang sesuai dengan karakteristik tenaga kerja yang tersedia di Kota Batam.

1.6 Sistematika Pembahasan

Pembahasan studi terbagi kedalam lima bab selain bab 1 yang sudah dijabarkan, yakni:

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

Bab ini berisikan tentang teori yang terkait dengan pembahasan studi yakni teori mengenai perencanaan pengembangan wilayah, teori keterkaitan antar industri, dan teori pemilihan lokasi industri. Bab ini bertujuan untuk membangun kerangka teoritis yang kuat dan terstruktur sehingga memudahkan untuk melaksanakan analisis studi sekaligus membatasi fokus pembahasan pada permasalahan yang diangkat.

(13)

BAB 3 GAMBARAN UMUM SEKTOR PERINDUSTRIAN

Bab ini berisikan gambaran fisik wilayah, gambaran sosial ekonomi, struktur industri yang terbentuk pada wilayah studi, serta gambaran sarana dan prasarana terhadap sektor industri yang terdapat di wilayah studi. Bab ini bertujuan untuk memberikan pengenalan dan pemahaman terhadap kondisi wilayah studi yang berpengaruh terhadap sektor perindustrian di Kota Batam.

BAB 4 ANALISIS KETERKAITAN ANTAR INDUSTRI

Bab ini merupakan inti dari studi dimana akan dilakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh baik dari primer maupun sekunder menggunakan kerangka analisis yang sesuai agar dapat mencapai sasaran-sasaran penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini akan mempermudah dalam menarik kesimpulan mengenai sektor industri apa saja yang memiliki keterkaitan, besaran keterkaitan yang terjadi, faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keterkaitan antar industri, serta dukungan dan potensi dukungan yang dimiliki oleh Kota Batam yang dapat mendorong terbentuknya keterkaitan antar industri asing dan industri lokal di wilayah studi.

BAB 5 KESIMPULAN

Bab ini merupakan penutup dari studi yang dilakukan dimana akan dipaparkan mengenai temuan studi yang dihasilkan dari proses analisis terutama untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, kesimpulan yang dapat ditarik, rekomendasi yang dapat diberikan pada Pemerintah Kota Batam maupun pada sektor industri di Kota Batam, keterbatasan studi yang terjadi, serta rekomendasi mengenai studi lanjutan yang dapat memperkuat temuan studi sekaligus untuk memperbaiki kelemahan studi.

(14)

Globalisasi memungkinkan terjadinya transfer data dan informasi secara cepat sehingga menghilangkan bentang jarak geografis

Timbulnya era New International Division of Labour (NIDL) yang menyebabkan perpindahan industri footloose dari negara maju ke negara berkembang

Masuknya industri asing ke Kota Batam menjadikan ekonomi Kota Batam berbasis industri

Pentingnya keterkaitan antara industri asing dan industri lokal agar ketergantungan akan keberadaan industri asing tidak terjadi. Apabila ketergantungan terhadap keberadaan industri asing terjadi maka Kota Batam hanya akan menjadi lokasi industri asing tanpa mendapatkan efek yang positif atas keberadaan industri asing tersebut.

Mengidentifikasi keterkaitan yang terjadi di wilayah studi serta mengidentifikasi potensi yang dimiliki Kota Batam yang mendorong terjadinya keterkaitan antar industri

Analisis terhadap enam sektor industri yang diduga memiliki keterkaitan antar menggunakan indikator input output

Analisis kondisi Kota Batam saat ini serta potensi masa depan terkait faktor pemilihan lokasi industri yang memiliki keterkaitan

Analisis besaran keterkaitan yang terjadi dan faktor yang mempengaruhi terjadinya keterkaitan antar industri

Analisis dukungan Kota Batam terhadap sektor industri pada masa kini dan di masa depan

Teridentifikasinya keterkaitan antara industri asing dan industri lokal di wilayah studi serta teridentifikasinya potensi Kota Batam yang mendorong terbentuknya keterkaitan tersebut

1. Pengembangan sektor industri yang memiliki keterkaitan antara industri lokal dan industri asing. 2. Pengembangan Kota Batam untuk mempertahankan

keterkaitan antar industri dan mendorong terbentuknya keterkaitan yang serupa pada masa depan

L at ar B el a k an g R u m u sa n M as al a h A n al is is K es im p u la n d a n R ek o m en d as i GAMBAR 1.1 KERANGKA PEMIKIRAN

(15)

Referensi

Dokumen terkait

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk

Penelitian yang dilakukan di TK AndiniSukarame Bandar Lampung betujuan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan melalui media gambar pada usia

Ketersediaan informasi lokasi rumah sakit, fasilitas dan layanan yang tersedia di rumah sakit dan tempat kejadian dapat tersedia secara jelas dan terkini sehingga penentuan

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur dan sembah sujud, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun