• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan sebuah entitas dalam kehidupan sosial, oleh karenanya selain sebagai mahluk individu, manusia juga dikenal sebagai mahluk sosial. Pengenaan manusia sebagai mahluk sosial dikarenakan adanya dorongan untuk berhubungan dengan orang lain dorongan untuk hidup secara bersama-sama. Dalam kehidupan yang seperti ini, proses komunikasi dan interaksi sangat diperlukan. Komunikasi dan interaksi tentu memerlukan suatu alat untuk meluluskannya. Bahasa salah satu alat tersebut.

Bahasa, masyarakat, dan budaya adalah tiga entitas yang erat terpadu [1]. Ketiadaan yang satu menyebabkan ketiadaan yang lainnya. Di dalam sebuah wadah masyarakat pasti hadir entitas bahasa. Demikian pula, entitas bahasa itu pasti akan hadir jika masyarakatnya ada. Masyarakat yang maju kebudayaannya dapat dipastikan juga berkembang dengan baik entitas bahasanya. Bahasa yang baik juga akan menunjukkan keberadaan masyarakatnya. Maka, sering kali bahasa disebut sebagai cermin dari sebuah masyarakat.

Menurut Halliday, bahasa mempunyai tujuh fungsi. Salah satunya adalah fungsi interaksional. Dalam fungsi ini, bahasa digunakan untuk menjamin terjadinya interaksi, memantapkan komunikasi, dan mengukuhkan komunikasi dan interaksi antarwarga itu sendiri [1]. Bahasa juga memiliki sifat yang unik. Artinya, dalam setiap bahasa mengandung ciri khas tersendiri yang tidak dipunyai oleh bahasa lain. Keunikan itu baik dari segi pembentukan kata, pembentukan kalimat, hingga pelafalan atau bunyi bahasa tersebut hampir tidak ada yang sama.

Indonesia merupakan negara yang wilayahnya sangat luas, ± 7,9 juta km2 termasuk zona ekonomi eksklusif [2]. Struktur wilayah Indonesia yang terbagi ke dalam kepulauan ikut memengaruhi keberagaman suku bangsa dan latar belakang budaya, serta bahasa daerah. Berdasarkan laporan hasil penelitian Kekerabatan dan Pemetaan Bahasa-Bahasa di Indonesia yang dilakukan Badan Bahasa, hingga

(2)

keseluruhan bahasa daerah itu, menurut situs web www.ethnologue.com, Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah dengan jumlah penutur terbanyak hingga mencapai 84,3 juta penutur [4]. Hal ini disebabkan oleh persebaran penduduk Indonesia yang tidak merata. Menurut Badan Pusat Statistik, sejak tahun 1930, sebagian besar penduduk Indonesia bermukim di pulau Jawa.

Kepadatan penduduk di pulau Jawa, meski didominasi oleh suku Jawa itu sendiri, masih menyisakan ruang-ruang bagi suku lain untuk tinggal dan bermukim di pulau Jawa. Di propinsi D.I Yogyakarta, tercatat suku luar Jawa yang tinggal di propinsi tersebut mencapai 3,18 % [5]. Pembangunan daerah yang tidak merata juga menjadikan pulau Jawa sebagai sentra pendidikan di Indonesia. Dengan demikian, banyak anak-anak muda dari luar pulau Jawa yang melanjutkan pendidikan mereka di Pulau Jawa. Tercatat, di kota Malang, lebih dari 50.000 mahasiswa yang berasal dari luar pulau Jawa, dengan pertumbuhan sekitar 1.000 mahasiswa tiap tahunnya [6]. Di kota Yogyakarta, menurut Kesbangpor, asrama mahasiswa daerah mencapai 73 asrama. Hal pertama yang harus dihadapi oleh suku luar Jawa yang bermukim di pulau Jawa, baik masyarakat biasa maupun mahasiswa, adalah proses adaptasi terhadap budaya baru. Budaya ini termasuk di dalamnya adalah bahasa. Ketidakmampuan dalam berinteraksi sangat memungkinkan terjadinya kecemasan. Hal ini dibuktikan oleh Nurlette [7] yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa 5 dari 10 mahasiswa asal Ambon yang menempuh pendidikan di Unsoed, sulit berkomunikasi dengan rekan mereka yang berasal dari Jawa. Pada akhirnya, kecemasan (anxiety) sangat erat kaitannya dengan penurunan konsentrasi.

Selain dari permasalahan komunikasi antar-suku, kepunahan bahasa daerah juga terus menjadi isu yang diperbincangkan. Meski Bahasa Jawa masih menjadi bahasa daerah dengan penutur terbanyak di Indonesia, namun gejolak urbanisasi dan perkawinan antar-etnik yang cenderung meningkat mendorong hilangnya daya hidup bahasa daerah [4]. Oleh karenanya, penting untuk melakukan upaya pembiasaan penggunaan budaya dan bahasa daerah baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun sekolah sebagai upaya perlindungan terhadap bahasa daerah.

(3)

Menurut Sugiyono [4], perlindungan terhadap bahasa dilakukan sekurang-kurangnya dua tingkat, yaitu tingkat dokumentasi dan tingkat revitalisasi. Tingkat dokumentasi diterapkan pada bahasa yang sudah tidak ada harapan untuk digunakan kembali oleh masyarakatnya. Sedangkan tingkat revitalisasi digunakan untuk pelestarian bahasa yang masih digunakan oleh penutur dari sebagian generasi muda dalam hampir semua ranah, baik keluarga, agama, serta kegiatan adat. Tahapan dalam melakukan revitalisasi adalah pendokumentasian, pengkajian, dan penyusunan bahan revitalisasi, seperti kamus, tata bahasa, dan bahan ajar.

Mesin penerjemah, yang merupakan bagian dari natural language processing, mengambil peran sebagai revitalisasi bahasa dalam upaya pelestarian bahasa daerah, selain sebagai jembatan penghubung komunikasi antar-suku dengan pendekatan teknologi. Mesin penerjemah yang melibatkan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa sebagian besar dibangun dengan pendekatan berbasis aturan, seperti yang dilakukan Nurwarsito [8], Ummul Choiroh [9], dan Angga Fabiano [10]. Kekurangan dari mesin penerjemah berbasis aturan yaitu durasi pengembangan yang relatif lama, sehingga kerap menimbulkan kemacetan (bottleneck) [11]. Dan juga, ditilik dari sisi keakuratan hasil terjemahan, mesin penerjemah dengan berbasis aturan mempunyai nilai keakuratan yang rendah [12]. Untuk itu, pendekatan berbasis statistik hadir sebagai cara untuk menanggulangi permasalahan yang terdapat pada pendekatan berbasis aturan.

Dengan pendekatan statistik pada mesin penerjemah, keterlibatan manusia pada pengembangannya dapat direduksi. Selain itu, mesin penerjemah dengan pendekatan stastistik mempunyai waktu pengembangan yang lebih pendek [12]. Keuntungan lain yang diperoleh dari pendekatan statistik yakni dalam hal penguasaan bahasa tertentu [13]. Karena sifatnya yang umum, pendekatan statistik tidak memerlukan penguasaan bahasa tertentu dalam membangunnya. Hal ini dikarenakan mesin penerjemah dengan pendekatan statistik memanfaatkan korpus-korpus paralel dari bahasa yang akan diterjemahkan sebagai bahan baku penerjemahan.

(4)

induk sebuah negara. Hal ini dikarenakan bahasa nasional masih menjadi pilihan utama dalam proses literer, sehingga memudahkan dalam penyusunan korpus paralel. Imbasnya, korpus paralel bahasa-bahasa nasional telah banyak disediakan untuk bahan penelitian maupun pengembangan mesin penerjemah, berbeda halnya dengan bahasa selain bahasa nasional, seperti bahasa daerah. Minimnya literer dalam bahasa-bahasa daerah mengakibatkan keterbatasan akses pada korpus paralel untuk bahasa daerah. Artinya, masih terdapat ruang untuk mengeksplorasi lebih jauh mesin penerjemah berbasis statistik pada bahasa daerah. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil pendekatan statistik untuk diterapkan pada mesin penerjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.

Korpus paralel merupakan hal penting pada mesin penerjemah statistik dikarenakan peran vitalnya dalam menentukan kualitas terjemahan [12][13][14][15]. Maksudnya, semakin banyak jumlah kalimat pada korpus paralel, semakin baik pula kualitas terjemahan yang dihasilkan oleh mesin penerjemah statistik. Namun, selain jumlah dari korpus paralel, nilai bobot dari parameter yang dipunyai oleh mesin penerjemah statistik juga mempunyai peran penting dalam menentukan kualitas terjemahan mesin penerjemah statistik [16]. Parameter pada mesin penerjemah statistik adalah phrase translation table, language model, reordering model, dan word penalty.

Tiap parameter tersebut memiliki nilai bobot yang berbeda. Pemberian nilai bobot yang tepat terhadap tiap parameter tersebut akan memberikan hasil yang baik pada terjemahan. Pencarian nilai bobot yang paling tepat pada tiap parameter disebut dengan tuning. Dengan demikian, penelitian ini juga akan melakukan proses tuning untuk menemukan nilai bobot yang paling tepat pada tiap parameter untuk mendapatkan hasil terjemahan terbaik.

1.2 Perumusan masalah

Dari latar belakang yang dipaparkan pada Subbab 1.1, lahirlah beberapa rumusan masalah yang akan diangkat pada penelitian ini, yaitu:

1. Masih terdapat kekurangan pada mesin penerjemah berbasis aturan (rule-based) seperti waktu pengerjaan yang lama, bootle neck, dan

(5)

kebutuhan akan pengetahuan yang mendalam terhadap suatu bahasa. 2. Diperlukan penambahan proses tuning pada mesin penerjemah statistik

untuk mendapatkan hasil terjemahan terbaik dari mesin penerjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.

3. Minimnya penelitian tentang mesin penerjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa yang menggunakan pendekatan statistik.

1.3 Keaslian penelitian

Masa-masa sebelum ini telah diadakan penelitian yang berkaitan dengan mesin penerjemah ahasa Indonesia dan beberapa bahasa daerah. Nurwarsito [8] dalam penelitiannya membangun aplikasi kamus Bahasa Indonesia yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa daerah Jawa dan Madura. Aplikasi ini berbasiskan layanan web. Dalam rangka pemudahan penggunaan, Adyatma [17] menerapkan algoritme straightforward matching di dalam aplikasi penerjemah yang meliputi Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Palembang. Dengan algoritme tersebut, pencarian dan pencocokan kata dapat dilakukan. Penelitian ini berbasis mobile application dengan menggunakan Java ME. Aplikasi penerjemah Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa dan Jawa krama juga dikembangkan oleh Priharyanto [18]. Aplikasi ini telah menggunakan sistem operasi Android. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah terjemahan kata dalam Bahasa Jawa dan juga aksara Jawa yang diperoleh dari masukan Bahasa Indonesia. Penelitian-penelitian itu masih mempunyai batasan yaitu hanya menerjemahkan antarkata. Sedangkan untuk mesin penerjemah antarkalimat, setidaknya telah dilakukan dua penelitian. Afifah [19] melakukan penelitian untuk mesin penerjemah kalimat Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa. Begitu juga dengan Soyusiowati [20] yang mengembangkan aplikasi kamus penerjemah kalimat tunggal Bahasa Indonesia-bahasa Sasak berbasis WAP. Namun demikian, penelitian-penelitian tersebut masih menggunakan pendekatan berbasis aturan (rule based) dalam pengerjaannya.

(6)

penerjemah statistik untuk menerjemahkan bahasa Perancis ke dalam bahasa Inggris. Selanjutnya, Philipp Koehn, dkk. [22] melakukan penelitian mesin penerjemah stastistik untuk menerjemahkan bahasa-bahasa di Eropa ke dalam bahasa Inggris dengan menggunakan metode berbasis-frase (phrase-based). Untuk kawasan Asia, Nusai [23] melakukan penelitian tentang mesin penerjemah statistik yang menggunakan algoritme EM (Expectation Maximization) untuk penerjemahan kata benda dari bahasa Thailand ke dalam bahasa Inggris.

Penelitian tentang mesin penerjemah dengan pendekatan statistik yang melibatkan Bahasa Indonesia juga telah ada. Seperti penelitian yang menerjemahkan Bahasa Indonesia - bahasa Jepang, yang dilakukan oleh Bernardia Puspasari [24]. Yenny Astuti [12] melakukan penelitian yang mengembangkan algoritme mesin penerjemah berbasis statistik bahasa Inggris- Bahasa Indonesia yang menitik-beratkan pengembangan algoritme untuk pemaksimalan hasil terjemahan pada frasa preposisional. Hanzel Tanuwijaya [25] juga melakukan penelitian untuk menerjemahkan dokumen Inggris-Indonesia dengan pendekatan statistik. Ada juga beberapa aplikasi mesin penerjemah yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai sumber datanya, yakni: Rekso Translator, Translator XP, dan KatakuTM [12].

Sedangkan untuk penelitian yang menerapkan pendekatan stastistik pada Bahasa Indonesia ke bahasa daerah, Adres Ginting [14] telah menerapkannya dengan mengambil objek dan data dari bahasa daerah Karo. Berikutnya, Aji P. Wibawa [26] mengangkat disertasi dengan topik mesin penerjemah yang mengambil obyek penelitian Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa. Penelitian tersebut menggunakan penggabungan dua pendekatan, yakni pendekatan berbasis contoh (example based) dan berbasis statistik (statistical based). Selain itu, ada juga aplikasi berbasis web bernama Cammane yang menggunakan Bahasa Jawa, Melayu, dan Sunda sebagai datanya. Namun, hasil evaluasi dari aplikasi tersebut tidak disebutkan. Hal ini mendorong untuk dilakukannya sebuah pengembangan mesin penerjemah Bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang teruji hasil terjemahannya.

(7)

Beberapa penelitian yang menjadi rujukan penelitian ini disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Penelitian rujukan

1. Peneliti Tujuan Penelitian Metode (Pendekatan) 2. Nurwarsito [8] Membuat aplikasi kamus

untuk menerjemahkan kata Bahasa Indonesia ke Bahasa Jawa dan Madura.

Berbasis aturan (rule based)

3. Priharyanto [18] Membuat aplikasi kamus untuk penerjemahan kata Bahasa Indonesia ke Bahasa Jawa dan Jawa karma.

Berbasis aturan (rule based)

4. Afifah [19] Membuat aplikasi kamus penerjemah kalimat tunggal Bahasa Indonesia ke Bahasa Jawa.

Berbasis aturan (rule based)

5. Ginting [14] Membuat penerjemah kalimat Bahasa Indonesia ke dalam bahasa daerah Karo.

Berbasis statistik. Namun belum dievaluasi secara otomatis, dan tidak melakukan tuning. 6. Aneerav Sukho,

dkk. [15]

Penerjemahan antara bahasa Inggris dan bahasa Mauritian Creole.

Berbasis statistik namun tidak menelaah nilai bobot parameter dengan proses tuning.

(8)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Menerapkan pendekatan statistik (statistic based) pada mesin penerjemah untuk Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.

2. Mencari bobot terbaik dari model parameter pada tuning for quality untuk menentukan hasil terjemahan terbaik mesin penerjemah statistik Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.

3. Mengevaluasi hasil terjemahan dari mesin penerjemah stastistik Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa secara otomatis.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu:

1. Membantu masyarakat luas untuk mempelajari Bahasa Jawa. 2. Membantu masyarakat dalam proses interaksi lintas suku.

3. Memberikan sumbangsih tersendiri dalam upaya pelestarian dan pembiasaan kembali penggunaan bahasa daerah di lingkungan masyarakat.

1.6 Sistematika Penulisan Penelitian

Sistematika penulisan merupakan gambaran umum mengenai alur penelitian dari tiap bab dari penelitian. Sistematika penulisan pada penelitian ini meliputi :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi uraian singkat mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat dari penelitian yang dilakukan. Tak lupa juga, pada bab ini dijabarkan sistematika penulisan dari penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Tinjauan pustaka merupakan bagian dari penelitian yang membahas tentang jurnal atau penelitian-penelitian yang pernah dilakukan, yang secara garis

(9)

besar mempunyai muatan yang sama dengan penelitian yang dilakukan. Sedangkan dasar teori adalah kajian literer mengenai teori-teori yang digunakan pada penelitian. Juga terdapat sub bab mengenai pertanyaan penelitian ataupun hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian berisi beberapa bagian, yaitu : alat penelitian, bahan penelitian, dan jalan penelitian. Alat penelitian memaparkan perangkat-perangkat, baik keras maupun lunak, yang digunakan dalam penelitian. Bahan penelitian menjelaskan tentang bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian. Dan jalan penelitian menjabarkan alur dari penelitian yang dilakukan. Pada jalan penelitian juga memaparkan mengenai metodologi dari penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian berisi hasil dari implementasi sistem dan hasil dari penelitian. Selanjutnya dilakukan pembahasan mengenai hasil yang telah diperoleh. Pembahasan tersebut juga termasuk di dalamnya pengomparasian hasil dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan metode penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan berisi penjelasan menyeluruh dari penelitian yang telah dilakukan, yang disajikan secara singkat. Penyajian dari kesimpulan bisa berupa paragraf maupun poin-poin. Saran berisi rekomendasi kepada penelitian selanjutnya. Rekomendasi-rekomendasi tersebut diberikan berlandaskan kepada kekurangan yang terdapat pada penelitian yang telah dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui tingkat kinerja Bus Patas trayek Probolinggo-Malang, dan Untuk mengetahui (supply) armada yang sesuai

Berdasarkan gambar1 di atas didapatkan bahwa dari 85 responden yang diteliti sebagian besar (87,1%) responden menyatakan puas terhadap pelayanan keperawatan di Ruang

Adapun hambatan-hambatan yang ditemui oleh Reserse Kriminal Polres Tulang Bawang dalam mengungkap tindak pidana pembunuhan : dapat ditinjau dari faktor subtansi

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan FGD pada orang tua atau keluarga korban, anak yang menjadi korban, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pejabat dari instansi terkait,

Secara parsial, variabel kualitas layanan yang terdiri dari: dimensi variabel bukti fisik (tangibles) dan empati (emphaty) berpengaruh secara signifikan dan

BILLY TANG ENTERPRISE PT 15944, BATU 7, JALAN BESAR KEPONG 52100 KUALA LUMPUR WILAYAH PERSEKUTUAN CENTRAL EZ JET STATION LOT PT 6559, SECTOR C7/R13, BANDAR BARU WANGSA MAJU 51750

Penelitian ini difokuskan pada karakteristik berupa lirik, laras/ tangganada, lagu serta dongkari/ ornamentasi yang digunakan dalam pupuh Kinanti Kawali dengan pendekatan

signifikan 0,403 > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa faktor promosi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat nasabah dalam pembiayaan Implan pada PT Bank Syariah