• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Brotodiharjo (2003:2) dalam buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Brotodiharjo (2003:2) dalam buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak

2.1.1 Pengertian Pajak

Menurut Brotodiharjo (2003:2) dalam buku “Pengantar Ilmu Hukum Pajak” mengemukakan bahwa :

“Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum dalam menyelenggarakan pemerintahan.”

Sementara itu pengertian pajak Menurut Zain (2008:11) menyatakan bahwa :

“Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan terlebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.”

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran kepada negara yang bersifat memaksa dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk kemakmuran masyarakat.

2.1.1.1 Fungsi Pajak

Fungsi Pajak menurut Resmi (2011:3) dalam buku “Perpajakan Teori dan Kasus” terdapat dua fungsi pajak yaitu :

A. Fungsi Budgeter (Sumber Keuangan Negara)

Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin

(2)

maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturaan berbagai jenis pajak seperti Pajak Pengahasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain-lain.

B. Fungsi Regulerend (Pengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur adalah:

1. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli barang mewah. Semakin mewah suatu barang maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba untuk mengonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah).

2. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan: dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi

(3)

(membayar pajak) yang tinggi pula, sehingga terjadi pemertaan pendapatan.

3. Tarif pajak ekspor sebesar 0% dimaksudkan agar para pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga dapat memperbesar devisa negara.

4. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industri tertentu seperti industri semen, industri rokok, industri baja, dan lain-lain: dimaksudkan agar terdapat penekanan produksi terhadap industri tersebut karena dapat mengganggu lingkungan atau polusi (membahayakan kesehatan).

5. Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi: dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi di Indonesia. 6. Pemberlakuan tax holiday: dimaksudkan untuk menarik investor asing

agar menanamkam modalnya di Indonesia. 2.1.1.2 Pengelompokan Pajak

Menurut Waluyo (2013:12) pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, adalah sebagai berikut:

1. Menurut golongan atau pembebanan, dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan.

(4)

2) Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai. 2. Menurut Sifat

1) Pajak Subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajaknya.

Contoh : Pajak Penghasilan

2) Pajak Objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan dari Wajib Pajaknya.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah.

3. Menurut pemungut dan pengelolaannya, dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, serta Bea Materai.

2) Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Daerah.

Contoh ; Pajak Parkir, Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan, Pajak Bumi dan Bangunan.

(5)

2.1.1.3 Syarat Pemungutan Pajak

Syarat-syarat pemungutan pajak dalam buku Mardiasmo (2012:2) yaitu : 1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat keadilan)

Pemungutan pajak yang dikenakan secara adil dan melihat kemampuan Wajib Pajak dalam membayar pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis) Pemungutan pajak yang diatur dalam pasal 23 ayat 2 UUD 1945 untuk memberikan jaminan hukum yang adil baik bagi negara maupun Warga Negara Indonesia.

3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)

Pemungutan pajak harus menjaga keseimbangan kehidupan perekonomian dan tidak menganggu kehidupan ekonomi dari Wajib Pajak.

4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial)

Pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga biaya pemungutan pajak tidak terlalu besar.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Pemungutan pajak dilakukan secara sederhana yang berguna bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

(6)

2.1.1.4 Teori Pemungutan Pajak

Menurut Suandy (2008:28) terdapat lima teori pemungutan pajak yaitu : 1) Teori Asuransi

Teori Asuransi merupakan teori pemungutan pajak dimana pembayaran pajak yang dibayarkan oleh warga negara sebagai premi untuk mendapatkan perlindungan dari negara.

2) Teori Kepentingan

Teori kepentingan merupakan teori pemungutan pajak dimana negara memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari warga negaranya berdasarkan pada kepentingan masing-masing individu.

3) Teori Gaya Pikul

Dasar teori pemungutan pajak ini adalah asas keadilan yaitu setiap orang yang dikenakan pajak harus sama besarnya atau adil dan pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak berdasarkan kemampuan ekonomi Wajib Pajak.

4) Teori gaya Beli

Teori ini menekankan bahwa pembayaran pajak yang dilakukan masyarakat kepada negara dimaksudkan untuk memelihara kesejahteraan masyarakat dalam negara yang bersangkutan.

5) Teori Bakti

Teori Bakti ini menekankan pada negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak dan sebagai organisasi yang mempunyai tugas untuk

(7)

menyelenggarakan kepentingan umum maka rakyat harus membayar pajak kepada negara sebagai kewajiban dan tanda bakti kepada negara.

2.1.1.5 Sistem pemungutan pajak

Dalam buku Mardiasmo (2009:7) sistem pemungutan pajak dibagi atas tiga macam yaitu :

1. Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemungut pajak untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh seseorang atau Wajib Pajak. 2. Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak pada suatu tahun pajak.

3. Witholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang pada pihak ketiga (selain Fiskus dan Wajib Pajak) untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang pada suatu tahun pajak.

2.1.2 Pajak Daerah

2.1.2.1 Pengertian Pajak Daerah

Menurut Mardiasmo (2006:12) pajak daerah yaitu:

“Pajak Daerah adalah iuran yang diwajibkan dilakukan oleh pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dipaksakan berdasarkan peraturan perunang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.”

(8)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mendefinisikan bahwa:

“Pajak daerah ialah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat.”

Definisi tersebut mengambil kesimpulan bahwa pajak daerah itu wajib bersifat memaksa yang berdasarkan Undang Undang dengan tujuan untuk memakmurkan rakyat demi keperluan daerah dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung yang digunakan untuk membangun rumah tangga daerah.

2.1.2.2 Jenis Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

a. Pajak yang Dikelola Provinsi

Ada lima jenis pajak yang dikelola oleh provinsi yaitu Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok.

1) Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau

(9)

peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor.

4) Pajak Air Permukaan

Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.

(10)

5) Pajak Rokok

Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah.

b. Pajak yang Dikelola Kabupaten/Kota

Ada 11 jenis pajak yang dikelola oleh Kabupaten/Kota, pajak yang termasuk pajak yang dikelola Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut : 1) Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

2) Pajak Restoran

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.

3) Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

(11)

4) Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.

5) Pajak Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.

7) Pajak Parkir

Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di lu ar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan

(12)

tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.

8) Pajak Air Tanah

Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.

9) Pajak Sarang Burung Walet

Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi.

10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.

(13)

11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan.

2.1.2.3 Tarif Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, ditentukan besarnya tarif Pajak Daerah sebagai berikut :

a. Pajak Provinsi

1. Pajak Kendaraan Bermotor 10% (sepuluh persen).

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 20% (duapuluh persen). 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 10% (sepuluh persen). 4. Pajak Air Permukaan 10% (sepuluh persen).

5. Pajak Rokok 10% (sepuluh persen). b. Kabupaten atau Kota

1. Pajak Hotel 10% (sepuluh persen). 2. Pajak Restoran 10% (sepuluh persen).

3. Pajak Hiburan 35% (tiga puluh lima persen). 4. Pajak Reklame 25% ( dua puluh lima persen). 5. Pajak Penerangan Jalan 10% (sepuluh persen).

(14)

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 25% (dua puluh lima persen). 7. Pajak Parkir 30% (tiga puluh persen).

8. Pajak Air Tanah 20% (dua puluh persen).

9. Pajak Sarang Burung Walet 10% (sepuluh persen).

10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 0,3% (nol koma tiga persen).

11. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5% (lima persen). 2.1.3 Pajak Parkir

2.1.3.1 Pengertian Pajak Parkir

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 mendefinisikan bahwa:

“Pajak Parkir adalah atas penyelanggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yg disediakan sebagai suatu usaha termasuk tempat penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.”

Sedangkan menurut Pandiangan (2007:49) Pajak Parkir adalah sebagai berikut:

“Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha, maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor, yang memungut bayaran.”

Maka dapat disimpulkan definisi dari Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi maupun badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan parkir dalam usahanya maupun penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

(15)

2.1.3.2 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Parkir

Pemungutan Pajak parkir di Indonesia saat ini di dasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat, dasar hukum pemungutan pajak parkir pada suatu kabupaten atau kota adalah:

1. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan restribusi daerah.

2. Undang Undang Nomor 34 tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan restribusi daerah.

3. Peraturan pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah. 4. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang pajak parkir. 5. Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang pajak parkir sebagai

aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang pajak parkir pada kabupaten/kota.

2.1.3.3 Objek Pajak Parkir

Menurut Prakoso (2005:78) Objek pajak parkir yakni penyelenggara tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

Klasifikasi tempat parker diluar badan jalan yang dikenakan pajak parkir : 1. Gedung parkir

(16)

3. Garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran 4. Tempat penitipan kendaraan bermotor

Ada beberapa pengecualian objek pajak parkir yaitu sebagai berikut:

1. Penyelenggaran tempat parkir oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 2. Penyelenggaran parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan asing, dan

lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik.

3. Penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dalam pemerintah daerah. 4. Subjek pajak parkir yakni orang pribadi atau badan yang melakukan

pembayaran atas tempat parkir

5. Wajib pajak parkir yakni orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir.

6. Dasar pengenaan pajak parkir yakni jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untik pemakaian tempat parkir.

7. Tarif pajak parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30% yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

8. Besarnya pajak terutang. Besarnya pokok pajak parkir yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.

9. Tempat pemungutan pajak parkir yang terutang yakni di wilayah tempat parkir.

2.1.3.4 Dasar Pengenaan Pajak Parkir

Menurut Siahaan (2011:90) dalam bukunya yang berjudul tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah dijelaskan bahwa Pengenaan dasar Pajak parkir yaitu

(17)

jasa atau jumlah pembayaran yang dibayarkan kepada penyelenggara tempat parkir yang dimiliki oleh perorangan atau badan. Dasar pengenaan tersebut di tetapkan dengan peraturan daerah yang didasarkan pada klasifikasi daya tampung, tempat parkir dan banyaknya kendaraan bermotor. Setiap kendaraan bermotor yang parkir di tempat parkir yang berada di luar badan jalan akan dikenakan tarif parkir yang ditetapkan oleh pengelola tarif parkir, ini merupakan pembayaran yang harus diserahkan oleh pengguna tempat parkir untuk pemakaian tempat parkir.

2.1.3.5 Tarif Pajak Parkir

Besarnya tarif pajak parkir ditetapkan sesuai peraturan Perundang-Undangan Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah yaitu paling tinggi tiga puluh persen (30%), tujuannya untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk menetapkan tarif pajak parkir karena setiap daerah kota atau kabupaten untuk menetapkan besarnya tarif pajak mungkin berbeda-beda, asalkan tidak melebihi dari target yang telah ditetapkan (30%).

2.1.3.6 Perhitungan Pajak Parkir

Perhitungan pajak yang terutang menurut Siahaan (2011:91) dalam bukunya yang berjudul Pajak Daerah dan Retribusi daerah khususnya pajak parkir, dilakukan dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak.

(18)

Secara umum perhitungan pajak parkir sesuai dengan rumus berikut: Pajak Terutang = Tarif Pajak x Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran atau yang Seharusnya Dibayar Kepada Penyelenggara Tempat Pakir.

2.1.4 Efektivitas

2.1.4.1 Pengertian Efektivitas

Menurut Mahmudi (2010:143) menyatakan bahwa:

“Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan atau sasaran akhir kebijakan. Semakin besar output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan suatu pengukur keberhasilan terhadap organisasi dalam pencapaian tujuannya. Organisasi tersebut dikatakan efektif apabila telah berhasil mencapai apa yang diharapkan. (Mardiasmo,2002) Efektivitas digunakan untuk mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan tujuan atau target yang telah ditetapkan.

Untuk menganalisis tingkat efektivitas pajak parkir menggunakan rumus : Efektivitas

=

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 𝑥 100%

Halim (2008:234) menjelaskan mengukur efektivitas secara lebih rinci digunakan kriteria berdasarkan keputusan Kapmendagri No.690.900.327 Tahun 1996 tentang pedoman penilaian dan kinerja keuangan yang disusun dalam tabel 2.1 :

(19)

Tabel 2.1

Klasifikasi Pengukuran Efektivitas

Presentase Kriteria >100% Sangat Efektif 90-100% Efektif 80-90% Cukup Efektif 60-80% Kurang Efektif <60% Tidak Efektif

Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 tahun 1996

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa apabila persentase yang dicapai lebih dari 100% berarti sangat efektif dan apabila persentase kurang dari 60% berarti tidak efektif.

2.1.5 Kontribusi

2.1.5.1 Pengertian Kontribusi

Menurut Handoko (2013:2) kontribusi adalah besaran sumbangan yang diberikan atas sebuah kegiatan yang dilaksanakan. Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah memberikan sumbangan dalam penerimaan PAD. Dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan cara membandingkan penerimaan pajak daerah (khususnya pajak parkir) periode tertentu dengan penerimaan PAD periode tertentu pula. Semakin besar hasilnya berarti semakin besar pula peranan pajak daerah terhadap PAD, begitu pula sebaliknya jika hasil

(20)

perbandingannya terlalu kecil berarti peranan pajak daerah terhadap PAD juga kecil Mahmudi (2010:145).

Untuk rumus perhitungan kontribusi:

Kontribusi = 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 𝑥 100%

Adapun kriteria kontribusi berdasarkan keputusan Kapmendagri No.690.900.327 Tahun 1996 yang di sajikan pada tabel 2.2 :

Tabel 2.2

Klasifikasi Pengukuran Kontribusi

Presentase Kriteria 0,00-1-% Sangat Kurang 10,10-20% Kurang 20,10-30% Seang 30,10-40% Cukup baik 40,10-50% Baik >50% Sangat Baik

Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 tahun 1996 2.1.6 Pendapatan Asli Daerah

2.1.6.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Menurut Mardiasmo (2002:132) Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari penerimaan sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil

(21)

perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang disahkan.

Sedangkan definisi Pendapatan Asli Daerah yang dikemukakan oleh Halim (2004:94) adalah:

“Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan daerah yang utama dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Karena penyelenggara pemerintahan di daerah terlaksana dengan baik apabila didukung oleh dana yang memadai, disamping dana yang berasal dari pusat.

2.1.6.2 Sumber Pendapatan Asli Daerah

Menurut Halim (2004: 94) sumber pendapatan daerah terdiri atas: 1. Pendapatan Asli Daerah, yaitu:

a. Hasil Pajak Daerah b. Hasil Retribusi Daerah

c. Hasil Perusahaan Milik Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah. d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

2. Dana Perimbangan 3. Pinjaman Daerah.

(22)

Sumber-sumber pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pasal 157 tentang Pemerintah Daerah, yaitu :

1. Pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD yaitu :

a. Hasil pajak daerah yaitu Pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah daerah yang hasilnya digunakan untuk pengeluaran umum yang balas jasanya tidak langsung diberikan sedang pelaksanannya bisa dapat dipaksakan.

b. Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah daerah bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walau harus memenuhi persyaratan-persyaratan formil dan materiil, tetapi ada alternatif untuk mau tidak membayar, merupakan pungutan yang sifatnya tidak menonjol, dalam hal-hal tertentu retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.

c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan

(23)

daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik perusahaan daerah yang dipisahkan, sesuai dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan dareah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah pendapatan daerah, memberi jasa, dan memperkembangkan perekonomian daerah.

d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan-pendapatan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas. Lain-lain usaha daerah yang sah mempunyai sifat yang pembuka bagi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan baik berupa materi dalam kegitan tersebut bertujuan untuk menunjang, melapangkan, atau memantapkan suatu kebijakan daerah di suatu bidang tertentu.

2. Dana perimbangan diperoleh melalui bagian pendapatan daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan baik dari pedesaan, perkotaan, pertambangan sumber daya alam dan serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah dari sumber lain misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

(24)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Judul Peneliti Variabel

(X,Y) Hasil Penelitian Efektivitas Dan Kontribusi Penerimaan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Manado Kesek (2013) X1: Efektifitas Penerimaan Pajak Parkir X2: Kontribusi Penerimaan Pajak Parkir Y: Pendapatan Asli Daerah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap tahun target dan realisasi penerimaan pajak parkir meningkat dengan tingkat efektivitas dan besarnya kontribusi yang bervariasi. Tingkat efektivitas tertinggi pajak parkir terjadi tahun 2012 sebesar 155,89% dan terendah tahun 2010 sebesar 69,14%. Secara keseluruhan, kontribusi pajak parkir terhadap PAD masih sangat kurang selama tahun 2009-2012 dengan rata-rata kontribusi sebesar 1,65% namun

kontribusi pajak parkir menunjukan perkembangan yang baik karena selalu meningkat setiap tahunnya.

Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame dan Pajak Parkir pada Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Pratiwi (2016) X1: Efektifitas Pajak Hotel Pajak Restoran, Pajak Reklame dan Pajak Parkir X2: Kontribusi Pajak Hotel Pajak Restoran, Pajak Reklame dan Pajak Parkir Y: Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan hasil analisis, rata-rata efektivitas pemungutan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak

parkirkota Tangerang tahun 2010-2014 sangat efektif dan rata-rata kontribusi pemungutan hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkirkota Tangerang tahun 2010-2014 sangat kurang.

Tinjauan Atas Efektivitas Pajak Parkir Dan Sufraeni (2010) X1: Efektifitas Penerimaan Pajak Parkir

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap tahun target penerimaan pajak parkir selalu

(25)

Kontribusinya Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan Daerah Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung X2: Kontribusi Penerimaan Pajak Parkir Y: Pendapatan Asli Daerah

realisasi yang mampu melebihi target yang direncanakan.

Naik dan turunnya kontribusi pajak parkir di pengaruhi oleh banyak atau sedikitnya penyediaan

lahan parkir, kesadaran wajib pajak yang meningkat dan bertambahnya objek pajak parkir. Analisis Kontribusi Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Nariana dan Khairani (2012) X: Kontribusi Penerimaan Pajak Parkir Y: Pendapatan Asli Daerah

Hasil perhitungan regresi linear sederhana dari regresi partial menunjukkan bahwa kontribusi pajak parkir berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini didasarkan pada t hitung sebesar 3,657 dengan nilai value sebesar 0,035 pada tingkat alfa 5%. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan oleh pajak parkir dapat meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah Kota Palembang.

Peran Pemungutan Pajak Parkir Dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Malang Puspitasari, Wilopo dan Prasetya (2016) X: Peran Pemungutan Pajak Parkir Y: Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan hasil penetian ditemukan bahwa perolehan hasil pajak parkir di Kota Malang dari tahun 2009 hingga tahun 2013 telah mengalami

peningkatan yang diikuti dengan pertumbuhan presentase realisasi penerimaan yang naik turun. Perolehan tersebut terbesar terjadi ditahun 2013 sebesar 141,18%. Sedangkan

presesntase realisasi terkecil terjadi di tahun 2009 yaitu 100,42%. Tingkat kontribusi dari perolehan realisasi pajak parkir yang ditunjukkan terhadap realisasi pendapatan asli daerah kota malang tahun 2009-2013 kurang baik dengan rata-rata kriteria yang dicapai sangat rendah. Hal ini dikarenakan peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(26)

cukup tinggi akan tetapi tidak diikuti dengan penerimaan yang sedikit selisihnya dari tahun ke tahun.

Pengaruh Pemungutan Pajak Parkir Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (Dpkad) Kabupaten Purwakarta Ilahi (2014) X: Pemungutan Pajak Parkir Y: Pendapatan Asli Daerah

Hasil penelitian menujukan tingkat efektivitas pajak parkir tahun 2009-2013 bervariasi. Tingkat efektivitas tertinggi pajak parkir terjadi tahun 2010 sebesar 109,4% dan terendah tahun 2013

sebesar 73,5%. Target penerimaan pajak parkir selalu naik dan diiringi dengan tercapainya realisasi yang mampu melebihi target yang direncanakan. Naik dan turunnya rasio efektivitas dan rasio pertumbuhan pajak parkir dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya penyediaan lahan parkir, kesadaran wajib pajak yang meningkat dan bertambahnya objek pajak parkir.

2.3 Kerangka Pemikiran

Di dalam suatu Negara terdapat sebuah penerimaan yang salah satu sumber pemasukannya berasal dari pajak. Pentingnya pajak di dalam suatu instansi atau perusahaan dikarenakan pajak merupakan sumber penerimaan bagi negara. Setiap pemasukan dari pajak bagi pemerintah diharapkan penerimaannya dapat optimal sesuai dengan target dan potensi yang telah ditetapkan karena pajak itu sangat berpengaruh bagi pembangunan nasional (Faradila, 2017).

Oleh sebab itu, tanpa adanya biaya yang memadai untuk melaksanakan pembangunan, dimana pembiayaan pembangunan di negara kita sebagian besar berasal dari penerimaan pajak. Maka baik pemerintah maupun masyarakat harus bersama-sama menegakkan kesadaran bahwa pentingnya membayar pajak.

(27)

Dimana pengertian pajak menurut kutipan Rahayu dan Suhayati (2010:1) menyatakan bahwa :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.”

Seperti yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa pajak dapat dipungut oleh pemerintah berdasarkan UU yang telah ditetapkan dan digunakan untuk pengeluaran Negara. Pajak yang dipungut oleh pemerintah tersebut merupakan salah satu penerimaan pendapatan terbesar Negara, baik pendapatan pusat maupun pendapatan asli daerah. Dimana pengertian PAD menurut Kertabudi (2007:2) adalah :

“Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Undang-undang.”

Dalam penelitian ini difokuskan pada salah satu Pajak Daerah yaitu Pajak Parkir. Siahaan (2013:469) mengemukakan bahwa berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

Salah satu upaya Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Pajak Daerah adalah mengefektifkan sektor pendapatan pajak khususnya pajak parkir. Menurut Mahmudi (2010:143) efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Dikatakan efektif apabila proses kegiatan

(28)

mencapai tujuan atau sasaran akhir kebijakan. Semakin besar output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.

Efektivitas digunakan untuk mengukur hubungan anatara hasil pungutan suatu pajak dengan tujuan atau target yang telah ditetapkan (Mardiasmo,2002). Dari hasil penelitian terdahulu (Utami, 2008) efektivitas pelaksanan pemungutan pajak parkir dengan penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandung terdapat pengaruh yang signifikan dengan bersifat positif.

Dengan efektifnya pajak parkir maka akan meningkatkan penerimaan pajak, dimana diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemasukan kas Negara yang berimplikasi terhadap pembangunan nasional.

Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution yang artinya adalah sumbangan. Menurut Mahmudi (2010:145) Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah memberikan sumbangan dalam penerimaan PAD. Dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan membandingkan penerimaan pajak daerah (khususnya pajak parkir) periode tertentu dengan penerimaan PAD periode tertentu pula.

Hasil penelitian terdahulu (Nariana dkk, 2012) perhitungan regresi linear sederhana dari regresi partial menunjukkan bahwa kontribusi pajak parkir berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan oleh pajak parkir dapat meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah.

(29)

Dengan demikian dapat digambarkan kerangka pemikiran tersebut seperti gambar berikut ini :

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Sugiyono (2010:64) adalah:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat Kontribusi Pemungutan Pajak Parkir (X2) Mahmudi (2010:145) -Realisasi Penerimaan Pajak Parkir -Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (Y) Halim (2004:94) -Sumber Pendapatan Asli Daerah Efektivitas Pemungutan Pajak Parkir (X1) Mahmudi (2010:143) -Realisasi Penerimaan Pajak Parkir - Target Penerimaan Pajak Parkir

(30)

pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.”

Berdasarkan model kerangka penelitian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Pengaruh Efektivitas Pemungutan Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah. H01 : Efektivitas pemungutan pajak parkir tidak berpengaruh terhadap pendapatan

asli daerah.

Ha1 : Efektivitas pemungutan pajak parkir berpengaruh terhadap pendapatan asli

daerah.

2. Pengaruh Kontribusi Pemungutan Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah. H02 : Kontribusi pemungutan pajak parkir tidak berpengaruh terhadap pendapatan

asli daerah.

Ha2 : Kontribusi pemungutan pajak parkir berpengaruh terhadap pendapatan asli

daerah.

3. Pengaruh Efektivitas dan Kontribusi Pemungutan Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah.

H03 : Pengaruh efektivitas dan kontribusi pemungutan pajak parkir tidak

berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.

Ha3 : Pengaruh efektivitas dan kontribusi pemungutan pajak parkir berpengaruh

Gambar

Tabel 2.3  Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan teori semiotik yang dipergunakan dalam penelitian, bagian varian diharapkan mampu membedah fungsi yang terkandung dalam Geguritan Jaé Cekuh..

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Pangkalpinang sebagai hasil interpretasi terhadap SPFAIB (Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum) sekaligus untuk mengetahui

Kesimpulan: Terdapat perbedaan aktivitas antibakteri umbi bawang dayak yang mengandung senyawa flavonoid terhadap pertumbuhan enterococcus faecalis dan

Ada sesuatu dari paras dan sorot matanya yang anggun, yang membuat Vrey tidak bisa... Tapi, pengalaman hidupnya sebagai pencuri selama beberapa tahun telah

mengusulkan untuk menerima hipotesis alternatif (ha) dan menolak hipotesis nol (h0), yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara hasil belajar kelompok siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kelayakan perangkat pembelajaran yang meliputi kesahihan (validitas), keterlaksanaan pembelajaran, keterampilan proses sains

Likuiditas dengan nilai minimum sebesar 0.16 yang diperoleh dari PT. ATPK Resources Tbk pada tahun 2014. Nilai maksimum sebesar 851.65 yang diperoleh dari PT. Perdana

Jackson menjelaskan bahwa kegiatan kunci yang merupakan bagian dari rekrutmen adalah (Nuryanta, 2008) menentukan kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang