BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 RENCANA PENAMBANGAN
2.1.1 Metode Dan Tata Cara Penambangan
Penambangan di wilayah IUP PT. XYZ ini akan menggunakan metode penambangan terbuka (open pit mining) dengan sistem berjenjang (benching system). Metode penimbunan yang dilakukan adalah penimbunan kembali lahan bukaan tambang (back filling). Dasar pemilihan metode ini adalah :
1. Kondisi morfologi daerah penyelidikan termasuk ke dalam satuan perbukitan bergelombang relief kuat dan bergelombang relief lemah terutama untuk daerah yang mengandung seam batubara.
2. Sasaran batubara yang akan ditambang sampai dengan 13 seam dengan
kemiringan antara 120 - 480.
3. Batubara dekat dengan permukaan sehingga nisbah kupas keseluruhan > 5:1.
4. Geoteknik lokasi penambangan menunjukkan penambangan dapat
dilakukan dengan menggunakan kemiringan lereng 450 untuk tinggi
lereng 85 meter.
5. Pit Penambangan terdiri atas 3 Blok, yaitu Blok I, II, dan III. Sehingga penambangan dapat dilakukan per blok dan bertahap sesuai kemajuan agar dapat dilakukan proses penimbunan kembali (back filling) dan proses rehabilitasi lahan dapat dilakukan dengan mudah.
Tahap kegiatan dalam operasi penambangan terbuka adalah sebagai berikut :
1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
3. Pengupasan Tanah penutup (Overburden Remove) dan penimbunan lapisan tanah penutup
4. Penambangan dan Pengangkutan Batubara (Coal Mining & Hanling) ke stockpile
5. Reklamasi Daerah Bekas Penambangan (Mine Rehabilitation)
Gambar 2.1 Kegiatan Penambangan
Secara garis besar, kegiatan penambangan dapat dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu persiapan penambangan, operasi penambangan, dan pasca penambangan. Gambar 2.1 menunjukkan bagan alir urutan atau tahapan kegiatan dalam penambangan.
2.1.1.1 Persiapan Penambangan
Kegiatan persiapan penambangan adalah pembebasan lahan yang dilakukan sebelum kegiatan konstruksi fisik dan penambangan. Pembebasan lahan akan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembebasan lahan dilakukan sejak tahap eksplorasi yang dilakukan secara bertahap dan dilakukan dengan cara musyawarah dengan mediator Kepala Desa setempat. Proses pembebasan lahan sering membutuhkan waktu yang cukup lama, sebab banyaknya kepentingan yang masuk kedalamnya. Dukungan Pemerintah Daerah sangat menentukan dalam proses ini.
Pemerintah Daerah setempat harus bisa menentukan status lahan yang akan dibebaskan, apakah hak milik, hak rakyat atau tanah Negara yang digunakan untuk usaha lain.
Kegiatan lain dalam persiapan penambangan adalah membangun sarana-sarana penunjang seperti jalan angkut, unit pengolahan batubara, stockpile, gudang bahan bakar, perkantoran dan lain-lain.
2.1.1.2 Operasi Penambangan
Setelah sarana penunjang dan lahan yang akan ditambang telah siap, maka tahap berikutnya adalah melakukan operasi penambangan. Urutan kegiatan dalam operasi penambangan adalah sebagai berikut:
1. Pembersihan lahan / area (land clearing).
2. Pengelolaan lapisan soil dan tanah pucuk (top soil management). 3. Pemindahan dan pengelolaan tanah penutup (overburden removal). 4. Penambangan batubara (coal mining).
5. Pengangkutan batubara (coal hauling) ke Unit Pengolahan.
2.1.1.3 Pembersihan Lahan / Area (land clearing)
Pembersihan lahan/area dimaksudkan untuk membersihkan area dari tumbuhan termasuk pohon yang dapat mengganggu aktifitas penambangan. Pembersihan lahan dapat menggunakan bulldozer yang dilengkapi dengan
wire rope untuk menarik pohon. Untuk pohon yang berukuran besar, maka
pohon-pohon tersebut dikumpulkan di lokasi-lokasi yang telah ditentukan untuk mempermudah kegiatan inventarisasi dalam rangka kompensasi kepada negara ataupun pemanfaatan lebih lanjut.
2.1.1.4 Pengelolaan Tanah Pucuk (top soil management)
Setelah pembersihan lahan dari tumbuhan termasuk pohon, maka selanjutnya dapat dilakukan kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup bagian atas atau tanah pucuk. Lapisan tanah pucuk harus dibongkar,
dipindahkan dan dikelola dengan baik, terpisah dari lapisan tanah penutup di bawahnya. Hal ini dilakukan agar lapisan tanah pucuk itu nantinya akan dapat dipergunakan untuk keperluan reklamasi dan pasca-tambang.
Rangkaian kegiatan pengelolaan lapisan tanah pucuk terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Penggalian dan pengumpulan lapisan soil dan tanah pucuk.
2. Pengangkutan lapisan soil dan tanah pucuk kelokasi pengumpulan dan pemeliharaan lapisan soil dan tanah pucuk, atau penyebaran lapisan soil dan tanah pucuk di lokasi-lokasi yang siap direklamasi.
Ketebalan rata-rata lapisan tanah pucuk di IUP PT. XYZ berkisar antara 0,2 – 0,5 meter. Penggalian dan pemuatan dapat dilakukan dengan menggunakan alat gali muat tipe backhoe. Sedangkan alat angkut yang dipergunakan adalah dump truck (tanpa tutup vessel). Untuk lokasi-lokasi yang sulit dijangkau oleh alat gali muat, lapisan tanah pucuk terlebih dahulu dikumpulkan oleh bulldozer.
Seperti yang dikemukakan oleh Maxmiller CardosoFerreira (2017) bahwa “Depositing a 20-cm layer of topsoil can restore larger areas than thicker layers.”
Lapisan tanah pucuk yang diangkut oleh dump truck akan dibawa menuju lokasi pengumpulan dan pemeliharan. Luas lahan yang disediakan
700 m2 untuk menampung tanah pucuk sebanyak 2.500 m3. Lapisan tanah
pucuk di topsoil temporary stockpile akan dikelola dengan baik agar dapat dijaga kuantitas dan kualitasnya.
Pemeliharaan kuantitas dapat dilakukan dengan mengatur dan menjaga tingkat ketergerusan yang dapat ditimbulkan oleh air. Sedangkan pemeliharaan kualitasnya dapat dilakukan dengan menanam tanaman penutup (cover crop) di atasnya, sehingga unsur hara pada lapisan tanah pucuk
tersebut dapat terus ada dan terpelihara.
2.1.1.5 Pemindahan dan Pengelolaan Tanah Penutup (overburden removal)
Kegiatan penggalian dan pengangkutan lapisan tanah penutup
dilakukan setelah lapisan tanah penutup tersebut telah bersih dari lapisan soil dan tanah pucuk yang berada di atasnya. Rangkaian kegiatan pengelolaan lapisan tanah penutup terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Pemberaian (loosening).
2. Penggalian, pemuatan dan pengangkutan (digging, loading and hauling). 3. Penimbunan tanah penutup (dumping).
Sebagai mana yang dikemukan oleh Kegiatan pemberaian lapisan tanah penutup, akan menggunakan ripping. Tujuannya adalah untuk menghancurkan atau melepaskan batuan dari batuan induknya agar produktifitas alat gali muatnya dapat lebih tinggi. Setelah lapisan tanah penutup diberai, lapisan tanah penutup kemudian dikumpulkan ke dekat lokasi penggalian dan pemuatan yang untuk selanjutnya diangkut ke lokasi penimbunan (disposal). Lokasi penimbunan tanah penutup dibuat zona penyangga (buffer zone) sekitar 50 meter atau lebih dari tanah warga yang belum dibebaskan dan pada teras paling bawah timbunan dibuat saluran drainase menuju ke kolam pengendap lumpur. Pengumpulan lapisan penutup biasanya dilakukan dengan mendorong lapisan tanah penutup dengan
menggunakan bulldozer yang ukurannya disesuaikan dengan kondisi tempat penggalian dan pemuatannya.
Tabel 2.1 Rencana Pengupasan Tanah
TAHUN
VOLUME
TANAH TANAH LOKASI GALIAN LOKASI TIMBUNAN PUCUK
(bcm) (bcm)
1 4,119,400.00 21,277.41 Blok III Outside Dump (OSD) 2 4,252,240.00 19,000.50 Blok III OSD & Pit I
TAHUN
VOLUME
TANAH TANAH LOKASI GALIAN LOKASI TIMBUNAN PUCUK
(bcm) (bcm)
4 5,968,881.32 19,245.37 Blok III OSD & Pit 3 5 5,740,217.75 16,167.07 Blok III Pit 4 6 5,080,272.42 17,632.23 Blok III Pit 5 7 5,130,463.23 16,805.22 Blok III Pit 6 8 4,569,841.99 20,318.63 Blok III Pit 7 9 4,279,261.36 16,131.66 Blok III Pit 8 10 4,358,688.75 7,680.66 Blok I Pit 9
11 5,290,516.53 7,316.16 Blok I OSD & Pit 10 12 4,915,724.53 7,971.17 Blok I Pit 11 13 5,859,774.89 14,901.38 Blok I OSD & Pit 12 14 4,575,728.30 11,116.00 Blok I Pit 13 15 4,998,081.20 17,344.22 Blok I Pit 14 16 4,735,768.10 14,468.36 Blok I Pit 15 17 5,740,217.75 15,776.11 Blok I OSD & Pit 16 18 4,152,240.00 14,632.77 Blok I Pit 17 19 5,230,520.10 13,909.68 Blok I OSD & Pit 18 20 4,599,990.00 13,088.33 Blok I Pit 19 21 4,552,140.00 36,031.34 Blok I dan Blok III Pit 20 22 5,321,456.22 45,187.95 Blok I OSD & Pit 21 23 5,292,466.15 69,059.41 Blok I dan Blok II Pit 22 24 4,635,968.00 29,099.37 Blok II Pit 23 25 5,080,272.42 23,019.18 Blok I OSD & Pit 24 26 4,735,768.00 46,773.09 Blok I dan II Pit 25 27 5,392,476.10 30,075.01 Blok I dan II OSD & Pit 26 28 5,211,412.12 33,712.23 Blok II Pit 27 29 4,835,368.00 25,827.33 Blok II Pit 28 30 5,261,446.15 22,974.10 Blok I dan II OSD & Pit 29
Selain dari itu, untuk menjamin pengangkutan lapisan tanah penutup berjalan efektif, efisien serta memenuhi persyaratan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3), maka dalam konstruksi jalan angkut diimplementasikan parameter-parameter rancangan, sebagai berikut:
1. Lebar badan jalan adalah 3 kali lebar dumptruck atau + 18 meter. 2. Kemiringan tanjakan atau turunan maksimal 8 %.
3. Tikungan dirancang dengan super elevasi dan jari-jari (curve) yang memadai untuk kecepatan maksimum 50 km per jam.
4. Jalan dilengkapi dengan selokan (ditch) dan tanggul (bandwall) serta dilakukan perkerasan dan kemiringan permukaan (crossfall) yang memadai.
5. Dilengkapi dengan rambu-rambu jalan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
Gambar 2.2 adalah menunjukkan penampang rancangan untuk
geometri jalan angkut di daerah yang dilakukan pemotongan atau penggalian. Sedangkan Gambar 4.3 adalah menunjukkan penampang rancangan untuk geometri jalan angkut di daerah yang dilakukan penimbunan.
Kegiatan perawatan jalan angkut (road maintenance) akan menggunakan grader yang berfungsi untuk meratakan dan membuat
kemiringan jalan tetap memadai untuk dilewati alat angkut. Untuk perawatan dan perbaikan selokan (ditch) dan tanggul (bandwall) dapat menggunakan
backhoe ukuran kecil sampai dengan sedang. Penyiraman jalan untuk
mengurangi debu akan terus dilakukan, terutama pada saat intensitas curah hujan cukup rendah (musim kemarau). Alat yang digunakan adalah water
tank yang ukurannya bervariasi dari 5.000 liter sampai dengan 10.000 liter.
Gambar 2.2 Penampang Geometri Jalan Angkut untuk Daerah yang Dipotong
Keterangan gambar : - Lebar jalan 18 meter.
- Tinggi bench pertama 2 meter, bench berikutnya 6 meter. - Lebar berm 4 meter.
- Kemiringan slope 340. - Dimensi parit adalah ( 1 x 1 ) meter. - Lapisan khusus pembentuk jalan adalah :
lapisan atas adalah andesit / limestone +/- 15 cm. lapisan tengah adalah scoria +/- 25 cm. lapisan bawah adalah tanah merah +/- 50 s/d 100 cm dengan lebar +/- 14 meter.
18 m 4 m 6 m 2 m 14 m parit bench berm Daerah yang dipotong
Gambar 2.3 Penampang Geometri Jalan Angkut untuk Daerah yang Ditimbun
Gambar 2.4 Penampang Geometri untuk tikungan
Lapisan tanah penutup yang berada di dalam alat angkut akan diangkut dan dibawa menuju tempat penimbunan tanah penutup (disposal
area). Pada tahap kegiatan penimbunan tanah penutup (dumping), dapat
dilakukan di 2 (dua) jenis lokasi, yaitu:
1. Lokasi outpit dump, yakni lokasi-lokasi di luar daerah penambangan, yang terletak di bagian selatan dan barat pit.
Keterangan gambar : - Lebar jalan 18 meter.
- Tinggi bench pertama 2 meter, bench berikutnya 4 meter. - Lebar berm 4 meter.
- Kemiringan slope 340. - Dimensi tanggul adalah ( 1 x 1 ) meter. - Lapisan khusus pembentuk jalan adalah :
lapisan atas adalah andesit / limestone +/- 15 cm. lapisan tengah adalah scoria +/- 25 cm. lapisan bawah adalah tanah merah +/- 50 s/d 100 cm.
18 m 4 m 2 m bench berm 4 m Daerah yang ditimbun
tanggul
10 m 6 m
15 m 1,5 m
2. Lokasi inpit dump, yakni lokasi-lokasi didalam daerah tambang yang penambangan batubaranya telah selesai ditambang (mined out).
2.1.1.6 Penambangan Batubara (coal mining)
Penambangan batubara mulai dilakukan pada saat penggalian dan pengupasan tanah penutup sudah mendekati target batubara (near expose) pada setiap pit penambangan. Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam penambangan batubara adalah:
1. Meminimalkan pengotoran (dilution) dari lapisan tanah penutup yaitu
overburden, interburden atau shally coal, yang dapat menyebabkan
kandungan abu batubara meningkat.
2. Memaksimalkan perolehan batubara (mining recovery). Untuk mencapai tujuan di atas, maka rangkaian kegiatan
penambangan batubara yang terdiri dari kegiatan pembersihan batubara (coal
cleaning), penggalian, dan pemuatan batubara (coal digging and loading)
perlu menerapkan strategi sebagai berikut:
1. Alat gali muat yang bekerja untuk membuang lapisan tanah penutup, melakukan penggalian sampai dengan batas maksimal 10 cm di atas lapisan batubara bagian atas (roof).
2. Selanjutnya pekerjaan pembersihan (cleaning) bagian atas batubara (roof) dan bagian batubara yang lapuk atau teroksidasi di daerah sub crob sampai mencapai batubara yang bersih, dilakukan oleh backhoe yang dilengkapi dengan cutting blade pada bucketnya. Pembersihan dilakukan maksimal sampai batas kurang lebih 10 cm dari roof batubara.
3. Alat gali muat untuk menggali batubara yang bersih, dapat menggunakan backhoe.
4. Alat gali muat batubara bersih bekerja sampai dengan batas kurang lebih 10 cm dari lapisan batubara bagian bawah (floor) agar tidak tercampur dengan lapisan pengotor dibawahnya.
5. Penerapan prosedur penggalian batubara perlu dilakukan dengan pengawasan yang ketat dalam rangka jaminan kualitas.
2.1.1.7 Pengangkutan Batubara (coal hauling)
Tahap kegiatan selanjutnya adalah batubara dari tambang dimuatkan oleh alat gali muat ke dalam alat angkut untuk kemudian dikumpulkan di tempat stockpile tambang yang terletak ± 3 km di sebelah timur dari pit . Selanjutnya, dari stockpile akan diangkut ke unit ± 2 km dari stockplile tambang. Di dalam Unit Pengolahan ini, batubara akan diolah untuk menjadi batubara yang sesuai dengan spesifikasi penjualan.
2.1.1.8 Reklamasi dan Pascatambang
Setiap kegiatan penambangan hampir dipastikan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik bersifat positif maupun bersifat negatif. Dampak positif kegiatan penambangan antara lain meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan roda perekonomian sektor dan sub sektor lain di
sekitarnya, dan menambah penghasilan negara maupun daerah dalam bentuk pajak, retribusi ataupun royalti. Namun demikian, kegiatan penambangan yang tidak berwawasan atau tidak mempertimbangkan keseimbangan dan daya dukung lingkungan serta tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Combining landfill mining and remediation may decrease the project cost.
Dampak negatif tersebut antara lain terjadinya gerakan tanah yang dapat menelan korban baik harta benda maupun nyawa, hilangnya daerah resapan air di daerah perbukitan, rusaknya bentang alam, pelumpuran ke dalam sungai yang dampaknya bisa sampai ke hilir, meningkatkan intensitas erosi di daerah perbukitan, jalan-jalan yang dilalui kendaraan pengangkut bahan tambang menjadi rusak, mengganggu kondisi air tanah, dan terjadinya kubangan-kubangan besar yang terisi air, terutama bila penggalian di daerah pedataran, serta mempengaruhi kehidupan sosial penduduk di sekitar lokasi penambangan. Oleh karena itu, untuk menghindari berbagai dampak negatif tersebut, maka pengelolaan pertambangan yang berwawasan lingkungan mutlak harus dilakukan.
Dalam rangka mengurangi dampak negatif kegiatan penambangan, maka akan dilakukan pengelolaan lingkungan, terutama untuk lahan bekas
tambang. Lahan tersebut akan direklamasi. Reklamasi lahan bekas tambang bertujuan untuk memanfaatkan kembali lahan bekas tambang sesuai
peruntukkannya. Kegiatan reklamasi akan dilakukan selama kegiatan penambangan. Selain reklamasi, diperlukan juga rencana penanganan lahan pascatambang.. Perencanaan reklamasi yang lebih rinci akan dibahas dalam Dokumen Rencana Reklamasi. Sementara rincian kegiatan pada
pascatambang akan akan dibahas dalam Dokumen Rencana Penutupan Tambang.
2.2 ANALISA FINANSIAL
Metode Analisis yang akan dilakukan untuk menganalisis analisis
kelayakan investasi (invesment criteria) diatas adalah analisis benefit cost. Dalam rangka mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan/penolakan atau pengurutan suatu proyek, telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan
investment criteria atau kriteria investasi yang terdiri dari: Net Present Value dari
arus benefit dan biaya (NPV), Internal Rate of Return (IRR), analisa Kepekaan
Resiko, Payback Periods (PBP), Minimum Attractive Rate of Return (MARR).
2.2.1 Net Present Value (NPV)
NPV adalah selisih antara manfaat (benefit) dengan biaya (cost) yang telah di-present value-kan. Kriteria ini mengatakan bahwa proyek akan dipilih bila
NPV > 0, sedangkan bila NPV < 0 maka proyek akan ditolak. NPV dirumuskan sebagai berikut:
∑
( )
Keterangan :
Bt : Benefit pada tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-t
Ct :Cost pada tahun ke-1 sampai dengan ke-t.
i : Tingkat bunga (Social discount rate)
2.2.2 Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara benefit dan cost yang telah dipresent valuekan sama dengan nol. Ini berarti IRR
menunjukan kemampuan proyek untuk menghasilkan keuntungan. Seperti yang dikemukan Horina,M. B. and Kroll, Y.(2017), bahwa The dominance may be created between projects of equal risk as well as between projects of different risk levels. The dominance relationship is easy to apply.
Kritera ini memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih bila IRR > social discount rate dan sebaliknya proyek akan ditolak bila IRR < social discount rate. IRR dirumuskan sebagai berikut:
( )
Keterangan :
i’ : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif. i” : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif.
NPV’ : NPV positif NPV” : NPV negatif
2.2.3 Analisa Kepekaan dan Resiko
Dalam Analisis kepekaan akan dikaji sejauh mana perubahan parameter harga jual batubara dan perubahan biaya produksi akan berpengaruh terhadap penilaian kelayakan yang dilakukan.
Analisis kepekaan dan resiko digunakan untuk melihat pengaruh perubahan harga batubara (+ 5%, dan 10%), perubahan biaya investasi (+ 5%, dan 10%) dan biaya operasi (+ 5%, 10%) terhadap perubahan nilai IRR (internal rate of return), NPV (net present value), dan PBP (pay back
period).
2.2.4 Payback Period (PBP)
PBP merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek.
Seperti yang dikemukan Kaldellis, J,K (2016) bahwa : Finally, in order to
increase the reliability of the calculation results, a sensitivity analysis is carried out, based on the variation of the input energy content data.
Dalam hal ini, biasanya yang digunakan sebagai pedoman untuk menentukan proyek yang akan dipilih adalah proyek yang paling cepat
mengembalikan biaya investasi. Makin cepat pengembaliannya, makin baik dan kemungkinan besar akan dipilih.
PBP dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
I adalah besarnya biaya investasi yang telah digunakan.
Ab adalah benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya dan telah
didiskontokan.
2.2.5 Minimum Attractive Rate Of Return (MARR)
MARR adalah tingkat suku bunga pengebalian minimum yang menarik , di mana tingkat suku bunga tersebut akan dijadikan dasar atau indikator
keputusan manajemen sehubungan dengan pemilihan alternatif-alternatif biaya (cost alternatives), manfaat (benefit alternatives) atau kelayakan suatu
investasi (feasibility study). Nilai MARR merupakan Tingkat return minimum yang diharapkan diperoleh dari setiap proyek dan ditentukan oleh Perusahaan.
2.3 Penelitian Sebelumnya
NO PENELITI TAHUN JUDUL METODE HASIL PENELITIAN
1. Maxmiller CardosoFerreira 2017 Topsoil for restoration: Resprouting of root fragments and germination of pioneers trigger tropical dry forest regeneration. Observasi Lapangan, Studi Literatur Depositing a 20-cm layer of topsoil can restore larger areas than thicker layers. 2. Horina,M. B. and Kroll, Y 2017 A simple intuitive NPV-IRR consistent ranking Analisa Finansial NPV dan IRR
The dominance may be created between projects of equal risk as well as between projects of different risk levels. The dominance relationship is easy to apply.
3. Kaldellis, J,K 2016 Energy
pay-back period analysis of stand-alone photovoltaic Observasi Lapangan, Studi Literatur
In order to increase the reliability of the calculation results, a sensitivity analysis is carried out, based on the
systems. Renewable Energy
variation of the input energy content data.
4. Hangtian Xu dan KentaroNakajima 2016 Resources Policy Observasi Lapangan, Studi Literatur
We use the mortality rate in coal mining as a proxy to measure the quality of coal mine regulation. The coal mine regulation is shown to be positively associated to a region's long-term economic development. 5. Franco, Campuzano Carlos. Pineda, Cindy 2016 NPV risk simulation of an open pit gold mine project under the O’Hara cost model by using GAs Analisa Finansial NPV dan IRR Based on genetic algorithm metaheuristic simulations, which combine basically Excel are reported, in order to determine to which variables of the project is more sensitive the NPV
2.4 Kerangka Penelitian BATUBARA ANALISA EKONOMI RENCANA DAN TATACARA PENAMBANGAN LANDCLEARING OVERBURDER REMOVAL COAL MINING COAL HAULING MARKET AND SELL Nilai Kerusakan
Nilai Manfaat Analisis
KElayakan 1. Effect on Productivity 2. Replacement Cost 3. Cost of Illness 4. Kompensasi 5. Habitat Equivalency Analysis Estimasi Manfaat 1. Net Present Value (NPV) 2. Net Benefit Cost 3. Ratio (Net B/C) 4. Internal Rate Return (IRR) 5. Payback Period (PP) Tidak Layak Tinjauan ulang LAYAK Kegiatan Investasi dapat dilanjutkan