• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PEMBIBITAN KELAPA SAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN PEMBIBITAN KELAPA SAWIT"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PEMBIBITAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.)

DI KEBUN TELUK BAKAU, PT BHUMIREKSA NUSA SEJATI,

KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU

PUTRA MINANSYAH

AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 10 Februari 2015

Putra Minansyah NIM A24100044

(3)

ABSTRAK

PUTRA MINANSYAH. Pengelolaan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI.

Magang ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, melatih kemampuan teknis dan manajerial mahasiswa untuk bekerja secara profesional, meningkatkan kemampuan softskill mahasiswa untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja, khususnya pada pengelolaan pembibitan kelapa sawit. Magang berlokasi di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, yang dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2014. Aspek teknis yang dilakukan selama kegiatan magang adalah mengikuti seluruh kegiatan yang ada di pembibitan tanaman kelapa sawit di Kebun Teluk Bakau, pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan, dan panen pada tanaman menghasilkan. Aspek mananejerial yang dilakukan yaitu dengan menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman bibit kelapa sawit, daya tumbuh kecambah kelapa sawit, persentase bibit abnormal pada pembibitan awal (pre-nursery). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tinggi tanaman bibit kelapa sawit rata-rata bertambah 2 cm/minggu, daya tumbuh kecambah kelapa sawit varietas SM-B mencapai 95.9 persen, dan persentase bibit abnormal sebesar 5.9 persen.

Kata Kunci : bibit abnormal, daya tumbuh kecambah, pre-nursery

ABSTRACT

PUTRA MINANSYAH. Nursery Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati Plantation, Indragiri Hilir District, Riau Province

This internship was aimed to acquire the knowledge, technical skills and management of trainer students to work professionally, increase the soft skill of students to prepare themselves to be professional worker, especially in management aspects of oil palm nursery. This internship has been done in Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, since February to June 2014. The technical aspects that were carried out during the internship consist of following the existing activities in the oil palm nursery in Teluk Bakau Estate, fertilizing the immature plants, weed control on immature plants, and harvesting. Mananejerial aspects were performed as a companion foreman and division assistant. Observation were carried out on germination growing percentage, seedling plant height, and of abnormal seedlings percentage in the pre-nursery. From observation, we found that seedling plan height increase about 2 cm/week, germination growing was 95.9 percent, and abnormal seedlings was 5.9 percents. Key words : abnormal seedling, germination growing, pre-nursery

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PENGELOLAAN PEMBIBITAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.)

DI KEBUN TELUK BAKAU, PT. BHUMIREKSA NUSA SEJATI,

KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU

PUTRA MINANSYAH

AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)
(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kesehatan, hidayah dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik kegiatan magang yang berjudul Pengelolaan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Kegiatan magang merupakan kegiatan untuk memenuhi tugas akhir dan kegiatan ini dituangkan dalam bentuk tulisan karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada ayah dan ibu serta saudara kandung penulis yang telah memberikan kasih sayangnya, doa, semangat dan dukungan serta seluruh perhatiannya. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi selaku pembimbing skripsi. Bapak Dr Ir Supijatno, MSi selaku dosen penguji. Ibu Dr Ir Eny Widajati, Msi selaku dosen penguji komdik. Ibu Prof Dr Ir Sandra A. Aziz MSi selaku pembimbing akademik. Penghargaan juga disampaikan kepada PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation Teluk Bakau Estate (TBE), kepada Bapak Moh. Faozi Toan selaku Manajer Teluk Bakau Estate, Bapak Bistha selaku asisten kepala TBE, Bapak Suryadi selaku Asisten Divisi II, kepada seluruh Staf TBE, kepada seluruh supervisor TBE dan seluruh karyawan TBE. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada teman-teman sekontrakan yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga kepada teman seperjuangan magang Chairul Zanuar Rasyid dan Zulfikar atas kebersamaannya selama kegiatan magang. Ungkapan rasa bangga dan cinta kepada Edellweis AGH 47 atas kebersamaannya dan kekeluargaannya selama ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan dan semoga Allah SWT terus memberikan rasa kasih sayang, bimbingan dan hidayah-Nya dalam menambah dunia ilmu pengetahuan.

Bogor, 10 Februari 2015

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Kelapa Sawit 2

Pembibitan 2

METODE MAGANG 5

Tempat dan Waktu 5

Metode Pelaksanaan 5

Pengumpulan Data 5

Analisis Data dan Informasi 6

KEADAAN UMUM 6

Letak Geografis 6

Keadaan Iklim dan Tanah 6

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 7

Keadaan Tanaman dan Produksi 7

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 7

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 8

Aspek Teknis 8

Aspek Manajerial 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 22

Kondisi Umum Pembibitan 22

Persiapan Pembibitan 22

Pembibitan Awal (Pre-Nursery) 24

Pembibitan Utama (Main-Nursery) 26

Daya Tumbuh Kecambah Marihat SM-B 28

Persentase Bibit Abnormal di Pembibitan Awal 29 Pertumbuhan Tinggi Bibit Marihat SM-B di Pembibitan Awal 30 Aspek Manajerial di Pembibitan Teluk Bakau Estate 30

KESIMPULAN DAN SARAN 31

Kesimpulan 31

Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 33

(8)

DAFTAR TABEL

1 Pengaturan Naungan di Pembibitan Awal 4

2 Norma ketenagakerjaan Kebun Teluk Bakau 8

3 Kriteria Panen di Kebun Teluk Bakau Berdasarkan Jumlah Brondolan

yang Lepas dari Tandan 19

4 Kebutuhan bibit 23

5 Jumlah kecambah mati asal Marihat SM-B Kelapa Sawit di PN 29 6 Persentase Bibit Marihat SM-B Kelapa Sawit di PN 30 7 Pertumbuhan tinggi Bibit Marihat SM-B Kelapa Sawit di PN 30

DAFTAR GAMBAR

1 Kegiatan sensus pokok 9

2 Penjelasan Asisten Divisi tentang Raja lining 9 3 Pancang mata tiga untuk pancang penunjuk arah bagi operator alat berat 10

4 Pancang CECT dan pancang field drain 10

5 Pembongkaran pokok 10

6 Layout blok sebelum peremajaan dan setelah peremajaan 12

7 Compacting dan Cambering 13

8 Pemancangan pancang tanam 14

9 Alat berat pelubang tanam 14

10 Pemupukan lubang tanam 15

11 Penanaman pokok dan kendala 15

12 Penyemprotan insektisida awal setelah tanam 16

13 Penanaman tanaman penutup tanah 17

14 Pengendalian gulma 17

15 Pengendalian hama 18

16 Pemanenan dan angkut buah 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL di Kebun Teluk Bakau 34 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor

di Kebun Teluk Bakau 35

3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten

di Kebun Teluk Bakau 37

4 Peta Kebun Teluk Bakau 41

5 Data curah hujan 5 tahun terakhir di Kebun Teluk Bakau 42 6 Data produksi 5 tahun terakhir Kebun Teluk Bakau 43

7 Strutktur organisasi Kebun Teluk Bakau 44

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan dan salah satu komditi perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam penghasil devisa bagi negara. Hal ini karena minyak yang dihasilkan memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Salah satu keunggulan minyak nabati kelapa sawit yaitu tahan lebih lama, tahan terhadap tekanan, dan suhu yang relatif tinggi. Luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2013 mencapai 8 385 394 ha dengan produksi 21 958 120 ton (Ditjenbun 2010).

Pada saat ini kebutuhan minyak nabati dan lemak dunia terus meningkat sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan domestik. Jumlah penduduk di negara-negara kawasan Timur-Jauh sekitar 3.2 milyar atau 50% dari penduduk dunia. Selain itu konsumsi minyak per kapita penduduk di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara juga masih jauh dibawah rata-rata

penggunaan minyak nabati dan lemak per kapita per tahun penduduk dunia

(Pahan 2010). Produktivitas rata-rata TBS Indonesia pada tahun 2013 adalah 16 ton/ha/tahun, dengan rendemen minyak 24–25%, dan produktivitas CPO yang

mampu dihasilkan sebesar 3.7 ton/ha/tahun (Andika dan Widoro 2013).

Upaya peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit terus diusahakan sebaik mungkin untuk memenuhi tuntutan pasar. Salah satu alternatif yang dilakukan pemerintah adalah dengan perluasan areal, penggunaan bibit unggul, perbaikan teknik budidaya, penanganan pasca panen yang baik dan pemupukan yang tepat sasaran. Tingginya peranan kelapa sawit dalam perekonomian Indonesia telah mendorong pemerintah dan pihak swasta berlomba-lomba untuk berperan dalam pengembangan kelapa sawit.

Menurut Mangoensoekarjo (2007) pengelolaan pembibitan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil kebun. Pengelolaan pembibitan perlu dipelajari mengingat potensi genetik yang baik tidak terekspresi optimal jika persyaratan tumbuh tidak terpenuhi.

Menurut Fauzi et al. (2006) pembibitan merupakan kegiatan satu tahun sebelum pertanaman kelapa sawit ke lapangan yang ditujukan untuk mempersiapkan bibit yang siap tanam. Oleh karena itu, penentu keberhasilan pertanaman kelapa sawit ditentukan dalam waktu satu tahun. Bibit yang baik akan dihasilkan dengan pengelolaan yang baik dan terencana, karena produksi 25 tahun mendatang ditentukan oleh kualitas bibit yang baik. Dengan demikian, pengelolaan pembibitan sangat penting untuk dipelajari dengan melihat hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam kerja aktualnya di lapangan.

Menurut PPKS (2000) salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus dalam menunjang program pengembangan areal tanaman kelapa sawit adalah penyediaan bibit yang sehat, potensinya yang unggul dan tepat waktu. Faktor bibit memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan penanaman kelapa sawit. Kesehatan tanaman semasa pembibitan mempengaruhi pertumbuhan dan tingginya produksi selanjutnya setelah ditanam di lapangan,

(10)

sehingga teknis pelaksanaan pembibitan perlu mendapat perhatian besar dan khusus.

Tujuan

Tujuan dilakukannya magang ini secara umum adalah meningkatkan wawasan, kemampuan profesional, dan keterampilan mahasiswa dalam memahami aspek budidaya kelapa sawit, proses kerja secara nyata, dan manajerial perkebunan bibit kelapa sawit. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mengetahui dan menganalisis pengelolaan pembibitan kelapa sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Provinsi Riau.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit termasuk divisi Embryophyta siphonagama, kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae, famili Arecaceae, subfamili Cocoideae, dan genus Elaeis. Kelapa sawit memiliki spesies Elaeis guineensis Jacq, Elaeis oleifera (H. B. K.) Cortes, dan Elaeis odora (Pahan 2010). Kelapa sawit yang termasuk dalam subfamili Cocoideae merupakan tanaman asli Amerika Selatan seperti spesies Elaeis oleifera dan Elaeis odora.

Kelapa sawit berkembang biak dengan biji. Biji sawit yang telah matang embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi akar tersebut mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Kelapa sawit yang sudah dewasa memiliki akar serabut yang membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah atau vertikal dengan diameter 6-10 mm dan sebagian lagi tumbuh menyebar ke arah samping atau horizontal dengan diameter 2-4 mm (Sastrosayono 2006).

Kelapa sawit memiliki umur produktif rata-rata adalah 20-25 tahun. Pada 3 tahun pertama disebut kelapa sawit muda, hal ini dikarenakan kelapa sawit tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia 4-6 tahun. Pada usia 7-10 tahun disebut sebagai periode matang (the mature periode) dimana pada periode ini menghasilkan buah tandan segar (fresh fruit bunch) yang optimum. Tanaman kelapa sawit pada usia 11-20 tahun mulai mengalami penurunan produksi dan tanaman mulai diremajakan setelah 25-30 tahun (Pahan 2010).

Pembibitan Tujuan Pembibitan

Pembibitan merupakan kegiatan awal di lapangan yang bertujuan untuk mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu tahun sebelum penanaman di lapangan, agar bibit yang ditanam tersebut memenuhi syarat, baik umurnya maupun ukurannya (Setyamidjaja 2006). Bibit

(11)

yang baik dan berkualitas memerlukan pengelolaan yang intensif selama tahap pembibitan.

Persiapan Pembibitan

Menurut ARM (2004) kegiatan pembibitan memerlukan suatu persiapan atau perencanaan agar proses pembibitan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Beberapa perencanaan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan pembibitan seperti:

1. Pemilihan lokasi

2. Penentuan jumlah bibit yang dibutuhkan dan luas areal pembibitan 3. Penyediaan bahan tanaman

4. Sistem pembibitan yang digunakan (pre-nursery dan main-nursery) 5. Penyediaan media dan wadah tanam (babybag dan largebag) 6. Penentuan teknik budidaya dan manajemen pembibitan.

Pemilihan lokasi kebun pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan berikut:

1. Areal memiliki topografi yang rata dan berada di tengah kebun 2. Dekat dengan sumber air

3. Memiliki akses jalan yang baik sehingga memudahkan dalam pengawasan 4. Terhindar dari gangguan hama dan penyakit.

Bahan Tanaman

Bahan tanaman yang digunakan harus berasal dari pusat sumber benih yang telah memiliki legalitas dari pemerintah dan mempunyai reputasi baik, seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Pada saat ini bahan tanaman yang dianjurkan adalah Tenera yang merupakan hasil dari persilangan Dura x Pisifera (D x P). Bahan tanaman yang dihasilkan oleh PPKS merupakan hasil seleksi yang

ketat dan telah teruji di berbagai lokasi, sehingga kualitasnya terjamin (PPKS 2003).

Bahan tanaman kelapa sawit di pembibitan disediakan dalam bentuk kecambah (germinated seed). Kerapatan bibit kelapa sawit di pembibitan Kebun Teluk Bakau adalah 12 500 bibit /ha dengan jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm. Kerapatan tanam 180 pohon/ha di lapangan diperlukan 243 kecambah/ha dengan jarak tanam 7.9 m x 7.9 m x 7.9 m (ARM 2004).

Sistem Pembibitan

Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan pekerjaan. Hal ini tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (main-nursery).

Sistem yang banyak digunakan dalam pembibitan kelapa sawit saat ini adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan dua tahap terdiri dari pembibitan awal (pre-nursery) selama ±3 bulan pada polybag berukuran kecil (babybag) dan pembibitan utama (main-nursery) dengan polybag berukuran lebih besar (largebag).

(12)

Sistem pembibitan dua tahap banyak dilakukan perusahaan perkebunan karena memiliki beberapa keuntungan antara lain:

1. Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan, serta tersedianya waktu dalam persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama.

2. Bibit yang akan ditanam ke lapangan lebih terjamin karena telah melalui beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama

3. Seleksi yang ketat (5-10%) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah dan polybag besar di pembibitan utama.

Pembibitan awal merupakan kegiatan pembibitan yang ditujukan agar bibit mendapatkan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal dan terkendali. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada pembibitan awal seperti:

1. Persiapan dan pengolahan tanah 2. Penanaman kecambah

3. Pemeliharaan pembibitan awal meliputi: penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan seleksi bibit

4. Pemindahan dan pengangkutan bibit.

Pada pembibitan awal diperlukan naungan yang diharapkan dapat

mengurangi penerimaan intensitas cahaya matahari. Pengaturan naungan di pembibitan awal disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Pengaturan Naungan di Pembibitan Awal

Umur (Bulan) Naungan (%)

0 – 2.0 100

>2.1 – 3.0 Naungan hilang seluruhnya

Pembibitan utama (main-nursery) merupakan tahap kedua dari sistem pembibitan dua tahap. Pada pembibitan utama bibit dipelihara dari umur 3 bulan hingga 12 bulan. Keberhasilan rencana penanaman di lapangan dan produksi dikemudian hari ditentukan oleh pelaksanaan pembibitan utama dan kualitas bibit yang dihasilkannya.

Beberapa kegiatan di pembibitan utama seperti: 1. Persiapan dan pengolahan tanah

2. Penyediaan kebutuhan air dan instalasi penyiraman 3. Pemancangan atau pengajiran

4. Persiapan media tanam 5. Penanaman bibit

6. Pemeliharaan pembibitan utama (penyiraman, penyiangan gulma, pemberian mulsa, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan seleksi bibit)

(13)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 10 Februari hingga 10 Juni 2014. Magang berlokasi di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan teknis dan kegiatan manajerial. Kegiatan teknis meliputi meliputi kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit yang berperan sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan. Kegiatan manajerial dilakukan dengan menjadi pendamping mandor selama satu bulan, serta pendamping asisten divisi selama dua bulan. Seluruh kegiatan yang dilakukan mengikuti jadwal yang telah disiapkan oleh pihak Kebun Teluk Bakau (Lampiran 1, 2, 3).

Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang ini terdiri dari pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diamati langsung melalui pengamatan dan wawancara langsung di lapangan yang meliputi:

1. Tinggi tanaman di pre-nursery

Data tersebut digunakan untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit pada umur bibit tanaman 2-11 MST. Tinggi tanaman diukur dengan meteran dari pangkal bawah tanah hingga ujung daun yang tertinggi yang telah diluruskan. Data diambil dari 95 tanaman contoh dari masing-masing blok sebanyak 10 blok (Blok A1-A10) dan tiap blok dibagi menjadi 10 sub blok yang dijadikan sebagai ulangan. Pengamatan dilakukan dalam rentang waktu seminggu sekali selama 3 bulan dan diharapkan akan diperoleh data pertumbuhan vegetatif bibit pada umur 2-11 MST yang kemudian dibandingkan dengan pustaka.

2. Pengamatan terhadap jumlah kecambah yang mati

Data ini digunakan untuk mengetahui daya tumbuh kecambah yang didatangkan dari PPKS dengan jenis Marihat SM-B, sehingga dapat diketahui kualitas dari kecambah itu sendiri serta upaya-upaya perbaikan dalam menekan angka kematian kecambah tersebut. Pengamatan dilakukan pada umur 2 MST pada seluruh bibit dalam bedengan (sebanyak 10 bedeng).

3. Bibit abnormal/afkir

Pengamatan ini dilakukan ketika berlangsungnya kegiatan seleksi (culling). Bibit yang telah berumur 11 MST akan diseleksi untuk dipindah tanamkan ke pembibitan utama yang bertujuan untuk mempermudah pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit dan mempermudah pelaksanaan perawatan. Dari pengamatan ini maka akan diketahui berapa persen bibit abnormal di pre-nursery.

(14)

4. Aspek manajerial di pembibitan

Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui apakah manajerial di pembibitan Kebun Teluk Bakau sudah sesuai dengan standar perusahaan. Beberapa pengamatan yang penulis lakukan adalah struktur organisasi, dan kinerja mandor pembibitan.

Data lain yang diambil adalah kegiatan teknis pada pembibitan berupa kondisi umum pembibitan, persiapan pembibitan, pembibitan awal (pre-nursery), pemeliharaan pembibitan awal, pembibitan utama, dan pemeliharaan pembibitan utama. Data tersebut dibutuhkan untuk menganalisis beberapa kegiatan di pembibitan dan dibandingkan dengan sumber pustaka. Selain mengumpulkan data primer, penulis juga mengumpulkan data sekunder. Data sekunder merupakan data dan infornasi yang dikumpulkan dari arsip perusahaan. Data sekunder ini diantaranya mengenai kondisi umum kebun seperti letak administratif, keadaan tanaman, organisasi dan ketenagakerjaan, peta kebun, data kelas tanah, topografi, peta pembibitan, dan data iklim (curah hujan) dalam 10 tahun terakhir.

Analisis Data dan Informasi

Data dan informasi yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan perhitungan matematika sederhana yang meliputi nilai rata-rata dan persentase. Hasil yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan standar kerja dan SOP yang dimiliki perusahaan.

KEADAAN UMUM

Letak Geografi

Kebun Teluk Bakau berlokasi di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Secara geografis PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation terletak di pesisir Pantai Timur Sumatera pada kordinat 000015”–000000” Lintang Utara dan 130020”–103040” Bujur Timur. Secara administratif berada di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Kateman, Kecamatan Pelangiran, dan Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Peta Kebun Teluk Bakau terdapat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kondisi iklim di Kebun Teluk Bakau berdasarkan data curah hujan lima tahun terakhir menurut Schmidt Ferguson termasuk tipe iklim A yaitu daerah sangat basah dengan rata-rata curah hujan tahunan 2 001 mm tahun-1. Data curah hujan disajikan pada Lampiran 5.

Jenis tanah di areal Kebun Teluk Bakau, PT. Bhumireksa Nusa Sejati

tergolong tanah organik atau tanah gambut dengan kandungan tanah ultisol 0%, insepsol 0%, dan histosol 100%. Jenis tanah gambut memiliki struktur

(15)

fisik yang remah dan mudah terjadi erosi atau abrasi pada tepi kanal di jalur transportasi yang terkena ombak. Derajat kemasaman (pH) tanah di Kebun Teluk Bakau <4 yang menunjukkan bahwa tanah gambut di Kebun Teluk Bakau merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi dengan kesesuaian lahan kelas S3. Topografi di Kebun Teluk Bakau memiliki areal yang datar dengan kemiringan (0–8%).

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas Hak Guna Usaha (HGU) PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation adalah 25 731 ha. PT Bhumireksa Nusa Sejati terdiri dari 5 Kebun dan dua factory yang diantaranya adalah Kebun Teluk Bakau, Kebun Nusa Lestari, Kebun Nusa Perkasa, Kebun Mandah, Kebun Rotan Semelur, Teluk Bakau Factory dan Mandah Factory.

Luas areal Kebun Teluk Bakau sampai Mei tahun 2014 adalah 4 085 ha yang terdiri dari areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 3 073.18 ha, areal pembibitan (nursery) seluas 40 ha, areal LC dan peremajaan (replanting) yang sedang dikerjakan seluas 400.01 ha, areal yang tidak ditanami (prasarana) seluas

394.81ha, dan areal okupasi seluas 197 ha. Kebun Teluk Bakau dibagi menjadi

4 divisi, yaitu Divisi I (1 029.93 ha) yang terbagi atas 8 blok, Divisi II (1 032.92 ha) terbagi atas 8 blok, Divisi III (1 114.13 ha) terdiri atas 6 blok, dan

Divisi IV (908.02 ha) terdiri atas 6 blok.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit di Kebun Teluk Bakau secara umum adalah tanaman menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 1993–1996 dan tanaman belum menghasilkan (TBM) dengan tahun tanam 2013 dan 2014 (peremajaan). Bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Teluk Bakau berasal dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan dengan jenis Socfindo dan Marihat. Pola tanam kelapa sawit yang digunakan dalam penanaman adalah segitiga samasisi dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m (populasi efektif 142 pokok/ha) untuk TM dan jarak tanam 7.93 m x 7.93 m x 7.93 m (populasi efektif 180 pokok/ha) untuk TBM. Data produksi TBS lima tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 6.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau terdiri dari seorang Manager kebun yang memimpin dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di unit kebun. Manager kebun membawahi seorang Senior Asisten, 3 Asisten Divisi, seorang Asisten Traksi, satu Asisten Quality Asurance (QA), dan seorang Kepala Seksi (Kasie). Senior asisten memimpin sebuah divisi dan memiliki wilayah kerja seluruh Divisi. Asisten Divisi bertanggung jawab atas pekerjaan di setiap divisi. Kepala Seksi bertugas memimpin kegiatan administratif di kantor besar. Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau dapat dilihat pada Lampiran 7.

(16)

Ketenagakerjaan di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati terdiri atas karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri dari Manager kebun, Asisten Kepala, Asisten Divisi, dan KTU. Karyawan non staf terdiri atas syarat kerja umum (SKU) yang terbagi menjadi SKU bulanan dan SKU harian. Jumlah karyawan di Kebun Teluk Bakau sampai dengan bulan Mei 2014 sebanyak 591 orang yang terdiri dari karyawan staf sebanyak 11 orang dan karyawan non staf sebanyak 580 orang (Tabel 2). Berdasarkan Tabel 2, indeks tenaga kerja (ITK) di Kebun Teluk Bakau sebesar 0.14.

Tabel 2 Norma ketenagakerjaan Kebun Teluk Bakau, PT BNS

Jenis tenaga kerja Jabatan karyawan Jumlah (orang)

Karyawan Staf Manager 1

Asisten Kepala 1 KTU 1 Asisten Divisi 3 Dokter 1 EMS dan IT 2 GM 1 PSD 1

Karyawan Non Staf SKU Bulanan 125

SKU Harian 455

Jumlah 591

ITK 0.14

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Persiapan Lahan Peremajaan (Replanting)

Tahap-tahap pelaksanaan persiapan lahan peremajaan di Kebun Teluk Bakau:

1. Sensus pokok yang akan ditumbang dan dibongkar bonggolnya 2. Penetapan raja lining

3. Pre lining

4. Pembongkaran pokok 5. Pembuatan parit

6. Compacting dan cambering, dan 7. Penataan areal konservasi. 8. Penanaman

1. Sensus pokok

Sensus pokok dilakukan beberapa bulan sebelum penumbangan dan pembongkaran dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghitung jumlah pokok hidup (H) dan jumlah pokok mati (M) sehingga perusahaan dapat mengetahui total biaya yang akan dikeluarkan. Alat-alat yang digunakan oleh karyawan penyensus pokok adalah buku, alat tulis, kuas dan cat berwarna merah.

(17)

Pelaksanaan sensus dilakukan baris per baris dan pada setiap pokok pertama dan terakhir ditulis hasil sensus dengan menggunakan cat berwarna merah (H dan M). Penulisan dilakukan pada pelepah kering dan masih menempel di pokok dan menghadap ke arah Kanal Cabang Baru (Gambar 1). Pokok normal pada blok E002 berjumlah 594 pokok, pokok mati berjumlah 52, dan pokok tumbang berjumlah 119 pokok.

Gambar 1 Kegiatan sensus pokok 2. Penetapan Raja lining

Penetapan Raja lining yaitu batas-batas daerah/blok yang akan dipancang ditentukan dan ditetapkan dengan membuat sebuah titik sebagai patokan untuk memancang. Titik ikatan tersebut (T0) adalah salah satu titik pertemuan collection road dengan main road. Pemancangan harus memenuhi sistem mata lima (Pahan 2010). T0 pada PT Bhumireksa Nusa Ssejati disebut raja lining (Gambar 2). Pembuatan T0 sudah dilaksanakan ketika penulis sampai di tempat magang sehingga penulis tidak sempat mengamati proses pelaksanaannya. Raja lining juga berguna sebagai patokan penataan kembali jaringan jalan yang sudah ada agar sesuai dengan kebutuhan areal peremajaan. Jaringan jalan yang ditata kembali adalah pasar rintis (path), jalan pengumpul sepeda motor, dan jalan utama sepeda motor.

Gambar 2 Penjelasan Asisten Divisi tentang Raja lining

Pre lining

Pre lining yaitu pemancangan awal yang dilakukan sebelum tanaman ditumbang. Kegiatan ini dilakukan sebelum tanaman ditumbang agar tanaman tetap bisa dipanen ketika dilakukan pemancangan. Pancang pada pre lining akan menjadi patokan pembuatan parit CECT (Close Ended Conservation Trenches) dan parit field drain. Ujung pancang CECT diberi warna merah sedangkan ujung pancang field drain diberi warna biru. Pancang mata tiga adalah pancang penunjuk arah bagi operator alat berat dalam pembuatan parit sehingga jalur yang tercipta menjadi lurus (Gambar 3 dan Gambar 4).

(18)

Gambar 3. pancang mata tiga untuk pancang penunjuk arah bagi operator alat berat

Gambar 4. Ujung pancang CECT diberi warna merah (a) ujung pancang field drain diberi warna biru (b)

Pembongkaran Pokok

Pembongkaran Pokok terdiri dari penumbangan, chiping, pembongkaran akar dan pencacahan bongol perakaran (Gambar 5). Tanaman ditumbang terlebih dahulu sejajar dengan arah barisan kemudian dilakukan chiping atau pencincangan. Chiping adalah pencincangan batang pokok sawit ke bentuk irisan-irisan dengan tebal maksimal 10 cm agar terurai lebih cepat oleh mikroorganisme, kemudian dilakukan pembongkaran akar dan dilakukan pencincangan. Sisa pokok yang telah dibongkar harus dirumpuk rapi sejajar dengan barisan berdasarkan pancang pre lining untuk memudahkan operator excavator lainnya dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya yaitu pembuatan parit. Menurut Pahan (2010) akar harus dibongkar untuk mengurangi intensitas serangan ganoderma yang menyebabkan busuk pangkal batang.

Gambar 5 Proses pembongkaran pokok: penumbangan pokok (a), Chipping (b), hasil chipping (c), dan pembongkaran akar (d)

a b

a b

(19)

Penataan Kembali Blok untuk Kegiatan Peremajaan

Blok-blok lama harus ditata ulang agar sesuai dengan kebutuhan kegiatan peremajaan. Penataan kembali merupakan bagian dari inovasi ke arah yang lebih baik. Kegiatan-kegiatan penataan kembali blok antara lain pembuatan kanal cabang baru, parit tengah, CECT, dan field drain.

Kanal cabang baru (KCB baru) dahulunya merupakan parit tengah yang membagi blok menjadi dua bagian yang sama, kemudian diubah menjadi KCB baru untuk akses jalan kendaraan air pengangkut TBS dan logistik ke tengah blok. Parit KCB baru memiliki ukuran lebar permukaan atas 4 m, kedalaman 4 m, dan lebar permukaan bawah 3 m (4 m x 4 m x 3 m).

Parit tengah atau parit kontrol adalah parit sekunder untuk drainase blok yang memiliki ukuran 1 m x 1 m x 0.8 m. Parit tengah sejajar dengan KCB baru. Kombinasi parit tengah dan KCB baru membagi blok menjadi empat bagian yang dahulunya hanya dua bagian yang dipisahkan oleh parit tengah. Hal ini dilakukan agar pasar pikul lebih pendek sehingga evakuasi TBS ke TPH lebih efisien, juga untuk mempermudah karyawan dalam pelaksanaan perawatan. Water flow dibuat di setiap pertemuan antara parit tengah dengan kanal kolektor untuk mempertahankan ketinggian muka air tanah.

Parit CECT (Close Ended Conservation Trenches) adalah parit tempat dirumpukkannya sisa-sisa tanaman hasil pembongkaran pokok yang sudah kering (Gambar 6) untuk mengurangi intensitas serangan hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) dan rayap (Coptotermes curvignathus). Sisa-sisa tanaman diupayakan agar tergenang air dan tanah tidak terbawa ke dalam parit CECT, sehingga kumbang tanduk tidak dapat bertelur pada sisa-sisa tanaman tersebut. Genangan air juga mencegah sisa-sisa tanaman menjadi sumber makanan bagi rayap. Ukuran parit CECT adalah l.2 m x 1.2 m x 1.8 m. Parit CECT dibendung pada kedua sisinya agar tidak mencemari air kanal.

Field drain adalah parit untuk drainase lahan. Ukuran field drain adalah 1 m x 0.8 m x 0.8 m. Rasio parit CECT dan field drain masing-masing terhadap baris tanaman adalah 1:4 dan dibuat selang-seling. Artinya dalam 4 baris tanaman terdapat 1 parit CECT dan 1 parit field drain. Jarak parit CECT ke field drain 14 m sehingga jarak parit CECT ke parit CECT berikutnya 28 m demikian juga dengan jarak field drain ke field drain berikutnya juga 28 m. Perbedaan blok sebelum peremajaan dan setelah peremajaan dapat dilihat pada Gambar 6.

(20)

Gambar 6 Layout blok sebelum peremajaan (kiri) dan setelah peremajaan (kanan)

Compacting dan Cambering

Compacting adalah proses pemadatan tanah gawangan agar tanah semakin padat. Pemadatan tanah membuat tanah menjadi turun lebih kurang 30 cm dari keadaan tanah sebelum Compacting (Gambar 7a). Daya sanggah tanah yang rendah dari tanah gambut dapat menyebabkan pohon mudah rebah dan menurunkan produksi. Setelah drainase, pemadatan merupakan faktor yang sangat kritis terhadap kesuksesan budidaya kelapa sawit di lahan gambut. Pemadatan akan meningkatkan kerapatan lindak tanah sehingga mengurangi tingkat pencucian pupuk, meningkatkan pasokan hara (hara per volume gambut meningkat), dan akar lebih kuat mencengkram tanah sehingga rebahnya tanaman dapat dikurangi.

Cambering salah satu inovasi PT BNS dalam mencegah tergenangnya air di gawangan. Cambering adalah proses pembubunan gawangan hidup atau pasar rintis (path) sehingga berbentuk cembungan agar air hujan mengalir dari gawangan ke CECT dan field drain sehingga air tidak tergenang pada path, cembungan tersebut memiliki kemiringan kurang lebih 45 derajat, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi intensitas tergenangnya air di pasar rintis (path) (Gambar 7b). Saat Compacting dan cambering juga dilakukan pembersihan gawangan dari sisa chipingan yang masih tertinggal. Compacting dan cambering dilakukan bersamaan oleh satu alat berat.

(21)

Gambar 7 Compacting (a), cambering (b),

gawangan sebelum cambering (c) dan sesudah cambering (d)

Penanaman

Penanaman di lahan peremajaan kebun TBE dilakukan dengan urutan pemancangan pancang tanam, pembuatan lubang tanam, pemupukan lubang tanam, penanaman pokok, dan penyemprotan pestisida awal setelah tanam.

Pemancangan pancang tanam. Pemancangan dilakukan dengan menggunakan tali yang diberi tanda simpul merah dan biru (Gambar 8). Tali direntangkan dari pancang kepala utara ke pancang kepala selatan. Jarak antar simpul merah dengan biru adalah 7 m, sehingga jarak antar simpul merah ke merah berikutnya 14 m. Pada baris pertama anak pancang akan dipancang pada simpul warna merah kemudian pada baris kedua dipancang pada simpul warna biru kemudian pada baris ketiga kembali dipancang pada simpul warna merah dan demikian seterusnya secara bergantian sehingga pola tanam akan membentuk pola tanam segitiga sama kaki (mata lima) 7.93 m x 7.93 m x 7.93 m. Pemancangan dilakukan oleh buruh kontraktor dengan Prestasi Kerja (PK) 1.7 ha/HK.

a b

(22)

Gambar 8 Pancang tanam Sumber : Kantor besar Kebun Teluk Bakau

Keterangan : x x x Tali dengan simpul merah dan kuning

Pancang kepala

Anak pancang

Pembuatan lubang tanam. Rendahnya daya sanggah tanah gambut mengakibatkan pokok doyong di lahan gambut sangat tinggi. Tanaman menghasilkan (TM) di kebun TBE sebagian besar doyong. Pokok doyong mengakibatkan produksi turun dan proses pemeliharaan menjadi lambat sehingga berdampak pada pembengkakan biaya pemeliharaan. Oleh karena itu PT BNS menerapkan teknologi lubang tanam dengan sistem hole in hole. Hole in hole merupakan lubang tanam bertingkat yang terdiri dari lubang atas dan lubang bawah. Lubang atas lebih luas berbentuk persegi sedangkan lubang bawah lebih sempit berbentuk lingkaran. Sistem hole in hole dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Alat berat pelubang tanam (a), sketsa alat pembuat lubang (b) Pemupukan lubang tanam. Jenis pupuk yang digunakan adalah Rock Phosphate (RP) yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar dengan dosis 500 gram/lubang tanam. Dalam pengaplikasiannya karyawan menggunakan takaran yang sudah dikalibrasi. Penggunaan pupuk RP dibandingkan TSP (Triple Super Phosphate) dikarena RP mengandung cukup banyak kalsium (Ca) yang dapat mengurangi kemasaman gambut. Oleh karena itu penggunaan RP lebih tepat. Kendala yang dihadapi adalah tergenangnya lubang tanam akibat tingginya level air.

(23)

Gambar 10 Aplikasi RP (a) dan lubang tanam yang tergenang air (b)

Penanaman pokok. Bibit ditanam pada bagian lubang bawah, kemudian polybag dikoyak dengan pisau dan bibit diletakkan dengan hati-hati ke dalam lubang. Setelah itu lubang ditimbun dan dipadatkan hingga leher akar persis sejajar dengan permukaan tanah lubang bawah sehingga piringan akan berbentuk cekung ke dalam. Mutu tanam dikategorikan baik harus memenuhi: (1) piringan

cekung (tidak rata), (2) tanaman tidak miring/tegak, (3) tanaman tidak tercekik, (4) timbunan padat, dan (5) akar tanaman tidak timbul. Norma kerja penanaman

adalah 40 pokok/HK dengan premi Rp 2000/pokok. Menurut Pahan (2012) kesalahan-kesalahan yang harus dihindari pada penanaman kelapa sawit antara lain adalah bibit ditanam miring (Gambar 11b), bibit ditanam terlalu dalam sehingga tanaman tercekik (Gambar 11c), bibit ditanam terlalu tinggi sehingga akar timbul, dan tanah pada great polybag (bola tanah) pecah dan dibuang (Gambar 11d).

Gambar 11 Penanaman yang baik (a), pokok miring (b), piringan rata (c), dan tanaman menguning akibat pecahnya bola tanah saat menanam (d)

Penyemprotan insektisida awal setelah tanam. Setelah bibit ditanam segera pada sore harinya dilakukan penyemprotan insektisida untuk melindungi daun tanaman dari serangan ulat api, ulat kantong, dan Apogonia sp. Insektisida yang digunakan berbahan aktif cypermethrin 50 g/l yang merupakan insektisida

a b

a b

(24)

racun kontak berbentuk pekatan, berwarna kuning pekat. Selain fungsi diatas, insektisida ini memiliki fungsi tambahan melindungi tanaman dari serangan kumbang tanduk (Oryctes rhinocerous). Konsentrasi aplikasinya 1.6% dengan volume semprot 135 ml/pokok. Penyemprotan menggunakan knapsack sprayer kapasitas 15 liter. Cara penyemprotannya ialah menyemprot kedua sisi pangkal batang dan pangkal pucuk untuk melindungi tanaman dari serangan kumbang tanduk kemudian menyemprot seluruh permukaan daun untuk melindungi tanaman dari hama pemakan daun (Gambar 12). Kegiatan ini dilakukan setelah jam kerja yakni dari jam 14.00 – 15.30 dengan premi Rp 20000/orang.

Gambar 12 Penyemprotan hama (a) dan takaran knapsack sprayer (b) Pemeliharaan

Pemeliharaan di lahan peremajaan terdiri dari penanaman tanaman penutup tanah, pemupukan, dan pengendalian gulma.

Penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah yang digunakan adalah pakis/neprolephis, Mucuna bracteata (MB), dan campuran Pueraria javanica (PJ) dengan Calopogonium mucunoides (CM). Pakis selain tanaman penutup tanah juga sering dimanfaatkan oleh Sycanus sp (predator ulat api) untuk meletakkan telurnya. Sedangkan manfaat lain kacang-kacangan (MB, PJ, dan CM) adalah menghasilkan bahan organik dan dapat mengikat unsur nitrogen dari udara untuk tanaman kelapa sawit.

Neprolephis ditanam di antara jarak dalam baris tanaman. Jarak tanam Neprolephis dari pokok sawit adalah 3 m sedangkan jarak tanam Neprolephis adalah 0.6 m x 0.6 m (Gambar 13a).

Setiap ditengah jarak dalam baris tanaman ditanami satu bibit MB. Jarak tanam MB dari parit 60 cm (Gambar 13b). Sebelum ditanam lubang tanam diberi pupuk NPK atau urea dengann dosis 10 g/lubang. Neprolephis dan MB tidak boleh ditanam pada blok yang sama karena akan menimbulkan persaingan. Prestasi kerja karyawan.

Penanaman benih kacang-kacangan yang terdiri dari campuran PJ dan CM memerlukan pupuk dan bakteri Rhizobium agar tumbuh dengan baik. Benih kacang-kacangan yang terdiri dari 3 kg PJ/ha dan 3 kg CM/ha dicampur dengan pupuk sumicoat 6 kg dan RP 12 kg sebagai penyedia unsur hara sehingga perbandingan kacang-kacangan dengan pupuk sumicoat dan RP adalah 1:1:2. Kemudian campuran tersebut diberi bakteri Rhizobium untuk meningkatkan daya fiksasi nitrogen pada kacang-kacangan. Untuk 10 kg campuran benih PJ dan CM dipakai 50 g Rhizobium yang dilarutkan dalam 0.25 L air. Benih ditanam di sepanjang path dengan jarak 2 m dari pokok sawit (Gambar 13c). Alur tanam

(25)

benih dibuat masing-masing dua baris di sepanjang kiri dan kanan path dengan jarak tanam 50 cm dan kedalaman 2 – 3 cm.

Gambar 13 Hasil penanaman pakis (a), M. bracteata umur 2 bulan (b), campuran kacangan PJ dan MC umur 2 minggu (c)

Pengendalian Gulma Secara Kimia dan Manual. Pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, menekan populasi hama, dan mempermudah kegiatan pemeliharaan. Pengendalian gulma di lahan peremajaan dilakukan secara kimia dan manual.

Pengendalian gulma secara kimia (Gambar 14a) yang diikuti oleh penulis adalah penyemprotan gulma berdaun lebar. Herbisida yang digunakan merupakan herbisida purna tumbuh yang sistemik dan selektif, berbentuk pekatan, berwarna coklat tua, dan berbahan aktif fluroksipir metil heptil ester 295 g/l dengan konsentrasi 0.15 %. Knapsack sprayer yang digunakan berkapasitas 15 liter dan nodzel diberi sarung plastik yang terbuat dari kotak sabun colek agar radius pola

semprotan nozelnya merata dan tidak terlalu lebar. Prestasi kerja kayawan 2.5 ha/HK tergantung kondisi kerapatan gulma.

Pengendalian gulma secara manual (Gambar 14b) yang diikuti oleh penulis adalah dongkel anak kayu dan kentosan. Kedua kegiatan ini dilakukan jika kegiatan chemist (penyemprotan secara kimia) terhalang oleh hujan. Prestasi kerja dongkel anak kayu dan mencabut kentosan adalah 0.5 – 0.7 ha/HK. Jenis-jenis gulma yang dominan di lahan peremajaan adalah Paspalum conjugatum, Cyperus iria (rumput matahari), Clibadium surinamenses (narong), Micania micrantha (rumput saudagar), Melastoma malabatrichum (senggani), Borreria latifolia (rumput staren), dan kentosan.

Gambar 14 Pengendalian secara kimia (a) dan secara manual (b) Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT) di lahan peremajaan dilakukan secara kimia, biologis, dan manual. Pengendalian HPT secara kimia menggunakan insektisida dengan konsentrasi dan dosis yang sama dengan

a b c

a b

(26)

penyemprotan awal setelah tanam. Jika serangan meningkat maka konsentrasi ditingkatkan dua atau tiga kali lipat. Hama-hama yang menyerang tanaman di areal peremajaan antara lain Apogonia sp., Oryctes rhinoceros, dan belalang.

Apogonia sp. atau kumbang malam menyebabkan daun berlubang-lubang karena lapisan epidermis anak daun terkikis atau dimakan seluruhnya. Apogonia sp. aktif dan mencari makan pada malam hari. Pada waktu siang kumbang ini beristirahat di dalam lapisan tanah sedalam sekitar 2 cm atau bersembunyi di antara gulma yang ada di sekitar area peremajaan. Kerusakan pada tanaman yang telah berumur lebih dari satu tahun bisa diabaikan. Umumnya serangan Apogonia sp. di lapangan akan berkurang dengan sendirinya bila tanaman penutup tanah sudah menutupi areal penanaman dengan sempurna.

Oryctes rhinoceros atau kumbang tanduk merupakan hama utama di areal peremajaan. Kumbang tanduk menyerang pangkal pucuk sawit. Gejala serangan kumbang tanduk ialah menguning dan mengeringnya pucuk sawit (Gambar 15a) kemudian terdapat lubang bekas gerekan kumbang tanduk pada pangkal batang sawit. Serangan kumbang tanduk sangat merugikan karena memperalambat pertumbuhan vegetatif tanaman dan bisa mematikan tanaman. Pucuk sawit yang telah terserang segera dicabut agar pucuk penggantingya tetap tumbuh normal (Gambar 15b).

Pengendalian hama secara manual yaitu mengambil kumbang tanduk yang terdapat pada lubang gerekan pada pangkal pucuk sawit yang sekaligus dilakukan oleh karyawan yang sedang melakukan semprot hama. Pengendalian secara jebakan (pherotrap) yaitu memasang pherotrap kumbang tanduk (Gambar 15c) dengan rasio terhadap luas lahan 1:4 ha. Jebakan dibuat sedemikian rupa dan diberi hormon pemikat kemudian digantung pada tiang kayu.

Gambar 15 Serangan hama kumbang tanduk (a), tunas tumbuh kembali pasca penyerangan (b), pherotrap kumbang tanduk (c)

Pemanenan

Pemanenan merupakan kegiatan yang menentukan dalam pencapaian produktivitas suatu unit kebun. Panen adalah memotong semua tandan masak panen dengan rotasi panen kurang dari sembilan hari, mutu panen yang sesuai standar, mengutip seluruh brondolan yang terjatuh, serta mengirimkan seluruh TBS dan brondolan yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.

Sistem panen yang digunakan di Divisi I Kebun Teluk Bakau adalah sistem Block Harvesting System (BHS). Sistem BHS merupakan program implementasi pengerjaan kegiatan panen yang terkonsentrasi pada satu seksi yang harus diselesaikan dalam satu hari.

(27)

Kriteria matang panen merupakan indiksasi yang dapat membantu pemanen agar memotong TBS pada saat yang tepat. Berikut merupakan kriteria matang panen di Kebun Teluk Bakau.

Tabel 3 Kriteria Panen di Kebun Teluk Bakau Berdasarkan Jumlah Brondolan yang Lepas dari Tandan

Jumlah brondolan lepas dari tandan Tingkat kematangan

0 – 5 Buah Mentah ( Un Ripe )

6 – 9 Buah Mengkal (Under Ripe )

> 10 Buah Masak ( Ripe )

> 70% Buah terlalu Masak ( Empty Bunch )

Sumber: Kantor Besar Kebun Teluk Bakau

Rotasi panen adalah jumlah hari yang diperlukan pemanen untuk kembali ke seksi panen awal pada kegiatan panen. Sistem BHS membagi divisi menjadi 6 seksi panen. Sehingga membentuk rotasi panen 6/7 yang artinya terdapat enam hari kerja dan kembali ke seksi panen awal pada hari ke-7. Seksi-seksi kemudian dibagi menjadi beberapa hanca tetap untuk memudahkan pengawasan.

Pelaksanaan kegiatan panen dimulai dengan apel pagi pukul 06.00 WIB oleh pemanen dengan mandor panen. Mandor memeriksa kehadiran pemanen dan memberi pengarahan pekerjaan mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu dan menyampaikan hasil evaluasi hasil kegiatan panen hari sebelumnya. Pelaksanaan panen di Kebun Teluk Bakau mengikuti kaidah Sapta Disiplin Potong yang berisi: (1) Buah matang dipanen semua, (2) Tidak memanen buah mentah, (3) Seluruh brondolan dikutip bersih, (4) Pelepah disusun rapi dan dirumpukkan di gawangan berbentuk “U”, (5) buah diantrikan dan disusun rapi di TPH dan diberi tanda, (6) Pelepah sengkleh tidak ada, dan (7) Administrasi dikerjakan secara benar dan segera.

Pengangkutan TBS dari TPH ke PKS menggunakan transportasi air. Proses pengangkutan terbagi menjadi dua pekerjaan, yaitu pengangkutan TBS dari TPH ke Collection Point (CP) dengan menggunakan bargas (Gambar 16b) berkapasitas

±6.3 ton dan pengangkutan TBS dari CP ke PKS menggunakan ponton (sejenis kapal) berkapasitas ±15 ton.

Gambar 16 Potong buah (a), pengangkutan TBS menggunakan bargas (b) Angkut Tandan Buah Segar

Pengangkutan tandan buah segar merupakan salah satu proses penting dalam kegiatan panen. Oleh karena itu, sarana dan prasarana harus mendukung untuk melancarkan proses pengangkutan tandan buah segar. Pengangkutan TBS di PT BNS khususnya Kebun Teluk Bakau melalui jalur air. Tandan buah segar yang sudah di TPH (krani buah sudah menghitung) diangkut menggunakan bargas (dilakukan di KCB) dan dibawa ke KUT divisi untuk proses over skip (bongkar

(28)

muat) ke PC. Proses over skip dilakukan di collection point (CP). Setelah selesai over skip ke PC maka selanjutnya membawa hasil TBS yang dipanen setiap harinya ke Pabrik Kelapa Sawit dengan menggunakan tugboat.

Kelemahan umum proses pengangkutan di PT BNS melalui jalur air adalah apabila terjadi musim kemarau panjang maka akan memperlambat sampainya TBS ke PKS karena baik KUT, KCB dan collector mengalami pendangkalan. Selain itu, proses pengangkutan melalui jalur air akan menambah losses karena pengangkutan mengalami bongkar muat. Oleh karena itu, dibutuhkan pengawasan yang intensif dari asisten divisi dan supervisor agar losses dapat berkurang.

Aspek Manajerial

Pendamping Mandor Peremajaan (Replanting) memimpin lingkaran pagi dengan karyawan penanam pokok tanaman pada jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi, mengecek cangkul sebagai alat tanam, dan mengecek Alat Pelindung Diri (APD) setiap karyawan penanam. Mandor peremajaan bertugas mengawasi tim penanam agar mutu tanam terjaga. Karyawan yang mutu tanamnya buruk akan ditegur dan diberi sangsi jika perlu oleh mandor dan diperintahkan untuk segera memperbaikinya kembali. Mandor peremajaan juga bertanggung jawab terhadap kegiatan penyisipan dan logistik bibit dari areal pembibitan ke areal peremajaan. Mandor peremajaan melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring jumlah bibit yang telah ditanam dan disisip.

Pendamping Mandor Semprot (Chemist) memimpin lingkaran pagi dengan karyawan semprot pada jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga semprot, mengatur dan mengecek alat semprot untuk masing-masing penyemprot, mengecek Alat Pelindung Diri (APD) kerja setiap karyawan semprot. Pada saat di lapangan penulis mengawasi pencampuran bahan dan memastikan racun sesuai dosis di gudang divisi, mengarahkan dan mengawasi penuh pekerjaan semprot di lapangan dan membawa sabun untuk cuci tangan.. Selesai menyemprot, seluruh alat semprot dan bahan sisa dicuci bersih dan disimpan di gudang divisi. Limbah bahan beracun berbahaya (B3) seperti botol, galon tempat racun dikumpulkan ke gudang Limbah B3. Hasil kerja dilaporkan dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring pemakaian bahan dan peta ealisasi kerja.

Pendamping Mandor Pupuk membuat lingkaran pagi dengan karyawan pupuk pada jam 06.00 WIB untuk memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga pemupukan kemudian melaporkannya kepada asisten. Mandor pupuk bertanggung jawab dalam mengatur dan membagikan takaran pupuk yang standar dan sesuai dosis pupuk yang akan ditabur pada masing-masing pemupuk. Pekerjaan yang dilakukan di kebun merupakan tanggung jawab semua pihak sehingga mandor wajib mengecek Alat Pelindung Diri (APD) seperti: Sepatu, sarung tangan, dan topi pada setiap karyawan pemupukan. Pelaksanaan di lapangan mandor melakukan pengawasan penuh pada pekerjaan pupuk dengan memastikan penaburan pupuk dilakukan secara benar. Mandor membawa sabun untuk cuci tangan tim pupuk. Selesai pemupukan, seluruh alat kerja ( ember dan takaran )

(29)

dicuci bersih dan disimpan di gudang divisi. Limbah bahan B3, seperti karung kemasan pupuk serta plastik dikumpulkan ke gudang limbah B3 dan dilaporkan pada kerani gudang untuk dicatat.

Pendamping Mandor Panen bertugas untuk menngontrol atau mengawasi jalannya kegiatan pemanenan. Selama mendampingi mandor panen (Divisi II Teluk Bakau Estate) penulis membantu langsung tugas seorang mandor. Proses kegiatan mandor panen dimulai dengan mengikuti apel pagi (05.30 – 06.15) setiap harinya. Apel pagi dipimpin langsung oleh mandor besar dan asisten. Selanjutnya, mandor panen melakukan breafing bersama anggota mandor panen. Pengarahan yang dilkukan mandor panen ke tenaga kerja panen adalah intruksi dari mandor besar atau asisten pada saat apel pagi. Sebelum berangkat ke lahan masing– masing sesuai hancanya mandor panen mengabsen seluruh anggotanya yang hadir (setiap kali akan memanen). Mandor panen juga menetapkan hanca masing– masing pemanen. Pengecekan pengawasan hanca pada saat kegiatan panen dilakukan selama menjabat sebagai pendamping mandor panen. Pengecekan hanca berfungsi untuk mengecek hasil kerjaan tenaga kerja panen selama kegiatan panen berlangsung per HK nya. Pengecekan meliputi pengecekan TBS yang belum terpanen dan berondolan (Losses Fruit) yang tidak terkutip. Apabila kedapatan tenaga panen meninggalkan buah (tidak terangkut), brondolan masih banyak yang belum terangkut maka tenaga pemanen dikenakan sanksi sesuai ketentuan perusahaan. Seluruh kegiatan mandor panen setiap harinya dilaporkan ke Buku Kegiatan Mandor (BKM).

Pendamping Mandor I memiliki tugas dan tanggung jawab melaporkan hasil seluruh kegiatan di lapangan kepada asisten. Kegiatan penulis saat menjadi mandor I mengikuti atau memimpin apel pagi dengan para mandor apabila asisten tidak dapat hadir serta memimpin apel K3 setiap hari sabtu di divisi. Selain itu, membantu asisten dalam membuat Rencana Kerja Harian untuk esok hari dari pekerjaan pemeliharan maupun pemanenan. Penulis melakukan pengawasan kegiatan mandor dan karyawan agar rencana kerja harian (RKH) yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Penulis saat mendapatkan tugas sebagai mandor I juga dapat menegur dan memberikan sanksi kepada mandor dan karyawan yang tidak melaksanakan pekerjaan sesuai rencana. Pengawasan dengan melakukan pengecekan mutu hancak pada kegiatan panen juga dilakukan oleh penulis saat menjadi mandor I dengan mengambil lima pemanen setiap hari panen. Untuk membangun kerja sama, komunikasi, menularkan improvment dan menyelesaikan masalah maka penulis mengikuti field day. Field day merupakan aktivitas yang dilakukan di lapangan untuk sharing pendapat dan menyelesaikan permasalahan.

Pendamping Kerani Buah bertugas untuk mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari panennya dan mengatur transportasi buah dari TPH ke colection point (CP). Kerani buah bertanggung jawab untuk membagikan notes potong buah yang telah diisi dengan lengkap, baik premi maupun dendanya dan memeriksa mutu buah. Kerani buah membuat surat pengantar (SP) buah yang dikirim ke CP/PKS dan mencatat nomor SP dan kendaraan yang mengangkutnya. Melaporkan hasil kerja dalam buku Penerimaan Buah (PB) dan Notes potong buah secara rutin. Merekap produksi per blok dan membuat laporan premi harian

(30)

panen ke kantor divisi. Kerani buah merangkap menjadi mandor transportasi. Mandor transportasi bertugas mengatur kegiatan setiap operator bargas termasuk bargas lumut dalam melaksanakan pencucian kanal.

Pendamping Asisten. Kegiatan penulis saat menjadi PJS Asisiten Divisi bersifat teknis di lapangan dan administrasi di kantor. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping asisten adalah memimpin apel pagi, mengarahkan serta mengawasi kerja karyawan dan para mandor di lapangan. Penulis juga membantu membuat RKH (Rencana Kerja Harian) dan bersama dengan asisten melakukan pemeriksaaan ke lapangan meliputi kegiatan penggunaan alat berat (excavator), pemupukan sesuai dengan pedoman BMS, penanaman beneficial plant, pemantauan hasil chemist, pengontrolan hama dan penyakit dan kegiatan pemanenan, serta mengikuti kegiatan “Field day”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Pembibitan

Pembibitan kelapa sawit di Kebun Teluk Bakau terletak di Divisi II, tepatnya berada pada Blok E006 dengan titik kordinat Latittude 00011’24” N, Longittude 103035’29” E, dan Altittude 28 meter. Pada saat dilaksanakannya magang penulis melakukan kegiatan pengamatan di Divisi II, sedangkan pada kegiatan lain penulis ditempatkan pada Divisi I di Kebun Teluk Bakau yang 80% arealnya sudah dilakukan peremajaan. Sistem pembibitan yang digunakan oleh Kebun Teluk Bakau adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage). Pada pembibitan dua tahap yang dilakukan, kecambah ditanam pada plastik babybag yang mempunyai ukuran 15 cm x 22 cm, tebal 0.10 mm dengan lubang perforasi sebanyak 24 buah untuk mengatur drainase pada pembibitan awal. Babybag yang diisi menggunakan media tanah lapisan atas (top soil) yang gembur, subur, bersih dari potongan kayu serta banyak mengandung bahan organik dan diambil dari lahan yang bebas serangan penyakit terutama penyakit ganoderma. Media tanah yang berada di Kebun Teluk Bakau adalah tanah gambut saprik yang diambil dari lapisan top soil sedalam 20-30 cm dari permukaan tanah.

Persiapan Pembibitan

Persiapan areal tanam dilakukan 1 tahun sebelum kedatangan kecambah. Sedangkan persiapan media tanam dilakukan 3 bulan sebelum kedatangan kecambah. Lokasi Pembibitan di Teluk Bakau Estate mempunyai topografi yang datar, dekat dengan sumber air, drainase baik dan tidak mudah tergenang, akses jalan baik, dan aman dari gangguan ternak dan binatang liar. Hal ini dikarenakan lahan yang ada di Perkebunan Teluk Bakau Estate adalah gambut.

Menurut ARM (2004) lokasi yang baik adalah topografi relatif datar, dekat sumber air, drainase baik dan tidak mudah tergenang, akses jalan baik, dan aman

(31)

dari gangguan ternak dan binatang liar. Dengan demikian, untuk lokasi Teluk bakau Estate sudah sesuai untuk pembibitan.

Persiapan pembibitan meliputi perhitungan jumlah kebutuhan bibit, lokasi pembibitan, tahapan pembibitan, dan media tanam. Perhitungan kebutuhan kecambah untuk luas 467 ha disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Kebutuhan kecambah. Luas areal : 467 ha Pokok/ha : 180 pokok

Jumlah Pokok : 72 000 pokok

Seleksi (Afkir)

a. Sisipan (penyulaman) 4 203 bibit 5%

b. Penanaman di PN 8 406 bibit 10%

c. Penanaman di MN 16 612 bibit 20%

Sub total afkir 29 421 bibit 35%

Jumlah Pokok 84 060 pokok

Total Kebutuhan Kecambah

113 481 kecambah

Kebutuhan bibit dihitung berdasarkan jumlah pokok/ha yang diterapkan oleh Kebun Teluk Bakau, yaitu 180 pokok/ha. Sehingga total kebutuhan kecambah yang akan ditanam untuk kebutuhan luas areal 467 ha adalah 113 481 kecambah (setelah penambahan 35% dari seleksi).

Pemilihan lokasi pembibitan di Kebun Teluk Bakau berada diatas tanah gambut yang berbeda dengan perusahaan perkebunan lainnya yang ada di tanah mineral. Hal ini menyebabkan beberapa perbedaan dan permasalahan baru terhadap kegiatan teknis budidaya dan manajemen tenaga kerja yang telah penulis temukan seperti air yang digunakan adalah air gambut yang terdapat pada kanal, potensi pH air yang berada di kanal berkisar 3-4, dan perlu kegiatan langsir polybag untuk menempatkan polybag yang telah diisi tanah yang berada di jalan utama ke titik-titik areal di pembibitan utama. Menurut Pahan (2006) di lahan tanah mineral, kegiatan pengisian dan penyusunan polybag langsung dilakukan di lapangan atau areal pembibitan dengan mencampur pasir ke dalam media. Namun di lahan gambut, pengisian media tidak menggunakan campuran pasir seperti halnya tanah mineral, hal ini karena tanah gambut memiliki porositas yang tinggi sehingga media ketika disiram tidak tergenang.

Beberapa hal yang menjadi penentuan lokasi pembibitan di Kebun Teluk Bakau pada Divisi II adalah sebagai berikut :

a. Dekat dengan sumber air dan drainase baik

b. Areal memiliki topografi datar dan terletak di tengah kebun c. Dekat dengan areal untuk penanaman dan mudah dijangkau

d. Areal jauh dari sumber hama dan penyakit, tersanitasi dengan baik dan terbuka, tidak terhalangi pohon besar atau bangunan

e. Perencanaan luas bibitan disesuaikan dengan rencana penanaman

Tahapan pembibitan di Kebun Teluk Bakau menggunakan sistem dua tahap (double stage), yang terdiri dari pembibitan awal (pre-nursery) selama kurang lebih 3 bulan pada polybag berukuran kecil dan kemudian dipindahkan ke pembibitan utama (main-nursery) dengan polybag berukuran lebih besar. Keuntungan menggunakan sistem dua tahap adalah sebagai berikut:

(32)

b. Tersedianya waktu untuk mempersiapkan pembibitan utama

c. Kualitas bibit lebih terjamin, karena proses seleksi lebih mudah dan teliti di setiap tahapnya

d. Seleksi yang ketat dapat mengurangi pemakaian tanah dan polybag berukuran besar.

Media tanam yang digunakan di Kebun Teluk Bakau adalah tanah yang berkualitas baik, yaitu tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 20-30 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas dari kontaminan (hama, penyakit, dan bahan kimia). Pengisian tanah ke babybag dilakukan setengah babybag terlebih dahulu dan kemudian dipadatkan, kemudian kembali diisi hingga penuh. Hal ini dilakukan karena gambut mempunyai sifat kering tidak berbalik (irreversible drying). Setiap polybag diberi pupuk RP (Rock Phospat) sebanyak 5 gramper babybag.

Pembibitan Awal (Pre-Nursery) Persiapan dan Penanaman Kecambah

Bedengan. Bedengan dibuat pada areal yang telah diratakan dengan ukuran lebar 1.2 m dan panjang 33 m untuk setiap bedengan. Tepi bedengan dilengkapi dengan papan atau kayu setinggi kurang lebih 10 cm agar babybag dapat disusun dengan tegak. Jarak antara bedengan adalah 80 cm berfungsi sebagai jalan pemeliharaan, pengawasan, dan pembuangan air yang berlebihan saat penyiraman atau waktu hujan. Bedengan ukuran 1.2 m x 33 m dapat memuat 5 376-5 418 bibit. Bagian dasar bedengan dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah untuk memperlancar drainase.

Naungan. Naungan di pembibitan awal berfungsi untuk mencegah sinar matahari secara langsung. Selain itu, naungan juga berfungsi untuk menghindari terbongkarnya tanah di babybag akibat terpaan air hujan. Pengaturan naungan di pembibitan awal disajikan pada (Tabel 1). Naungan dibuat dengan ukuran lebar 2 m dan panjang 35 m. Kontruksi naungan dibuat dari kayu bulat sebagai tiang dan atap. Paranet yang digunakan adalah paranet 70% (intensitas cahaya yang masuk 30% dan yang keluar 70%).

Penanaman Kecambah. Kecambah kelapa sawit yang telah diterima diusahakan segera ditanam pada polibeg yang telah disediakan. Keterlambatan penanaman akan mengakibatkan kerusakan atau kelainan pada kecambah tersebut, antara lain :

a. Bakal akar dan daun akan menjadi panjang sehingga mempersulit penanaman

b. Bakal akar dan daun akan mudah patah

c. Kecambah akan mengalami kerusakan karena terserang jamur d. Kecambah akan menjadi mati/kering karena kekerungan air

Kecambah yang ditanam adalah kecambah yang telah dapat dibedakan antara bakal daun (plumula) dan bakal akar (radikula). Plumula ditandai dengan bentuknya yang agak menajam dan berwarna kuning muda, sedangkan radikula berbentuk agak tumpul dan berwarna kecoklatan. Pada waktu penanaman harus diperhatikan posisi dan arah kecambah, plumula manghadap ke atas dan radikula menghadap ke bawah. Kecambah yang belum jelas bakal akar dan daunnya

(33)

dikembalikan kedalam kantong plastik dan disimpan dalam kondisi lembab selama beberapa hari untuk bisa ditanam.

Pemeliharaan Pembibitan Awal

Penyiraman. Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan secara hati-hati agar kecambah tidak terbongkar

atau akar-akar bibit muda muncul ke permukaan. Setiap bibit memerlukan 0.1–0.2 liter air pada setiap kali penyiraman. Apabila curah hujan >8 mm per hari

maka tidak perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan dengan mesin pompa air yang kemudian dialirkan ke selang sumisansui 1 inchi. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 1 orang dengan prestasi kerja 1 ha/HK selama 7 jam.

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma yang tumbuh di kantong babybag perlu disiang secara manual dengan rotasi 1 minggu sekali. Pelaksanaan penyiangan biasanya diiringi dengan penambahan tanah pada babybag. Penyiangan juga ditunjukan untuk mencegah pengerasan permukaan tanah. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 2 orang dengan prestasi kerja 10 000 babybag/HK.

Pemupukan. Pemupukan menggunakan urea dengan konsentrasi 0.2% atau 2 gram/liter air. Pemupukan dilakukan secara folair application (melalui daun) menggunakan sprayer. Setiap liter larutan cukup untuk 1000 bibit. Frekuensi pemberian pupuk seminggu sekali. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 1 orang dengan prestasi kerja 10 000 babybag/HK.

Pengendalian hama dan penyakit. Hama yang umum menggangu bibit pre-nursery adalah semut, jangkrik, belalang, tikus, dan Apogonia sp. Sedangkan penyakit yang umum adalah Helminthosphorium sp, Antrchnosa, dan Blast. Penggunaan bahan kimia dalam pengendalian harus ekstra hati-hati karena bibit muda masih sangat peka. Cara pengaplikasian untuk hama menggunakan chypermethrin dengan konsentrasi 0.2% atau 2 cc/liter air yang kemudian disemprot ke atas babybag. Rotasi penyemprotan dilakukan 2 minggu sekali ketika serangan hama sudah terlihat. Untuk penyakit, biasanya diberikan metil tiofanat dengan rotasi penyemprotan seminggu sekali ketika serangan penyakit sudah terlihat. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 1 orang dengan prestasi kerja 10 000 babybag/HK.

Seleksi bibit. Seleksi bertujuan untuk menghindari terangkutnya bibit abnormal ke tahap pembibitan selanjutnya. Bibit abnormal dapat disebabkan oleh faktor genetis, kesalahan kultur teknis atau serangan hama dan penyakit. Seleksi dilaksanakan saat pindah tanam. Tanaman normal pada umur 2.5 bulan, biasanya telah memiliki 3-4 helai daun dan telah sempurna bentuknya. Beberapa bentuk bibit abnormal yang harus dibuang/disingkirkan pada saat pelaksanaan seleksi, yaitu :

a. Anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang (narrow-leaves) b. Bibit yang pertumbuhannya terputar (twisted)

c. Bibit yang tumbuh kerdil (dwarfish)

d. Bibit yang anak daunnya bergulung (rolled leaves) e. Bibit yang anak daunnya kusut (crinkled)

f. Bibit yang ujung daunnya membulat seperti mangkuk (collante) g. Bibit yang terserang penyakit tajuk (crown disesase)

Gambar

Gambar 1 Kegiatan sensus pokok  2.  Penetapan Raja lining
Gambar 3. pancang  mata tiga untuk pancang   penunjuk arah bagi operator alat berat
Gambar 6 Layout blok sebelum peremajaan (kiri) dan setelah peremajaan (kanan)  Compacting dan Cambering
Gambar 7 Compacting (a), cambering (b),
+5

Referensi

Dokumen terkait

siswa hendaknya memberikan motivasi kepada para guru secara kontinyu dengan memberikan pengarahan tentang tugas pokok dan fungsi secara keseluruhan, hal

jumlah individu yang sedikit), kehilangan jenis dari hutan alam akan sebanding dengan jumlah pohon yang ditebang dan yang rusak parah sebagai akibat pemanenan

Dalam Kolb (1992), konflik dapat saja terjadi karena timbulnya perbedaan dalam minat, pola pikir, dan tujuan. Lebih jauh dinyatakan bahwa konflik dapat terjadi karena

Penelitian pengaruh ekstrak buah papaya ( Carica papaya L.) terhadap kadar catalase (CAT) dan glutathione (GSH) pada hati tikus jantan yang diinduksi lead acetate

digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan analisis gain score. Hasil pengembangan didapatkan produk media pembelajaran

Salah satu permasalahan nasional yang kita hadapi dan harus dipecahkan serta dicarikan jalan keluarnya pada saat ini adalah masalah energi, baik untuk keperluan

[r]

Bahasa di daerah Kabupaten Kampar bagian timur dan di daerah bekas Kerajaan Siak masih murni karena tidak terdapat pengaruh yang. besar dari