• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOAKUMULASI KADMIUM MELALUI JALUR AIR LAUT PADA KERANG HIJAU (Perna viridis) : STUDI PENGAMBILAN DAN DEPURASI KADMIUM MENGGUNAKAN PERUNUT 109 Cd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIOAKUMULASI KADMIUM MELALUI JALUR AIR LAUT PADA KERANG HIJAU (Perna viridis) : STUDI PENGAMBILAN DAN DEPURASI KADMIUM MENGGUNAKAN PERUNUT 109 Cd"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BIOAKUMULASI KADMIUM MELALUI JALUR AIR LAUT

PADA KERANG HIJAU (Perna viridis) : STUDI

PENGAMBILAN

DAN

DEPURASI

KADMIUM

MENGGUNAKAN PERUNUT

109

Cd

Heny Suseno

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN

ABSTRAK

BIOAKUMULASI KADMIUM MELALUI JALUR AIR LAUT PADA KERANG HIJAU (Perna viridis) : STUDI PENGAMBILAN DAN DEPURASI KADMIUM MENGGUNAKAN PERUNUT

109Cd. Telah dilakukan penelitian bioakumulasi kadmium melalui jalur air laut pada kerang hijau

(Perna viridis) menggunakan perunut 109Cd. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari

biokinetika kadmium pada kerang hijau yang akan digunakan sebagai bioindikator Cd dalam lingkungan pesisir. Percobaan meliputi pengambilan dan pelepasan 109Cd serta perhitungan

parameter biokinetika. Hasil percobaan menunjukkan proses pengambilan kadmium dalam air laut oleh Perna viridis mencapai kondisi tunak setelah 11 hari dan ukuran hewan percobaan tidak mempengaruhi pencapaian kondisi tunak proses pengambilan. Faktor konsentrasi kadmium pada Perna Viridis tertinggi adalah sebesar 60,07 dan 44,15 berturut-turut untuk pH 8,2 dan 8,6. Waktu paro biologis untuk tahapan singkat berkisar antara 2,11 sampai dengan 3,74 hari. Berdasarkan biokinetika pengambilan dan pelepasan tersebut maka Perna viridis dapat digunakan sebagai bioindikator kadmium pada perairan pesisir.

ABSTRACT

BIOACCUMULATION CADMIUM IN GREEN MUSSEL (Perna viridis) FROM SEAWATER PATHWAY: RADIOTRACER STUDY OF UPTAKE AND DEPURATION USING 109Cd. The

research of cadmium bioaccumulation in green mussel (Perna viridis) from seawater pathway have been done. The aim of this reseach was to study cadmium biokinetic in green mussel that candidate as bioindicator at coastal environment. The experiment was covered such as uptake and depuration and ca lculation of biokinetic parameters. The result of experiment was shown the steady state condition was reached after 11 days and it’s not influenced by body size. At steady state, the highest concentration factors for pH 8.2 and 8.6 were 60.07 and 44.15, respectively. The biological half-lives at long components were 2.11 to 3.47 days. The biological half-lives at slow components were 2.11 to 3.47 days. Base on biokinetic of uptake and depuration, the Perna viridis is appropriate for bioindicator at coastal zone.

PENDAHULUAN

ecara umum ekosistem laut dan pesisir menerima dampak negatif dari berbagai kegiatan manusia yaitu: polusi zat kimia dan eurofikasi, operasi penangkapan ikan, perubahan musim global dan perubahan fisik habitat, invasi eksotik spesies[1]. Secara khusus masalah-masalah lingkungan pesisir dan laut meliputi: degradasi habitat (antara lain kerusakan hutan bakau, kerusakan terumbu karang dan sebagainya), pencemaran laut dan pesisir; ekspolitasi yang tidak optimal dan dampak ganda yang merupakan interaksi ketiga masalah tersebut[2].

S

Pencemaran perairan pesisir merupakan problem besar, bersumber dari daratan (land base

source of pollution ) dan lautan (marine base source of pollution) yang selalu terjadi

berulang-ulang. Kontaminan organik dan anorganik masuk ke dalam perairan pesisir dapat dipekatkan oleh organisme laut baik melalui air, sedimen maupun makanan. Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipil pada konsentrasi rendah berefek terhadap gangguan pada paru-paru.

Program pemantauan pencemaran pada lingkungan pesisir dapat dilakukan menggunakan

(2)

organisme laut yang disebut bioindikator. Pemilihan bioindikator untuk program pemantauan tersebut harus didasarkan pada penelitian laboratorium. Hal ini dilakukan untuk memperoleh mekanisme perilaku pencemar atau biokinetika meliputi: pengambilan (uptake) polutan/kontaminan

, retensi dan pelepasan (depuration) dari

sumber-sumber pencemar terlarut, dalam sedimen maupun melalui rantai makanan. Data yang diperoleh dari eksperimen di laboratorium selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan untuk interpretasi data di lingkungan pesisir yang sesungguhnya.

Kerang hijau (Perna viridis) adalah salah satu jenis kerang dari golongan pelecypoda, hidup melekatkan diri pada benda-benda di dasar laut yang berpasir. Kerang hijau hidup tersebar di hampir seluruh wilayah pesisir Indonesia dan

mempunyai kemampuan mengakumulasi

kadmium[3]Berdasarkan cara hidupnya dan penyebarannya maka hewan ini dapat dijadikatan bioindikator. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari biokinetika kadmium pada kerang hijau (Perna Viridis) yang akan digunakan sebagai bioindikator Cd dalam lingkungan pesisr. Meknisme akumulasi tersebut berdasarkan perhitungan biokinetik yang terdiri dari proses pengambilan, retensi dan pelepasan Cd oleh

Perna Viridis..

TATA KERJA

Bahan

Perunut 109Cd yang dibeli dari Isotope Product Inc, Jerman, larutan HCl 1:100, NaOH 0,1M sebagai pengatur pH, akuarium masing-masing berkapasitas 75 liter dan 20 liter, air laut yang diambil dari Kepulauan Seribu, moluska laut (Perna Viridis) diambil dari Kepulauan Seribu

Alat

Spektrometer gamma dilengkapi detektor NaI diameter 10 cm tinggi 40 cm buatan Bicron Corp tipe HQ 490 seri 2M2/2 yang dihubungkan dengan MCA terintegrasi dalam sistem Inspector buatan Canberra terkoneksi dengan komputer, pH meter

Cara Kerja

Aklimatisasi

Aklimatisasi bertujuan untuk menghilangkan stres Perna Viridis dalam kondisi aquarium sehingga dapat digunakan dalam percobaan bioakumulasi. Perna Viridis diambil secara langsung dari perairan Kepuluan Seribu dengan teknik penyelaman tradisional. Moluska tersebut selanjutnya dibersihkan dari hewan lain yang menempel pada cangkangnya dan ditempatkan masing-masing sebanyak 20 buah dalam akuarium terpisah yang berkapasitas 75 liter. Akuarium dilengkapi dengan filter penyaring dan pompa sirkulasi sehingga kualitas air dapat dipertahankan. Penggantian air dalam akuarium tersebut dilakukan setiap hari. Proses aklimatisasi dilakukan dengan memelihara moluska tersebut selama 1 minggu tanpa pemberian kontaminan ( kadmium dan tracer 109Cd). Pemberian pakan berupa mikro alga (chlorella sp) dilakukan 2 kali sehari.

Proses Bioakumulasi

Setelah menjalani proses aklimatisasi, moluska tersebut ditempatkan dalam aquarium yang berbeda. Setiap aquarium berisi 8 moluska (rasio moluska terhadap volume adalah: 1 moluska berbanding 1,0 liter media ). Masing-masing aquarium berisi air laut pada pH 8,2 (pH air laut normal) mengandung 1.16 pM Cd dan perunut 109Cd 1,475 Bq/ml. Media air laut tersebut diganti setiap hari untuk mempertahankan konsentrasinya. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari. Secara periodik, dua hari sekali moluska tersebut dicacah menggunakan spectrometer gamma untuk peroleh data pengambilan kontaminan (109Cd dari fase terlarut). Pemberian kontaminan terhadap moluska dihentikan ketika konsentrasi 109Cd dalam tubuh moluska tidak mengalami kenaikan atau berada dalam keadaan tunak (steady state). Seluruh moluska dipindahkan ke media air laut yang tidak mengandung kontaminan untuk menjalani proses depurasi. Percobaan serupa dilakukan secara pararel dalam media air laut pH 8,6.

Proses Depurasi

Setelah menjalani proses bioakumulasi, moluska tersebut ditempatkan dalam aquarium yang berisi media air laut bebas kontaminan dan dalam kondisi mengalir. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari. Selama proses depurasi, secara periodik dua hari sekali moluska tersebut dicacah menggunakan spectrometer gamma untuk peroleh data pelepasan kontaminan.

(3)

Perhitungan biokinetika [4,5,6,7]

a. Proses Bioakumulasi

Faktor konsentrasi (FK) diperoleh dengan membandingkan aktivitas 109Cd dalam air laut dengan dalam tubuh moluska menggunakan persamaan (1). air gram Bq tracer i Konsentras organisme gram Bq tracer i Konsentras FK / ) ( / ) ( = (1)

Parameter biokinetika lainnya ditentukan menggunakan persamaan (2) sampai dengan (13).

w ss ss

C

C

FK

=

(2)

t

k

FK

t

=

u

.

(3)

t

k

C

t

=

u (4) di mana Ct, Cw dan Css masing-masing adalah

konsentrasi pada t pengamatan (Bq/g) dan konsentrasi simulasi kontaminan dalam air laut (Bq/ml) dan konsentrasi pada kondisi setimbang (Bq/g). Faktor konsentrasi pada t pengamatan dan pada kondisi setimbang masing-masing dinyatakan oleh FKt dan FKss. Berdasarkan persamaan (3),

maka konstanta pengambilan kadmium (ku) dapat

dihitung menggunakan persamaan (5)

ku = nilai slope dari Faktor konsentrasi (FK)

terhadap waktu (t) (5)

)

1

(

k.t ss t

FK

e

e

FK

=

(6)

)

1

(

k.t ss t

C

e

e

C

=

(7) b. Proses pelepasan Ct =ke.t (8) Berdasarkan persamaan (8), maka konstanta pelepasan (ku) dapat dihitung menggunakan

persamaan (9)

ke = slope konsentrasi (Ct) terhadap waktu (t)/bobot

organisme (9) t

k o

t

A

e

e

A

=

− . , untuk model satu tahap (10)

t ke t k o t

A

e

A

e

A

e 1. 01 . − −

+

=

, untuk model dua

tahap (11) e

k

t

1/2

=

0

,

693

(12) e u

k

k

FB

=

(13)

ke = slope konsentrasi (Ct) terhadap waktu

(t)/bobot organisme (14) dimana t1/2b adalah waktu tinggal kontaminan dalam

organisme laut, At adalah persentase kontaminan yang terikat dalam organisme pada proses depurasi (%) dan Ao adalah total kontaminan yang

terakumulasi setelah proses pengambilan (uptake). Persamaan (3) (4) dan (8) adalah model linier dan persamaan (6) , (7), (10) dan (11) adalah model saturasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Biokinetika Pengambilan dan Pelepasan Kadmium Pada Perna Viridis

Proses pengambilan kadmium akan mengalamim keadaan tunak bilamana kuantitas kadmium yang diambil dari air laut sama dengan kuantitas kadmium yang disekresikan oleh Perna

Viridis. Pada kondisi ini menunjukkan

bioakumulasi kadmium tidak mengalami peningkatan. Disisi lain seluruh reaksi yang menggambarkan biokinetika pengambilan kadmium oleh Perna Viridis pada eksperimen ini diasumsikan sebagai reaksi orde satu[8].Asumsi ini merupakan penyederhanaan dari mekanisme bioakumulasi kadmium dari air laut oleh Perna

Viridis yang melalui tahapan-tahapan rumit antara

lain: transport carrier mediated yaitu ion logam berikatan dengan protein, transportasi melalui protein pembawa yaitu saluran membran sel (membran channel) yang mengandung protein dengan inti hidrophobik yang dapat dilalui oleh logam, difusi pasif lemak dengan logam terlarut (non polar) yaitu logam larut dalam lapisan ganda lemak termasuk alkil metal, logam netral lipofilik dan spesi metal kompleks anorganik.

Hasil percobaan pengambilan kadmium oleh

Perna Viridis yang merepresentasikan kenaikan

konsentrasi terhadap lamanya kontak dengan 109Cd dalam air laut dan konsentrasi 109Cd dalam keadaaan tunak (Css) serta faktor konsentrasi dalam keadaan tunak (FKss) ditunjukkan pada Tabel 1. Mengacu pada Tabel 1, mengindikasikan bahwa ukuran Perna Viridis mempengaruhi akumulasi 109Cd di dalam tubuh hewan tersebut. Pada kedua kondisi pH percobaan (8,2 dan 8,6) keadaan tunak yang dicapai oleh pernaviridis dengan ukuran 4,3; 5,0 dan 5,7 cm adalah setelah11 hari. Tidak terdapatnya perbedaan dalam pencapaian kondisi

(4)

tunak menunjukkan factor lingkungan yang direpresentasikan sebagai pH tidak mempengaruhi proses bioakumulasi kadmium oleh Perna Viridis.

Tabel 1. Data biokinetika pengambilan kadmium dari air laut oleh Perna Viridis Waktu

(Hari)

pH 8,2 pH 8,6

Konsentrasi 109Cd (Bq/g) Konsentrasi 109Cd (Bq/g)

Ukuran hewan Ukuran hewan

4,3 cm 5,0 cm 5,7 cm 4,3 cm 5,0 cm 5,7 cm 2 23,58 23,35 22,09 25,59 23,53 20,24 3 38,51 32,47 31,11 40,47 37,75 36,12 4 47,75 45,44 43,94 49,50 45,70 46,96 5 50,81 50,59 49,32 58,49 55,35 51,12 7 55,69 54,05 53,03 68,77 63,24 61,07 9 58,96 56,49 57,10 80,09 75,27 62,27 11 60,08 65,13 61,80 88,60 85,94 76,66 16 68,09 68,05 64,04 87,73 87,19 75,79 21 68,05 68,18 63,22 88,56 89,14 75,08 26 68,32 69,61 64,40 89.63 89,24 76,58 Css 60,08 65,13 61,80 88,60 85,94 76,66 FKss 40,73 44,15 41,90 60,07 58,26 51,97

Pengaruh ukuran hewan terhadap proses pengambilan kadmium dapat diketahui dengan membandingkan konsentrasi 109Cd dalam kondisi tunak (Css) dan perhitungan factor konsentrasinya

(FKss). Pengaruh ukuran tubuh hewan tersebut terhadap parameter biokinetika ditunjukkan pada Gambar 1. y = -5,97x + 95,673 R2 = 0,9071 y = 0,86x + 60,617 R2 = 0,1122 0 20 40 60 80 100 4,3 5 5,7 Ukuran hew an (cm) C ss pH 8.2pH 8.6 Linear (pH 8.6) Linear (pH 8.2) y = -4,05x + 64,867 R2 = 0,9075 y = 0,585x + 41,09 R2 = 0,1133 0 20 40 60 80 100 4,3 5 5,7 Ukuran hew an (cm) F C ss pH 8.2 pH 8.6 Linear (pH 8.6) Linear (pH 8.2) A B

Gambar 1. Pengaruh ukuran hewan terhadap biokinetika proses pengambilan kadmium dari air laut (A) Sebagai Css (B) Sebagai FKss

Berdasarkan nilai koefisien korelasi (R2) , maka hanya pada pH 8,2 yang menunjukkan pengaruh ukuran hewan terhadap parameter biokinetika pengambilan kadmium baik yang direpresentasikan sebagai Css maupun FKss. Perbedaan tersebut disebabkan kemampuan pengambilan kontaminan untuk moluska berukuran kecil lebih cepat dibandingkan yang berukuran lebih besar. Ukuran tubuh yang kecil (berusia muda) lebih cepat mengambil kontaminan dibandingkan dengan ukuran tubuh yang lebih besar (berusia lebih tua). Walaupun ukuran tubuh kecil tetapi luas permukaan dan rasio volume dan konsentrasi enzim memainkan peranan yang sangat

penting [9] . Disisi lain pada pH 8,6 tidak terdapat korelasi antara ukuran hewan dengan parameter biokinetik. Hal ini dapat disebabkan oleh proses metabolisme hewan tersebut tidak optimal pada pH 8,2.

Proses bioakumulasi selalu dihitung berdasarkan pada biokinetika pengambilan dan pelepasan. Berpijak dari hal tersebut maka mekanisme pelepasan kadmium dari dalam tubuh

pernaviridis yang direpresentasikan oleh 109Cd merupakan kajian yang sangat penting. Pada proses pelepasan ini dapat diketahui sampai seberapa lama kontaminan dapat bertahan dalam tubuh Perna

(5)

viridis setelah kontaminasi dihentikan Hasil

percobaan pelepasan kadmium oleh Perna viridis yang merepresentasikan penurunan konsentrasi

109Cd dalam air laut dan konsentrasi 109Cd dalam tubuh hewan percobaan ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data biokinetika pelepasan kadmium dari air laut oleh Perna viridis Waktu

(Hari)

pH 8,2 pH 8,6

Konsentrasi 109Cd (Bq/g) Konsentrasi 109Cd (Bq/g)

Ukuran hewan Ukuran hewan

4,3 cm 5,0 cm 5,7 cm 4,3 cm 5,0 cm 5,7 cm 0 68,32 69,61 64,40 89,63 89,24 76,58 2 60,94 65,40 58,43 79.94 78,58 66,80 3 54,99 57,81 54,85 73.93 73,73 62,30 4 46,53 52,85 50,76 67.31 68,98 58,31 6 41,53 43,91 45,77 58.96 56,06 46,49 9 33,98 35,06 34,26 42.78 45,10 40,71 14 24,77 25,35 24,88 33.40 34,43 32,32 20 24,43 25,64 23,99 32.05 33,31 27,50 22 23,94 25,05 23,57 31.40 33,05 26,82 26 24,82 24,05 23,12 30.77 32,64 27,07 30 23,46 24,46 23,07 30.77 32,55 28,09 35 23,21 23,47 22,52 30.48 31,65 26,97

Mengacu pada Tabel 2 terlihat proses pelepasan kadmium pada semua ukuran berjalan dua tahapan, yaitu: pelepasan cepat (0 sampai dengan 9 hari) dan pelepasan lambat (14 sampai dengan 35 hari). Berdasarkan pada hasil eksperimen tersebut, maka perhitungan waktu paro biologis harus ditentukan pada tahapan singkat dan lambat. Perhitungan tersebut harus didahului pemodelan proses depurasi menggunakan persamaan saturasi seperti yang ditunjukkan pada persamaan (10) dan (11).

Pemodelan Proses Bioakumulasi Kadmium Oleh Perna Viridis

Pemodelan proses bioakumulasi didahului oleh pemodelan proses pelepasan kontaminan dari tubuh hewan percobaan. Pemodelan berbasis pada linerisasi model matematika dan estimasi luas dari parameter-parameter menggunakan regresi linier. Untuk memperoleh suatu model, maka persamaan (10) dibuat dalam bentuk konsentrasi dan dibuat linier menggunakan natural logarithm sehingga persamaan tersebut menjadi:

t

k

C

C

t

ln

e

.

ln

=

0

(15)

Persamaan (15) identik dengan persamaan linier Y=Y(0) + aX, sehingga logaritmik setiap nilai konsentrasi terhadap waktu dapat dibuat suatu grafik dan diperoleh slope sebagai ke.

Salah satu contoh perhitungan untuk pemodelan adalah menggunakan data depurasi kadmium pada

pH 8,2, hewan berukuran 4,3 cm. Perhitungan dimulai dengan membuat plot ln konsentrasi terhadap waktu depurasi (14 sampai dengan 35 hari), sehingga diperoleh slope sebesar -0.0053 yang merupakan nilai ke untuk proses depurasi

perlahan. Intercept dari plot tersebut adalah 3,5722 dan merupakan nilai ln Y(0) sehingga harga Y(0) dapat diperoleh sebesar 35,595. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh persamaan eksponensial untuk pelepasan (depurasi) lambat sebagai berikut:

t

e

Y

=

35

,

595

−0,0053. (16) Selanjutnya dilakukan plot waktu ( 0 sampai dengan 14 hari) terhadap ln konsentrasi 109Cd dikurangi 35,595e-0.0053.t dan diperoleh slope sebesar –0,198 yang merupakan nilai ke untuk

proses depurasi singkat. Intercept dari plot tersebut adalah 4,178 dan merupakan nilai ln Y(0) sehingga harga Y(0) dapat diperoleh sebesar 65,283. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh persamaan eksponensial untuk pelepasan (depurasi) lambat sebagai berikut:

t

e

Y

=

65

,

2385

−0,198. (17) Penyusunan ulang persamaan (16) dan (17) diperoleh sebagai berikut:

t t

t

e

e

C

=

65

,

2385

−0,198.

+

35

,

595

0,0053. (18) Untuk memperoleh tampilan data sebagai persen retensi maka Co merupakan jumlah dari kedua

(6)

intercept diatas sehinbgga diperoleh Co sebesar 65,2385 + 35,595 = 100.8335. Nilai persen retensi diperoleh dari membagi Ct dengan C0 sehingga diperoleh persamaan:

t t

t

e

e

A

=

0

,

647

−0,198.

+

0

,

353

0,0053. (19)

Berdasarkan perhitungan tersebut di atas dan perhitungan dari data-data ukuran dan pH lainnya maka diperoleh model yang ditunjukkan pada Gambar 6 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 10 20 30 40 Waktu (hari) % R en te ns i 4.3 cm 5.0cm 5.7cm 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 10 20 30 40 Waktu (hari) % R et en si 4.3 cm 5cm 5.7cm A B

Gambar 6. Model proses depurasi kadmium pada Perna Viridis (A) pH 8,2 (B) pH 8,6

Mengacu pada Gambar 6, maka kurva merupakan model sedangkan plot merupakan hasil eksperimen. Mengacu pada Gambar 7 maka pada pH 8,2 ukuran Perna Viridis tidak menunjukkan perbedaan pola retensi kontaminan kadmium yang cukup signifikan. Pengaruh ukuran hewan terhadap waktu paro biologis (t1/2b) ditentukan menggunakan

nilai ke dan persamaan (12) ditunjukkan pada

Gambar 7.

Berdasarkan Gambar 7, maka ukuran hewan mempengaruhi waktu paro bioligis pada baik pada pH 8,2 maupun 8,6. Semakin besar ukuran hewan tersebut, maka retensi kontaminan semakin lama. Waktu paro biologis untuk tahapan singkat berkisar antara 2,11 sampai dengan 3,74 hari. Arti fisis dari nilai ini adalah kadmium yang terkandung dalam jaringan Perna Viridis berkurang setengahnya

setelah 2,11 sampai 3,74 hari ketika kontaminasi

dihentikan. Untuk memodelkan proses

pengambilan kadmium oleh Perna Viridis maka digunakan penyusunan ulang persamaan (7) sehingga menjadi :

t

k

C

C

C

ss t

]

ln

ss e

.

ln[

=

(20) y = 0,325x + 3,1633 R2 = 0,9295 y = 0,295x + 3,4133 R2 = 0,7373 0 1 2 3 4 5 6 7 4,3 5 5,7 Ukuran hew an (cm) t1/2 b pH 8,2 pH 8,6 Linear (pH 8,6) Linear (pH 8,2)

(7)

Gambar 7. Pengaruh ukuran Perna Viridis terhadap waktu paro biologis pada tahapan singkat 0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 10 20 30 Waktu (hari) K o nc e nt ra si 10 9C d( B q /g ) 4.3cm 5.0cm 5.7cm 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 10 20 30 Waktu (hari) K on se nt ra si 1 0 9C d (B q/ g) 4.3 cm 5.0 cm 5.7 cm A B

Gambar 8. Model proses pengambilan kadmium oleh Perna Viridis (A) pH 8,2 (B) pH 8,6

Regresi dari plot antara ln[Css – Ct] terhadap t dihasilkan slope dan intercept sehingga persamaan (7) dapat dibentuk secara kuantitatif. Hasil perhitungan tersebut ditunjukkan pada Gambar 8.

Mengacu pada Gambar 8 hari proses akumulasi maka estimasi konsentrasi 109Cd pada model cenderung mirip dibandingkan dengan eksperimen. Hal ini mengindikasikan bahwa pemodelan saturasi sangat realistic karena mengasumsikan kontaminan masuk kedalam organisme dan terakumulasi dan disertai oleh proses eliminasi. Disisi lain proses bioakumulasimerupakan selisih antara total akumulasi dengan total depurasi. Mengacu pada mekanisme akumulasi melalui proses passive

uptake terjadi ketika ion logam kadmium mengikat

dinding sel dengan dua cara yang berbeda, pertama pertukaran ion di mana ion monovalent dan divalent seperti Na, Mg, dan Ca pada dinding sel

digantikan oleh ion-ion logam berat; dan kedua adalah formasi kompleks antara ion-ion logam berat dengan functional groups seperti carbonyl, amino, thiol, hydroxy, phosphate, dan hydroxy-carboxyl yang berada pada dinding sel. Proses passive

uptake ini bersifat bolak baik dan cepat.

Berdasarkan teori tersebut, maka proses bioakumulasi tidak hanya merupakan proses pengambilan saja, tetapi juga diikuti oleh proses pelepasan baik melalui reaksi kesetimbangan maupun produk metabolisme berupa ekskresi.

KESIMPULAN

Proses pengambilan kadmium dalam air laut oleh Perna Viridis mencapai kondisi tunak setelah 11 hari. Ukuran hewan percobaan tidak mempengaruhi pencapaian kondisi tunak proses pengambilan kadmium dariu air laut. Faktor

(8)

konsentrasi kadmium pada Perna Viridis tertinggi adalah sebesar 60,07 untuk pH 8,2 dan 44,15 untuk pH 8,6. Faktor konsentrasi pada pH 8,6 dipengaruhi oleh ukuran hewan percobaan, semakin kecil ukuran Perna Viridis maka nilai factor konsentrasinya semakin besar. Waktu paro biologis untuk tahapan singkat berkisar antara 2,11 sampai dengan 3,74 hari. Waktu paro biologis untuk tahapan singkat dipengaruhi oleh ukuran hewan percobaan, semakin besar ukuran Perna viridis maka waktu paro biologis semakin besar. Berdasarkan biokinetika yang diperoleh dari percobaan pengambilan dan pelepasan maka terbukti Perna viridis dapat digunakan sebagai bioindikator kadmium pada perairan pesisir.

DAFTAR PUSTAKA

1. ANNOM (2003), “Jakarta Mandate Marine and

Coastal Biodiversity”,

http://www.biodiv.org/programmes/areas/marin e/SOEGIARTO, A, ( 1976), “ Pedoman Umum

Pengelolaan Wilayah Pesisir”, Lembaga

Oseanologi Nasional, Jakarta

2. HUTOMO, M, (2003). “Kebijakan Riset Kelautan”, disampaikan dalam Rapat Koordinasi POKJA Penyusunan Kebijakan Riset Lingkungan, Kementrian Riset dan Teknologi

3. SUSENO, H (2004), “ Influence of Body Size on Biokinetic of Cadmium in Indonesia’s Green Mussel (Perna Viridis)”, Proceeding on the

Seminar on The Development of Marine Radioecology in Indonesia, P2PLR BATAN 4. CONNEL, DW at al (1992) “ Kimia dan

Ekotoksikologi Pencemaran”, UI Press, 1 5. FISHER, N (2002) “ Executive Summary

“Ciesm Workshop Monographs 19, Metal and Radionuclide Bioaccumulation in Marine Organism, halaman 7-25 Monaco.

6. FISHER, N (2003) “ Advantage and Problems in The Apllication of Radiotracer for Determining The Bioaccumulation of Contaminant in Aquatic Organism, RCM on Biomonitoring, IAEA, Monaco

7. FOWLER, S.W (2002)“ Role of Plankton in Controlling Fluxes and Residence Time of Metal and Radionuclides in Sea” Ciesm Workshop Monographs 19, Metal and Radionuclide Bioaccumulation in Marine Organis, halaman 23-70 Monaco, 2002

8. CAMPBELL, P (2002) “ Predicting Metal Bioavailability- Applicability of Biotic Ligan Model, Ciesm Workshop Monographs 19, Metal and Radionuclide Bioaccumulation in Marine Organis, Monaco

9. BRUNER, K.A (1994), “The role of Zebra Mussel, Dreissena polymorpha in Contaminant Cycling : I The Effect of Body Size and Lipid Content of Bioconcentration of PCBs and PAH, J Great lake Res 20(4) 725-734, Inter Assoc Great Lake Res

Gambar

Tabel 1. Data biokinetika pengambilan kadmium dari air laut oleh Perna Viridis Waktu
Tabel 2. Data biokinetika pelepasan kadmium dari air laut oleh Perna viridis Waktu
Gambar 6. Model proses depurasi kadmium pada Perna Viridis  (A) pH 8,2 (B) pH 8,6 Mengacu   pada   Gambar   6,   maka   kurva
Gambar 7. Pengaruh   ukuran   Perna   Viridis  terhadap   waktu   paro   biologis pada  tahapan singkat 01020304050607080 0 10 20 30 Waktu (hari)Koncentrasi109Cd(Bq/g)4.3cm 5.0cm 5.7cm 0 102030405060708090100 0 10 20 30Waktu (hari)Konsentrasi109Cd (Bq/g)4.

Referensi

Dokumen terkait

Dari seleksi ketahanan terhadap penyakit HDB terpilih 11 varietas yang memiliki ketahanan terhadap strain IV dengan reaksi agak tahan pada fase vegetatif maupun generatif.

Definisi perjanjian internasional kemudian di kembangkan oleh Pasal 1 ayat (3) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar

Bandara Internasional Minangkabau tahun 2017 untuk menghasilkan pola penerbangan penumpang pesawat dari atau ke BIM yang akan dibahas pada jurnal ini dengan

Berdasarkan permasalah tersebut maka pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Makassar, dibutuhkan suatu tempat yang dapat memfasilitasi para narapidana dalam proses

Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa PDRB dengan nilai positif mengasumsikan Kabupaten/Kota di Propinsi Pulau Jawa dengan meningkatkan distribusi

Model pembelajaran yang digunakan adalah 3 model pembelajaran yang berbeda: Technologically-Aligned Classroom (TAC), Technologically-Based Guided Inquiry (TBGI) dan

Dari struktur data ini dapat diartikan bahwa arus data LANGGANAN mempunyai elemen-elemen data KODE LANGGANAN, NAMA LANGGANAN yang terdiri dari NAMA KECIL dan NAMA

Kemudian dari data gas lift valve yang ada di- input ke dalam PROSPER untuk dianalisis, sehingga kita dapat membuat model existing gas lift design yang ada saat