• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS REFERAT FORENSIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS REFERAT FORENSIK"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang Ide

Identintifikfikasi asi forforensensik ik mermerupaupakan kan upaupaya ya yayang ng dildilakuakukan kan dendengangan tujuantujuan membantu penyidik untuk menentukan

membantu penyidik untuk menentukan identitasidentitas seseorang. seseorang. Peran ilmu kedokteranPeran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi

forensik dalam identifikasi terutamaterutama  pada  pada jenazah jenazah tidak tidak dikenal, dikenal, jenazah jenazah yangyang rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru har

hara a yayang ng menmengakgakibaibatkatkan n banbanyayak k korkorban ban menmeninginggalgal, , sertserta a potpotongongan an tubtubuhuh manusia atau kerangka (Idries, 2002).

manusia atau kerangka (Idries, 2002).

utilasi merupakan tindakan memotong!motong organ tubuh seseorang, utilasi merupakan tindakan memotong!motong organ tubuh seseorang,  baik

 baik dalam dalam keadaan keadaan korban korban masih masih hidup hidup maupun maupun sudah sudah tidak tidak bernya"a bernya"a dengandengan alasan untuk

alasan untuk mengmenghilanghilangkan kan jejak korbannyjejak korbannya a maupumaupun n karena alasan karena alasan dendadendam.m. araknya terjadi pembunuhan dengan mutilasi di Indonesia menimbulkan banyak  araknya terjadi pembunuhan dengan mutilasi di Indonesia menimbulkan banyak   pertanyaan

 pertanyaan di di benak benak kita. kita. engapa engapa seseorang seseorang dapat dapat melakukan melakukan mutilasi, mutilasi, apakahapakah  perbuatan

 perbuatan tersebut tersebut dilakukan dilakukan untuk untuk menghilangkan menghilangkan jejak jejak perbuatannya perbuatannya atauatau  pelaku

 pelaku mengalami mengalami kelainan kelainan ji"a. ji"a. #i #i Indonesia Indonesia sendiri sendiri tidak tidak ada ada peraturan peraturan yangyang secara khusus mengatur tentang kejahatan dengan cara mutilasi ini. Pengaturan secara khusus mengatur tentang kejahatan dengan cara mutilasi ini. Pengaturan mu

mutilatilasi si pun pun akhakhirnirnya ya disdisamaamakan kan dendengan gan penpengatgaturauran n tintindak dak pidpidana ana terhterhadaadapp nya"a pada umumnya, yaitu dengan berpedoman pada pasal $$% dan $&0 'P nya"a pada umumnya, yaitu dengan berpedoman pada pasal $$% dan $&0 'P (*dami +haza"i, 2000).

(*dami +haza"i, 2000). Peny

Penyebab ebab dilakdilakukannukannya ya tindaktindakan an mutilmutilasi asi oleh pelaku oleh pelaku terhadterhadap ap korbakorbann ten

tentuntunya ya dildilataatarbelrbelakaakangi ngi oleoleh h motmotif!mif!motif otif terttertententu u sepseperti erti pelpelaku aku menmenderderitaita gangguan ji"a. Pelaku terpuaskan bila orang lain menderita, terbunuh, terpotong! gangguan ji"a. Pelaku terpuaskan bila orang lain menderita, terbunuh, terpotong!  potong.

 potong. Ini Ini bisa bisa diketahui diketahui dengan dengan hanya hanya melihat melihat potongan!potongan potongan!potongan tubuhtubuh ter

tersebusebut. t. PadPada a umumumnumnya ya jika jika momotif tif yanyang g dildilataatarberbelakalakangi ngi oleoleh h motmotif if cincinta,ta,  potongannny

 potongannnya aa adalah di bagian!bagian dalah di bagian!bagian genitalia segenitalia seperti payudara, penis, perti payudara, penis, dan yangdan yang lai

lain. n. amamun un jika jika motmotifnifnya ya dendendamdam, , umumumnumnya ya yayang ng dimdimutilutilasi asi adaadalah lah bagbagianian kepala. 'edua motif ini biasanya dilakukan dengan sengaja dan terencana yang kepala. 'edua motif ini biasanya dilakukan dengan sengaja dan terencana yang disebabkan oleh rasa tidak puas pelaku mutilasi terhadap korban. amun, terlepas disebabkan oleh rasa tidak puas pelaku mutilasi terhadap korban. amun, terlepas dari semua hal

(2)

orang yang memang mengalami depresi dan gangguan keji"aan, bah"a dengan orang yang memang mengalami depresi dan gangguan keji"aan, bah"a dengan tidak memotong!motong tubuh korbannya, pelaku sering kali tidak puas untuk  tidak memotong!motong tubuh korbannya, pelaku sering kali tidak puas untuk  menyelesaikan kejahatannya

menyelesaikan kejahatannya (-. . /a"engan, 11).(-. . /a"engan, 11). Pad

Pada a refereferat rat ini ini akaakan n dibdibahaahas s menmengengenai ai bagbagaimaimana ana ideidentintifikfikasi asi kaskasusus forensik terutama pada korban mutilasi untuk memperoleh pemahaman dalam forensik terutama pada korban mutilasi untuk memperoleh pemahaman dalam  penanganan dan pemeriksaan identifikasi yang kom

 penanganan dan pemeriksaan identifikasi yang komprehensif.prehensif. .2 ujuan

.2 ujuan

.$. ntuk mengetahui identifikasi forensik  .$. ntuk mengetahui identifikasi forensik  .$.2 ntuk mengetahui pengertian mutilasi .$.2 ntuk mengetahui pengertian mutilasi

.$.$ ntuk mengetahui teknik identifikasi pada korban mutilasi .$.$ ntuk mengetahui teknik identifikasi pada korban mutilasi .$ anfaat

.$ anfaat

.&. *kademik .&. *kademik

3

3 4ebagai 4ebagai bekal bekal dalam dalam menjalani menjalani profesi profesi sebagai sebagai dokter dokter muda.muda. 3

3 engeengerti rti maksumaksud d dan tujuan dalam dan tujuan dalam melakmelakukan identifikukan identifikasi asi forenforensik sik   pada kasus mutilasi.

 pada kasus mutilasi. .&.2 mum

.&.2 mum 3

3 4eb4ebagaagai i medmedia ia penpengabgabdiadian n masmasyayarakarakat t terterutautama ma kasukasus!ks!kasuasus s yayangng  berkembang

 berkembang di di masyarakat masyarakat khususnya khususnya dalam dalam bidang bidang 'edokteran'edokteran 5orensik.

(3)

orang yang memang mengalami depresi dan gangguan keji"aan, bah"a dengan orang yang memang mengalami depresi dan gangguan keji"aan, bah"a dengan tidak memotong!motong tubuh korbannya, pelaku sering kali tidak puas untuk  tidak memotong!motong tubuh korbannya, pelaku sering kali tidak puas untuk  menyelesaikan kejahatannya

menyelesaikan kejahatannya (-. . /a"engan, 11).(-. . /a"engan, 11). Pad

Pada a refereferat rat ini ini akaakan n dibdibahaahas s menmengengenai ai bagbagaimaimana ana ideidentintifikfikasi asi kaskasusus forensik terutama pada korban mutilasi untuk memperoleh pemahaman dalam forensik terutama pada korban mutilasi untuk memperoleh pemahaman dalam  penanganan dan pemeriksaan identifikasi yang kom

 penanganan dan pemeriksaan identifikasi yang komprehensif.prehensif. .2 ujuan

.2 ujuan

.$. ntuk mengetahui identifikasi forensik  .$. ntuk mengetahui identifikasi forensik  .$.2 ntuk mengetahui pengertian mutilasi .$.2 ntuk mengetahui pengertian mutilasi

.$.$ ntuk mengetahui teknik identifikasi pada korban mutilasi .$.$ ntuk mengetahui teknik identifikasi pada korban mutilasi .$ anfaat

.$ anfaat

.&. *kademik .&. *kademik

3

3 4ebagai 4ebagai bekal bekal dalam dalam menjalani menjalani profesi profesi sebagai sebagai dokter dokter muda.muda. 3

3 engeengerti rti maksumaksud d dan tujuan dalam dan tujuan dalam melakmelakukan identifikukan identifikasi asi forenforensik sik   pada kasus mutilasi.

 pada kasus mutilasi. .&.2 mum

.&.2 mum 3

3 4eb4ebagaagai i medmedia ia penpengabgabdiadian n masmasyayarakarakat t terterutautama ma kasukasus!ks!kasuasus s yayangng  berkembang

 berkembang di di masyarakat masyarakat khususnya khususnya dalam dalam bidang bidang 'edokteran'edokteran 5orensik.

(4)

BAB 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identifikasi Frensik  2.1 Identifikasi Frensik  2.. #efinisi 2.. #efinisi

Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi maupun mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi forensik merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang ditujukan forensik merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan.

untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan. (*mir, 2006)(*mir, 2006)

2..2 ujuan dan Peran Identifikasi 5orensik 2..2 ujuan dan Peran Identifikasi 5orensik

Ide

Identintifikfikasi asi forforensensik ik mermerupaupakan kan upaupaya ya yayang ng dildilakuakukan kan dendengan gan tujtujuanuan memb

membantu antu penypenyidik idik untuuntuk k menenmenentukan tukan identidentitas itas seseoraseseorang. ng. IdentIdentifikasi ifikasi personpersonalal se

seriring ng memerurupapakakan n susuatatu u mamasasalalah h dadalalam m kakasusus s pipidadana na mmauaupupun n peperdrdatata.a. enen

enentukan identitas personal dengan tukan identitas personal dengan tepat amat tepat amat pentipenting ng dalam penyididalam penyidikkankkan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. *dapun karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. *dapun tujuan identifikasi secara terperinci adalah untuk7

tujuan identifikasi secara terperinci adalah untuk7

• 'ebutuhan etis dan kemanusiaan'ebutuhan etis dan kemanusiaan •

• Pemastian kematian seseorang secara resmi dan yuridisPemastian kematian seseorang secara resmi dan yuridis •

• Pencatatan identitas untuk keperluan administratif dan pemakamanPencatatan identitas untuk keperluan administratif dan pemakaman •

• Pengurusan klaim di bidang hukum publik dan perdataPengurusan klaim di bidang hukum publik dan perdata •

• Pembuktian klaim asuransi, pensiun dllPembuktian klaim asuransi, pensiun dll •

• paya a"al dalam suatu penyelidikan kriminal (bila ada)paya a"al dalam suatu penyelidikan kriminal (bila ada)

Peran ilmu kedokteran forensuk dalam identifikasi terutama pada jenazah Peran ilmu kedokteran forensuk dalam identifikasi terutama pada jenazah ti

tidadak k didikekenanal, l, jejenanazah zah yayang ng susudadah h rurusaksak, , memembmbususukuk, , hahangngus us teterbrbakakar ar dadann kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. 4elain itu identifikasi meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. 4elain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orang tua nya. Identitas seseorang yang dipastikan bila tertukar, atau diragukan orang tua nya. Identitas seseorang yang dipastikan bila  paling

 paling sedikit sedikit dua dua metode metode yang yang digunakan digunakan memberikan memberikan hasil hasil positif positif (tidak (tidak  meragukan) (*mir, 2006).

(5)

*dapun peran identifikasi pada korban hidup dan korban meninggal berbeda, pada korban hidup identifikasi memiliki peranan sebagai7

• 4emua kasus medikolegal

• Penjahat atau prajurit militer yang melarikan diri • 8rang yang didak"a pelaku pembunuhan

• 8rang yang diak"a pelaku pemerkosaan

• Identitas bayi baru lahir yang tertukar, untuk menentukan siapa orang

tuanya

• *nak hilang

• 8rang de"asa yang karena sesuatu hal kehilangan uangnya • untutan hak milik

• ntuk kepentingan asuransi • untutan hak pensiun

4edangkan pada korban meninggal identifikasi dilakukan pada beberapa keadaan, seperti7

• 'asus peledakan • 'asus kebakaran

• 'ecelakaan kereta api atau pesa"at terbang • /anjir

• 'asus kematian yang dicurigai melanggar hukum

(*mir, 2006)

2..$ #asar Identifikasi 5orensik

#asar hukum dan undang!undang bidang kesehatan yang mengatur identifikasi  jenasah adalah 7

/erkaitan dengan ke"ajiban dokter dalam membantu peradilan diatur dalam '*P pasal $$7

(). #alam hal penyidik untuk membantu kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang di duga karena  peristi"a yang merupakan tindak pidana, ia ber"enang mengajukan  permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter 

dan atau ahli lainnya.

(2). Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat () dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk   pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat

(6)

($). ayat yang dikirimkan kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuatkan identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang diilekatkan pada ibu jari kaki atau  bagian lain badan mayat. (Idris, 2002)

Identifikasi dalam kedokteran forensik merupakan upaya membantu penyidik  untuk menentukan identitas seseorang. Identitas personal sering merupakan masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Penentuan identitas personal dalam kasus!kasus pidana atau perdata dengan tepat, amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.

Identifikasi dapat dibedakan menjadi dua yakni 7 . Identifikasi untuk orang hidup

2. Identifikasi untuk orang meninggal Identifikasi 8rang idup

Identifikasi seorang indi9idu adalah pegenalan indi9idu berdasarkan ciri! ciri atau sifat!sifat yang membedakanya dari indi9idu lain, mencakup korban hidup dan korban mati. (Idris, 2002)

Identifikasi orang hidup pada dasarnya meliputi7 anatomi, odontologi dan golongan darah. Pada identifikasi dilakukan pemeriksaan dan pengamatan menyuluruh yang terdiri dari7

. Pemeriksaan 5isik yang meliputi 7

a. mur, jenis kelamin dan tinggi badan:  b. #eformitas

c. Parut, tattoo

d. -igi, "arna mata, kulit dan rambut e. kuran sepatu dan topi

f. #isbilitas (tuli, buta) 2. Pemeriksaan sidik jari

$. Penentuan golongan darah

&. +iri!ciri tubuh tertentu (per"akan, cara berjalan) ;. 5otografi

<. /enda!benda milik pribadi ('P, 4I, Ijazah, +incin 'a"in, Pakaian) (Idris, 2002)

(7)

Identikasi 8rang ati= 4isa!4isa anusia

Identifikasi pada korban mati dapat dilakukan terhadap 7 . >enazah yang masih utuh dan baru

2. >enazah yang sudah membusuk, utuh maupun tidak utuh $. /agian!bagian dari tubuh jenazah atau kerangka

*pabila identifikasi orang hidup sebagian besar adalah tugas polisi, maka identifikasi jenazah= sisa!sisa manusia= potongan= kerangka adalah tugas kedokteran forensik.

 b. ndang!ndang 'esehatan Pasal % omer $< tahun 20017 () ayat yang tidak dikenal harus dilakukan upaya identifikasi.

(2) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung ja"ab atas upaya identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat ().

($) 'etentuan lebih lanjut mengenai upaya identifikasi mayat sebagaimana dimaksud pada ayat () diatur dengan Peraturan enteri. (Idris, 2002)

2..& Pedoman Identifikasi enurut #?I

#?I atau Disaster Victim Identification adalah satu definisi yang diberikan sebagai sebuah prosedur untuk mengidentifikasi korban mati akibat bencana massal secara ilmiah yang dapat dipertanggungja"abkan dan mengacu kepada standar baku interpol.

@ang bertanggung ja"ab dalam pelaksanaan #?I adalah polisi didukung oleh para ahli seperti patologi forensik, odontologi forensik, ahli sidik jari, ahli #*, fotografer, dan tim bantuan lain. Prosedur #?I diperlukan dalam menegakkan *, merupakan bagian dari proses penyidikan, jika identifikasi 9isual diragukan, serta untuk kepentingan hukum (asuransi, "arisan, dan status  perka"inan). (4oekry, 202)

Prinsip dari proses identifikasi ini adalah dengan membandingkan data ante!mortem dan post!mortem, semakin banyak yang cocok maka akan semakin  baik. ujuan penerapan #?I adalah dalam rangka mencapai identifikasi yang dapat dipertanggungja"abkan secara hukum, sempurna dan paripurna dengan semaksimal mungkin sebagai "ujud dari kebutuhan dasar hak asasi manusia,dimana seorang mayat pempunyai hak untuk dikenali.

(8)

#?I diterapkan pada bencana yang menyebabkan korban massal, seperti kecelakaan bus dan pesa"at, gedung yang runtuh atau terbakar, kecelakaan kapal laut dan aksi terorisme. 4elain itu juga dapat diterapkan pada bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus. (4oekry, 202)

ahap Identifikasi #?I

Proses #?I tersebut mempunyai lima fase, dimana setiap fasenya mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya. 5ase!fase tersebut yaitu 7

a. 5ase I A 'P (The Scene)

erupakan tindakan a"al yang dilakukan di tempat kejadian peristi"a ('P)  bencana. 'etika suatu bencana terjadi, prioritas yang paling utama adalah untuk 

mengetahui seberapa luas jangkauan bencana. 4ebuah organisasi resmi harus mengasumsikan komando operasi secara keseluruhan untuk memastikan koordinasi personil dan sumber daya material yang efektif dalam penanganan  bencana. #alam kebanyakan kasus, polisi memikul tanggung ja"ab komando untuk operasi secara keseluruhan. 4ebuah tim pendahulu (kepala tim #?I, ahli  patologi forensik dan petugas polisi) harus sedini mungkin dikirim ke 'P untuk 

menge9aluasi situasi berikut 7

• 'eluasan 'P 7 pemetaan jangkauan bencana dan pemberian

koordinat untuk area bencana

• Perkiraan jumlah korban • 'eadaan mayat

• B9aluasi durasi yang dibutuhkan untuk melakukan #?I

• Institusi medikolegal yang mampu merespon dan membantu proses

#?I

• etode untuk menangani mayat • ransportasi mayat

• Penyimpanan mayat

• 'erusakan properti yang terjadi

Pada prinsipnya untuk fase tindakan a"al yang dilakukan di situs  bencana, ada tiga langkah utama. Cangkah pertama adalah to secure atau

(9)

untuk mengamankan, langkah kedua adalah to collect  atau untuk  mengumpulkan dan langkah ketiga adalah documentation atau pelabelan. (4oekry, 202)

Pada langkah to secure organisasi yang memimpin komando #?I harus mengambil langkah untuk mengamankan 'P agar 'P tidak menjadi rusak. Cangkah A langkah tersebut antara lain adalah 7

• emblokir pandangan situs bencana untuk orang yang tidak 

 berkepentingan (penonton yang penasaran, "akil A "akil pers, dll), misalnya dengan memasang police line.

• enandai gerbang untuk masuk ke lokasi bencana.

• enyediakan jalur akses yang terlihat dan mudah bagi yang

 berkepentingan.

• enyediakan petugas yang bertanggung ja"ab untuk mengontrol siapa

saja yang memiliki akses untuk masuk ke lokasi bencana.

• Periksa semua indi9idu yang hadir di lokasi untuk menentukan tujuan

kehaditan dan otorisasi.

• #ata terkait harus dicatat dan orang yang tidak ber"enang harus

meninggalkan area bencana. (4oekry, 202)

Pada langkah to collect  organisasi yang memimpin komando #?I harus mengumpulkan korban A korban bencana dan mengumpulkan properti yang terkait dengan korban yang mungkin dapat digunakan untuk kepentingan identifikasi korban.

Pada langkah documentation organisasi yang memimpin komando #?I mendokumentasikan kejadian bencana dengan cara memfoto area bencana dan korban kemudian memberikan nomor dan label pada korban.

4etelah ketiga langkah tersebut dilakukan maka korban yang sudah diberi nomor  dan label dimasukkan ke dalam kantung mayat untuk kemudian die9akuasi. (4oekry, 202)

 b. 5ase II A 'amar ayat=Post ortem (The Mortuary)

Pengumpulan data  post-mortem atau data yang diperoleh paska kematian dilakukan oleh post-mortem unit  yang diberi "e"enang oleh organisasi yang memimpin komando #?I. Pada fase ini dilakukan berbagai pemeriksaan yang

(10)

kesemuanya dilakukan untuk memperoleh dan mencatat data selengkapA  lengkapnya mengenai korban. Pemeriksaan dan pencatatan data jenazah yang dilakukan diantaranya meliputi 7

• #okumentasi korban dengan mengabadikan foto kondisi jenazah korban • Pemeriksaan fisik, baik pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam jika

diperlukan

• Pemeriksaan sidik jari • Pemeriksaan rontgen

• Pemeriksaan odontologi forensik 7 bentuk gigi dan rahang merupakan ciri

khusus tiap orang D tidak ada profil gigi yang identik pada 2 orang yang  berbeda

• Pemeriksaan DNA

• Pemeriksaan antropologi forensik 7 pemeriksaan fisik secara keseluruhan,

dari bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, tatto hingga cacat tubuh dan  bekas luka yang ada di tubuh korban. (4oekry, 202)

#ata A data hasil pemeriksaan tersebut kemudian digolongkan ke dalam data  primer dan data sekunder sebagai berikut 7

a. Primer (sidik jari, profil gigi, #*)

 b. 4ekunder (9isual, fotografi, properti jenazah, antropologi medis)

#i dalam menentukan identifikasi seseorang secara positif, /adan Identifikasi #?I Indonesia mempunyai aturan!aturan, yaitu minimal apabila salah satu identifikasi primer dan atau didukung dengan minimal dua dari identifikasi sekunder.

4elain mengumpulkan data pasca kematian, pada fase ini juga sekaligus dilakukan tindakan untuk mencegah perubahanAperubahan paska kematian pada jenazah, misalnya dengan meletakkan jenazah pada lingkungan dingin untuk  memperlambat pembusukan. (4oekry, 202)

c. 5ase III A *nte ortem

Pada fase ini dilakukan pengumpulan data mengenai jenazah sebelum kematian. #ata ini biasanya diperoleh dari keluarga jenazah maupun orang yang terdekat dengan jenazah. #ata yang diperoleh dapat berupa foto korban

(11)

semasa hidup, interpretasi ciri A ciri spesifik jenazah (tattoo, tindikan, bekas luka, dll), rekaman pemeriksaan gigi korban, data sidik jari korban semasa hidup, sampel  DNA orang tua maupun kerabat korban, serta informasi A  informasi lain yang rele9an dan dapat digunakan untuk kepentingan identifikasi, misalnya informasi mengenai pakaian terakhir yang dikenakan korban. (4oekry, 202)

d. 5ase I? A Eekonsiliasi

Pada fase ini dilakukan pembandingan data  post mortem dengan data ante mortem. *hli forensik dan profesional lain yang terkait dalam proses identifikasi menentukan apakah temuan  post mortem pada jenazah sesuai dengan data ante mortem milik korban yang dicurigai sebagai jenazah. *pabila data yang dibandingkan terbukti cocok maka dikatakan identifikasi positif atau telah tegak. *pabila data yang dibandingkan ternyata tidak cocok maka identifikasi dianggap negatif dan data post mortem jenazah tetap disimpan sampai ditemukan data ante mortem yang sesuai dengan temuan post mortem  jenazah. (4oekry, 202)

e. 5ase ? A Debriefing 

'orban yang telah diidentifikasi direkonstruksi hingga didapatkan kondisi kosmetik terbaik kemudian dikembalikan pada keluarganya untuk  dimakamkan. *pabila korban tidak teridentifikasi maka data post mortem  jenazah tetap disimpan sampai ditemukan data ante mortem yang sesuai dengan temuan  post mortem jenazah, dan pemakaman jenazah menjadi tanggung ja"ab organisasi yang memimpin komando #?I. 4ertifikasi jenazah dan kepentingan mediko!legal serta administrati9e untuk penguburan menjadi tanggung ja"ab pihak yang menguburkan jenazah. (4oekry, 202)

2..; etode Identifikasi 5orensik  a. etode ?isual

#engan memperhatikan dengan cermat atas korban, terutama "ajahnya oleh pihak keluarga atau rekan dekatnya, maka jati diri korban dapat diketahui. alaupun metode ini sederhana, untuk mendapatkan hasil yang diharapkan perlu diketahui bah"a metode ini baru dapat dilakukan

(12)

 bila keadaan tubuh dan terutama "ajah korban dalam keadaan baik dan  belum terjadi pembusukan yang lanjut (Idris *., 200%).

a. Pakaian

Pencatatan yang teliti atas pakaian, hal yang dipakai, mode serta adanya tulisan!tulisan seperti merek, penjahit, laundry atau initial nama, dapat memberikan informasi yang berharga, milik siapakah pakaian tersebut. /agi korban yang tidak dikenal, menyimpan pakaian secara keseluruhan atau potongan!potongan dengan ukuran 0cmF0cm, adalah merupakan tindakan yang tepat agar korban masih dapat dikenali "alaupun tubuhnya telah dikubur (/udiyanto, 111).

 b. Perhiasan

*nting!anting, kalung, gelang serta cincin yang ada pada tubuh korban, khususnya bila pada perhiasan terdapat initial nama seseorang yang biasanya terdapat pada bagian dalam dari gelang atau cincin. engingat kepentingan tersebut, maka penyimpanan dari perhiasan haruslah dilakukan dengan baik (Idris *., 200%).

c. #okumen

'artu tanda penduduk, surat izin mengemudi, paspor, kartu golongan darah, tanda pembayaran dan lainnya yang ditemukan dalam dompet atau tas korban dapat menunjukkan jati diri korban (Idris *., 200%).

d. edis

Pemeriksaan fisik secara keseluruhan, yang meliputi bentuk tubuh, tinggi tubuh dan berat badan, "arna tirai mata, adanya cacat tubuh serta kelainan ba"aan, jaringan parut bekas operasi serta tato, dapat memastikan siapa jati diri korban (/udiyanto, 111).

Pada beberapa keadaan khusus, tidak jarang harus dilakukan  pemeriksaan radiologis, yaitu untuk mengetahui keadaan sutura, bekas  patah tulang atau pen serta pasak yang dipakai pada pera"atan penderita  patah tulang (Idris *., 200%).

(13)

/entuk gigi dan bentuk rahang merupakan ciri khusus dari seseorang, sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang yang berbeda. enjadikan pemeriksaan gigi ini mempunyai nilai yang tinggi dalam hal penentuan jati diri seseorang (Idris *., 200%).

Pemeriksaan atas gigi ini menjadi lebih penting bila keadaan korban sudah rusak atau membusuk, dimana dalam keadaan tersebut  pemeriksaan sidik jari tidak dapat dilakukan, sehingga dapat dikatakan gigi

merupakan pengganti dari sidik jari (Idris *., 200%).

4ebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan sebagai berikut 7

. -igi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan  pengaruh lingkungan yang ekstrim.

2. 'arakteristik indi9idual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi gigi menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi. $. 'emungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan

medis gigi (dental record) dan data radiologis.

&. -igi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan morfologis,yang mempunyai letak yang terlindung dari otot!otot bibir dan  pipi, sehingga apabila terjadi trauma akan mengenai otot!otot tersebut

terlebih dahulu.

;. /entuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian  bah"a gigi manusia kemungkinan sama satu banding dua miliar.

<. -igi geligi tahan panas sampai suhu kira!kira &00G+.

6. -igi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristi"a aigh yang terbunuh dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur, sedangkan giginya masih utuh. (Idris *., 200%)

/atasan dari forensik odontologi terdiri dari identify kasi dari mayat yang tidak dikenal melalui gigi, rahang dan kranio fasial.

. Penentuan umur dari gigi.

2. Pemeriksaan jejas gigit (bite-mark ). $. Penentuan ras dari gigi.

&. *nalisis dari trauma oro!fasial yang berhubungan dengan tindakan kekerasan.

;. #ental jurisprudence berupa keterangan saksi ahli.

(14)

f. 4idik jari

4ampai sekarang, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menetukan identitas seseorang. #engan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik!  baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik hari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik ('night, 116).

#aktiloskopi adalah suatu sarana dan upaya pengenalan identitas diri seseorang melalui suatu proses pengamatan dan penelitian sidik jari, yang dipergunakan untuk berbagai keperluan, kebutuhan, tanda bukti, tanda pengenal, ataupun sebagai pengganti tanda tangan (Idris *., 200%).

g. 4erologi

Penentuan golongan darah yang diambil baik dari dalam tubuh korban, maupun darah yang berasal dari bercak!bercak yang terdapat pada  pakaian, akan dapat mengetahui golongan darah pada korban. ntuk   penentuan identitas seseorang berdasarkan #* inti, dibutuhkan sampel

dari keluarga terdekatnya. #* inti anak pasti berasal setengah dari ayah dan setengah dari ibunya. amun demikian, pada kasus!kasus tertentu,  bila tidak dijumpai anak!istri korban, maka dicari sampel dari orang tua korban. /ila tidak ada juga, dicari saudara kandung seibu, dan diperiksakan #* mitokondrialnya karena #* mitokondrial diturunkan secara maternalistik (garis ibu) (ogge, 116).

h. Bksklusi

alaupun ada sembilan metode identifikasi yang kita kenal, namun di dalam prakteknya untuk menentukan jati diri tidak semua metode dikerjakan, melainkan cukup minimal dua metode saja7 identifikasi primer  dari pakaian dan identifikasi konfirmatif dari gigi. (Idris *., 200%)

#ari sembilan metode identifikasi yang dikenal, hanya penentuan jati diri dengan sidik jari (daktiloskopi) yang tidak lazim dikerjakan oleh dokter,

(15)

melainkan oleh pihak kepolisian. #elapan metode yang lainnya, yaitu7 metode 9isual, pakaian, perhiasan, dokumen, medis, gigi, serologi dan metode ekslusi dilakukan oleh dokter (*mir, 2006).

4ecara garis besar ada dua metode pemeriksaan untuk identifikasi forensik, yaitu7 a. Identifikasi primer 

erupakan identifikasi yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibantu oleh kriteria identifikasi lain. eknik identifikasi primer yaitu 7

• Pemeriksaan #* • Pemeriksaan sidik jari • Pemeriksaan gigi

Pada jenazah yang rusak=busuk untuk menjamin keakuratan dilakukan dua sampai tiga metode pemeriksaan dengan hasil positif (*mir, 2006).

 b. Identifikasi sekunder 

Pemeriksaan dengan menggunakan data identifikasi sekunder tidak dapat  berdiri sendiri dan perlu didukung kriteria identifikasi yang lain. Identifikasi sekunder terdiri atas cara sederhana dan cara ilmiah. +ara sederhana yaitu melihat langsung ciri seseorang dengan memperhatikan perhiasan, pakaian dan kartu identitas yang ditemukan. +ara ilmiah yaitu melalui teknik keilmuan tertentu seperti pemeriksaan medis. Identifikasi forensik dinyatakan berhasil  bila di didapatkan minimal  kecocokan pada identifikasi primer dan 2

identifikasi sekunder (*mir, 2006).

2..< +ara!+ara Identifikasi 5orensik  a. Identifikasi 'omparatif 

Identifikasi membandingkan data adalah identifikasi yang dilakukan dengan cara membandingkan antara data ciri hasil pemeriksaan hasil orang tak  dikenal dengan data ciri orang yang hilang yang diperkirakan yang pernah dibuat sebelumnya. Pada penerapan penanganan identifikasi kasus korban jenazah tidak  dikenal, maka kedua data ciri yang dibandingkan tersebut adalah data post mortem dan data ante mortem. #ata ante mortem yang baik adalah berupa medical record dan dental record (*mir, 2006).

 Identifikasi dengan cara membandingkan data ini berpeluang menentukan identitas sampai pada tingkat indi9idual, yaitu dapat menunjuka siapa jenasah

(16)

yang tidak dikenal tersebut. al ini karena pada identifikasi dengan cara membandingkan data, hasilnya hanya ada dua alternatif7 identifikasi positif atau negati9e (Idris *., 200%) .

Identifikasi positif, yaitu apabila kedua data yang dibandingkan adalah sama, sehingga dapat disimpulkan bah"a jenazah yang tidak dikenali itu adalah sama dengan orang yang hilang yang diperkirakan. Identifikasi negatif yaitu apabila data yang dibandingkan tidak sama, sehingga dengan demikian belum dapat ditentukan siapa jenazah tak dikenal tersebut. ntuk itu masih harus dicarikan data pembanding ante mortem dari orang hilang lain yang diperkirakan lagi (Idris *., 200%).

ntuk dapat melakukan identifikasi dengan cara membandingkan data, diperlukan syarat yang tidak mudah, yaitu harus tersedianya data ante mortem  berupa medical atau dental record yang lengkap dan akurat serta up!to!date,

memenuhi kriteria untuk dapat dibandingkan dengan data post mortemnya. *pabila tidak dapat dipenuhi syarat tersebut, maka identifikasi dengan cara membandingkan tidak dapat diterapkan (Idris *., 200%).

 b. Eekonstruksi

*pabila identifikasi dengan cara membandingkan data tidak dapat diterapkan, bukan berarti kita tidak dapat mengidentifikasi. *pabila demikian halnya, kita masih dapat mencoba mengidentifikasi dengan cara merekonstruksi data hasil pemeriksaan post!mortem ke dalam perkiraan!perkiraan mengenai jenis kelamin, umur, ras, tinggi dan bentuk serta ciri!ciri spesifik badan (Idris *., 200%).

eskipun identifikasi cara rekonstruksi ini tidak sampai menghasilkan dapat menentukan identitas sampai pada tingkat indi9idual, namun demikian  perkiraan!perkiraan identitas yang dihasilkan dapat mempersempit dan

memberikan arah penyidikan. (*mir, 2006) 2..6 acam!acam Identifikasi 5orensik 

erhadap pola permasalahan kasusnya, dikenal ada tiga macam sistem identifikasi, yaitu 7

. Identifikasi sistem terbuka adalah identifikasi pada kasus yang terbuka kepada siapapun dimaksudkan sebagai si korban tidak dikenal. Pola  permasalahan kasusnya biasanya 7 kriminal, korban tunggal, sulit

(17)

diperoleh data ante!mortem, identifikasinya biasanya dilakukan dengan cara rekonstruksi.

2. Identifikasi sistem tertutup adalah identifikasi pada kasus yang jumlah dan daftar korban tak dikenalnya sudah diketahui. Pola permasalahan kasus  biasanya7 non!kriminal, korban massal, dimungkinkan diperoleh data antemortem, identifikasi dapat dilakukan dengan cara membandingkan data.

$. Identifikasi sistem semi terbuka atau semi tertutup adalah identifikasi pada suatu kasus yang sebagian korban tidak dikenalnya sudah diketahui dan sebagian lainnya belum diketahui sama sekali atau belum diketahui tetapi sudah tertentu. (*mir, 2006)

2..% Identifikasi Pada 'orban @ang idak tuh

idak jarang identifikasi terpaksa dilakukan pada korban yang sudah tidak  utuh lagi atau hanya berupa tulang belulang saja. ntuk melakukan identifikasi terhadap bagian tubuh yang tidak lengkap, perlu diperhatikan beberapa hal yaitu7

a. Pastikan apakah sisa jaringan berasal dari manusia atau tidak 

 b. >ika dijumpai beberapa bagian tubuh, tentukan apakah berasal dari satu indi9idu apa tidak 

c. Perhatikan "arna dari kulit d. Perhatikan otot secara umum e. Eambut dan bulu

f. 'epala dapat menolong untuk menentukan banyak hal

g. /adan dapat menentukan jenis kelamin dari pel9is, uterus, dan dari prostat kalau ada

h. mur dapat ditentukan dari perubahan "arna rambut, pertumbuhan umum tubuh, jumlah gigi dan pusat penulangan serta penutupan garis epifisis tulang panjang

i. Perhatikan tiap bagian yang ada, apakah terputus, terbakar dan lain!lain. Perhatikan apakah ada tatu, jaringan parut, kelainan bentuk dan lain!lain 'eadaan dari dekomposisi (pembusukan) dapat menentukan berapa lama ia mati. ( *mir, 2006)

2.2 !"tilasi 2.2. #efinisi

(18)

'ata HmutilasiH tidak selalu identik dengan manusia atau he"an. 'ata ini lebih identik dengan pekerjaan memotong!motong atau memilah sesuatu menjadi  bagian!bagian yang lebih kecil. utilasi (mutilate) menurut Burtons !egal 

Thesaurus berarti Hamputate" batter" blemish,broise" butcher" cripple" cut" damage" debilitate" deface" deform" depri#e of an important part" disable" disfigure" dismantle" dismember" distort" gash" impair" incapatitate" in$ure" knock out of   shape" lacerate" maim" mangle" render a document imperfect% (illiam +. /urton,

/urtons Cegal hesaurus, $rd ed, e" @ork7 c-ra"!ill, 11%).

'ejahatan mutilasi adalah jenis kejahatan yang tergolong sadis, dimana  pelaku kejahatan itu tidak hanya membunuh atau menghilangkan nya"a orang lain melainkan ia juga memotong!motong setiap bagian tubuh si korbannya. enurut beberapa ahli kejahatan pidana, biasanya kejahatan ini terjadi tergantung kepada keadaan psikis si pelaku, dimana si pelaku cenderung mengalami gangguan keji"aan. Pada pendapat ahli lain, bah"a kejahatan ini merupakan kejahatan susulan dari sebuah kejahatan pembunuhan, dengan maksud untuk  menutupi kejahatan pembunuhan tersebut maka dilakukanlah pemutilasian tubuh korban, sehingga korban tidak diketahui keberadaannya ataupun jika diketahui maka akan mengelabui penyidik untuk mengungkap identitasnya (Idries , 2002).

#ari sisi ilmu kriminologi, yang dimaksud dengan mutilasi adalah terpisahnya anggota tubuh yang satu dari anggota tubuh lainnya oleh sebab yang tidak "ajar. 4uatu konteks tindak kejahatan orang melakukan tindakan mutilasi adalah dengan tujuan untuk membuat relasi antara dirinya dengan korban terputus dan agar jati diri korban tidak dikenali dengan alasan!alasan tertentu. erdapat dua hal yang sangat berbeda antara psikopat dan pelaku mutilasi, meskipun dari kondisi korban sering terdapat kesamaan akibat perbuatan dari keduanya. Psikopat adalah orang!orang yang dalam istilah ilmu kriminologi disebut sebagai orang!orang dengan orientasi benar atau salahnya berbeda dengan orang lain pada umumnya. *rtinya, jika orang lain menganggap membunuh adalah tindakan yang salah, sebaliknya psikopat menganggap membunuh adalah perbuatan yang benar. 4ementara itu, pelaku mutilasi adalah orang normal yang melakukan pembunuhan disertai tindakan memisahkan tubuh korban dengan kesadarannya akibat latar belakang emosinya (*gustian, 202).

(19)

2.2.2 4ejarah utilasi

Perilaku mutilasi ternyata telah berlangsung selama ribuan tahun. enurut catatan sejarah, mutilasi berlangsung sejak 00 4 di *mazon, *merika 4elatan. aktu itu di suku!suku *mazon, yang memegang kekuasaan masyarakat adalah  perempuan. #alam suku!suku itu, yang berperang juga perempuan, bukannya laki!laki. /ahkan, apabila anak yang baru lahir laki!laki langsung dibunuh dan dimutilasi (Cund!olfese, 200$).

/eberapa kebudayaan mengizinkan dilakukannya mutilasi. isalnya di +ina, ada budaya mengikat kaki seorang anak perempuan. Ikatan tersebut tidak boleh dilepaskan hingga ia tua, dengan demikian kakinya akan tetap kecil. 'aki kecil (khusus "anita) di +ina melambangkan kecantikan. #alam kebudayaan Islam, mutilasi diberlakukan bagi mereka yang terbukti mencuri, biasanya berupa amputasi pada tangan atau lengan. amun bila terdak"a memiliki alasan kuat untuk mencuri (misalnya dalam kondisi sangat kelaparan), maka hukuman tersebut dapat dihindarkan (*gustian, 202).

#i Indonesia sebenarnya terdapat juga praktik mutilasi, yakni memenggal kepala orang atau kepala musuh pada saat terjadi perang di kalangan suku dayak  dengan tujuan untuk mengambil kekuatan dari korban dan menunjukkan eksistensi de"asa pada masyarakat (*gustian, 202).

2.2.$ >enis!>enis utilasi

utilasi memiliki beberapa unsur, seperti unsur perencanaan (direncanakan! tidak direncanakan), unsur pelaku (indi9idu!kolektif), dan unsur ritual atau inisiasi, serta unsur kesehatan atau medis. #ari berbagai macam jenis mutilasi, secara umum setidaknya tindak pidana mutilasi dibagi menjadi dua bagian yaitu (4ingh 4, 200%) 7

a. utilasi defensif (defensi#e mutilation), atau disebut juga sebagai  pemotongan atau pemisahan anggota badan dengan tujuan untuk 

menghilangkan jejak setelah pembunuhan terjadi. otif rasional dari  pelaku adalah untuk menghilangkan tubuh korban sebagai barang bukti

atau untuk menghalangi diidentifikasikannya potongan tubuh korban.

 b. utilasi ofensif (offensi#e mutilation), adalah suatu tindakan irasional yang dilakukan dalam keadaan mengamuk, J fren&ied state of mind K. utilasi kadang dilakukan sebelum membunuh korban.

(20)

2.# Teknik Identifikasi Kr$an !"tilasi

Identifikasi jenazah terutama ditujukan pada jenazah yang tidak dikenal,  jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar, kecelakaan masal, bencana alam serta potongan tubuh manusia atau kerangka yang biasanya ditemukan pada kasus pidana pembunuhan dengan mutilasi (Idris, 200%).

Identifikasi jenazah yang dikenal bisa dilakukan oleh polisi dan keluarga sebelum dilakukan pemeriksaan. Pada jenazah yang tidak dikenal seperti pada korban kasus pembunuhan mutilasi dokterlah yang bertugas memeriksanya, dokter mempunya tanggung ja"ab dalam membantu pekerjaan polisi atau  penyidik (Idris, 200%).

#alam identifikasi yang dilakukan pada korban pembunuhan dengan mutilasi  banyak informasi yang diperoleh dan ini adalah hal yang penting dalam ilmu kedokteran forensic, selain berguna untuk kemanusiaan juga berguna untuk   peradilan tindak pidana (Idris, 200%).

#alam kasus pembunuhan dengan mutilasi, upaya untuk idenifikasi medikolegal bertujuan untuk membuktikan bah"a barang bukti (trace e9idence) tersebut adalah manusia, penentuan ras, penentuan jenis kelamin, perkiraan umur,  perkiraan tinggi badan, perkiraan jumlah korban, ciri khusus, deformitas, dan

tanda!tandan kekerasan pada barang bukti tersebut (Idris, 200%).

Identifikasi pada korban mati dapat dilakukan terhadap 7 ! >enazah yang masih utuh dan baru

! >enazah yang sudah membusuk maupun tidak utuh ! /agian!bagian dari tubuh jenazah atau kerangka

*pabila identifikasi orang hidup sebagian besar adalah tugas polisi, maka identifikasi jenazah= sisa sisa manusia=potongan= kerangka adalah tugas kedokteran forensic (/udiyanto, 111).

(21)

2.$. enentukan anusia atau /ukan

/ila bukti yang ditemukan cukup banyak tidak menimbulkan kesukaran, namun untuk membuktikan bah"a sisa!sisa korban atau kerangka adalah manusia, diperlukan penyelidikan terhadap segala benda!benda yang dijumpai sehubungan dengan itu untuk kemudian dikumpulkan dan diperiksa (4oekry, 202).

'esulitan lebih akan ditemukan pada kasus pembunuhan dengan mutilasi, sehingga bukti!bukti yang dikumpulkan bisa saja hanya berupa potongan!  potongan tubuh manusia. #alam hal ini diperlukan pengetahuan anatomi seorang ahli terlatih yang dapat mengidentifikasi sebagian dari tulang=organ. 5ragmen yang tidak mungkin diidentifikasi secara anatomi dapat diidentifikasi dengan  beberapa pemeriksaan antara lain 7

. Pemeriksaan histologi (mikroskopis) 7 dilihat jumlah dan diameter  kanal!kanal ha9ers

2. es precipitin 7 test ini sangat peka, diperlukan hanya sedikit jaringan untuk pemeriksaan, test ini berdasarkan ikatan ag!ab yang membentuk   presipitat putih

$. est inhibisi anti globulin 7 cara ini memakai metode indirect. #idalam  jaringan=bercak darah yang kering sel selnya pecah sehingga tidaklah mungkin untuk memperhatikan adanya aglutinasi. *ntigen antigennya tidak hilang tetapi desebarkan keseluruh jaringan=bercak tersebut. *pabila antigen bereaksi dengan antibody yang berla"anan dengan yang antigennya lebih banyak maka antiobdinya akan diserap dan tidak  ada lahi sehingga tidak terjadi aglutinasi (/udiyanto, 111).

2.$.2 enentukan >umlah 'orban

#alam mengidentifikasi korban mutilasi dengan banyak jaringan yang tidak utuh, harus dapat dipastikan apakah jaringan tersebut berasal dari satu korban atau lebih oleh karenanya menjadi hal yang sangat penting dan tidak boleh dilupakan adalah untuk mengamankan semua sisa!sisa jaringan atau kerangka yang ditemukan ditempat kejadian. /eberapa parameter untuk  mengidentifikasikan adanya korban lebih dari satu adalah 7

(22)

. *da tidaknya duplikasi dari tulang sejenis 2. Perbedaan yang jelas dari ukurannya $. Perbedaan usia tulang

&. *simetris

;. 'ontur sendi tidak sama

<. Lray trabecular pattern yang tidak sama 6. Perlekatan otot tidak sama (4oekry, 202)

2.$.$ enentukan >enis 'elamin dari 'erangka atau >aringan

/ila korban mutilasi ditemukan dalam keadaan yang sebagian besar utuh,  penentuan jenis kelamin dapat dilakukan dengan melihat tanda!tanda seF primer 

dan tanda!tanda seF sekunder, selain itu jika dimungkinkan dapat melihat  perbedaan bentuk tubuh secara global 7

. ubuh pria keseluruhan lebih besar daripada "anita 2. /ahu pria lebih lebar dari panggul

$. Pinggang "anita tampak lebih menonjol

&. /okong pria lebih datar sedangkan "anita lebih berisi

;. Pada "anita tungkai lebih bulat, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan kuku lebih halus=kecil

<. Eambut kemaluan "anita hanya sampai mons pubis sedangkan pria sampai di abdomen bahkan sampai dada

6. CarynF "anita lebih menonjol

%. Pinggul "anita lebih lebar dari bahu

>ika organ dalam dari korban belum membusuk sempurna maka dapat dilihat apakah terdapat Eahim ataupun prostat yang notabenenya kedua jaringan tersebut tahan terhadap pembusukan. 4edangkan jika organ dalam sudah sangat membusuk maka penentuan jenis kelamin dapat dilihat dari karakteristik tulang tengkorak, tulang pel9is dan tulang panjang (Idris, 2002).

4ecara umum pemeriksaan jenis kelamin pada korban mutilasi sama dengan korban bencana alam ataupun korban lain yang mencakup 7

. +ara histologis

Prinsip penentuan secara histologis ini berdasarkan pada kromosom. /ahan pemeriksaan dapat diambil dari kulit, leukosit, sel selaput lendir   bagian dalam, sel sel tulang ra"an, korteks kelenjar suprarenalis.

(23)

 etode untuk menentukan seF sel yang didasalkan pada

nuclear chromatin form menjadi standart. ntuk sel yang tidak  membelah pada "anita ada satu atau lebih nodul kromatin yang kecil yang melekat pada permukaan dalam dari nuclear  membrane dan hal ini dinamakan barr bodies. 4edangkan pada laki!laki tidak didapatkan barr bodies.

 4el darah putih pada "anita didapatkan bentuk batang tongkat

yang mirip drum stik projection dimana intinya yang polimorf  disebut #a9idson body

 Pada sel yang membelah dapat dihitung dan diidentifikasi seF

kromatin bodiesnya (LL atau L@). @ hanya terdapat pada laki! laki, yang mempunyai sifat berflouresensi bila diberi Muinacrine (/udiyanto, 111).

2. 'erangka

Pemeriksaan jenis kelamin dari kerangka sangat bergantung dari tulang apa yang ditemukan dari tempat kejadian. 4ecara umum semakin lengkap tulang yang berhasil dikumpulkan maka hasil yang didapatkan semakin mendekati 00N. 4ecara keseluruhan struktur tulang pel9is baik  constituent tulang!tulangnya maupun keseluruhan konfigurasinya sudah lama diketahui sebagai factor kritikal pada penentuan jenis kelamin dari kerangka manusia. ulang pel9is ini memiliki nilai tambah dengan kenyataan bah"a terdapat perbedaan yang jelas dengan kriteria tulang! tulang lain karena perbedaan seF tersebut sudah ada sejak kehidupan fetal (Idris, 200%).

(24)

#ismorfisme seF pada pel9is lebih terlihat jelas, beberapa yang perlu diketahui antara lain 7

! Panggul "anita lebih lebar, khususnya tulang pubis dan ischia ! 4udut incisura ischiadica major pada "anita lebih terbuka ! 5oramen obturator mendekati bentuk segitiga

4edangkan perbedaan pada tulang tengkorak meliputi 7 ! Pria memiliki 9olume endokranial yang lebih besar

! *rsitektur tulang tengkorak pria lebih kasar dibandingkan "anita ! ulang dahi pria cenderung curam dan kurang membundar,

sedangkan "anita cenderung membulat penuh

! ulang mandibular pria besar, simfisisnya tinggi dan ramus ascendingnya lebar, sedangkan "anita bentuknya relati9e kecil dengan ukuran korpus dan ramus lebih kecil

4elain pel9is, pada tengkorak dan tulang panjang juga terdapat  beberapa perbedaan yang penting untuk diperhatikan diantaranya 7

! Pada pria lebih panjang dan kekar serta tempat insersi ototnya lebih  prominen daripada "anita

! Pengukuran yang penting untuk penentuan seF ialah 7 jumlah total  panjang dari tulang, diameter caput humeri, diameter caput femur,

luas dan lebar dari condylus femur.

4elain ditentukan dengan morfologi dapat juga dilakukan  pengukuran secara metric diantaranya dengan rumus indeF sciatich

notch, ischa pubic indeF, dll (4oekry, 202). 2.$.& Penentuan mur

(25)

Penentuan umur jenazah paling sering dengan menggunakan kerangka diantaranya dapat dilakuka dengan melakukan pemeriksaan terhadap 7

! erupsi gigi!geligi

! melihat fusi dari inti penulangan ! melihat penyatuan epifisis

! melihat obliterasi sutura

'esemua metode tersebut memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan misal untuk gigi geligi lebih bagus untuk jenazah dengan  perkiraan usia muda, begitupun dengan ossifikasi tulang baik digunakan  pada jenazah usia kurang dari 2; tahun, sedangkan metode obliterasi sutura baik untuk digunakan pada jenazah de"asa sampai tua (4oekry, 202).

2.$.; Penentuan inggi /adan

Pada kasus pebunuhan dengan mutilasi maka penentuan tinggi  badan dapat menjadi informasi yang sangat penting untuk membatasi data yang dicurigai. ntuk menentukan tinggi badan dilakukan dengan rumus! rumus seperti diba"ah ini 7

(26)

 elalui pengukuran tulang panjang 7

• 5emur 26N #ari inggi /adan • ibia 22N #ari inggi /adan • umerus $;N #ari inggi /adan • ulang /elakang #ari inggi /adan

5ormula 4B?B48 7

• / O <,6206  (2,&$6% L Panjang 5emur)  2,6;< • / O %,;;  (2,%$ L Panjang umerus)  2,%10$ • / O ;1,22;<  ($,02<$ L Panjang ibia)  ,%1< • / O %0,026<  ($,6$%& L Panjang Eadius)  2,<61

5ormula E8BE dan -CB4BE 7

• / O 60,$6  ,22 (panjang 5emur  panjang ibia)  $,2&

Pengukuran dengan osteometric board Q tulang harus kering (/udiyanto, 111).

2.$.< Penentuan Identitas 'orban

Pemeriksaan identitas seorang korban baik itu korban pembunuhan mutilasi ataupun korban bencana alam dan lain lain dapat dilakukan bermacam! macam metode dan teknik. amun demikian yang lazim digunakan dan ditentukan oleh Interpol terbagi dua menjadi primary indentifiers yang terdiri dari sidik jari, gigi dan #*, secondary identifiers yang terdiri dari medical, property dan photography. Prindip dari proses identifikasi ini adalah dengan membandingkan data ante mortem dan post mortem, semakin banyak yang cocok  maka akan semakin baik. Primary identifiers mempunyai nilai yang sangat tinggi  jika dibandingkan dengan secondary identifiers (/udiyanto, 111).

Pada prinsipnya semua proses identifikasi untuk menentukan identitas seseorang memerlukan berbagai metode dari sederhana sampai yang rumit 7

(27)

i. +ara 9isual, dapat bermanfaat bila kondisi mayat masih  baik, cara ini mudah karena identitas dikenal melalui  penampakan luar baik berupa profil tubuh atau muka. +ara ini tidak dapat diterapkan bila mayat telah busuk, terbakar, mutilasi, serta harus mempertimbangkan factor psikologi keluarga korban ( sedang berduka, stress, sedih dll) yang turut berperan untuk  membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas  jenazah tersebut.

ii. elalui kepemilikan ( property) identitas cukup dapat dipercaya terutama bila kepemilikan tersebut (pakaian,  perhiasan, surat jati diri) masih melekat pada tubuh

korban.

iii. #okumentasi, foto diri, foto keluarga, foto sekolah, 'P atau 4I, dan sebagainya.

 b. etode ilmiah, antara lain 7 ) sidik jari 2) serologi $) odontology &) antopologi ;) biologi

c. etode 4uperimposisi (/ernard, 11<). ). Identifikasi 4idik >ari

4idik jari merupakan salah satu identitas manusia yang tidak dapat diganti atau dirubah. enurut reinhard hutagaol sidik jari sebenarnya adalah kulit yang menebal dan menipis membentuk suatu punggungan  pada telapak jari yang membentuk suatu pola, sidik jari tidak akan

hilang sampai seorang meninggal dunia dan membusuk, goresan! goresan atau luka biasanya akan sembuh dengan membentuk pola yang sama. amun sidik jari dapat rusak karena kulit tersebut terkena luka bakar yang parah (4upardi, 202).

(28)

etode indentifikasi sidik jari ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem. 4ampai saat ini, pemeriksaan sidik   jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya

untuk menetukan identitas seseorang. #engan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik!baiknya terhadap jari tangan  jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan  pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastic ('night,

116).

eknik pengambilan sidik jari sebenarnya lazim dilakukan oleh pihak  kepolisian akan tetapi dikondisi tertentu dokter memiliki beberapa ke"ajiban diantaranya mengambilkan atau mencetak sidik jari, khususnya sidik jari pada korban te"as dan mayatnya telah membusuk. eknik penyambilan sidik jari pada jari yang keriput serta mencopot ujung jari yang telah mengelupas dan memasangnya pada  jari yang sesuai pada jari pemeriksa kemudian dilakukan pengambilan sidik jari merupakan prosedur standar yang harus diketahui oleh seorang dokter (/arlo", 2006).

+ara pengangkatan sidik jari yang paling sederhana adalah dengan metode dusting (penaburan bubuk). /iasanya metode ini digunakan  pada sidik jari paten = yang tampak dengan mata telanjang. 4idik jari  paten biasanya menempel pada lempeng alumunium, kertas,  permukaan kayu. *gar dapat tampak, para ahli dapat menggunakan zat kimia seperti lem, iodin, perak klorida, dan ninhidrin. Cem sanoakrilat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari dengan cara mengoleskannya pada permukaan alumunium yang disimpan dalam

(29)

"adah tertutup misalnya stoples. #alam stoples tersebut, ditaruh juga  permukaan benda yang diduga mengandung sidik jari yang telah diolesi minyak. utup rapat staples. 4ianoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan menempel pada permukaan benda  berminyak yang diduga mengandung sidik jari. 4emakin banyak 

sianoakrilat yang menempel pada permukaan berminyak, semakin tampaklah sidik jari sehingga dapat diidentifikasi dengan mudah (/arlo", 2006).

+ara lainnya dengan menggunakan iodin. Iodin dikenal sebagai zat  pengoksidasi. >ika dipanaskan, iodin akan menyublim, yaitu berubah "ujud dari padat menjadi gas. 'emudian, gas iodin ini akan bereaksi dengan keringat atau minyak pada sidik jari. Eeaksi ini menghasilkan "arna cokelat kekuning!kuningan. arna yang dihasilkan tidak   bertahan lama sehingga harus segera dipotret agar dapat

didokumentasikan (/lau, 200<).

/anyak metode pengambilan sampel sidik jari yang bisa digunakan, tetapi yang paling mutakhir adalah dengan teknik identifikasi micro! Lray florescent (LE5) kelebihan teknik ini adalah dapat mengidentifikasi sidik jari yang tidak dapat diidentifikasi dengan metode lain (/lau, 200<)

4ecara umum untuk membandingkan sidik jari sebaiknya dilakukan  pemotretan dan pembesaran. *da <!20 titik yang harus dibandingkan dan dikatakan identik jika minimal terdapat 2 titik yang sama (/lau, 200<).

2). Identifikasi #*

ergantung dari karakteristik insiden yang terjadi maka pendekatan  prosedur identifikasi akan berbeda pula. #alam banyak kasus, identifikasi gigi dan sidik jari mungkin sudah dianggap cukup untuk   proses identifikasi, akan tetapi dalam kasus jenazah yang sudah sangat membusuk ataupun pada korban mutilasi dengan organ tubuh yang tidak lengkap pendekatan identifikasi #* mungkin sangat diandalkan. Cazimnya keputusan apakah analisis #* akan dilakukan

(30)

atau tidak diputuskan oleh kepala tim identifikasi korban dalam konsultasi dengan laboratorium forensic yang tepat (/arlo", 2006). #* dapat ditemukan pada inti sel tubuh ataupun pada mitokondria (organ dalam sel yang berperan untuk pernafasan sel!sel tubuh) yang  biasa disebut #* mitokondria. ntuk penentuan identitas seseorang  berdasarkan #* ini dibutuhkan sampel (/arlo", 2006).

abel . /ahan Pemeriksaan 4ampel #*

Sa%&el kr$an ke'a(atan Sisa $agian %an"sia

#arah -igi

4emen ulang

Eambut 8tot

5eses 'ulit

4el epitelial terdapat pada7 Eambut

! 4ali9a 4ampel Eeferensi

! 'etombe 4"ab mukosa pipi=darah 9ena dari7

! Pakaian ! 8rang tua

! Puntung rokok ! *nak!anak  

! #* ! 4epupu

! ubungan ibu ! ubungan ayah Sa%&le tersangka)

! 4"ab mukosa pipi

! Eambut yang ditarik   (termasuk akar) ! #arah 9ena *rtefak7 ! 4ikat rambut ! 4ikat gigi ! Pisau cukur  

Pengambilan sampel referensi antemortem dapat diambil dari kerabat dekat pertama yang sesuai urutan 7 kembar monozigot, ibu dan ayah biologis dari korban, saudara kandung, anak biologis. erkadang pengambilan sampel dapat dilakukan dari tindakan!tindakan medis yang dilakukan misal dari laboratorium P* atau dari bank darah. *tau dapat juga diambil sampel dari benda!benda pribadi korban seperti sisir, pisau cukur dll (/arlo", 2006).

(31)

Keadaan T"$"( *ek%endasi Sa%&el Cengkap, mayat belum

membusuk

#arah (pada kertas 5* atau apusan) dan apusan mukosa ukal

ermutilasi, mayat belum memusuk

>ika memungkinkan7 darah dan jaringan otot dalam.

Cengkap, mayat sudah membusuk atau termutilasi

4ampel dari tulang kompak panjang (bagian &!< cm,  bagian jendela, tanpa pemisahan shaft)

*tau.

-igi sehat (sebaiknya molar) *tau.

4etiap tulang lain yang tersedia jika mungkinD sebaiknya tulang kortikal dengan jaringan padat) ayat yang terbakar hebat 4emua sampel yang tercantum di atas dan gigi yang

impaksi atau akar gigi jika ada atau

*pusan dari kandung kemih

• ingkat keberhasilan pemeriksaan #* bergantung dari seberapa cepat

sampel diperoleh dan dipelihara. 4elama pengumpulan sampel, ahli genetika forensic harus hadir untuk memberikan bimbingan untuk koleksi sampel #* (#ikshit, 2006).

.

$). 8dontologi

-igi telah dikenal sebelumnya sebagai alat yang berguna bagi petugas hokum medis untuk menentukan identitas personal dari objek. Perkiraan umur   berdasarkan gigi secara umum cukup dapat diandalkan karena gigi tersebut tetap  bertahan bahkan setelah jaringan tisu dan tulang telah terintegrasi. idak seperti tulang, gigi juga dapat diinspeksi pada orang yang masih hidup, juga dapat pada mereka yang telah meninggal. Pemeriksaan ini meliputi data gigi (8dontogram) dan rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar!L dan pencetakan gigi dan rahang. 8dontogram memuat data jumlah,  bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya. 4eperti halnya dengan sidik jari, maka setiap indi9idu susunan gigi yang khas. #engan demikian dapat

(32)

dilakukan identifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data  pembanding antemortem (Idris, 200%)

*dapun dalam melaksanakan identifikasi manusia melalui gigi, kita dapatkan 2 (dua) kemungkinan 7

a) emperoleh informasi melalui data gigi dan mulut untuk membatasi atau menyempitkan identifikasiD Informasi ini dapat diperoleh antara lain mengenai umur, jenis kelamin, ras, golongan darah, bentuk "ajah dan salah satu sampel #*. #engan adanya informasi mengenai perkiraan batas‐ batas umur korban

misalnya, maka pencarian dapat dibatasi pada data‐data orang hilang yang berada

di sekitar umur korban. #engan demikian penyidikan akan menjadi lebih terarah (4lamet,200&).

 b) encari ciri‐ciri yang merupakan tanda khusus pada korban tersebut.

#isini dicatat ciri!ciri yang diharapkan dapat menentukan identifikasi secara lebih akurat dari pada sekedar mencari informasi tentang umur atau jenis kelamin. +iri! ciri dengandemikian antara lain 7 misalnya adanya gigi yang dibungkus logam, gigi yang ompong atau patah, lubang pada bagian depan biasanya dapat lebih mudah dikenali oleh kenalan atau teman dekat atau keluarga korban (4lamet, 200&)

&). 4uperimposisi

4uperimposisi adalah suatu sistem pemeriksaan untuk menentukan identitas seseorang dengan membandingkan korban semasa hidupnya dengan tengkorak yang ditemukan. 4uperimposisi adalah suatu sistem pemeriksaan untuk  menentukan identitas seseorang dengan membandingkan korban semasa hidupnya dengan tengkorak yang ditemukan. 5oto antemortem dan postmortem korban dibuka dan digabung menggunakan *dobe Photoshop.

(33)

'esulitan dalam menggunakan teknik ini adalah7

• 'orban tidak pernah membuat foto semasa hidupnya • 5oto korban harus baik posisinya maupun kualitasnya

• engkorak yang ditemukan sudah hancur dan tidak berbentuk lagi

(34)

BAB III PENUTUP

#.1 *ingkasan

Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi forensik merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan.

utilasi adalah terpisahnya anggota tubuh yang satu dari anggota tubuh lainnya oleh sebab yang tidak "ajar. 4uatu konteks tindak kejahatan orang melakukan tindakan mutilasi adalah dengan tujuan untuk membuat relasi antara dirinya dengan korban terputus dan agar jati diri korban tidak dikenali dengan alasan!alasan tertentu.

'ejahatan mutilasi adalah jenis kejahatan yang tergolong sadis, dimana  pelaku kejahatan itu tidak hanya membunuh atau menghilangkan nya"a orang lain melainkan ia juga memotong!motong setiap bagian tubuh si korbannya. enurut beberapa ahli kejahatan pidana, biasanya kejahatan ini terjadi tergantung kepada keadaan psikis si pelaku, dimana si pelaku cenderung mengalami gangguan keji"aan. Pada pendapat ahli lain, bah"a kejahatan ini merupakan kejahatan susulan dari sebuah kejahatan pembunuhan, dengan maksud untuk  menutupi kejahatan pembunuhan tersebut maka dilakukanlah pemutilasian tubuh korban, sehingga korban tidak diketahui keberadaannya ataupun jika diketahui maka akan mengelabuhi penyidik untuk mengungkap identitasnya.

enentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. #engan diketahuinya identitas korban, pihak penyidik dapat melakukan penyidikan untuk  mengungkap kasus menjadi lebih terarah, oleh karena secara kriminologis pada umumnya ada hubungan antara pelaku dengan korbannya dan mereka akan lebih mudah membuat satu daftar dari orang!orang yang patut dicurigai.

ntuk melakukan identifikasi terhadap bagian tubuh yang tidak lengkap,  perlu diperhatikan beberapa hal yaitu, pastikan apakah sisa jaringan berasal dari

(35)

manusia atau tidak. >ika dijumpai beberapa bagian tubuh, tentukan apakah berasal dari satu indi9idu apa tidak, perhatikan "arna dari kulit, perhatikan otot secara umum. 'epala dapat menolong untuk menentukan banyak hal, badan dapat menentukan jenis kelamin dari pel9is, uterus, dan dari prostat kalau ada. mur  dapat ditentukan dari perubahan "arna rambut, pertumbuhan umum tubuh, jumlah gigi dan pusat penulangan serta penutupan garis epifisis tulang panjang. Perhatikan tiap bagian yang ada, apakah terputus, terbakar dan lain!lain. Perhatikan apakah ada tato, jaringan parut, kelainan bentuk dan lain!lain. 'eadaan dari dekomposisi (pembusukan) dapat menentukan berapa lama ia meninggal.

Referensi

Dokumen terkait

45 Semua orang dari golongan orang berkhitan yang beriman kepada Isa dan yang datang bersama Petrus ke rumah Kornelius, tercengang melihat bahwa kepada orang-orang dari bangsa

Hubungan faktor umur, pendidikan, masa kerja, dan insentif terhadap perilaku caring perawat pelaksana RSWH Malang juga bermakna, sedangkan jenis kelamin tidak ada hubungan

Mengingat hal tersebut, sebagai bagian dari penjaminan mutu output berupa penentuan batas lulus yang menentukan kelulusan peserta ujian, serta peningkatan kualitas SDM dalam

Mahasiswa penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan Bantuan Biaya Pendidikan (BBP-PPA) harus menanda tangai Surat Pernyataan di atas materei Rp

tanggung-jawab setiap anggota jemaat yang akan terlibatk dalam pemuridan, namun jika mereka tidak melakukan sesuatu untuk merubah format atau struktur, orang-orang akan tetap datang

Hasil perencanaan instalasi pipa pada Hotel Kemanggisan ini dapat kita lihat bahwa didalam shaft pipa terdapat 6 buah pipa utama yaitu pipa distribusi air

Sisi yang menarik dalam penelitian ini bagi peneliti adalah setiap mustamik baru yang ingin belajar di majelis taklim mempunyai pertentangan identitas yang sangat berbeda dengan

Söylenmesi gerekin şudur: El-Barî (Yaratıcı) kendisiyle mevcuddur (vardır), vücudunu (varlığını) hiç kimseden almamıştır. Yani; O'ndan başka bir şey yoktur. Âlem