• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Fitokimia i Klt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Fitokimia i Klt"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Obat tradisional di dunia ini sedang marak digunakan dalam masyarakat. Penggunaan obat tradisional bukan hanya dikembangkan di Indonesia tapi sudah dikembangkan di negara-negara maju. Sehingga bahan alam merupakan salah satu sumber bahan baku obat yang perlu digali, diteliti dan dikembangkan.

Untuk mencari sumber obat yang baru dari tumbuhan, para peneliti tidak terkecuali mahasiswa telah melakukan penelitian mengenai suatu tanaman yang belum pernah diteliti untuk mendapatkan komponen obat yang dapat digunakan untuk pengobatan. Komponen dari tumbuhan tersebut kemudian diisolasi dan diidentifikasi komponen bahan aktifnya yang mengandung nilai terapeutik atau bahan berkhasiat.

KLT (Kromatografi lapis tipis) dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT (Kromatografi lapis tipis) juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil (Sianita,2008).

Untuk itu KLT (Kromatografi lapis tipis) sangat penting dalam bidang farmasi selain digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa, KLT

(2)

(Kromatografi lapis tipis) juga digunakan untuk menganlisis bahan-bahan farmasi yang dicurigai mengandung bahan-bahan berbahaya misalnya seperti analisis jamu yang mengandung Bahan Kimia Obat (BKO). Oleh karena itu KLT (Kromatografi lapis tipis) ini sangat penting untuk dilakukan sebagai dasar seorang farmasis.

B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud

Adapun maksud dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk mengetahui dan memahami metode penentuan komponen kimia secara kromatografi lapis tipis yang terdapat dalam sampel daun Gandarusa (Gendarussae folium).

2. Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk memisahkan campuran senyawa dalam sampel daun Gandarusa (Gendarussae folium) dengan metode kromatografi lapis tipis dan untuk mengetahui nilai Rf.

(3)

. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tanaman 1. Klasifikasi (Iqbal, 2008) Kingdom = Plantae Divisi = Magnoliophyta Kelas = Magnoliopsida Sub kelas = Asteridae Bangsa = Scrophulariales Suku = Acanthaceae Marga = Justicia

Spesies = Justicia gendarussa Burm. f. 2. Morfologi

Tanaman ini berupa semak, pada umumnya di tanam sebagai pagar hidup atau tumbuhan liar di hutan, tanggul sungai atau di pelihara sebagai tanaman obat. Tumbuh pada ketinggian 1-500 m di atas permukaan laut. tumbuh tegak, tinggi dapat mencapai 2 m, percabangan banyak, dimulai dari dekat pangkal batang. Cabang - cabang yang masih muda berwarna ungu gelap, dan bila sudah tua warnanya menjadi coklat mengkilat. Daun letak berhadapan, berupa daun tunggal, yang bentuknya

(4)

lanset dengan panjang 5-20 cm., lebar 1-3,5 cm, tepi rata, ujung daun meruncing, pangkal berbentuk biji bertangkai pendek antara 5 – 7,5 mm, warna daun hijau gelap (Rusmiatik, 2013). 3. Nama Daerah

Handarusa (Sunda), Gandarusa, Tetean, Trus (Jawa), Puli (Ternate), Besi-besi (Aceh), Gandarusa (Melayu), Bo gu dan (China), Gandarisa (Bima) (Rusmiatik, 2013).

4. Kandungan Kimia

Daun gandarusa mengandung justisin (suatu senyawa golongan alkaloid), flavonol-3-glikosida, flavon, luteolin , isoorientin (luteolin-6-C-glikosida), kumarin, iridoid, triterpen atau sterol, minyak atsiri, dan kalium (Iqbal ,2008).

5. Kegunaan

Berkhasiat sebagai obat pegal linu, obat pening dan obat untuk haid yang tidak teratur. Kegunaan yang lain untuk obat luka terpukul (memar), patah tulang (Fraktur), reumatik pada persendian, bisul, borok dan korengan (Syamsuhidayat,1991). 6. Kunci Determinasi

1a...,1b..., 2a...,3b...,5b...,10b..., 6b..., 14a...,15b..., 18b. (Cullen, 2006).

(5)

B. Landasan Teori

Kromatografi dalam bidang kimia merupakan sebuah teknik analisis yang digunakan untuk memisahkan sebuah campuran ataupun persenyawaan kimia (Adnan, 1997).

Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan komponen kimia tersebut dengan menggunakan kolom kromatografi dan sebagai fase diam dapat digunakan silica gel dan eluen yang digunakan berdasrkan basil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau kepolaran eluen pada kolom kromatografi sedikit sibawah eluen pada KLT (Lenny, 2006).

Pada hakekatnya KLT merupakan metode kromatografi cair yang melibatkan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase geraknya berupa campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fase diam pada KLT sering disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistem kromatografi cair-cair. Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT, contohnya silika gel (asam silikat), alumina

(6)

(aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae) dan selulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak dipakai dalam KLT (Iskandar, 2007).

Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi adsorbsi dan adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Empat macam adsorben yang umum digunakan adalah silica gel (asam silikat), alumina (aluminium oxyde), kieselghur (diatomeus earth) dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben tersebut, yang paling banyak dipakai adalah silica gel karena mempunyai daya pemisahan yang baik (adnan, 1997).

Kelebihan penggunaan kromatografi lapis tipis dibandingkan dengan kromatografi kertas adalah karena dapat dihasilkannya pemisahan yang lebih sempurna, kepekaan yang lebih tinggi, dan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat (adnan, 1997).

Penampakan noda pada sinar UV 254 nm dan 366 nm disebabkan karena adanya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang terdapat pada noda tersebut. Gugus kromofor adalah gugus atom yang dapat menyerap radiasi elektromagnetik (sinar UV) dan mempunyai ikatan rangkap tak jenuh (terkonyugasi). Sedangkan gugus terkonyugasi adalah struktur molekul dengan ikatan rangkap tak jenuh lebih dari satu yang berada berselang-seling dengan ikatan tunggal. Flouresensi warna yang tampak tersebut merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi tinggi. Perbedaan energi emisi yang dipancarkan pada saat kembali ke energi dasar inilah yang menyebabkan

(7)

perbedaan flouresensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda (Mufidah, 2001).

Analisis dengan KLT dapat dilakukan untuk mengidentifikasi simplisia yang kelompok kandungan kimianya telah diketahui. Kelompok kandungan kimia tersebut antara lain (Ditjen POM, 1987):

a. Alkaloid

b. Glikosida jantung c. Flavanoid

d. Saponin e. Minyak atsiri

f. Kumarin dan asam fenol karboksilat g. Valepotriat

Lempeng yang digunakan lempeng silika gel 254 P dengan ukuran 10 x 10 cm. Lempeng dapat berupa lempeng kaca atau lempeng lain yang cocok. Untuk menentukan kelompok kandungan kimia suatu simplisia sekurang-kurangnya diperlukan 10 lempeng (Ditjen POM, 1987).

Pada hakekatnya KLT merupakan metoda kromatografi cair yang melibatkan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa geraknya berupa campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fasa diam pada KLT sering disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistem kromatografi cair-cair. Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT, contohnya silika gel (asam silikat), alumina

(8)

(aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae) dan selulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak dipakai dalam KLT (Iskandar, 2007)

Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat (Ibnu, 2007).

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini (Ibnu, 2007) :  Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.

 Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.

Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi.

 Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.

Fase diam yang unmum diguankan adalah silica gel, baik yang normal fase maupun reversed fase. Pada KLT komponen bergerak degan kecepatan yang berbeda-beda mengkuti naiknya eluen, katrena daya serap adsorben pada komponen-komponen tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan berbeda dan hal inilah yang merupakan atau menyebabkan terjadinya pemisahan. Perbandingan kecepatan permukaan dari pelarut dengan jarak yang ditempuh oleh ssebyawa terlarut

(9)

merupakan dasar untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang terdapaat dalam ekstrak atau campuran senyawa tersebut (Sudjadi, 1986) Perbandingan kecepatan ini disingkat dengan Rf (Rate of Flow).

Rf = Jarak yang ditempuh senyawa terlaru Jarak yang ditempuh oleh pelarut

(10)

BAB III

PROSEDUR KERJA A. Alat dan Bahan 1.Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, chamber, gunting, gelas ukur, lampu UV254 dab UV366, lempeng KLT, penggaris, pensil 2B, pinset, pipa kapiler, oven, sendok tanduk, dan vial.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, aquadest, asam sulfat, ekstrak daun Gandarusan (Gendarussae folium), etil asetat, kertas saring, kloroform, label, n-heksan, dan tissue.

B. Cara Kerja a. Penyiapan Eluen dan Penjenuhan Chamber

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Diambil 3,5 ml n-heksan dan 1,5 ml etil asetat dan dimasukkan ke dalam chamber (perbandingan 7:3)

3. Dikocok chamber, dan diamkan sampai jenuh.

b. Penyiapan lempeng KLT dan Penotolan pada Lempeng

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Lempeng dipotong dengan ukuran 7 cm x 1 cm 3. Ekstrak diambil dengan menggunakan pipa kapiler 4. Ditotolkan pada lempeng yang telah disiapkan

5. Lempeng yang telah ditotol dimasukkan ke dalam chamber dan

ditunggu hingga eluen mencapai garis batas atas lempeng.

6. Bila eluen telah mencapai batas atas lempeng, maka lempeng

dikeluarkan.

7. Diamati dengan menggunakan penampang bercak UV 254, UV

366, H2SO4.

(11)

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Tabel Pengamatan

1. Tabel perhitungan nilai Rf , warna pada penampak bercak

Bercak No. Sinar Tampak (Rf) UV 254 UV366 H2SO4/Pereaksi Spesifik

Rf Warna Rf Warna Rf Warna

(12)

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 0,2 0,3 0,3 0,4 0,6 0,7 0,7 0,8 0,9 0,3 0,4 0,6 0,7 0,7 0,8 0,9 Hijau Kuning Hijau Kuning Kuning Hijau Hijau 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,7 0,8 0,9 Pink Pink Pink Pink Pink Pink Pink Pink Hijau 0,5 0,8 0,9 0,9 Kuning Kuning Hijau Hijau

2. Tebel hasil warna dari penggunaan pereaksi spesifik pada penampak bercak

No. Pereaksi Spesifik Warna Hasil

1. FeCl3 Kuning Positif

2. Sitroborat Kuning Positif

(13)

B. Pembahasan

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.

Prinsip kerjanya adalah berdasarkan adsorpsi dan partisi, dimana sampel akan berpisah berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase

diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.

(14)

Fase diam (adsorben) contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kieslguhr (diatomeous earth), dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben tersebut, yang paling banyak dipakai ialah silika gel dan masing-masing terdiri dari beberapa jenis yang mempunyai nama perdagangan bermacam-macam. Silika gel ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung kepada cara pembuatannya. Selain itu harus diingat bahwa penyerap yang berpengaruh nyata terhadap daya pemisahnya.

Fase gerak (mobile) meliputi beberapa variasi eluen. Eluen yang digunakan untuk proses elusi terdapat dua jenis yaitu eluen yang lebih polar dan eluen yang kurang polar. Penggunaan eluen yang kurang polar dimaksudkan untuk mengelusi ekstrak heksan dan ekstrak metanol, sedangkan eluen yang lebih polar untuk mengelusi ekstrak n-butanol jenuh air dan ekstrak metanol. Eluen yang digunakan merupakan kombinasi dari dua macam pelarut, Hal ini dimaksudkan untuk mencapai semua tingkat kepolaran sehingga eluen ini dapat mengangkat noda yang tingkat kepolarannya berbeda-beda. Perbandingan jumlah eluen yang digunakan berdasarkan pengalaman dapat menarik komponen kimia yang maksimal. Namun jika pada penampakan noda, belum diperoleh jumlah noda yang maksimal atau posisi noda terlalu ke atas atau ke bawah maka perbandingan ini dapat dikombinasikan kembali.

Prinsip eluen tersebut dalam melewati fase diam (terelusi naik ke atas) adalah bergerak berdasarkan prinsip partisi dimana fase gerak akan

(15)

teradsorpsi pada permukaan dan mengisi ruang-ruang diantara sel penyerap, kemudian terpartisi

Prinsip pemisahan noda adalah berdasarkan kepolarannya sehingga menghasilkan kecepatan yang berbeda-beda saat terpartisi dan terjadilah pemisahan. Untuk memisahkan noda dengan sebaik-baiknya maka digunakan kombinasi eluen non polar dengan polar. Apabila noda yang diperoleh terlalu tinggi, maka kecepatannya dapat dikurangi dengan mengurangi kepolaran. Namun apabila nodanya lambat bergerak atau hanya ditempat, maka kepolaran dapat ditambah.

Adapun tujuan dilakukanya percobaan ini adalah untuk memisahkan suatu campuran senyawa pada sampel daun Gandarusan (Gendarussae folium).

Pada praktikum, digunakan eluen dari campuran n-heksan dan etil asetat dengan perbandingn 7 : 3 yang dimasukkan ke dalam chamber. Kemudian chamber dijenuhkan dengan kertas saring.Penjenuhan ini dimaksudkan agar udara yang berada di dalam chamber menjadi konstan dan tidak mempengaruhi elusi lempeng kromatografi lapis tipis. Meskipun menurut Farmakope Herbal Indonesia eluen yang digunakan adalah perbandingan kloroform, metanol, air (40:10:1), ini tidak menjadi suatu masalah mengingat bahwa pemilihan eluen bertujuan untuk mencegah noda bertumpuk dan noda nampak berekor pada lempeng KLT.

Pemilihan eluen harus diperhatikan karena akan berpengaruh pada perambatan noda. Jika eluen yang digunakan terlalu polar maka sampel akan semakin terbawa oleh eluen yang bergerak sehingga noda yang

(16)

dihasilkan kurang begitu baik. Hal ini terjadi karena gaya tarik dipol antara sampel-fase gerak (eluen) lebih besar daripada gaya tarik dipol antara sampel-fase diam (pelat silika). Jika eluen yang digunakan kurang polar maka sampel akan kurang terbawa oleh eluen sehingga noda yang timbul seolah-olah bertumpuk-tumpuk sedikit di atas totolan sampel. Hal ini dikarenakan kurangnya kepolaran eluen.

Alasan penjenuhan chamber sebelum digunakan yaitu untuk menghilangkan uap air didalam chamber agar nantinya tidak mempengaruhi perambatan noda pada lempeng Teknik penotolan sampel juga harus diperhatikan karena apabila penotolan yang berlebihan dapat menyebabkan noda berekor

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam KLT :

a. Lempeng yang akan digunakan harus diaktifkan terlebih dahulu agar

pada proses elusi lempeng silica gel dapat menyerap dan berikatan dengan sampel. Pengaktifan lempeng dilakukan dalam mantel pemanas pada suhu 1100C selama 5 menit.

b. Chamber harus dijenuhkan untuk menghilangkan uap air atau gas lain

yang mengisi fase penjerap yang akan menghalangi laju eluen.

c. Pada saat penotolan, hendaknya sampel jangan terlalu pekat sebab

pemisahannya akan sulit sehingga didapat noda berekor.

d. Penotolan harus tepat sehingga didapatkan jumlah noda yang baik.

e. Eluen yang digunakan harus murni sehingga tidak menghasilkan noda

(17)

Adapun hasil yang diperoleh, yaitu ekstrak n-heksan yang diperoleh untuk metode maserasi yaitu 2,4425 gram dengan persen rendamennya adalah 56,699%, dan untuk metode soxhletasi yaitu 0,3003 gram dengan persen rendamennya adalah 14,947 % Sedangkan ekstrak n-butanol yang diperoleh untuk metode maserasi adalah 2,8304 gram dengan persen rendamennya adalah 69,18%. Untuk metode soxhletasi adalah 1,0129 gram dengan persen rendamennya adalah 50,41%.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa yaitu ekstrak n-heksan yang diperoleh untuk metode maserasi yaitu 2,4425 gram dengan persen rendamennya adalah 56,699%, dan untuk metode soxhletasi yaitu 0,3003 gram dengan persen rendamennya adalah 14,947 % Sedangkan ekstrak n-butanol yang diperoleh untuk metode maserasi adalah 2,8304 gram dengan persen rendamennya adalah 69,18%. Untuk metode soxhletasi adalah 1,0129 gram dengan persen rendamennya adalah 50,41%.

(18)

B. Saran

Sebaiknya alat di laboratorium lebih dilengkapi lagi sehingga pengerjaannya dapat dikerjakan lebih cepat dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013, Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia 1. Laboratorium Faramasi Bahan Alam Fakultas Farmasi UMI : Makassar.

Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan, ANDI UGM, Yogyakarta.

Cullen, James. 2006. Practical Plant Identification. Cambridge: University Press

Ditjen POM, 1987. Farmakope Indonesia Ed. III. Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Iskandar, M.J. 2007. Pengantar Kromatografi Edisi Kedua. Penerbit ITB. Bandung.

Jullian, M. Iqbal.2008.” Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun gandarusa (justicia gendarussa burm.) terhadap kadar Asam urat dalam darah tikus putih jantan yang dibuat hiperurisemia

(19)

dengan kalium oksonat”. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok.

Lenny, S. 2006. Analisi Kromatografi dan Mikroskop. ITB. Bandung.

Rusmiatik. 2013.” PEMBERIAN EKSTRAK DAUN GANDARUSA (Justicia gendarusa, Burm f.) MENGHAMBAT PROSES PENUAAN OVARIUM PADA MARMUT. Program studi ilmu biomedik, Universitas Udayana, Denpassar.

Syamsuhidayat, S.S., Hutapea, R.J., 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Departemen Kesehatan R.I., Edisi 1, Jakarta. 324. Sudjadi, Drs., (1986), "Metode Pemisahan", UGM Press, Yogyakarta. Muhfida, M.W. 2001. “Panduan Praktikum Analisis

Fitokimia”. Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi FMIPA. Universitas Padjadjaran. Bandung.

LAMPIRAN A Skema Kerja

1. Penyiapan lempeng KLT dan Penjenuhan Chamber a. Penyiapan lempeng silika gel

Dibuat lempeng dari silika gel dengan ukuran 7 cm x 1 cm menggunakan mistar dan dibuat seperti dibawah ini :

0,5 cm

5,5 cm

1 cm

(20)

b. Penjenuhan chamber

Chamber ↓

Eluen n-heksan : etil asetat (7 : 3) ↓

Kertas saring ↓

Eluen ↑ melewati penutup kaca ↓

Chamber yang telah jenuh 2. Penotolan sampel pada lempeng

Ekstrak dilarutkan dalam metanol ↓

Pipa kapiler ↓

Ditotolkan pada lempeng ↓

Chamber yang telah dijenuhkan ↓

Dielusi ↓

Diamati pada sinar tampak dan dibawah UV254 dan UV366 ↓

Disemprot dengan pereaksi spesifik sitroborat, H2SO4, FeCl3, dan DPPH ↓

Diamati

B. Perhitungan

1. Nilai Rf pada sinar tampak Rf 1 = 5,5 = 0,050,3

Rf 2 = 1,35,5 = 0,24

Rf 3 = 1,55,5 = 0,27

Rf 4 = 1,85,5 = 0,33

(21)

Rf 6 = 3,25,5 = 0,58 Rf 7 = 3,75,5 = 0,67 Rf 8 = 4,05,5 = 0,73 Rf 9 = 4,65,5 = 0,84 Rf 10 = 4,85,5 = 0,87 2. Nilai Rf pada UV254 Rf 1 = 5,5 = 0,050,3 Rf 2 = 1,95,5 = 0,35 Rf 3 = 5,5 = 0,42,2 Rf 4 = 3,25,5 = 0,58 Rf 5 = 3,75,5 = 0,67 Rf 6 = 3,95,5 = 0,71 Rf 7 = 4,65,5 = 0,84 Rf 8 = 4,85,5 = 0,87 3. Nilai Rf pada UV366 Rf 1 = 5,5 = 0,050,3 Rf 2 = 1,35,5 = 0,24

(22)

Rf 3 = 1,85,5 = 0,33 Rf 4 = 5,5 = 0,382,1 Rf 5 = 2,55,5 = 0,45 Rf 6 = 3,35,5 = 0,6 Rf 7 = 3,75,5 = 0,67 Rf 8 = 4,05,5 = 0,73 Rf 9 = 4,65,5 = 0,84 Rf 10 = 4,85,5 = 0,87

(23)

4. Nilai Rf H2SO4 Rf 1 = 0,65,5 = 0,10 Rf 2 = 2,55,5 = 0,45 Rf 3 = 4,25,5 = 0,76 Rf 4 = 4,75,5 = 0,85 Rf 5 = 4,95,5 = 0,89 Rf 6 = 5,15,5 = 0,92 Rf 7 = 3,75,5 = 0,67 Rf 8 = 4,05,5 = 0,73 Rf 9 = 4,65,5 = 0,84 Rf 10 = 4,85,5 = 0,87

(24)

C. Gambar

1. Hasil KLT Pada sinar tampak

2. Hasil KLT Pada sinar UV254

3. Hasil KLT Pada sinar UV366

Bercak pada sinar tampak

 Bercak pada sinar UV254

(25)

4. Disemprot dengan pereaksi spesifik H2SO4

5. Disemprot dengan pereaksi spesifik FeCl3

 Bercak pada sinar UV366

 Bercak pada sinar tampak setelah disemprot H2SO4

(26)

6. Disemprot dengan pereaksi spesifik DPPH

7. Disemprot dengan pereaksi spesifik Sitroborat

 Terdapat bercak kuning yang menandakan positif

senyawa Fenol

 Terdapat bercak kuning yang menandakan positif

senyawa aktif sebagai antioksidan

(27)

 Terdapat bercak kuning yang menandakan positif

Referensi

Dokumen terkait

Dari Hasil pengukuran Kecepatan (X 1 ) yang dilakukan terhadap 32 orang Atlet tenis. Junior Sumatera Barat di Sumatera

Kelumpuhan/kelemahan yang terjadi pada kerusakan Upper Motor Neuron (UMN) disebabkan karena adanya lesi di medula spinalis.. Kerusakannya bisa dalam bentuk jaringan

Pengamatan perkembangan saluran dan sistem pencernaan larva ikan tuna sirip kuning dilakukan dengan mengambil larva ikan tuna setiap hari dari umur 0 sampai 13

Modul ini membahas tentang konsep dasar ilmu ekonomi. Dengan mempelajari modul ini, kalian bisa mensyukuri sumber daya sebagai karunia Tuhan YME dalam rangka

Hasil pengukuran laju pertumbuhan yang telah dilakukan di perairan Pulau Barranglompo antara semaian lamun Enhalus acoroides yang disimpan selama 2 hari, 5 hari dan 8 hari

Atribut multinilai/ multivalue Field atau kolom data yang butuh disimpan dalam suatu entitas yang dapat memiliki nilai lebih dari satu.. Relasi Relasi yang

392 °F (200 °C) • Mempertahankan suhu splice (waktu tunda yang dapat diatur) • Mendinginkan hingga suhu dingin (suhu yang aman untuk melepaskan sabuk) • Suhu dan waktu

Berdasarkan hasil pengolahan datz dari kuesioner Cr.:;sa:i,,:: 'Miua kriteria pengambilan keputusan oleh konsumen untuk membeli laptop se=r" :iruEn falror