• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan 1 Fo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan 1 Fo"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIKUM INSTALASI FIBER OPTIC + LAB

LAPORAN PRAKTIKUM I

PENYAMBUNGAN FIBER OPTIC DENGAN SPLICER

Dosen Pengajar :

Septriandi Wira Yoga, S.T, M.T.

Oleh : Kelompok 1

1. Farras Priyas Hardiansyah (08) 2. Kalmas (10)

3. Khofifatul Yadayna (11) 4. Mamluatus Sa’adah (12)

3E JTD

PROGRAM STUDI JARINGAN TELEKOMUIKASI DIGITAL

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2017

(2)

PRAKTIKUM 1

PENYAMBUNGAN FIBER OPTIK DENGAN SPLICER 1.1 Pokok Bahasan

 Pengupasan Kabel Fiber Optik  Penyambungan Kabel Fiber Optik  Fungsi dari Fusion Splicer

 Besar Redaman Sambungan Splicing 1.2 Tujuan

Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :  Mengetahui cara pengupasan kabel fiber optik dengan benar  Mengetahui fungsi dari Fusion Splicer.

 Dapat melakukan penyambungan fiber optik dengan menggunakan splicer.  Mengetahui kualitas hasil penyambungan dengan splicer berdasarkan nilai

redaman yang dihasilkan. 1.3 Dasar Teori

1.3.1 Fiber Optik

Fiber optic adalah suatu jenis kabel yang terbuat dari bahan kaca atau sejenis plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan untuk mengirim sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser. Kabel ini berdiameter kurang lebih 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat optik tidak keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara, karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.

Perkembangan teknologi serat optik saat ini, telah dapat menghasilkan pelemahan (attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur (bandwidth) yang besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data menjadi lebih banyak dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel konvensional.

1.3.2 Splicer

Splicer adalah alat yang digunakan untuk menyambung ujung kabel

dengan Pig tail dan penyambungan dua kabel di dalam Joint Closure. Alat ini adalah alat yang paling penting dan sangat dibutuhkan dalam perawatan penyambungan yang baik. Kualitas splicer mulai menurun ketika telah

(3)

melakukan kira-kira 1.500 kali penyambungan. Biasanya penghitungan loss db mulai tidak akurat ketika splicer sudah mencapai angka penyambungan ke 1.500.

(4)
(5)

Berikut penjelasan fungsi dari setiap bagian pada splicer :

NAMA FUNGSI

ON/OFF (Power

Key)

Untuk menghidup dan mematikan power ARC (Arc Key) Pemberhentian Arc secara manual

HEAT (Heat Key) Untuk memulai proses heating (memanaskan) dengan

tube heater

RESET (Reset

Key)

Untuk memberhentikan berbagai keadaan kecuali proses heating (memanaskan) dengan tube heater. Setelah menekan tombol ini, splicer akan kembali ke keadaan yang ready (siap) dengan tanda suara “beep”

SET (Set Key) Untuk memulai operasi pen splicing an, atau untuk

menuju keadaan PAUSE.

Untuk memindahkan kursor tanda panah di bagian menu

ESC (Escape Key) Untuk mengubah gambar dari X/Y dan layar data pada

“Ready”, “Pause”, dan bagian “finish”.

Untuk menghentikan dari input data di bagian menu

UP/DOWN (Arrow Keys)

Untuk mengatur kecerahan dari layar monitor di keadaan ready (siap). (Down Key) secara otomatis sebagai pelindung dari angin. (Up Key)

Panah ini digunakan untuk memindah kursor guna memilih item di bagian menu, atau untuk mengubah nilai atau kondisi dari letter of discharge dan comentar. Selama mengontrol motor manual, panah ini berfungsi sebagai “backward dan forward”Keys untuk mengoperasikan motor

MENU (Menu

Key)

Membuka opsi main menu dan menuju ke halaman selanjutnya

ENT (Enter Key) Untuk membuka menu di keadaan Ready (Siap).

Untuk memilih perintah dan menentukan parameter pada bagian menu

(6)

1.4 Eksperimen

1.4.1. Persiapan Penyambungan Alat dan bahan :

1. Kabel Fiber Optik indoor ± 15 cm : 2 buah

2. Tang Stripper : 1 buah

3. Cleaver Fiber : 1 buah

4. Alkohol 95% : secukupnya

(7)

6. Fusion Splicer : 1 buah

7. Gunting : 1 buah

8. Penggaris : 1 buah

9. Bulpoin : 1 buah

1.4.2.Langkah-langkah persiapan penyambungan :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan. 2. Mengukur menggunakan penggaris ± 15 cm kabel fiber optic yang

akan dipotong dan menandainya menggunakan bulpoin.

3. Memotong kabel fiber optic 2 buah sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan menggunakan gunting.

4. Mengupas jaket terluar kabel fiber optik hingga hanya tersisa bagian

cladding dan corenya.

5. Mengupas cladding ± 3 cm dengan tang stripper dengan cara memposisikan tang agak miring dan menahannya,lalu menariknya ke ujung kabel secara perlahan hingga cladding benar-benar terlepas dari corenya.

(8)

6. Meratakan ujung core dengan menggunakan cleaver fiber, agar saat proses splicing, core tersebut dapat tersambung dengan baik.

7. Membersihkan core fiber optik tersebut dengan menggunakan tisu yang telah diberi alcohol 95% secukupnya. Hal ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa cladding yang masih menempel pada core sehingga dalam proses penyambungan, core dapat tersambung dengan baik.

(9)

8. Mengulangi langkah nomor 4 hingga 7 untuk kabel fiber optik yang lainnya.

9. Setelah membersihkan core dan meratakan ujungnya, fiber optik siap disambungkan dengan fiber optik lainnya dengan splicer.

1.4.3. Proses Penyambungan

1. Menyiapkan fiber optik yang akan disambung.

2. Menyiapkan splicer yang akan digunakan untuk menyambungkan kabel fiber optik.

3. Membuka penutup LCD pada splicer.

4. Menyalakan splicer dengan menekan tombol “ON”. 5. Membuka penutup pada bagian atas splicer.

6. Membuka sheath clamp yang berada di sisi kanan splicer

7. Meletakan kabel serat optic yang sudah siap untuk displicing pada jalur

V-groove dengan tidak melewati electrode dari splicer.

8. Bila ujung fiber optik sudah pada posisi yang pas untuk disambungkan, maka selanjutnya menutup sheath clamp pada bagian kanan tersebut dengan hati-hati.

9. Membuka sheath clamp pada sisi kiri splicer

10. Mengulangi kembali langkah 7-8 untuk sisi kiri dari splicer.

11. Apabila kedua core sudah pada posisi yang tepat , langkah selanjutnya menutup tutup bagian atas dari splicer kemudian menekan tombol “set” untuk memulai proses penyambungan. Menunggu beberapa saat hingga proses splicing selesai.

(10)

12. Setelah proses splicing selesai, melihat berapa besar loss yang dihasilkan dari proses tersebut pada LCD splicer. Hasil yang baik tidak boleh menghasilkan loss > 0,03 dB.

13. Jika penyambungan tidak berhasil, kemungkinan kabel kurang bersih atau permukaan kabel tidak rata saat proses pemotongan pada cleaver,

sehingga perlu adanya pengulangan kembali.

14. Setelah core tersambung, membuka kedua bagian sheath clamp dan mengambil kabel serat optic tersebut dengan hati-hati.

1.4.4. Pengambilan Data  Hasil Penyambungan

Berdasarkan hasil penyambungan yang telah dilakukan, didapatkan Loss sebesar 0.01 dB, yang ditunjukkan oleh gambar dibawah:

(11)

1.5 Analisis Percobaan

Dari hasil percobaan yang dilakukan, diketahui bahwa pada saat mengupas

cladding dari core, masih banyak core yang patah dikarenakan kesalahan

dalam pengupasan. Misalnya saja terlalu kuat pada saat menarik cladding dari

corenya sehingga corenya patah atau bisa juga karena cara penggunaan tang strippernya yang kurang tepat dan terlalu menekannya.

Dalam percobaan ini dilakukan teknik penyambungan fusion untuk memperkecil redaman. Pada proses penyambungan core fiber optic, tidak bisa langsung tersambung dengan sakali proses penyambungan. Hal ini disebabkan karena kurang maksimalnya proses persiapan penyambungan seperti; proses pengupasan cladding yang kurang baik sehingga cladding tidak terkupas seluruhnya (masih menempel pada core), proses pembersihan core yang kurang bersih, dan proses pemotongan core pada cleaver yang kurang baik, sehingga core tidak rata dan tidak dapat disambungkan. Kegagalan dalam proses penyambungan juga dapat disebabkan oleh proses peletakan fiber optik yang kurang tepat pada splicer, seperti ; meletakkan fiber optik diluar jalur

V-groove dan melewati electrodenya sehingga core dari fiber optik pecah dan

tidak dapat disambungkan.

Setelah proses penyambungan berhasil, didapatkan hasil Loss yang berbeda-beda. Dalam hal ini diperoleh Loss sebesar 0,01 dB. Hasil Loss yang dihasilkan tersebut dipengaruhi oleh kondisi dari core fiber optik, seperti kebersihan core dan kondisi permukaan ujung core. Apabila core dari fiber optik memiliki kondisi yang baik (tidak pecah, memiliki ujung yang rata dan tidak retak serta bersih) maka Loss yang dihasilkan akan semakin rendah hingga mencapai 0,00 dB yang berarti memiliki sambungan sempurna.

1.6 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses pengupasan kabel fiber optic harus dilakukan dengan hati-hati dan cara yang benar agar kabel tersebut tidak patah dan cladding benar- benar terlepas dari corenya.

2. Proses penyambungan core fiber optik dapat dilakukan dengan alat

Splicer dengan memperhatikan beberapa parameter yang berhubungan

dengan kondisi fisik kabel itu sendiri agar menghasilkan kualitas sambungan yang baik.

3. Dalam menggunkan splicer harus memperhatikan proses peletakkan

fiber optic pada sheat clamp, agar kondisi core tidak rusak/pecah,

sehingga core dapat tersambung dengan baik.

4. Hasil penyambungan core fiber optik yang disambungkan dengan

Fusion Splicer ini memiliki Loss yang berbeda-beda bergantung dari

proses persiapan penyambungan dan proses splicingnya. Dalam percobaan ini diperoleh hasil Loss sebesar 0,01 dB.

Referensi

Dokumen terkait

Kurang maksimalnya dukungan yang diberikan petugas kesehatan dapat disebabkan karena kurangnya supervisi yang dilakukan sehingga motivasi petugas kesehatan untuk meningkatkan

KURANG MAKSIMALNYA JABATAN FUNGSIONAL TENAGA PROMOSI KESEHATAN DI DINAS KESEHATAN PROVINSI

Kurang maksimalnya implementasi good governance di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu; pertama, integritas pelaku pemerintahan yang masih kurang optimal

Proses berpikir kreatif siswa berprestasi tinggi baik laki-laki dan perempuan kurang lebih sama dalam memecahkan masalah gerak lurus, (1) Tahap persiapan, subjek

Penelitian ini dilatar belakangi diantaranya oleh kurang maksimalnya penyuluhan dari penyuluh pertanian tentang cara budidaya tanamam yang baik dan benar.Berdasarkan

Rendahnya kreativitas pada kader-kader PAUD di Kecamatan Ungaran disebabkan karena : (a) Kurang maksimalnya pendidik dalam melakukan inovasi dalam pembelajaran; (b)

Turunnya harga kayu manis disebabkan oleh beberapa hal, antara lain rendahnya kualitas kayu manis, kurang maksimalnya pengolahan pascapanen, belum banyak industri

Hasil penelitian ini menunjukan: bahwa kinerja forehand groundstroke tenis lapangan atlet yunior DIY pada tahap persiapan baik, pada tahap backswing cukup baik, pada