• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor yang mencakup delapan (8) desa, yaitu: Desa Cikarawang, Desa Babakan, Desa Ciherang, Desa Dramaga, Desa Sinarsari, Desa Neglasari, Desa Petir, dan Desa Sukawening. Di kedelapan desa tersebut dilakukan pemberian biskuit fortifikasi dan non fortifikasi.

Analisis serum dilakukan di Laboratorium Puslitbang Gizi, untuk hemoglobin (Hb) Ferritin (Fs), dan Retinol (Rs) dan untuk analisis Imunoglobuin G (IgG) To tal dilakukan di Laboratorium Endokrinologi Makmal Terpadu FKUI Jakarta. Penelitian dilakukan selama 12 bulan yakni dari Oktober 2004-September 2005.

Disain Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain Eksperimen bentuk percobaan acak terkontrol (randomized controlled trial). Syarat contoh yang dipilih adalah anak-anak sehat dari keluarga miskin yang berusia 18-38 bulan, tidak berstatus gizi buruk, dan tidak sedang menderita penyakit yang serius/kronis ataupun penyakit infeksi. Contoh penelitian dibagi secara acak dan proporsional ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan (kelompok anak yang menerima biskuit fortifikasi) dan kelompok plasebo (yang menerima biskuit tanpa fortifikasi).

Besarnya ukuran contoh untuk masing- masing kelompok dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (WHO, 1996) :

n = {(2 x s2 x (Zß + Za)2}/d2

n = ukuran sampel

s = standar deviasi (SD) hemoglobin (1,0 g/dL) Zß =sebaran normal dengan kekuatan 80% (0,84)

Za =sebaran normal dengan selang kepercayaan 95% (1,96). d = perbedaan rerata kadar hemoglobin antara dua kelompok (0.7 g/dL)

n = {(2 x 12 x (0,84 + 1,96)2}/0,72 n = 32

(2)

Dari rumus tersebut diperoleh jumlah minimal 32 orang (untuk masing-masing kelompok perlakuan dan plasebo), sehingga jumlah total contoh intervensi biskuit adalah 64 anak.

Untuk menghindari kehilangan contoh sampai 10%, maka jumlah contoh yang diperlukan setiap kelompok adalah 32 + (32 x 0.1) = 35 anak. Dengan demikian, jumlah total contoh intervensi biskuit adalah 70 contoh, 35 contoh kelompok perlakuan dan 35 contoh kelompok plasebo (Gambar 9)

Gambar 9. Jumlah Contoh Anak Usia 18-38 bulan yang Diintervensi Biskuit Fortifikasi.

Unit contoh yang dipilih untuk pemberian biskuit adalah anak usia 18-38 bulan ya ng terdaftar pada Posyandu di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor yang dipilih berdasarkan kriteria: (1) memiliki jumlah keluarga miskin terbanyak, yang menunjukkan bahwa di kecamatan tersebut terdapat anak-anak balita yang dapat dipilih dan berasal dari keluarga miskin; (2) memperoleh distribusi program pemberian kapsul besi dan vitamin A dalam jumlah kecil; dan (3) kemudahan dalam logistik saat pelaksanaan intervensi.

Untuk mengetahui perubahan hemoglobin, pemberian biskuit fortifikasi dilakukan selama 16 minggu (WHO, 1996), mengingat pembentukan dan degradasi sel darah merah setiap hari di dalam tubuh memiliki jangka waktu hidup 120 hari (Linder, 1992). Waktu pemberian intervensi dimulai dari bulan Oktober 2004 sampai dengan Februari 2005.

Pasca intervensi diambil sampel darah contoh sebanyak 2 cc, kemudian contoh diberikan Booster DPT sebanyak 0,5 cc. Setelah dua minggu sejak pemberian booster selanjutnya contoh diambil darahnya kembali dan sampai pemberian booster kepada contoh tetap diberikan biskuit. Pelaksanaan pengambilan darah dan pemberian booster DPT dilakukan pada bulan Juni 2005. Besaran contoh pengambilan darah untuk analisis Imunoglobulin G menggunakan

Anak 18-38 bulan (n=70)

(3)

uji klinis, yakni apabila selisih imunoglobulin G Total anak antara 2 kelompok 0,8 IU/mL dengan simpang baku selisih rata-rata 1,0 IU/mL dan a = 0.05 dengan taraf kepercayaan 90% dan tingkat kegagalan 10% (Sastroasmoro dan Ismael, 2002), dengan rumus: (Zα + Zß) x S 2 n = --- d Dimana, Zα = 1.96 Zß = 0.842 2 (1.96 + 0.842) x 1,0 n = --- 0,8 n = 12,3. = 13

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperlukan 13 anak. Untuk menghindari kegagalan analisis sampai 10%, maka contoh yang diperlukan menjadi 13 + (13 x 0.1) = 14,3 dibulatkan menjadi 15 anak. Contoh dipilih dengan mempertimbangkan usia (≥24 bulan) dan mengingat interval pemberian imunisasi DPT terakhir. Pertimbangan usia dimaksudkan untuk mempermudah managemen pengambilan darah dan berdasarkan Depkes (1997), pemberian booster DPT sebaiknya kepada anak balita yang telah me ndapatkan imunisasi DPT terakhir enam bulan yang lalu dan tidak pernah memiliki riwayat kejang di waktu bayi.

Menurut kriteria tersebut, maka ukuran contoh anak yang dianalisis Imunoglobin G-nya didapat sebesar 30 sampel yang terdiri dari 15 contoh kelompok perlakuan dan 15 contoh kelompok plasebo (Gambar 10)..

Gambar 10. Jumlah Contoh Anak yang Dianalisis Imunoglobolin G- nya

Anak 24-42 bulan (n=30)

(4)

Kerangka dan Cara Penarikan Contoh Kerangka penarikan contoh disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Kerangka dan Cara Penarikan Contoh Anak-anak Kriteria :

* Tingkat pendapatan rendah * Tidak menderita penyakit keras dan gizi kurang parah

* Menandatangani surat penjanjian dan bersedia mengikuti penelitian Wilayah Penelitian

(Kecamatan Dramaga. di pinggiran Bogor)

Daftar Anak Usia 24-38 bulan (disensus oleh kader) Kelompok Miskin

Daftar anak terpilih 24-38 bulan

Anak usia 24-38 bulan (n = 35) Anak usia 24-38 bulan (n= 35) Hasil

pengacakan

Daftar anak yang dipilih 24-38 bulan (70 anak)

Anak usia 28-42 bulan (n = 35) Anak usia 28-42 bulan (n = 35) Pemberian biskuit 16 minggu

Kelompok perlakuan Kelompok plasebo

Anak 28-42 bulan (n = 15)

Anak usia 28-42 bulan (n = 15)

Anak usia 28-42 bulan (n = 15) Booster DPT 0,5 mg

2-3 minggu 2-3 minggu

Kriteria :

• Mendapatkan imunisasi DPT terakhir sebelum 1 tahun

• Tidak mempunyai riwayat kejang waktu bayi

• Tidak sedang menderita penyakit serius

• Tidak sedang sakit saat di booster DPT

Anak 28-42 bulan (n = 15) Hasil Pengacakan

(5)

Kerangka sampling anak-anak dibuat berdasarkan data sekunder di posyandu yang dicatat oleh kader Posyandu. Apabila posyandu tidak memiliki data terbaru (karena kader-kadernya tidak aktif), maka dilakukan sens us ulang oleh peneliti, dibantu dengan kader dan enumerator terlatih. Sensus pada awal pelaksanaan penelitian ini diperlukan untuk mendapatkan data terbaru mengenai contoh berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Data hasil sensus dengan kriteria yang telah sesuai kemudian dientri ke dalam komputer, kemudian contoh anak yang memenuhi syarat dipilih karena adanya kriteria inklusif untuk dijadikan contoh penelitian. Dari data anak usia 18-38 bulan yang memenuhi syarat, dipilih 70 anak secara acak dengan menggunakan program komputer. Dari 70 anak yang terpilih, dibagi lagi menjadi dua kelompok secara acak dan proporsional sebanyak 35 anak pada masing-masing kelompok Kemudian, dari 70 anak yang telah diberi intervensi dari biskuit dipilih secara purposive menjadi 30 anak terpilih yang masing- masing kelompok sebanyak 15 anak untuk diambil darahnya untuk keperluan analisis imunoglobulin.

Bahan Penelitian

Bahan utama yang dipakai dalam penelitian ini adalah biskuit fortifikasi yang pengembangan produk dan produksi skala besar dilakukan di laboratorium PT. Biskuit Danone Indonesia dengan formula khusus atas permintaan WFP.

Analisis

Analisis konsentrasi hemoglobin (Hb), kadar ferritin dan retinol dilakukan di laboratorium Puslitbang Gizi Bogor. Metode yang digunakan unuk analisis Hb adalah metode Drabkins (Dawiesah, 1989) dan kadar ferritin dengan metode Imunometric Assay (IRMA) (Dawiesah, 1989). Sedangkan kadar retinol dianalisis secara ekstraksi dengan kromatografi (Dawiesah, 1989).

Analisis Imunoglobulin dilakukan di Laboratorium terakreditasi, yakni Makmal Terpadu FKUI, Jakarta. Metode yang digunakan dalam analisis IgG adalah metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay “ELISA” (Kresno, 2001). Metode ELISA cukup sensitif dan reagennya mempunyai half life yang lebih

(6)

panjang dibandingkan dengan metode yang lainnya. Selain itu, tidak mengandung bahaya radioaktif. Sebelum dilakukan analisa, serum disimpan dalam refrigerator pada suhu – 800C selama dua bulan.

Biskuit Fortifikasi

Formula biskuit dirancang oleh WFP dan dibuat oleh industri makanan komersial di Indonesia. Biskuit fortifikasi diperkaya dengan vitamin A dan zat besi (Fe). Kandungan vitamin A dan zat besi yang ditambahkan pada biskuit fortifikasi per 10 keping (54 g), masing- masing sebesar 243µg dan 4,32 mg atau setara dengan 2/3 RDA. Komposisi biskuit terdiri dari bahan dasar utama tepung terigu, gula, dan minyak nabati. Bahan pelengkap lain: sirup glukosa dan fruktosa, susu bubuk skim, margarin, garam, soda kue, lesitin kedelai, dan pencita rasa (vanilla).

Biskuit yang difortifikasi dengan vitamin dan mineral tersebut, diproduksi secara khusus untuk United Nations-World Food Programme (UN-WFP) sebagai program bantuan perbaikan gizi anak balita. Tujuannya untuk menurunkan prevalensi defisiensi zat gizi mikro pada anak-anak balita.

Komposisi Biskuit

Kandungan vitamin A dan zat besi yang ditambahkan pada biskuit fortifikasi dan plasebo untuk setiap 100 gram biskuit adalah sebagai berikut: A. Biskuit Fortifikasi:

Vitamin A: 235,65 µg (109,1% AKG) Zat Besi: 4,17 mg (96,5% AKG) B. Biskuit Plasebo:

Vitamin A: 99,96 µg (25% AKG) Zat Besi: 0,64 mg (8% AKG)

Kandungan gizi biskuit “A” (biskuit fortifikasi) jauh lebih banyak muatan vitamin dan mineralnya jika dibandingkan dengan biskuit “B” (biskuit plasebo). Foto biskuit fortifikasi dan non fortifikasi disajikan pada Gambar 12.

(7)

Gambar 12. A. Biskuit Fortifikasi dan B. Biskuit Non Fortifikasi

Untuk menghindari kerusakan biskuit maka biskuit dikemas dalam kemasan aluminium yang kedap udara, dan dimasukkan dalam kardus untuk selanjutnya didistribusikan kepada kelompok penelitian. Biskuit untuk contoh diberikan dalam kantong plastik berisi lima bungkus plastik yang berisi 14 keping (76 gram). Pada kantong plastik ditempel kode identitas contoh dan kode desa untuk menghindari kesalahan pengiriman.

Pelaksanaan Intervensi dan Pendistribusian Biskuit

Sebelum pelaksanaan intervensi, dilakukan sosialisasi mengenai pemberian makanan tambahan (PMT) di wilayah penelitian dan penandatanganan surat penjanjian (informed consent) oleh seluruh orang tua contoh dan pengumpulan data dasar. Kemudian, terhadap masing- masing contoh diberikan obat cacing berupa sirup anti cacing (Combantrin).

Intervensi terhadap contoh, yaitu pemberian biskuit yang difortifikasi zat gizi mikro dan plasebo dilakukan dengan pemberian 10 keping (54 gram) biskuit setiap hari kepada ibunya dari kedua kelompok perlakuan. Biskuit diberikan setiap satu minggu pada kelompok sasaran, sekaligus mengumpulkan data konsumsi biskuit tersebut. Masing- masing contoh diberi biskuit untuk 1 minggu konsumsi (5 bungkus @ 14 keping atau 76 gram) yang diberikan oleh kader posyandu terlatih. Pemberian biskuit diantar langsung oleh kader ke rumah

(8)

masing- masing contoh pada hari distribusi selama 4 bulan intervensi. Gambar selengkapnya mengenai tahapan penelitian disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13. Bagan Alir Tahapan Penelitian

Daftar Anak usia 24-38 bulan Di Kecamatan Dramaga

Dikelompokkan menjadi (2): Diberi Biskuit Fortifikasi (n=35) & Non

Fortifikasi (n=35) selama 16 minggu Anak terpilih (n=70 anak), informed consent, sosialisasi,

pemberian obat cacing

Pemberian Biskuit Fortifikasi dan Plasebo selama tiga bulan dilanjutkan Pemeriksaan Kesehatan dan Pemberian Booster DPT

Pengukuran TB, Penimbangan BB, Pemeriksaan Kesehatan &

Pengambilan Sampel Darah Pengukuran TB, Penimbangan BB,

Pemeriksaan Kesehatan & Pengambilan Sampel darah Pengukuran TB, Penimbangan BB,

Pemeriksaan Kesehatan & Pengambilan Sampel darah

(9)

Selain itu, terhadap ibu contoh juga diberikan pengarahan mengenai: (1) cara pemberian biskuit kepada anaknya, yaitu 2-3 kali per hari, tergantung pada umur anak (maksimal pemberian 10 keping biskuit/hari); (2) contoh tetap diberikan makanan seperti biasanya; (3) pemberian biskuit bukan sebagai pengganti makanan tetapi sebagai tambahan makanan (suplemen), serta (4) biskuit tersebut tidak boleh diberikan kepada orang/anak lain selain contoh yang bersangkutan.

Pada saat pembagian biskuit, kader melakukan wawancara terhadap ibu/pengasuh contoh mengenai konsumsi biskuit dan manfaat yang dirasakan serta masalah dan keluhan yang mungkin timbul selama intervensi. Untuk kegiatan membagikan biskuit kepada anak-anak (melalui ibunya) setiap minggu, diperlukan sekitar 16 orang kader (1 kader menangani 5-7 anak). Pengawasan pembagian biskuit dilakukan dengan cara mengecek ulang langsung ke rumah contoh oleh peneliti terhadap sekitar 20% contoh untuk memastikan bahwa pembagian biskuit telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

Untuk itu, dilakukan pertemuan dengan kader di ruang pertemuan Balai Desa (di rumah kader) setiap minggu, satu hari sebelum kader membagikan biskuit fortifikasi kepada anak-anak. Pertemuan mingguan dengan para kader dilakukan untuk koordinasi kegiatan di lapang, perencanaan, pengawasan dan pemecahan masalah yang muncul di lapang saat pembagian biskuit serta memantau kesehatan contoh. Berdasarkan disain penelitian, pemberian biskuit plasebo terhadap kelompok kontrol juga dilakukan dengan mekanisme yang sama.

(10)

Pengumpulan dan Pengukuran Data Jenis dan cara pengambilan data disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis Data dan Frekuensi Pengumpulan Data

No Data Frekuensi Waktu

Pengumpulan

Metode Pengukuran 1. Keadaan umum

Wilayah penelitian

1 kali Awal Catatan tertulis

2. Status sosial- ekonomi Keluarga

1 kali Awal Wawancara

* Jumlah pengeluaran /bulan

* Jenis pekerjaan * Kepemilikan barang

3. Umur anak 1 kali Awal Wawancara & pencatatan

4. Riwayat Penyakit Anak

1 kali Awal Wawancara & pencatatan

5. Imunisasi 1 kali Awal Wawancara & pencatatan

(dirujuk dengan KMS) 6. Konsumsi pangan

Anak

4 kali Setiap bulan Selama 4 bulan

Pencatatan dan observasi 7 Konsumsi biskuit

Fortifikasi

16 kali Setiap minggu Selama 4 bulan

Pencatatan dan observasi 8. Penerimaan biskuit

Fortifikasi

16 kali Setiap minggu Selama 4 bulan

Wawancara, Pencatatan & observasi

9. Konsumsi vitamin Dan mineral

2 kali Awal dan akhir Wawancara & pencatatan 10. Keadaan Sanitasi

Higiene

1 kali Awal Wawancara dan observasi

* kondisi fasilitas air minum * kondisi fasilitas MCK * kondisi higiene Perorangan 11. Keadaan Kesehatan anak

2 kali Awal dan Akhir Pemeriksaan oleh dokter 12. Status gizi anak 2 kali Awal dan Akhir Penimbangan &

pencattan

13. Imunitas 2 kali Awal dan Akhir Pemeriksaan IgG Total

terhadap tetanus dengan metode ELISA di Lab Makmal Terpadu Imuno-endokrinologi FKUI

Pengolahan dan Pengendalian Kualitas Data

Data-data yang telah terkumpul dari kuesioner, wawancara, pemeriksaan, pengukuran langsung, dan hasil analisis laboratorium diolah dan dianalisis dengan menggunakan program Mic rosoft Excel XP, SPSS versi 12.00 dan Food Processor Program.

(11)

Data status gizi ditentukan secara antropometri dengan menggunakan indeks pengukuran BB/TB. Indeks BB/TB lebih menggambarkan status gizi anak balita saat ini (current nutritional status) dan indeks BB/TB merupakan indeks yang dapat membedakan proporsi badan dan independen terhadap umur (Suhardjo dan Riyadi, 1990). Data berat badan dan tinggi badan digunakan untuk menentukan Z-skor.

Baku antropometri yang digunakan untuk menentukan status gizi adalah WHO-NCHS (1983) dan sesuai anjuran PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi) pada tahu 2000 tentang penggunaan baku antropometri status gizi. Ambang batas (cut off point) kurang gizi anjuran WHO yaitu –2 SD. Klasifikasi status gizi indeks BB/TB baku WHO-NCHS dengan Z-score adalah:

1. Gemuk : > 2,0 SD baku WHO-NCHS 2. Normal : - 2,0 SD s/d + 2,0 SD

3. Kurus/Wasted : < - 2,0 SD 4. Sangat kurus : < - 3,0 SD

Status gizi mikro dalam penelitian ini meliputi status anemia, status zat besi, dan status vitamin A. Data status gizi mikro digali dengan cara pengambilan serum intravena anak sebanyak 2,5 ml dengan mengacu ketentuan ethical clearence Depkes RI.

Parameter status anemia dengan melihat konsentrasi hemoglobin. Status anemia dikelompokkan berdasarkan WHO (1982) menjadi dua kelompok: 1. Normal (tidak anemia) jika konsentrasi Hb > 11 g/dL

2. Anemia jika konsentrasi Hb < 11 g/dL

Analisa Hb dilakukan di Laboratorium Puslitbang Gizi Bogor dengan menggunakan metode DRABKINS, yakni menggunakan reagen Drabkins dan alkohol 70% untuk desinfektan. Prinsip kerja metode Drabkins adalah hemoglobin akan diubah menjadi methemoglobin sianida. Methemoglobin sianida sangat stabil dan mampu mengabsorsi sinar 540 nm sehingga Sianmet-Hb yang terbentuk dapat diukur.

Status besi dilihat dari tingkat konsentrasi ferritin dalam serum (Fs) dan dikelompokkan menjadi dua (Cook, 1994), yaitu :

(12)

1. Normal jika konsentrasi Fs > 12 µg/L

2. Defisiensi jika konsentrasi Fs < 12 µg/L

Analisis ferritin dengan menggunakan metode Immunometric Assay (IRMA), yakni ferritin merupakan suatu antigen yang dapat bereaksi dengan antiserum dari antibodi. Analisis tersebut dilakukan di Laboratorium Puslitbang Gizi Bogor.

Status vitamin A dilihat dari retinol dalam serum (Rs) dan dikelompnokkan menjadi 4 kelompok (WHO, 1994), yaitu:

1. Defisiensi jika konsentrasi Rs < 10µg/dl;

2. Rendah (defisiensi vitamin A subklinis) jika konsentrasi Rs < 20 - 10µg/dl; 3. Marginal jika konsentrasi Rs 20 - 30 µg/dl;

4. Baik jika konsentrasi Rs > 30 µg/dL.

Analisis vitamin A dilakukan di Laboratorium Puslitbang Gizi Bogor dengan metode ekstraksi menggunakan HPLC. Standar yang digunakan untuk analisis retinol adalah Concurrent Liquid-Chromatographic Assay of Retinol (Thurnham, Smith, dan Flora, 1988).

Data konsumsi pangan digali dengan metode recall 24 jam , yang diambil saat awal penelitian dan akhir penelitian. Recall konsumsi dilakukan secara berulang, yakni 4 (empat) kali pengambilan data konsumsi dengan tujuan untuk memperoleh data yang representatif dan dapat menggambarkan kebiasaan makan anak balita. Menurut Sanjur (1997), recall konsumsi minimal dilakukan 2 kali dan tanpa berturut-turut dapat menggambarkan asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intik harian individu. Data konsumsi diolah dengan microsoft excel yang dikonversikan ke dalam satuan zat gizi dengan berpedoman pada kandungan zat gizi dari daftar komposisi bahan makanan (DKBM) tahun 1995 sebagai rujukan. Khusus makanan jajanan yang tidak tercantum dalam DKBM, digunakan DKGJ yang disusun oleh Hardinsyah dan Briawan (1990). Jumlah total masing- masing zat gizi dirata-ratakan untuk memperoleh besarnya komposisi rata-rata zat gizi per orang per hari dan tingkat kecukupan per hari. Tingkat kecukupan zat gizi diperoleh dengan membandingkan data riil konsumsi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan

(13)

(AKG) 2004. Penggolongan tingkat konsumsi dilakukan berdasarkan Depkes RI (1996), dimana tingkat konsumsi dibagi menjadi dua dengan cut off point 70%, yakni:

1. Cukup jika konsumsi > 70% AKG 2. Kurang jika konsumsi < 70% AKG

Data imunoglobulin G (IgG) diperoleh melalui pengambilan serum intravena sebanyak 0,5 mg oleh petugas ahli medis. Data pengukuran titer IgG dengan metode ELISA di laboratorium Makmal Terpadu Imunoendokrinologi FKUI. Serum dalam darah memenuhi syarat atau protektif bilamana diperoleh titer antibodi minimal > 0, 1 IU/ml. Titer IgG diklasifikasikan menjadi tiga kelompok (Kunarti, 2004) yakni:

1. Titer IgG rendah jika titer antibodi 0,0 – 1,0 IU/ml 2. Titer IgG cukup jika titer antibodi >1,0 – 1,5 IU/ml 3. Titer IgG tinggi jika titer antibodi > 1,5 IU/ml

Untuk mengendalikan dan menjamin kualitas data yang digali oleh para enumerator, maka dilakukan pelatihan terhadap enumerator dengan cara mengujicoba kemampuan enumerator dalam penggalian data, yakni try out kuesioner. Tujuan pelatihan adalah untuk menstandarisasi pemahaman kualitas data yang dikumpulkan. Langkah- langkah yang dilakukan adalah:

1. Melakukan seleksi dan pelatihan enumerator; termasuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang mungkin muncul selama pengambilan data di lapangan;

2. Melakukan kalibrasi alat ukur timbangan dan tinggi badan;

3. Memakai tenaga profesional untuk pengambilan darah anak balita dan sampel darah dikirim ke laboratorium yang sudah terakreditasi, yakni Laboratorium Makmal Terpadu FKUI;

4. Memakai tenaga profesinal untuk pengambilan vaksin DPT di Biofarma Bandung, untuk menjaga vaksin tetap berkualitas bagus;

5. Memakai tenaga profesional untuk pemberian booster DPT kepada contoh; 6. Verifikasi data melalui pemantauan dan observasi, melakukan pemantauan

(14)

Observasi dilakukan dengan wawancara ulang 10% oleh peneliti untuk memeriksa kembali (re-check) data yang dikumpulkan oleh enumerator; 7. Melakukan supervisi untuk mengatasi semua masalah yang muncul selama

pengumpulan data di lapangan, dan mengetahui efektivitas wawancara serta kelengkapan data.

Data yang telah terkumpul diberi kode berdasarkan code book yang disusun menurut pertanyaan dalam kuesioner. Kemudian dilakukan pembuatan file data base yang berbentuk tabel yang terdiri dari beberapa kolom antara lain no, peubah, arti peubah, dan nilai. Kemudian dilakukan editing data. Semua data yang terkumpul kemudian dientri ke dalam komputer Microsoft Excel. Entri data dilakukan oleh peneliti setelah dilakukan pemeriksaan atas kelengkapan dan realibilitas data.

Untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan selama proses entri data dilakukan cleaning data, untuk memeriksa kelengkapan dan kons istensi data yang telah dientri ke dalam komputer. Cleaning data dilakukan dengan verifikasi data oleh orang yang berbeda, yaitu dilakukan entri ulang (re-entry) atas 10% dari data yang telah dientri. Entri ulang data dilakukan untuk membandingkan antara data yang dientri pertama dan yang kemudian.

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan statistik. Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan dan kontrol dilakukan dengan uji pembeda yaitu Uji-t dan untuk mengetahui peningkatan status gizi antropometri, konsentrasi Hb, status besi, dan status vitamin A, serta IgG Total digunakan uji perbandingan rata-rata (dengan membandingkan peningkatan delta dari kelompok perlakuan dan plasebo).

Gambar

Gambar 10. Jumlah Contoh Anak yang Dianalisis Imunoglobolin G- nya Anak 24-42 bulan (n=30)
Gambar 11.  Kerangka dan Cara Penarikan Contoh Anak-anak
Gambar 12. A. Biskuit Fortifikasi dan B. Biskuit Non Fortifikasi
Gambar 13.  Bagan Alir Tahapan Penelitian Daftar Anak usia 24-38 bulan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menyiapkan XPS 13 2-in-1 (9310 2n1) Anda CATATAN: Gambar di dalam dokumen ini mungkin berbeda dengan komputer Anda bergantung pada konfigurasi yang Anda pesan.. Sambungkan adaptor

Puskesmas Kelurahan Kampung Rawa.. Alamat

Untuk mengukur kinerja unit pelayanan pelanggan tersebut, dibutuhkan unsur sebagai acuan untuk memberikan penilaian terhadap hasil kinerja penyedia layanan publik,

Berdasarkan hasil analisis model structural (SEM) dan analisis moderasi regresi (MRA) yang menguji hipotesis dalam penelitian ini didapatkan hasil antara lain :

Dari laporan keuangan Bank kemudian dianalisis likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas untuk mendapatkan perbandingan hasil pada tiap tahun dan akan disesuaikan

Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki potensi uranium yang besar dan berkualitas baik di Kalimantan Barat, program pengembangan teknologi nuklir

2 Transformator kering yang mempunyai gawai proteksi arus lebih pada sambungan sekunder dengan kemampuan atau setelan tidak lebih dari 125% dari arus sekunder pengenal

Menimbang, bahwa pihak Tergugat/Pembanding melalui kuasanya telah mengajukan Memori Banding tertanggal 30 Agustus 2012 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Tata