• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH DALAM PENURUNAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN (Studi Kasus PT.Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH DALAM PENURUNAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN (Studi Kasus PT.Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-823X Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 Halaman 185-197

http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab

ANALISIS FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH DALAM PENURUNAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN

(Studi Kasus PT.Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar) Hasanuddin1

achank_bagu@yahoo.com

Abstrack

This research was aimed to know factor most dominant that influential on decreasing liquidity of PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar during five years (2003–2007). Analysis method used was source analysis and the use of capital and cash flow and also regression analysis and correlation. Result of research showed that factor most dominant that influential on decreasing the company liquidity (Study cases PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar) was cash factor/bank.

Kata kunci: Rasio likuiditas

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berbagai peluang yang ditemukan oleh perusahaan, harus disikapi dengan melalui strategis bisnis yang baik, agar perusahaan survive dan going

concern. Oleh sebab itu perusahaan harus melakukan investasi yang tepat baik

dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap, agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

Dampak dari kebijaksanaan perusahaan dalam pengelolaan aktivanya, baik aktiva lancar (modal kerja) maupun aktiva tetap, akan tercermin dalam laporan keuangan yang disajikan. Untuk mengetahui kesehatan dan kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva tersebut digunakan indikator. Indikator yang pada umumnya paling sering digunakan dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan ialah rasio keuangan yang diperoleh dengan

1 Dosen Tetap Fakultas Ekonomi, Universitas Ichsan Gorontalo, mata kuliah binaan Sistem Informasi Akuntansi, Sistem Pengendalian Manajemen, Penganggaran. Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar Bongaya (STIEM Bongaya) tahun 2003, Universitas Hasanuddin (UNHAS Makassar) konsentrasi Manajemen Keuangan tahun 2009.

(2)

membandingkan beberapa pos dalam neraca dan laba rugi suatu perusahaan. Indikator rasio dalam analisis keuangan hanya merupakan suatu peralatan analisis untuk mengetahui suatu gejala sehat atau tidaknya suatu perusahaan; dan penyelidikan selanjutnya harus dilakukan untuk mengetahui penyebabnya dan menemukan aspek-aspek pemecahan dari persoalan yang dihadapi.

PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar yang merupakan salah satu perusahaan jasa pelayaran, saat ini sedang menghadapi persoalan keuangan yang mempengaruhi kinerjanya. Persoalan yang mengemuka adalah rendahnya tingkat likuiditas perusahaan selama lima tahun terakhir (2003 – 2007), seperti yang tampak dalam tabel berikut.

Tabel 1. Rasio Likuiditas PT Pelindo IV Cabang Makassar 2003 – 2007

Rasio Likuiditas 2003 2004 2005 2006 2007

Current Ratio 104% 221% 107% 104% 102%

Quick Ratio 82% 74% 90% 87% 87%

Cash Ratio 13% 13% 12% 11% 10%

Sumber : PT Pelindo IV Cabang Makassar, Neraca Th. 2003-2007.

Pada tabel 1 memperlihatkan permasalahan yang mengemuka pada PT.Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar, yakni bahwa semua indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan selama lima tahun terakhir, menunjukkan angka yang sangat kecil. Hal ini mendorong penulis untuk lebih jauh mengkaji permasalahan faktor yang dominan berpengaruh dalam penurunan likuiditas perusahaan (studi kasus PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar)

Seperti diketahui, bahwa pengukuran atau penilaian terhadap aspek likuiditas di dalam dunia usaha dianggap sebagai suatu persoalan yang sangat penting. Begitu pentingnya aspek likuiditas ini, sehingga eksistensi perusahaan akan diragukan, apabila perusahaan tidak lagi berkemampuan cukup untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendek pada tanggal jatuh temponya. Apabila hal ini terjadi pada perusahaan, berarti penilaian terhadap aspek-aspek yang lain dalam perusahaan itu tidak bermanfaat lagi bagi pihak-pihak berkepentingan. Sebab itu pula mengapa sebagian besar waktu dan perhatian para manajer perusahaan, terutama manajer keuangan lebih ditujukan pada manajemen likuiditas perusahaan. Dalam hal ini permasalahan yang akan diuraikan dalam tulisan ini adalah faktor-faktor apa yang paling dominan berpengaruh terhadap menurunnya likuiditas perusahaan (Studi kasus PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar).?

(3)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan yang berkaitan dengan masalah likuiditas perusahaan adalah

Papaioannou et al. (1992)

Penelitian yang dilakukan oleh Papaioannou et al. (1992) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penentu likuiditas perusahaan. Variabel-variabel yang digunakan sebagai prediktor dari likuiditas adalah: (1) persentase saham yang dimiliki oleh karyawan dan manajer perusahaan, (2) penjualan, (3) siklus kas, (4) volatilitas laba operasi, (5) pertumbuhan perusahaan (diproxy dengan pertumbuhan penjualan), (6) debt ratio, (7) biaya riset dan pengembangan, (8) biaya periklanan, dan (9) rasio Tobin q (perbandingan antara market value of

firm dengan replacement cost and inventories). Dalam penelitian ini likuiditas

diproxy dengan proporsi aktiva perusahaan yang diinvestasikan dalam bentuk kas dan marketable securities).

Penelitian dilakukan terhadap 225 perusahaan manufaktur di AS yang termasuk dalam Fortune 500 tahun 1980. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Siklus kas berpengaruh negatif signifikan, hal ini menunjukkkan jika siklus kas perusahaan semakin besar maka likuiditas perusahaan cenderung menurun. (2) Debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan, hal ini menunjukkan semakin besar rasio hutang perusahaan maka likuiditas perusahaan cenderung kecil. (3) Biaya riset dan pengembangan berpengaruh positif dan signifikan, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan perusahaan, maka likuiditas perusahaan juga semakin besar. (4) Biaya periklanan berpengaruh positif dan signifikan, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar biaya periklanan yang dikeluarkan perusahaan, maka perusahaan cenderung menggunakan likuiditas yang tinggi, dan (5) rasio Tobin q berpengaruh positif dan signifikan, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio Tobin q maka likuiditas perusahaan juga semakin tinggi.

B. Aspek-aspek penilaian tingkat kesehatan BUMN Infrastruktur

Penilaian tingkat kesehatan BUMN infrastruktur dilakukan pada setiap tahun dan meliputi tiga aspek. Menurut Salinan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002, bahwa tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi :

1) Aspek keuangan 2) Aspek operasional 3) Aspek administrasi

Walaupun demikian, Menurut Halim dkk (2003 : 204), bahwa kinerja perusahaan dapat dinilai berdasarkan aspek keuangan saja. Sesuai dengan judul,

(4)

maka dalam tulisan ini hanya dijelaskan tentang aspek keuangan dari segi faktor dominan berpengaruh dalam penurunan likuiditas perusahaan

C. Laporan Keuangan dan Tujuan Analisis Keuangan

Media yang dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan arus kas. Laporan keuangan adalah hasil proses akuntansi. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhir pun disajikan dalalm nilai uang. Transaksi yang tidak dapat dicatat dengan nilai uang tidak akan terlihat dalam laporan keuangan. Karena itu, hal-hal yang belum terjadi, dan masalah berupa potensi, tidak tercatat dalam laporan keuangan. Dengan demikian laporan keuangan merupakan informasi historis (Sawir, 2001 : 2)

Menurut Sadeli (2002 : 18), bahwa “Laporan keuangan adalah laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan dan perubahan-perubahannya, serta hasil yang dicapai selama periode tertentu”

Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2002 : 105).

Analisis keuangan, menurut Van Horne (1989:106) adalah menyangkut pemakaian laporan keuangan. Sedangkan Finnerty (1986:4) mengemukakan bahwa: “Financial analysis is the process of collecting and refining financial

data and presenting the refined financial information in summary format suitable for effective decision making”. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat

dinyatakan bahwa analisis keuangan adalah suatu proses pengumpulan dan penyaringan data keuangan dan penyajian informasi keuangan dalam bentuk ringkasan agar sesuai untuk pengambilan keputusan yang efektif.

Rangkuti (1998 : 132) mengatakan bahwa analisa laporan keuangan merupakan teknik untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan perusahaan. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi situasi yang terjadi saat ini dan memprediksi kondisi masa yang akan datang. Selanjutnya laporan keuangan tersebut haruslah dianalisis dengan menggunakan perangkat-perangkat analisis yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan analis.

Menurut Helfert (1983 : 11), setiap jenis analisis mempunyai suatu tujuan atau guna yang menentukan bentuk hubungan yang dianalisis. Seorang manajer keuangan, analis atau mahasiswa, di dalam membuat analisis untuk tujuan perencanaan atau pemecahan masalah haruslah menggunakan macam-macam teknik analisis keuangan, yang dapat membantu di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penting. Tetapi dalam hubungan ini, perlu selalu diingat, bahwa analisis itu hanya suatu jalan. Tidak boleh dianggap bahwa analisis keuangan sebagai satu-satunya hal yang paling penting untuk membantu para manajer di dalam merencanakan investasi, operasi dan pembiayaan, dan untuk membantu calon investor dalam membuat perkiraan, penilaian dan

(5)

rencana-rencananya. Di dalam setiap situasi tujuan yang akan dicapai dengan analisis tersebut harus dinyatakan secara jelas.

Analisis keuangan mempunyai arti dan tujuan yang berlainan sesuai dengan kepentingan masing-masing pihak yang menganalisis. Pemberi kredit dagang akan menaruh perhatiannya terutama kepada likuiditas perusahaan yang dianalisis. Klaim mereka adalah jangka pendek, dan kemampuan perusahaan untuk membayar ini dapat diukur dari analisis likuiditasnya.

Adapun tujuan dari laporan keuangan perusahaan, Prinsip Akuntansi Indonesia (1994 : 1) merumuskan sebagai berikut:

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam

aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin infomasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan unuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. D. Likuiditas Perusahaan

1. Pentingnya Likuiditas

Pentingnya aspek likuiditas bagi setiap perusahaan, akan sangat dirasakan pada berbagai akibat yang merugikan atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk memperoleh laba, jika perusahaan berada dalam keadaan tidak likuid (illiquid). Menurut Harnanto (1987:174), berbagai kemungkinan rugi atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk memperoleh laba akibat keadaan tidak likuidnya perusahaan, dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Perusahaan tidak dapat memanfaatkan kesempatan potongan harga (discount) untuk pembelian tunai yang ditawarkan oleh para supplier.

b. Perusahaan akan kesulitan atau tidak bisa melunasi hutang jangka pendeknya pada tanggal jatuh tempo.

c. Bagi para pemilik (perusahaan), keadaan illikuid berarti mengurangi kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, atau kehilangan control terhadap sebagian atau seluruh modal yang diinvestasikan.

d. Bagi para kreditor perusahaan, keadaan illikuid dari perusahaan yang diberi pinjaman/kredit, berarti penundaan pengumpulan atas bunga dan pokok pinjaman yang diberikan.

(6)

e. Para langganan seperti halnya para supplier atau leveransier atas barang-barang dan jasa bagi perusahaan, akan terpengaruh berupa keadaan ketidakmampuan perusahaan yang illikuid dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dalam kontrak

Dari berbagai akibat yang dapat terjadi karena keadaan yang tidak likuid tersebut, dapatlah dipahami mengapa pengukuran atau penilaian terhadap aspek likuiditas di dalam dunia usaha dianggap sebagai suatu persoalan yang sangat penting. Begitu pentingnya aspek likuiditas ini, sehingga eksistensi perusahaan akan diragukan, apabila perusahaan tidak lagi berkemampuan cukup untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendek pada tanggal jatuh temponya. E. Kerangka Pikir

Tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat dilihat dalam komposisi aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dalam hubungannya dengan hutang lancar (hutang jangka pendek).

Dengan demikian terdapat dua faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam menilai atau mengukur tingkat likuiditas dari suatu perusahaan, yaitu komponen aktiva lancar yang terdiri atas tiga unsur utama: (1) kas, (2) piutang, dan (3) persediaan; serta komponen hutang lancar (hutang jangka pendek).

Persoalan likuiditas akan muncul dari ketidakseimbangan dari dua faktor penentu utama likuiditas tersebut, yaitu aktiva lancar dan hutang lancar. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji persoalan likuiditas perusahaan

Secara skematis kerangka pikir dalam tulisan ini digambarkan dalam skema berikut:

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

F. Hipotesis

Berdasarkan masalah pokok penelitian, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : Faktor kas/bank merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap turunnya likuiditas perusahaan (studi kasus PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar ).

X1

= JUMLAH KAS/BANK

X2 = JUMLAH PIUTANG

X3 = JUMLAH PERSEDIAAN

X4 = JUMLAH HUTANG

(7)

III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar sebagai salah satu perusahaan BUMN pelayaran di Kota Metro Makassar selama tiga bulan mulai Maret sampai dengan Mei 2009

B. Jenis dan Sumber Data

Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : data kualitatif dan data kuantitatif.

Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan interview secara bebas dan langsung dengan pihak-pihak yang berkompeten. Selain itu, untuk memperoleh data tertulis dilakukan dengan cara meminta langsung dari sumber sesuai dengan kebutuhan.

D. Metode Analisis

Berdasarkan pada rumusan masalah dan hipotesis yang telah dikemukakan, maka metode analisis yang digunakan dalam pembahasan tulisan ini adalah Analisis Regresi dan Korelasi.

Analisis regresi dan korelasi digunakan untuk melihat arah hubungan dan besar pengaruh hubungan satu sama lain, yaitu antara besarnya modal kerja bersih (Y) sebagai variabel dependen terhadap variable independen yang terdiri dari kas/bank (X1), piutang usaha (X2), persediaan (X3), dan hutang lancar (X4),

digunakan analisis regresi linier berganda dan korelasi Pearson. IV. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Analisis Regresi dan Korelasi Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap penurunan Likuiditas Perusahaan

Seperti telah dibahas sebelumnya, tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutang-hutang jangka pendeknya disebut likuiditas. Likuiditas tercermin dalam jumlah aktiva lancar dan hutang lancar perusahaan. Dengan demikian, maka sangat jelas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan tak lain adalah keseluruhan faktor yang membentuk aktiva lancar dan hutang lancar perusahaan tersebut.

Dalam konsep manajemen keuangan, aktiva lancar tak lain merupakan modal kerja (dalam arti gross workling capital), sedangkan bila digunakan konsep bersih (net working capital), maka modal kerja tak lain adalah aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar. Karenanya, likuiditas pada suatu perusahaan dapat diukur dengan tiga cara, yaitu dengan melihat besar kecilnya modal kerja kotor (gross working capital), dengan melihat besar kecilnya modal

(8)

kerja bersih (net working capital), serta dengan menggunakan current ratio (perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar).

Dalam tulisan ini, penggunaan analisis regresi dan korelasi dalam pembahasan adalah untuk mengetahui arah pengaruh dan kuatnya hubungan atau korelasi antara net working capital sebagai representasi dari tingkat likuiditas perusahaan dengan unsur-unsur atau komponen-komponen dari aktiva lancar dan hutang lancar sebagai faktor-faktor penentu tingkat likuiditas perusahaan.

Data yang digunakan dalam analisis adalah bersumber dari data neraca perusahaan selama 5 tahun terakhir. Sedangkan dalam melakukan analisis data untuk melihat korelasi masing-masing faktor dan untuk mendapatkan model persamaan regresi penulis menggunakan bantuan komputer dengan perangkat lunak (soft ware) SPSS 16.0 for Windows.

Berdasarkan hasil olah data computer diperoleh korelasi antara masing-masing faktor yang berpengaruh (faktor penentu) likuiditas serta model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Tabel 4. Analisis Korelasi Masing-masing Variabel

Y X1 X2 X3 X4

Net Working Capital (Y) 1,000

Kas/Bank (X1) 0,800 1,000 Piutang Usaha (X2) 0,938 0,772 1,000 Persediaan (X3) 0,909 0,844 0,979 1,000 Hutang Lancar (X4) 0,929 0,806 0,997 0,990 1,000

Sumber : Lampiran 1.

Dari Tabel 4 di atas, terlihat bahwa tingkat likuiditas perusahaan yang diukur dengan net working capital mempunyai korelasi sangat kuat dan positif dengan variable piutang usaha (0,938). Kemudian masing-masing secara berturut-turut dengan kas/bank (0,800) dengan koefisien korelasi sebesar 0,800; variabel jumlah hutang lancar dengan koefisien korelasi sebesar 0,929 dan dengan variabel jumlah persediaan dengan koefisien korelasi sebesar 0,909. Kuatnya hubungan ditandai dengan nilai koefisien korelasi yang lebih kecil dari 0,05; Dan arah korelasi positif menunjukkan bahwa dua variabel yang dikorelasikan berbanding lurus, atau kenaikan satu variable akan diikuti oleh variable lainnya. Korelasi negatif artinya arah hubungan antara dua variabel yang dikorelasikan adalah berbanding terbalik atau kenaikan suatu variabel akan diikuti oleh penurunan suatu variabel lainnya.

Analisis regresi digunakan untuk melihat hubungan dan arah hubungan (trend) antara variabel bebas (independent variable), yaitu jumlah kas/bank (X1), jumlah piutang usaha (X2), total jumlah persediaan (X3), dan jumlah

hutang lancar (X4) terhadap variabel terikat (dependent variable) , yaitu net

(9)

Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Variabel Undstardized coefficients T Sig. B Std. Error Net Working Capital Kas/Bank Piutang Usaha Persediaan Hutang Lancar 0.126 0.705 0.424 0.193 -0.320 1.647 0.251 0.148 0.220 0.138 0.076 3.810 3.868 2.976 3.328 0.002 0.018 0.014 0.042 0.048

Sumber: Hasil Analisis Regresi dan Korelasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan likuiditas Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar

Berdasarkan perhitungan persamaan regresi linier pada tabel 5, maka dapat jelaskan sebagai berikut:

a. Angka koefisien X1 = + 0,705, menunjukkan bahwa jika terdapat

kenaikan Rp 1,00 dalam kas/bank perusahaan, maka akan dapat menaikkan likuiditas perusahaan melalui kenaikan networking capital sebesar Rp 0,705, dengan asumsi faktor-faktor lainnya konstan (ceteris paribus)

b. Angka koefisien X2 = + 0,424 menunjukkan bahwa jika terdapat kenaikan

dalam jumlah piutang usaha yang diberikan kepada pelanggan sebesar Rp 1,00, maka akan meningkatkan likuiditas perusahaan melalui kenaikan jumlah net working capital sebesar Rp 0,424, dengan asumsi faktor-faktor lainnya konstan (ceteris paribus).

c. Angka koefisien X3 = + 0,193 menunjukkan bahwa jika terdapat kenaikan

dalam jumlah persediaan perusahaan sebesar Rp 1,00, maka akan meningkatkan likuiditas perusahaan melalui kenaikan jumlah net working capital sebesar Rp 0,193, dengan asumsi faktor-faktor lainnya konstan (ceteris paribus).

d. Angka koefisien X4 = – 0,320, menunjukkan bahwa jika terdapat kenaikan

dalam jumlah hutang lancar perusahaan sebesar Rp 1,00, maka akan menurunkan likuiditas perusahaan melalui penurunan jumlah net working capital sebesar Rp 0,320, dengan asumsi faktor-faktor lainnya konstan (ceteris paribus).

Dari perhitungan regresi menghasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,988 berarti variabel kas/bank, piutang usaha, persediaan, dan hutang lancar mampu menjelaskan sebesar 98% dari perilaku variabel terikat, yaitu likuiditas dalam arti besarnya net working capital pada PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar.

(10)

Sedangkan dari persamaan regresi di atas dapat pula dilihat bahwa faktor yang paling signifikan berpengaruh dalam kasus ini terhadap peningkatan/penurunan likuiditas perusahaan secara berturut-turut adalah faktor kas/bank, faktor besarnya persediaan, faktor piutang usaha. Sedangkan faktor hutang lancar tampaknya tidak berpengaruh. Sejalan dengan hal tersebut, maka faktor yang paling berpengaruh dalam penurunan tingkat likuiditas perusahaan selam 5 tahun terakhir adalah faktor kas bank.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Hipotesis yang diajukan secara terperinci sudah diuraikan pada bagian akhir BAB II menyatakan bahwa faktor Faktor kas/bank merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap turunnya likuiditas perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar selama periode 2003 – 2007. Hipotesis tersebut merupakan hipotesis alternative (Ha) atau pernyataan yang

tinggi kebenarannya secara teori, sehingga masih perlu diuji secara empiris. Dalam proses pengujian setiap hipotesis diperlukan anggapan tertentu sebagai landasan kerja yaitu dimulai dengan menerima suatu anggapan yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan dan pengaruh terhadap faktor kas/bank, piutang usaha, persediaan, hutang jangka pendek sebagai suatu dugaan pernyataan yang dianggap benar dan dinamakan hipotesis nol (H0). Menentukan

hipotesis sebagai peryataan yang benar berdasarkan peluang menjadi kenyataan dari tingkat kebenaran hipotesis yang dapat diterima atau sebaliknya ditolak atau ditentukan oleh besarnya sokongan atau kontribusinya menjadi kenyataan yaitu berupa koefisien korelasi mencerminkan besarnya nilai relative kebenaranya berdasarkan data empiris. Jika berdasarkan hasil pengamatan sampel ternyata benar atau menjadi kenyataan bahwa ada faktor kas/bank, piutang usaha, persediaan, hutang jangka pendek, maka H0 diterima. Jika

berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, ternyata tidak menyokong anggapan tersebut, maka Ha ditolak. Sedangkan H0 diterima. Menolak atau

sebaliknya menerima Ha berdasarkan nilai berbagai koefisien hasil analisis

persamaan regresi linier berganda, sebagai nilai penduga atau nilai predictor yang sebelumnya telah dilakukan pengujian hipotesis yang diajukan berdasarkan pada pengujian nilai duga yang berkaitan dengan tingkat signifikansi dan koefisien regresi linier berganda dan proses pengujianya meliputi beberapa macam uji.

B.a. Pengaruh secara simultan kas/bank, piutang usaha, persediaan, hutang jangka pendek terhadap likuiditas perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar

Berdasarkan pada hasil analisis yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya menunjukkan bahwa secara simultan variabel kas/bank, piutang usaha, persediaan, hutang jangka pendek berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar.

(11)

Variasi pengaruh yang dijelaskan adalah sebesar 98% sisanya 2% di jelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam variabel yang diteliti.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar yang memiliki kas/bank, piutang usaha, persediaan, hutang jangka pendek cenderung memerlukan dana yang berasal dari modal kerja bersih (Net Working Capital). Hal ini sejalan dengan teori yang dikembangkan oleh Harnanto.

B.b. Pengaruh secara parsial kas/bank, piutang usaha, persediaan, hutang jangka pendek terhadap likuiditas perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar

b.1. Pengaruh Kas/Bank terhadap likuiditas

Dari hasil analisis regresi linier berganda variabel kas/bank menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,705, nilai kofisien standardized beta adalah 0,774, dan pada derajat kepercayaan α = 0,05% diperoleh t hitung sebesar 3,810 dimana t tabel adalah 1,89 berarti t hitung > t tabel. Hal ini menunjukkan variabel kas/bank berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikembangkan oleh Harnanto. b.2. Pengaruh piutang usaha terhadap likuiditas

Dari hasil analisis regresi linier berganda variabel piutang usaha menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,424, nilai kofisien standardized beta adalah sebesar 8,361, dan pada derajat kepercayaan α = 0,05% diperoleh t hitung sebesar 3,868, dimana t tabel 1,89 berarti t hitung > t tabel. Hal ini menunjukkan variabel piutang usaha berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikembangkan oleh Harnanto. b.3. Pengaruh persediaan terhadap likuiditas

Dari hasil analisis regresi linier berganda variabel persediaan menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,193, nilai kofisien standardized beta adalah sebesar 1,050 dan pada derajat kepercayaan α = 0,05% diperoleh t hitung sebesar 2,976 dimana t tabel 1,89 berarti t hitung > t tabel. Hal ini menunjukkan variabel persediaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikembangkan oleh Harnanto. b.4. Pengaruh Hutang lancar terhadap likuiditas

Dari hasil analisis regresi linier berganda variabel hutang lancar menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,320, nilai kofisien standardized beta adalah sebesar -9,073 dan pada derajat kepercayaan α = 0,05% diperoleh t hitung sebesar 3,328 dimana t tabel 1,89 berarti t hitung > t tabel. Hal ini menunjukkan variabel hutang lancar berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikembangkan oleh Harnanto.

(12)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang yang telah dilakukan, maka kesimpulan dalam tulisan ini adalah faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap turunnya likuditas perusahaan PT Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar adalah faktor kas/bank

B. Saran

Faktor kas/bank yang merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap penurunan likuiditas perusahaan, maka perusahaan perlu lebih menginvestasikan hal-hal atau kebijakan yang dapat meningkatkan penerimaan kas yang lebih besar, misalnya dengan lebih mengintensifkan penagihan piutang, sehingga tidak terjadi penumpukan piutang, sebagai akibat dari kebijakan investasi dalam piutang yang ditempuh oleh perusahaan tidak efektif yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap penurunan likuiditas perusahaan. Dan meningkatkan penjualan dengan memberi potongan harga terhadap pembelian tunai, yang dapat meningkatkan jumlah arus kas masuk perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, A., Tjahjono, A. dan Husain, M.F. 2003. Sistem Pengendalian

Manajemen. Ed. Revisi. Cet. ke-2. UPP AMP YPKN: Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2002, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Harnanto, 1987. Analisa Laporan Keuangan, Cetakan Ketiga, BPFE, Yogyaklarta.

Helfert, Erich A., 1983, Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis untuk

Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan, Terjemahan: Herman

Wibowo, Erlangga, Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 1994, Standar Akuntansi Keuangan, Buku I dan II, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Kennedy, Ralph D. and Stewart Y. McMullen, 1985, Financial Statements,

Form, Analysis, and Interpretation, Sixth Edition, Richard D. Irwin,

Inc. Homewood, Illinois.

Munawir, S, 2002, Analisis Informasi Keuangan, Edisi 1, Liberty, Yogyakarta. Papaioannou G.J., Elizabeth S., and Nickolas G.T. 1992. Ownership Structure

and Corporate Liquidity Policy, Managerial adan Decisions Economics, Jul/Aug, Vol. 13, No. 4., p. 315.

(13)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero). 2003. Jakarta: Sinar Grafika.

Rangkuti, Freddy, 1998. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Cetakan Keenam, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rivai, V. dan Basri, A.F.M, 2005, Performance Appraisal: Sistem yang tepat

untuk menilai kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan. Ed. Ke-1.PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sadeli, H.L.M. 2002. Dasar-Dasar Akuntansi. Ed. ke-1. Cet. ke-2. Bumi Aksara. Jakarta

Salinan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara.

Sawir, A., 2001, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan

Perusahaan, Edisi Pertama, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomo 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 2003. Jakarta: Sinar Grafika.

Van Horne, James C., 1989, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Keenam, Terjemahan: Marianus Sinaga, Erlangga, Jakarta.

Gambar

Gambar   1.  Skema Kerangka Pikir
Tabel 5. Hasil Analisis Regresi  Variabel  Undstardized coefficients  T Sig.  B  Std.  Error  Net Working  Capital  Kas/Bank  Piutang Usaha  Persediaan  Hutang Lancar  0.126 0.705 0.424 0.193 -0.320 1.647 0.251 0.148 0.220 0.138 0.076 3.810 3.868 2.976 3.3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya belajar visual terhadap prestasi belajar siswa kelas XII pada mata pelajaran

[r]

terkandung dalam kadar yang lebih sedikit dalam buah kurma adalah seng, fosfor, kalsium, besi, magnesium, dan flourin. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini adalah mempermudah perusahaan mendapatkan berita terbaru dari masyarakat untuk di cetak di

Dari penilitian yang dilakukan pada sistem pengolahan data pada Toko Kusumo Wanadri Kulon Progo Yogyakarta maka dapat dilihat bahwa pengolahan data menggunakan

Tahap kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah sebagai berikut: (1) Pelaksana kegiatan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan, rahmat, ridho serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

Dari pergeseran Makna pesan yang terkandung dalam ritual tradisi Padungku sebelum konflik, terlihat bagaimana tradisi ini membentuk keteraturan yang dibangun dalam