BAB V.
KONS EP PERENCAN AAN DAN PERANCANGAN
V. 1. Konsep Dasar Perancangan
Pembahasan konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai data tapak beserta luas lantai Asrama M ahasiswa Bina Nusantara yang rencananya akan dibangun, dan juga penerapan topik dan tema Efficiency Energy pada proyek tersebut.
V. 1. 1. Data Proyek
1. Nama Proyek : Asrama M ahasiswa Bina Nusantara 2. Lokasi Tapak : Jalan Kebon Jeruk, Jakarta Barat 3. Luas Lahan : 10.000 m2
4. KDB : 50 % (5000 m2)
5. KLB : 2 (20.000 m2) 6. M aksimum Ketinggian : 4 Lantai 7. Luas Lantai Bangunan : 5000 m2 8. Tinggi Bangunan : 4 Lantai
9. Kapasitas Parkir : 112 M obil, 52 M otor
V. 1. 2. Topik dan Tema
memasuki masa krisis. Salah satu hal yang sangat ironis ialah bahwa konstruksi menjadi salah satu faktor penyumbang kerusakan alam terbesar. Secara global, sektor kontruksi mengkonsumsi 50% sumber daya alam, 40% energi, dan 16% air. Konstruksi juga menyumbangkan emisi CO² terbanyak, yaitu 45%. (Akmal, Imelda; Sustainable Construction) Namun manusia membutuhkan bangunan untuk beraktivitas dan berlindung. Oleh karena itu, dalam konstruksi harus melakukan pembangunan secara bijaksana. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan konstruksi berkelanjutan.
Jimmy Priatman, Chairperson Pusat Studi Bangunan dan Energi Universitas Kristen Petra Surabaya, mengatakan kesadaran akan pentingnya memasukkan unsur hemat energi dalam rancangan bangunan suatu proyek properti di Indonesia masih sangat minim. Namun, kenaikan harga minyak dunia yang kini semakin menggila menuntut semua orang untuk segera berhemat. Banyak yang tidak tahu mengenai pentingnya unsur hemat energi dalam membangun suatu proyek properti, tapi, ketika harga listrik semakin mahal, tuntutan itu mulai bermunculan.(Simanjuntak.H.Yeni, Bisnis Indonesia, 15 M aret 2008)
Energi merupakan hal yang mutlak dibutuhkan dalam bangunan seperti untuk pencahayaan, menyejukkan ruangan, keperluan alat-alat elektronik dan lain sebagainya. Dalam membangun gedung hemat energi, perancang harus memikirkan bagaimana para penghuni dapat
ruangan. Gedung harus dapat mengandalkan matahari sebagai sumber energi gratis semaksimal mungkin. Saat energi menjadi kian mahal dan terbatas, efisiensi memang tidak lagi dapat ditawar-tawar.
V. 2. Konsep Perancangan Makro
Pembahasan konsep perancangan mikro meliputi pembahasan penentuan letak pintu masuk ke dalam tapak, zoning baik vertikal maupun horizontal di atas tapak, pengolahan massa bangunan hingga pada perancangan skematik massa bangunan.
V. 2. 1. Konsep Penentuan Pintu Masuk
Gambar V.2.1 Entrance ke tapak
Berdasarkan pertimbangan di atas maka untuk masuk ke tapak, entrance melalui Jalan Rawa Belong. Kelebihannya yaitu arus lalu lintas lebih sepi dari arah selatan. Di samping itu, ruas jalan pada sisi timur lebih lebar dibandingkan jalan di bagian selatan. Lebar jalan di bagian timur 26m
U
IN
V. 2. 2. Konsep Zoning Horizontal
Gambar V.2.2 Zoning pada tapak
Sisi tapak yang berhubungan dengan jalan akan berinteraksi langsung dengn pengguna jalan, maka dari itu, zona-zona tersebut dijadikan sebagai zona publik. Zona publik disini dapat difungsikan sebagai taman, parkir, ataupun juga plaza. Untuk zona private dibedakan amenjadi dua yaitu untuk putra dan putri, sehingga untuk nerinteraksi hanya bisa dilakukan di zona semi private. Sedangkan senvice terletak di sebelah barat tapak.
V. 2. 3. Konsep Massa Bangunan
M assa bangunan akan terdiri dari 3 massa utama, yaitu asrama putra, asrama putri serta massa penunjang yang meliputi semua fasilitas yang ada
Public Private Service Semi Private
dan juga kantor pengelola. Untuk bangunan asrama akan menggunakan bentuk bujur sangkar karena sesuai dengan fungsinya dan mempermudah dalam pengaturan ruang-ruang serta mengoptimalkan penggunaan ruang. Di sekitar tapak, berupa ruang hijau agar suhu di dalam tapak dapat berkurang.
Gambar V.2.3 Massa bangunan
Gambar V.2.4 Kegiatan dalam bangunan Keterangan: : : : : : Putra Putri R.makan
Unit khusus mahasiswa cacat R.komunal
V. 3. Konsep Perancangan Mikro
Pembahasan konsep perancangan mikro meliputi pembahasan kebutuhan dan dimensi ruang, kebutuhan parkir, sirkulasi vertikal, bentuk bangunan, hingga kepada pembahasan utilitas dan struktur.
V. 3. 1. Konsep Dimensi Ruang
Berikut adalah tabel dimensi ruang:
Tabel V.3.1 Dimensi ruangan
No. Ruang Dimensi Luas Keterangan
1. Unit 2 orang 1 kamar Unit 4 orang 1 kamar Unit untuk orang cacat
3,15 x 5,35 m 4,35 x 5,15 m 4,35 x 5,15 m 16,9m ² 22,4m² 22,4m² 78 unit (WC dalam) 84 unit (WC luar) 10 unit (WC dalam) 2. Kamar mandi bersama 2 x 1 m 2 m² 74WC+88Kmr mndi 3. Dapur Ruang makan 4 x 6 m - 2,4 m² 535 m² - Kapasitas 100 orang 4. Ruang TV R.meeting 8 x 5 m 5 x 10 m 40 m² 50 m² 12-15 orang 20-25 orang 5. Kantor ADM Kantor Pengelola 4 x 4 m 5 x 6 m 16 m² 30 m² 2 orang 5 orang 6. Laundri + setrika 10 x 5,23 m 50 m² - 7. Retail 4 x 4,43 m 17,72m² 5 unit 8. R.Pompa air R.Genset - - 20 m² 45 m² - -
R.Panel R.Trafo - - 20 m² 20 m² - - 9. R.fitness - 200 m² - V. 3. 2. Hubungan Ruang
Berikut adalah hubungan antar ruang:
• Skema hubungan ruang untuk kegiatan pribadi
• Skema hubungan ruang untuk kegiatan edukatif, rekreasi Unit asrama Dapur + R.makan Ruang komunal Kamar mandi Hall Gedung asrama Fasilitas penunjang R.Baca Lapangan Olah raga Taman/plaza
• Skema hubungan ruang untuk kegiatan service
V. 3. 3. Kebutuhan Parkir
Asrama M ahasiswa Bina Nusantara ini mampu menampung 480 mahasisa dengan luas lahan 1 Ha. Parkir rencananya di luar bangunan. Perhitungan kebutuhan parkir asrama:
Rasio mobil = 1: 12 Rasio motor = 1: 4
Kebutuhan parkir motor = penghuni + pengelola + tamu = (458 /4) + 6 + 6
=112 + 12 = 124
Kebutuhan parkir mobil = penghuni + pengelola + tamu = (500 /12) + 5 + 5 = 42+ 5 + 5 = 52 Fasilitas Penunjang Pengelola Ruang laundri Jalan/taman Unit hunian
V. 3. 4. Sirkulasi Vertikal
Asrama yang akan dibangun yaitu 4 lantai. Oleh karena itu, sirkulasi vertikal tidak perlu menggunakan lift. Pencapaian secara vertikal akan menggunakan tangga dan ramp.
V. 3. 5. S istem Pencahayaan
Pencahayaan pada bangunan secara alami dan buatan. Pada siang hari, ruangan mendapatkan intesitas cahaya yang cukup dari cahaya matahari sedangkan pada malam hari pencahayaan dengan menggunakan lampu. Ruang untuk belajar harus mendapatkan intensitas cahaya yang cukup. Lebar koridor sebaiknya tidak terlalu sempit agar tidak terlalu gelap dan tidak memerlukan lampu pada siang hari. Setiap unit kamar mendapatkan bukaan ke luar sehingga tidak memerlukan lampu pada siang hari.
Standar pencahayaan menurut Suwana, 2006 adalah: 1. Area baca : 200 – 500 lux 2. M eja baca (Ruang baca umum) : 300 lux 3. M eja baca (Ruang baca rujukan) : 700 lux
4. Area sirkulasi : 50-100 lux
5. Ruang genset : 200 lux
6. Ruang pompa : 100 lux
V. 3. 6. Sistem Pengudaraan
Pada bangunan, ventilasi dan orientasi matahari adalah dua faktor utama yang terkait dengan kepedulian kita terhadap lingkungan, karena berhubungan dengan kenyamanan dan kesehatan pengguna bangunan, serta berhubungan dengan perancangan bangunan.
1. Pengudaraan alami
Pemanfaatan udara alami yang ada di luar. Dengan memberikan bukaan yang cukup sehingga udara luar bisa masuk maka udara di dalam yang kotor bisa tergantikan secara terus menerus. 2. Pengudaraan buatan
Bangunan tidak bisa sepenuhnya bergantung pada udara alami. Selain jendela dan ventilasi, digunakan sistem tata udara pada bangunan, sehingga tercipta kenyamanan bagi penghuni, yaitu AC (Air Conditioning), yang berfungsi untuk mempertahankan suhu dan kelembaban dalam ruangan dengan cara menyerap panas dalam ruangan. Kenyamanan thermal manusia, ialah:
• Temperatur: 24°C - 28°C • Kelembapan : 40% – 60% • Aliran udara : 0 – 0,02 m/det
Dalam perancangan akan diusahakan terjadinya cross ventilation, sehingga suhu dalam bangunan tidak panas. Namun untuk mencapai kenyaman untuk ruang- ruang tertentu akab dipasang AC split.
V. 3. 7. Sistem Utilitas
• Proteksi Kebakaran
Proteksi kebakaran aktif pada asrama dilengkapi dengan seperti hidran, sedangkan proteksi kebakaran pasif seperti material yang tahan api. Beberapa faktor yang akan diperhatikan dalam proteksi kebakaran secara aktif dan pasif:
1. Kontruksi tahan api
Setiap komponen bangunan, dinding dan lantai, kolom dan balok harus tetap dapat bertahan dan menyelamatkan isi bangunan meskipun bangunan dalam keadaan terbakar, dengan cara menambahkan penghambat penjalaran panas pada pintu baja dan menggunakan langit-langit yang dapat mencegah perambatan api / panas.
2. Pintu keluar
- Pintu keluar harus memenuhi persyaratan seperti harus tahan api sekurang-kurangnya dua jam.
- Dilengkapi dengan 3 engsel, harus dilengkapi dengan alat penutup otomatis, dilengkapi dengan tanda tuas pembuka pintu.
Tabel V.3.2 Jarak Tempuh Keluar Bangunan Hunian Batasan lorong
buntu (m’) Tanpa sprinkler (m’) Dengan sprinkler (m’) Hotel 10 30 45 Apartemen 10 30 45
Asrama 0 30 45 Rumah Tinggal Tidak Perlu Tidak Perlu Tidak Perlu
Sumber : Juwana, J.S ; 2005 3. Hidran
- Hidran sebagai pemadam api ringan berfungsi sebagai pencegah kebakaran kecil. Biasanya hidran yang digunakan adalah hidran bangunan (box hydrant) dan selang kebakaran.
- Sebaiknya kotak hidran ditempatkan dalam jarak 35 m dengan kotak hidran lainnya. Digunakan di luar bangunan, di lokasi yang aman dari api.
- Semua peralatan hidran dicat warna merah.
- Sumber persediaan air untuk hidran harus diperhitungkan minimum untuk pemakaian selama 30 menit.
- Perhitungan kebutuhan hidran:
Hidran = L. Bangunan (2) 800 = 20.000 (2) 800 = 50 unit hidran 4. Tangga darurat
- Pada bangunan minimal terdapat dua buah tangga kebakaran pada ujung-ujung bangunan dan berjarak ± 30m.
• Sistem Penangkal Petir
- Untuk menghindari dan meminimalkan kerugian yang disebabkan oleh petir, diperlukan suatu sistem perlindungan yang tepat yaitu dengan tiang penangkap petir pada atap bangunan. - Tiang penangkal petir terdiri dari tiang pendek dan kepala
penangkap petir. Terkadang penangkal petir jarang dipasang, bila bangunan di sekitar ada yang lebih tinggi atau didominasi pepohonan tinggi.
• Jaringan Pipa Bersih
- Untuk memasok kebutuhan air bersih, digunakan pompa agar air dapat disalurkan ke tempat yang letaknya jauh dari permukaan tanah, kemudian air bersih disalurkan menuju titik-titik pada bangunan yang membutuhkan air bersih seperti washtafel dan kamar mandi.
- Kebutuhan air bersih harian untuk asrama adalah 135-225 L/unit asrama (sumber: Juwana, J.S; 2005)
Gambar V.3.1 Skema air bersih Tangki air bersih
M engisi unit-unit asrama
- Perhitungan kebutuhan air bersih: Qd = Vair keseharian + Vair kebakaran
= (225 L x 480 unit) + (50 hidran x 400 x 30) = 108.000 + 600.000
= 708.000 Liter
Volume tangki bawah tanah: Vbt = 40%. Qd
= 40%. 708.000 = 283.200 Liter Volume tangki atas: Va = 15%. Qd = 15%. 708.000
= 106.200 Liter • Jaringan Pipa Kotor
- Jaringan air kotor dibagi atas pemimpaan air kotor cair dan air kotor padat. Pipa pembuangan air kotor padat memiliki diameter yang lebih besar dari air kotor cair.
- Air kotor cair berasal dari kloset, wastafel, urinoir dan kitchen sink. Air kotor padat berasal dari kloset dan kitchen sink (buangan padat limbah rumah tangga).
- Perkiraan limbah cair asrama yaitu 378 per hari per orang. (sumber: Juwana, J.S; 2005)
Gambar IV.3.2 Skema air kotor Keterangan:
: Air kotor cair : Kotoran padat • Limbah
- Air kotor yang dihasilkan suatu bangunan ditampung dalam septic tank atau diolah dalam unit STP (Sewage Treatment Plant).
- Perhitungan kebutuhan STP = 0,022 x luas lantai bangunan = 0,022 x 20.000
= 440 m³ Tabel V.3.3 Dimensi Septic Tank
Jumlah orang Volume (m³) Ukuran (m³)
60 4 1,2 x 2,5 x 1,5
120 8 1,5 x 3,5 x 1,9
180 12 1,8 x 4 x 1,9
Pipa air kotor dari unit-unit hunian asrama
Bak kontrol
Septic tank Sumur resapan
240 16 1,8 x 5,4 x 1,9 300 20 2,2 x 5,4 x 2 360 24 2,4 x 6 x 1,5 420 28 2,5 x 6 x 2,1 480 32 2,5 x 7 x 2,1 • Sampah
- Pembuangan sampah dari tiap unit disediakan ruangan sampah yang terletak di ujung bangunan dekat tangga darurat. Petugas setiap hari mengangkut sampah dari tiap lantai dan dibuang ke bak sampah.
- Perkiraan jumlah sampah yaitu 1 Kg/orang. (sumber: Juwana, J.S; 2005)
• Instalasi Listrik
- Instalasi jaringan listrik berasal dari PLN dan pembangkit listrik cadangan (Genset) yang digunakan bila pasokan daya listrik untuk bangunan berasal dari PLN terganggu.
Gambar V.3.3 Skema Jaringan PLN M eter PLN
Gardu
listrik Solar
panel Panel anak
PLN
• Jaringan Air Hujan
- Air hujan mengalir dari talang menuju sumur resapan. Air hujan dapat digunakan kembali untuk mengisi torn air bersih sehingga dapat digunakan untuk keperluan asrama.
Gambar V.3.4 Skema saluran air hujan V. 3. 8. Sistem S truktur
Ada 2 bagian penting dalam sistem struktur. Bagian pertama dinamakan Sub Structure / bagian pondasi. Bagian ini menjadi bagian penyalur beban yang dihantarkan dari atas ke bawah melalui kolom.
Kolom sendiri termasuk bagian struktur kedua atau yang disebut upper structure atau struktur atas. Yang termasuk dalam bagian struktur atas adalah, kolom, balok, dan slab lantai. Semuanya dirangkai rigid menjadi sebuah bangunan fungsional.
Sub-structu re pada bangunan adalah: Pondasi yang digunakan
adalah pondasi dalam, yaitu bored pile. Dengan bored pile, maka bangunan memiliki akar yang mengikat ke tanah. Selain itu, proses pemasangan dan konstruksi dengan bored pile lebih ramah untuk
Torn air bersih Sumur resapan Air hujan Distribusi ke unit-unit asrama
Upper-Stuructu re pada bangunan adalah: sistem stuktur rangka,
dimana terdiri dari dua unsur yaitu:
1. Tiang (kolom), sebagai unsur vertikal yang berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju tanah; terdapat dua macam kolom yang digunakan yaitu kolom struktur dan kolom praktis. Kolom struktur menahan beban yang lebih besar sedangkan kolom praktis berada diantara pertemuan dinding.
2. Balok (gelegar), sebagai unsur horizontal dan berfungsi sebagai pemegang dan sebagai media pembagi beban kolom.
V. 4. Penekanan Khusus
Cahaya matahari juga dapat dimanfaatkan untuk penggunaan listrik dengan bantuan solar cell yang mengumpulkan panas, kemudian disimpan dibaterai dan digunakan untuk keperluan listrik malam hari. Dengan demikian bangunan ini dapat menurunkan persentase penggunaan listrik yang berasal dari sumber energi yang tidak dapat diperbaharui.