• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN BANK UMUM SYARIAH. (Studi Kasus Pada Bank yang menggunakan Dual Banking System

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN BANK UMUM SYARIAH. (Studi Kasus Pada Bank yang menggunakan Dual Banking System"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN

BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN BANK UMUM SYARIAH (Studi Kasus Pada Bank yang menggunakan Dual Banking System

Yang terdaftar di BEI)

Adhityia Waisti Nurfitria

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi

e-mail : adhityiawaisti@yahoo.co.id

ABSTRACK

The purpose of this research was to determine the comparative health level of conventional banks and sharia banks. In this reseach have several indicator of ratio there are Capital Adequacy Ratio (CAR) for Capital, KAP for Asset Quality, Return On Asset (ROA) for Earning, and LDR/FDR for knew Liquidity.

The research method uses deskriptive analysis and tekhnik decision of sample uses Purposive Sampling method. Whereas for data analysis techniques or different test using Mann-Whitney U test.

Result showed that overall ratio of otherwise healty, but just May Bank Sharia with ratio of capital (CAR) well above the regulatory Bank of Indonesian. On different test who experienced a significant different is in the Earning (ROA) and Liquidity (LDR/FDR), whereas for Capital and Asset Quality there was no significant difference between Conventional Banks and Sharia Banks.

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis perbandingan tingkat kesehatan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah Penelitian ini terdiri dari beberapa indikator yang diteliti yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) untuk faktor kecukupan modal/capital, KAP untuk kualitas asset, Return On Asset (ROA) untuk melihat earning, serta LDR/FDR untuk mengetahui likuiditas.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis dan tekhnik penentuan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Purposive

Sampling. Sedangkan untuk teknik analisis data atau uji beda penulis menggunakan Uji

U dari Mann-Whitney.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir secara keseluruhan rasio bank dinyatakan sehat, namun hanya May Bank syariah saja yang rasio kecukupan modalnya (CAR) jauh diatas peraturan Bank Indonesia. Pada Uji beda yang mengalami perbedaan signifikan yaiu pada Earning (ROA) dan Likuiditas (LDR/FDR), sedangkan untuk Capital dan Kualitas Asset tidak ada perbedaan yang signifikan antara Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah.

Kata Kunci : Tingkat Kesehatan Bank, CAEL, Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah

PENDAHULUAN

Peranan lembaga keuangan di Indonesia telah menjadi ujung tombak perekonomian negara di mana mempunyai peranan penting sebagai lembaga

intermediasi antara pihak yang kelebihan dana yang menyimpan kelebihan dananya di

lembaga keuangan dengan pihak yang kekurangan dana yang meminjam dana ke lembaga keuangan. Salah satu dari lembaga keuangan itu ialah bank. Oleh karena itu, kepercayaan terhadap lembaga keuangan atau bank menjadi sangat penting agar fungsi

intermediasi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Jika fungsi intermediasi

tercapai maka penggunaan dana akan lebih optimal dan efisien yang akan berdampak pada meningkatnya aktivitas produktif dari dana yang dipinjamkan sehingga output

(3)

aktifitas produksi akan meningkat dan lapangan kerja baru yang banyak bermunculan sehingga akan menambah kemakmuran negara ini.

Di Indonesia bank di bedakan menjadi dua berdasarkan prinsipnya, yaitu Bank Konvensional dan Bank Syariah. Bank Konvensional ini lebih dulu ada dibandingkan dengan bank syariah yang baru ada di tahun 1992. Dengan waktu yang lebih lama itulah bank konvensional sudah lama menguasai pasar perbankan nasional dengan jumlah bank yang sudah banyak. Namun seiring dengan perkembangan dunia perbankan dan adanya kebutuhan masyarakat muslim untuk mendapatkan layanan jasa keuangan yang berdasarkan Syariat Islam yaitu prinsip bagi hasil, maka pemerintah membuat Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang secara rinci dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Ketentuan tersebut telah dijadikan sebagai dasar hukum beroperasinya bank syariah di Indonesia.

Perkembangan lembaga-lembaga keuangan Islam tersebut tergolong cepat, dan salah satu alasannya ialah karena adanya keyakinan kuat di kalangan masyarakat muslim bahwa perbankan konvensional itu mengandung unsur riba yang dilarang oleh agama Islam. Bahkan di tengah krisis moneter yang menerpa bangsa Indonesia tahun 1997, penerapan sistem bagi hasil lembaga keuangan syariah mampu bertahan dan masih dapat menunjukkan kinerja yang relatif lebih baik, sementara penerapan sistem bunga perbankan di Indonesia saat itu justru membuat perekonomian bangsa ini semakin terpuruk. Tingginya tingkat suku bunga berimbas pada naiknya biaya modal bagi sektor usaha yang pada akhirnya mengakibatkan merosotnya kemampuan usaha sektor produksi. Upaya pemulihan krisis ekonomi yang berkepanjangan ini juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan perhatian yang besar tentunya dari para pelaku perbankan konvensional.

Pada tahun 1997 tepatnya tanggal 1 November 1997 pemerintah mencabut izin atau melikuidasi 16 bank serta ada 33 bank yang sudah dalam closing. Alasan utamanya yaitu bisnis perbankannya telah melanggar rambu-rambu lalu lintas perbankan yang telah diterapkan oleh otorita moneter

Adanya persaingan antar bank syari’ah maupun dengan bank-bank konvensional lainnya yang tidak bisa dihindarkan ini, membawa dampak positif dan negatif bagi

(4)

perkembangan sebuah bank, termasuk bagi bank syari’ah. Dampak positifnya adalah memotivasi agar bank saling berpacu menjadi yang terbaik. Sedangkan dampak negatifnya adalah kekalahan dalam persaingan dapat menghambat laju perkembangan bank yang bersangkutan. Kondisi ini akan membawa kerugian yang besar bagi bank, bahkan dapat mengakibatkan gulung tikar.

Namun pada sisi lain bank umum baik bank konvensional maupun bank syariah memiliki keunggulan dan kekhasan tersendiri jika dibandingkan dengan lembaga keuangan nonbank, terutama karena bank dapat atau boleh menghimpun dana dengan menerima simpanan secara langsung dari masyarakat. Simpanan tersebut dapat berupa giro tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan bentuk lainnya yang pada prinsipnya sama dengan bentuk-bentuk simpanan tersebut.

Dengan ciri tersebut, bank umum mempunyai kemampuan lebih dalam hal menghimpun dana. Bank umum menjadi lebih mudah dalam menghimpun dana sehingga dana yang berhasil dihimpun juga relatif cenderung lebih besar. Keunggulan tersebut hanya dapat dijalankan apabila dasar beroperasinya bank telah dapat terpenuhi dengan baik.

Dasar beroperasinya bank adalah kepercayaan. Tanpa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan sebaliknya tanpa kepercayaan perbankan terhadap masyarakat, kegiatan perbankan tidak dapat berjalan dengan baik. Pada waktu nasabah menyimpan dananya di bank, Pada waktu nasabah menyimpan dananya di bank, ia harus percaya bahwa pada saatnya nanti, bank akan mampu mengembalikan dana tersebut kepada nasabah. Nasabah tersebut juga harus yakin bahwa bank mampu memberikan bunga sesuai jumlah yang telah diperjanjikan pada awal penempatan dana nasabah. Nasabah harus yakin bahwa banknya tidak pailit, dan dana nasabah tidak disalah gunakan untuk tujuan yang tidak semestinya.

Nasabah pun harus yakin bahwa dananya di bank tidak dibocorkan ke pihak lain. Pada waktu nasabah meminjam dana di bank, ia harus diperjanjikan. Pada sisi lain, agar bank bersedia meminjamkan dananya kepada nasabah, bank harus yakin kemampuan dan kemauan nasabah unuk memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga pinjaman.

Dengan demikian ada hal yang penting yang berkaitan dengan dasar beroperasinya usaha perbankan, yaitu kesehatan bank. Hal tersebut berperan peting

(5)

dalam mewujudkan kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan. (Khaerul Umam : 242)

Maka dari itu Bank Indonesia menetapkan suatu aturan dalam penilaian tingkat kesehatan bank yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang

“Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah, yang mana menetapkan tentang penggunaan Metode dan penjelasan Rasio-rasio yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank syariah”.

Dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah.

Cara penilaian tingkat kesehatan keuangan bank ini dinilai dari berbagai aspek, penentuan tingkat kesehatan keuangan bank menggunakan enam kelompok faktor yaitu permodalan, kualitas aktiva prioduktif, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan

sensitivity to market risk atau lebih dikenal dengan sebutan CAMELS dalam mengukur

skala operasi dan struktur permodalannya. Pada analisis CAMELS tersebut ada kriteria yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia adalah tentang seberapa besar persentase kinerja keuangan yang memenuhi persyaratan bank tersebut untuk dinyatakan sehat, serta tidak membahayakan atau merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Analisis CAMELS ini bersifat kualitatif dan kuantitatif dimana aspek management merupakan penilaian kualitatif dan aspek capital, asset, earning, serta likuiditas merupakan analisis kuantitatif yang merupakan perhitungan rasio keuangan. Oleh karena itu rasio keuangan bermanfaat dalam menilai tingkat kesehatan keuangan bank. Semakin besar skala operasi bank yang diukur dengan total asset dan semakin tinggi jumlah modal dari bank tersebut diharapkan kinerja operasinya semakin baik.

Namun dalam penelitian kali ini peneliti hanya akan menilai kinerja keuangan suatu perbankan dari segi kuantitatifnya atau melakukan analisis terhadap laporan keuangannya terhadap permodalan, kualitas aktiva prioduktif, rentabilitas, dan likuiditasnya saja, hal ini dikarenakan untuk penilaian sensitivitas terhadap resiko pasar atau disebut juga sensitivity to market risk tidak semua perbankan menyediakan atau menginformasikan unsur (ekkses modal) yang di perlukan dalam perhitungan rasio ini.

(6)

Keberhasilan suatu usaha Bank Umum dapat dicerminkan dari peranannya terhadap kebijakan ekonomi. Untuk mengetahui keberhasilan Bank Umum khususnya bank umum yang melakukan dual banking system. Maka baik bank umum konvensional itu sendiri ataupun bank syariah perlu diadakannya penilaian terhadap tingkat kesehatan keuangan bank Bank ini. Dengan menggunakan metode dan rasio yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hasil dari rasio keuangan tersebut digunakan untuk menilai tingkat kesehatan keuangan bank dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Dari penilaian tingkat kesehatan keuangan bank yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai target perbankan.

Untuk mengetahui kondisi keuangan bank baik itu untuk bank umum konvensional ataupun bank umum syariah dipergunakan suatu analisis laporan keuangan yang dimaksud untuk menyajikan indikator-indikator yang penting dari keadaan yang ada sebagai alat untuk pengambilan keputusan manajemen agar tercapai tujuan yang diharapkan.(Fitri Ruwaida, 2011)

Selain itu adanya persaingan antar bank syari’ah maupun dengan bank konvensional lainnya yang tidak bisa dihindarkan lagi. Persaingan ini ditambah dengan adanya pertumbuhan perekonomian yang semakin maju sehingga diperlukan laporan kinerja keuangan yang dapat memberikan informasi kepada stakeholders , Bank Indonesia, serta manajemen bank itu sendiri tentang kinerja suatu bank, dan membantu mereka dalam mengambil keputusan serta tindakan apa yang harus dilakukan.

Menghadapi persaingan di sektor perbankan yang semakin ketat, kepercayaan dari masyarakat merupakan salah satu kunci sukses yang mendorong kemajuan perusahaan. Beranjak dari hal tersebut maka bank umum konvensional yang melakukan kegiatan dual banking system (yaitu bank konvensional yang memiliki bank umum syariah) di Indonesia terus menerus meningkatkan kualitasnya dan melakukan evaluasi serta perbaikan terutama di bidang pelayanan, pengembangan produk, fungsi pemasaran serta pengembangan jaringan kantor, agar mampu mewujudkan visi bank masing-masing. Bank Umum yang melakukan kegiatan ini (dual banking system) diantaranya BNI, Mandiri, Bank Mega, BRI, BJB, Bank Panin, Bank Bukopin, Bank Victoria, dan May Bank. Dalam arti kata lain terdapat sepuluh bank umum konvensional sebagaimana disebutkan tadi, dan sepuluh bank syariah yang akan peneliti analisis.

(7)

Mengingat fungsi, posisi dan peranan perbankan di tengah-tengah masyarakat yang begitu strategis, maka kepentingan akan pengukuran tingkat kesehatannya menjadi begitu penting agar dikemudian hari bank-bank tersebut lebih dapat diterima oleh masyarakat dan tetap di percaya oleh kalangan pemerintah maupun swasta dalam pengelolaan keuangan bisnisnya.

Pada penelitian ini juga penulis mengambil referensi dari beberapa penelitian terdahulu sebagai gambaran untuk mempermudah proses penelitian. Penelitian yang penulis lakukan mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya antara lain:

1. Marisa Ardiyana (2011), Mengkaji tentang “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank syari'ah dan Bank Konvensional Sebelum, Selama Dan Sesudah Krisis Global Pada Tahun 2008”, subjek yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah bank Syari'ah Mandiri dan bank Mandiri Tbk. Dalam mengevaluasi kinerja bank, penelitian ini menggunakan rasio CAMEL, yang terdiri dari kategori Capital,

Asset, Management, Earning, dan Liability. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

secara keseluruhan rasio bank dinyatakan sehat. Nilai rasio bank Mandiri Tbk lebih unggul dari pada bank Syari’ah Mandiri, namun untuk pertumbuhan rasio, bank Syari’ah Mandiri lebih unggul dari pada bank Mandiri Tbk.

2. Arief Anshari (2013), Mengkaji Tentang “Analisis Kesehatan Bank Pada Bank Central Asia Tbk, Bank Internasional Indonesia Tbk, dan Bank Artha Graha Internasional Tbk”. Jenis Metode analisis yang digunakan adalah analisis CAMEL dan model Z Score. Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa laporan keuangan bank tahun 2009-2011. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan hasil antara analisis CAMEL dan model Z Score. Hasil pada analisis CAMEL secara umum ketiga bank tidak mengalami masalah dan pada model Z Score mendapatkan hasil yang bervariasi ada yang dinyatakan sehat, grey area, dan bangkrut.

3. Sri Lesri (2011), Mengkaji mengenai “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesehatan Bank”. Subjek dari penelitian ini ialah PD. BPR Bank Daerah Kota Madiun. Dalam penelitian ini menggunakan metode CAMEL sebagai kriteria penilaiannya. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kelima faktor penilaian tingkat kesehatan bank tersebut dinyatakan sehat.

4. Mutiatul Falah (2010), Penulis melakukan penelitian pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dengan tujuan untuk untuk mengkaji tentang “Tingkat Kesehatan

(8)

PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk pada periode 2006-2008 Yang Dinilai Dengan Metode CAMELS”. Dilihat dari peringkat komposit atau diukur dengan semua faktor CAMELS menunjukkan bahwa tingkat kesehatan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk pada tahun 2006 - 2008 tergolong baik.

5. Fitri Ruwaida (2011), Mengkaji tentang “Analisis Perkembangan Tingkat Kesehatan Keuangan Bank pada PD BPR Bank Klaten Dari Tahun 2007-2009”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, tingkat kesehatan keuangan bank dilihat dari faktor permodalan (CAR) dan PPAPYD termasuk dalam kategori sehat, sedangkan (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Dibentuk) kurang sehat. Faktor manajemen untuk manajemen umum dan resiko termasuk kategori sehat. Faktor rentabilitas berdasarkan ROA dan BOPO termasuk kategori sehat, Faktor likuiditas berdasarkan LDR dan cash ratio termasuk kategori sehat. Kedua, perkembangan tingkat kesehatan keuangan bank pada PD BPR Bank Klaten pada tahun 2007, 2008 dan 2009 masing-masing termasuk kategori sehat.

6. Khaerunnisa Said (2012), Mengkaji tentang “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah”. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian yaitu dengan menggunakan metode CAMEL. Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan pada PT Bank Syariah Mandiri nilai CAMEL pada tahun 2001 82,92 adalah SEHAT, tahun 2002 80,47 adalah SEHAT, tahun 2003 92,47adalah SEHAT, tahun 2004 72,43 adalah CUKUP SEHAT, tahun 2005 74,67 adalah CUKUP SEHAT, tahun 2006 72,94 adalah CUKUP SEHAT, tahun 2007 73,95 adalah CUKUP SEHAT, tahun 2008 74,76 adalah CUKUP SEHAT, tahun 2009 74,71 adalah CUKUP SEHAT, dan tahun 2010 74,68 adalah CUKUP SEHAT.

7. Ade Hilmi Mubarok (2011), Mengkaji tentang “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan BPR Konvensional dan Syariah di Indonesia”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, Kinerja keuangan BPR Konvensional memiliki ROA sebesar 63,57% dan BPR Syariah sebesar 37,26%, Perbandingan antara ROA BPR Konvensional dan ROA BPR Syariah lebuh besar ROA pada BPR Konvensional dengan rata-rata sebesar 2,65%, sedangkan pada BPR Syariah sebesar 1,55%.

8. Yuni Sukmayanti (2013), Mengkaji tentang “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan BPR Konvensional dan Syariah tahun 2011 dan 2012”. Hasil analisis didasarkan padaUji StatistikIndependen dimana membandingkan dua rata-rata grup

(9)

yang tidak berhubungan.Dari hasil analisis tersebut terdapat perbedaan signifikan dari kinerja keuangan BPR Syariah dan BPR Konvensional yaitu kinerja keuangan BPR Konvensional lebih tinggi dibanding BPR Syariah.

Dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk memilih dan menulis mengenai tingkat kesehatan keuangan bank umum konvensional dan syariah. Untuk itu, penulis mengambil judul “Analisis Perbandingan Tingkat kesehatan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional”

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Tingkat kesehatan Bank Konvensional.

2. Tingkat kesehatan Bank Syariah.

3. Analisis perbandingan antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah dan indikator apa yang paling mempengaruhi perbedaan tingkat kesehatannya tersebut.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis dan tekhnik penentuan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Purposive

Sampling. Sedangkan untuk teknik analisis data atau uji beda penulis menggunakan Uji

U dari Mann-Whitney.

Dalam penelitian ini penulis, menggunakan 2 variabel independen yaitu : 1. Tingkat Kesehatan Bank Konvensional (X1)

2. Tingkat Kesehatan Bank Syariah (X2)

(10)

Tabel 1 Operasionalisasi Variabel Variabel Definisi Variabel Indikator Skala Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank X1 = Bank Syariah Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. (Khairul Umam:242)

- Capital (Modal) Rasio

- Asset Quality (Kualitas Asset) Rasio

- Earning Rasio - Likuiditas Rasio Tingkat Kesehatan Bank X2 = Bank Konvensional

- Capital (Modal) Rasio

- Rasio

- Earning Rasio

(11)

Teknik Pengumpulan Data Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah dipublikasikan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Secara singkat, data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain. Peneliti dapat mencari data sekunder ini melalui sumber data sekuder.

Prosedur Pengumpulan Data

Dalam menyelesaikan pembuatan penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dan informasi sebagai berikut:

1. Penelitian melalui dokumentasi

Yaitu penelitian untuk mendapatkan data sekunder dan objek yang akan diteliti dengan mempelajari arsip atau dokumentasi laporan keuangan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah pada website masing-masing bank tersebut serta di website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)

2. Penelitian kepustakaan

Yaitu penelitian dengan mempelajari buku-buku literatur, jurnal, karya tulis serta fasilitas internet dan media lainnya sebagai sumber informasi yang dapat menunjang serta berkaitan langsung dengan masalah yang akan diteliti.

Populasi Sasaran

Untuk penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh Bank yang menganut Dual Banking System, yang telah melaporkan Laporan tahunannya yang tercatat pada tanggal 31 Desember 2013.

(12)

Tabel 2 Populasi Sasaran

No. Bank Umum Konvensional Bank Umum Syariah 1. Bank Negara Indonesia BNI Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS) 2. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS)

3. Bank Mandiri Bank Syariah Mandiri

4. Bank Tabungan Negara (BTN) Bank Tabungan Negara (BTN)

5. Bank Bukopin Bank Bukopin Syariah

6. Bank Central Asia( BCA) Bank Central Asia Syariah( BCAS)

7. Bank CIMB Niaga Bank CIMB Niaga

8. Bank Danamon Indonesia Bank Danamon

9. Bank Internasional Indonesia Bank Internasional Indonesia

10. Bank Mega Bank Mega Syariah

11. Bank OCBC NISP Bank OCBC NISP

12. Bank Permata Bank Permata

13. Bank Sinarmas Bank Sinarmas

14. Bank Jabar Banten (BJB) Bank Jabar Banten Syariah (BJBS)

15. Bank Panin Bank Panin Syariah

16. Bank Voctoria Bank Voctoria Syariah

17. May Bank May Bank Syariah

18. Bank HSBC Bank HSBC

19. Bank DKI Bank DKI

20. BPD DIY BPD DIY

21. BPD Jawa Tengah BPD Jawa Tengah

22. BPD Jawa Timur BPD Jawa Timur

23. BPD Banda Aceh BPD Banda Aceh

24. BPD Sumatra Selatan BPD Sumatra Selatan

25. BPD Sumatra Utara BPD Sumatra Utara

26. BPD Sumatra Barat BPD Sumatra Barat

27. BPD Riau BPD Riau

28. BPD Kalimantan Barat BPD Kalimantan Barat

29. BPD Kalimantan Timur BPD Kalimantan Timur

30. BPD Sulawesi Selatan BPD Sulawesi Selatan 31. BPD Nusa Tenggara Barat BPD Nusa Tenggara Barat

32. BTPN BTPN

(13)

Penentuan Sample

Tekhnik penentuan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Purposive Sampling.

Purposive Sampling adalah tekhnik penentuan sample dengan pertimbangan

tertentu. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Bank yang tercatat di Bank Indonesia pada periode 2013 untuk Bank Syariah, dan tercatat di Bursa Efek Indonesia untuk Bank Konvensional. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia terdapat 10 bank umum yang melakukan dual banking system.

2. Bank Umum yang melakukan dual banking system yang berupa Bank Umum Syariah bukan Unit Usaha Syariah.

3. Tercatat sebagai Bank Umum Syariah selambat-lambatnya dari tahun 2011.

4. Tercatat sebagai anak perusahaan atau bentuk turunan dari Bank Umum Konvensional yang memiliki cabang atau bentuk Bank Umum Syariah. Oleh karena itu terdapat satu bank syariah yang tidak dimasukan kedalam sample karena merupakan bank umum syariah tunggal (bukan hasil dari dual banking system bank konvensional yang telah ada) yaitu Bank Muamalat.

5. Menerbitkan laporan keuangan yang berakhir pada periode 2013 dengan tahun fiscal yang berakhir pada tanggal 31 Desember.

6. Semua data yang mendukung untuk penelitian tersedia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, website Bank Indonesia serta website bank umum syariah. Semua bank tersebut memiliki data-data yamng dibutuhkan untuk mendukung penelitian, oleh karena itu ke 9 Bank Umum Konvensional dan 9 Bank Umum Syariah telah memenuhi kriteria ini.

Berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan penelitidi atas, maka terpilih 9 Bank Umum Konvensional dan 9 Bank Umum Syariah yang menjadi sample.

Tabel 3 Daftar Sample

No. Bank Umum Konvensional Bank Umum Syariah 1. Bank Negara Indonesia (BNI) Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS)

2. Bank Mandiri Bank Mandiri Syariah

3. Bank Mega Bank Mega

(14)

5. Bank Jabar Banten (BJB) Bank Jabar Banten Syariah (BJBS)

6. Bank PANIN Bank PANIN Syariah

7. Bank Bukopin Bank Bukopin Syariah

8. Bank Victoria Bank Victoria Syariah

9. May Bank May Bank Syariah

Untuk memperoleh data sekunder yang diperlukan, penulis melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan yaitu dengan membaca literature-literatur dibidang ekonomi yang digunakan sebagai landasan kerangka berfikir dan teori yang sesuai dengan topik penelitian.

2. Penelitian dokumenter yaitu dengan menelaah dan menganalisa laporan-laporan mengenai akuntansi dan perbankan yang di terbitkan oleh Bursa Efek Indonesia, dan 3. Penelitian dokumenter yaitu dengan menelaah dan menganalisa laporan-laporan

mengenai akuntansi dan perbankan yang di terbitkan oleh Bank yang bersangkutan itu sendiri melalui website bank masing-masing.

Paradigma Penelitian

Paradigma diartikan sebagai pola pikir yang menunjukan hubungan antara variable yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis data jumlah hipotesis dan teknik analisis statistic yang akan digunakan

Gambar 1 Paradigma Penelitian

Bank Umum

Bank Umum Syariah Bank Umum Konvensional

(15)

Teknik Analisis Data

Mengingat pengumpulan data yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan dua sample independen maka dari itu untuk mengetahui adanya perbedaan kinerja keuangan pada Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah, penulis menggunakan uji U dari Mann-Whitney. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Hipotesis nol, Ho : Tidak ada perbedaan antara Tingkat Kesehatan Bank Syariah

dengan Bank Konvensional.

2. Hipotesis alternative, Hi : Ada perbedaan antara Tingkat Kesehatan Bank Syariah dengan Bank Konvensional.

3. Menentukan taraf signifikansi, α = 0,05.

4. Menentukan nilai kritis U, Uα/2 pada taraf signifikansi, α = 0.05 dan masing-masing jumlah sampel dengan uji dua arah.

5. Menentukan nilai statistik U :

6. Menentukan kesimpulan : Jika nilai-nilai U berada diluar range nilai-nilai kritis U yang terdapat pada tabel K , Maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Syariah dengan Bank Konvensional. Begitu juga sebaliknya.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh dari Pojok Bursa Efek dan website masing-masing bank syariah Bahwa masing-masing faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan suatu bank (Capital, Asset, Earning, dan Likuiditas) pada Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah pada tahun 2013 terdapat hasil yang berbeda.

Tingkat Kesehatan Pada Bank Umum Konvensional

(16)

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Sesuai dengan ketentuan Pemerintah CAR minimum atau KPMM yaitu sebesar 8% yang diperoleh dari hasil pembagian antara ATMR dengan modal lalu dikalikan 100%. Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Yang dimaksud dengan aktiva dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun neraca yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Pada periode tersebut tingkat CAR terendah sebesar 14.93% yaitu pada Bank Mandiri, sedangkan tingkat CAR tertinggi ada pada Bank Victoria yaitu sebesar 18.20%.

Untuk perhitungan faktor kualitas asset atau KAP dilakukan dari hasil pembagian Aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan Total Aktiva Produktif dikalikan 100%. Kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia batas maksimumnya yaitu sebesar 10,35%. Pada periode tersebut tingkat KAP terendah sebesar 0.93% yaitu pada May Bank, sedangkan tingkat KAP tertinggi ada pada Bank Bukopin yaitu sebesar 2.26%.

Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas atau earning dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap ROA atau membagi laba sebelum pajak dengan total aktiva kemudian dikalian 100%,. Untuk batas minimum dari rasio ini menurut peraturan bank Indonesia dinyatakan sehat bila berada pada ≥1,215%. Pada periode tersebut tingkat ROA terendah sebesar 1.14% yaitu pada Bank Mega, sedangkan tingkat ROA tertinggi ada pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) yaitu sebesar 5.03%.

Sedangkan untuk perhitungan faktor likuiditas yaitu jumlah pembiayaan yang diberikan dibagi dana pihak ketiga dikali 100%. Batas Likuiditas menurut peraturan Bank Indonesia yaitu sebesar ≤110%. Pada periode tersebut tingkat LDR terendah sebesar 57.41% yaitu pada Bank Mega, sedangkan tingkat LDR tertinggi ada pada Bank Jabar Banten (BJB) yaitu sebesar 96.47%.

Dari data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa masing-masing indikator yang diteliti atau faktor-faktor tingkat kesehatan bank pada umumnya dinyatakan sehat. Hal ini dikarenakan semua rasio yang di miliki masing-masing Bank Umum Konvensional tersebut berada pada batas atau ketentuan yang telah dibuat oleh Bank Imdonesia dalam Peraturan Tingkat Kesehatan Bank. Hanya saja terdapat satu Bank Umum Konvensional

(17)

yang memiliki tingkat Earning (ROA) dibawah batas minimum yang telah di tetapkan oleh Bank Indonesia yaitu May Bank dengan ROA sebesar 1.14% maka pada indikator ini May Bank dinyatakan cukup sehat.

Tingkat Kesehatan Pada Bank Umum Syariah

Dengan melihat data pada tabel 4.2, sebagaimana telah disebutkan diatas aspek-aspek penilaian yang dilakukan terhaap Bank Umum Syariah adalah sama dengan penilaian terhadap Bank Umum Konvensional. Adapun untuk perhitungan faktor permodalan yang dilakukan dengan penilaian terhadap kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Sesuai dengan ketentuan Pemerintah CAR minimum atau KPMM yaitu sebesar 8% yang diperoleh dari hasil pembagian antara ATMR dengan modal lalu dikalikan 100%. Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Yang dimaksud dengan aktiva dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun neraca yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Pada periode tersebut tingkat CAR terendah sebesar 11.10% yaitu pada Bank Bukopin, sedangkan tingkat CAR tertinggi ada pada May Bank yaitu sebesar 59.41%.

Untuk perhitungan faktor kualitas asset atau KAP dilakukan dari hasil pembagian Aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan Total Aktiva Produktif dikalikan 100%. Kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia batas maksimumnya yaitu sebesar 10,35%. Pada periode tersebut tingkat KAP terendah sebesar 0.60% yaitu pada Bank Panin, sedangkan tingkat KAP tertinggi ada pada Bank Mega yaitu sebesar 2.98%.

Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas atau earning dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap ROA atau membagi laba sebelum pajak dengan total aktiva kemudian dikalian 100%. Untuk batas minimum dari rasio ini menurut peraturan Bank Indonesia dinyatakan sehat bila berada pada ≥1,215%. Pada periode tersebut tingkat ROA terendah sebesar 0.50% yaitu pada Bank Victoria, sedangkan tingkat ROA tertinggi ada pada May Bank yaitu sebesar 2.87%.

(18)

Sedangkan untuk perhitungan faktor likuiditas yaitu jumlah pembiayaan yang diberikan dibagi dan apihak ketiga dikali 100%. Batas Likuiditas menurut peraturan Bank Indonesia yaitu sebesar ≤110%. Pada periode tersebut tingkat FDR terendah sebesar 84.65% yaitu pada Bank Victoria, sedangkan tingkat FDR tertinggi ada pada May Bank yaitu sebesar 152.87%.

Dari data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa masing-masing indikator yang diteliti atau faktor-faktor tingkat kesehatan bank pada umumnya dinyatakan sehat. Hal ini dikarenakan semua rasio yang di miliki masing-masing Bank Umum Syariah tersebut berada pada batas atau ketentuan yang telah dibuat oleh Bank Imdonesia dalam Peraturan Tingkat Kesehatan Bank. Hanya saja terdapat beberapa Bank Umum Syariah yang memiliki tingkat Earning (ROA) dan Liquidity (FDR) tidak sesuai dengan ketetapan yang telah diberlakukan oleh Bank Indonesia. Dimana terdapar nilai rasio

Earning (ROA) dibawah batas minimum yang telah di tetapkan oleh Bank Indonesia

yaitu pada bank BRI Syariah dan Bank Panin Syariah dengan ROA masing-masing sebesar 1.15% dan 1.03% yang dinyatakan cukup sehat. BJB Syariah dengan ROA sebesar 0.91% dinyatakan kurang sehat, serta Bank Bukopin Syariah dan Bank Victoria Syariah dengan ROA masing-masing sebesar 0.69% dan 0.50% maka bank-bank ini dinyatakan tidak sehat. Sedangkan untuk faktor Liquidity (FDR) terdapat satu bank yang memiliki nilai rasio diatas batas maksimum yang telah ditetapkan Bank Indonesia yaitu May Bank dengan FDR sebesar 152.87% dinyatakan tidak sehat, hal ini memiliki indikasi adanya pemberian kredit secara besar-besaran.

Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah

Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 dapat terlihat faktor-faktor dari tingkat kesehatan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya berikut adalah perbandingan faktor-faktor tingkat kesehatan yang diteliti :

(19)

Tabel 4

Perbandingan Faktor-Faktor yang Diteliti

No. Nama Bank

CAR KAP ROA LDR/FDR K S K S K S K S 1 Bank Negara Indonesia (BNI) 15.10 16.23 2.20 1.45 3.40 1.37 85.30 97.86 2 Bank Mandiri 14.93 14.10 1.43 2.84 3.66 1.53 82.97 89.37 3 Bank Mega 15.74 12.99 2.18 2.98 1.14 2.33 57.41 93.37 4 Bank Rakyat Indonesia (BRI) 16.99 14.49 1.28 1.54 5.03 1.15 88.54 102.70 5 Bank Jabar Banten (BJB) 16.51 17.99 2.21 1.44 2.61 0.91 96.47 97.40 6 Bank PANIN 15.32 20.83 2.13 0.60 1.85 1.03 87.71 90.40 7 Bank Bukopin 15.12 11.10 2.26 1.86 1.75 0.69 85.80 100.29 8 Bank Victoria 18.20 18.40 1.36 1.02 1.99 0.50 74.73 84.65 9 May Bank 15.66 59.41 0.95 2.59 2.50 2.87 89.90 152.87 Jumlah 143.57 185.54 16.00 16.32 23.93 12.38 748.83 908.91 Rata-rata 15.95 20.62 1.78 1.81 2.66 1.38 83.20 100.99 Keterangan : K :Konvensional S : Syariah

Sumber : Tingkat Kesehatan Bank (data diolah)

Berdasarkan data faktor-faktor tingkat kesehatan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah pada tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat capital (CAR) pada Bank Umum Syariah lebih besar yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 20.62% sedangkan nilai rata-rata CAR pada Bank Umum Konvensional yaitu sebesar 15.95%. CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank. Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Permodalan diatas menunjukkan nilai rata-rata CAR baik untuk Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 8% maka rasio yang dicapai dikategorikan dalam kelompok sehat. Dimana indikator yang menunjukkan kelompok sehat semakin besar rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) yang dimiliki oleh bank maka akan semakin baik, hal ini dikarenakan bank mampu menyediakan modal dalam jumlah yang besar untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko.

(20)

Untuk tingkat asset (KAP) pada Bank Umum Syariah lebih besar yaitu dengan nilai rata-rata 1.81% sedangkan nilai rata-rata KAP pada Bank Umum Konvensional yaitu sebesar 1.78%. Perbedaan untuk tingkat kualitas asset tidak jauh berbeda hal ini dikarnakan bank-bank yang berada di Indonesia khususnya sangat berusaha menekan besarnya rasio ini agar sesuai dengan peraturan perbankan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Kualitas Asset diatas menunjukkan nilai rata-rata KAP baik untuk Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah berada dibawa batas maksimum atau kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 10,35% maka rasio yang dicapai dikategorikan dalam kelompok sehat. Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul. Penilaian KAP ini dipengaruhi oleh besar kecilnya tingkat aktiva produktif yang diklasifikasikan dan total aktiva produktf yang dimiliki bank yang bersangkutan. Semakin kecil rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) maka semakin baik karena aktiva produktif yang bermasalah pada bank tersebut relative kecil. Untuk tingkat Earning atau Rentabilitas (ROA) pada Bank Umum Konvensional lebih besar yaitu dengan nilai rata-rata 2.66% sedangkan nilai rata-rata ROA pada Bank Umum Syariah yaitu sebesar 1.38%. Perbedaan untuk tingkat Profitabilitas atau

Earning ini lumayan berbeda karena pengelolaan atau aktifitas yang dilakukan

masing-masing bank dalam pengelolaan aktiva yang dimilikinya juga berbeda-beda selain itu masing-masing bank juga memiliki jumlah aktiva yang berbeda-beda pula. Namun berdasarkan hasil perhitungan Rasio Earning diatas menunjukkan nilai rata-rata ROA baik untuk Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 1.215% maka rasio yang dicapai dikategorikan dalam kelompok sehat. Tujuan penilaian rentabilitas didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yaitu melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional bank. Jika dilihat dari nilai rata-rata Earning (ROA) baik pada Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 1,22% maka rasio yang dicapai Bank Syariah Mandiri dikategorikan dalam kelompok sehat. Semakin besar ROA suatu bank, maka

(21)

semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Dapat diartikan juga semakin besarnya ROA semakin besarnya pendapatan yang diterima maka kinerja manajemen juga lumayan baik karena bisa mengefesienkan tingkat pendapatan yang diperoleh, sehingga bisa diasumsikan tingkat pendapatan yang baik ini diperoleh dari efesiensi biaya yang dikeluarkan.

Untuk tingkat likuiditas (LDR/FDR) pada Bank Umum Syariah lebih besar yaitu dengan nilai rata-rata 100.99% sedangkan nilai rata-rata likuiditas (LDR) pada Bank Umum Konvensional yaitu sebesar 83.20%. Jika dilihat dari rata-rata tingkat likuiditas ini terdapat adanya perbedaan namun tidak semata-mata keluar dari ketetapan yang telah diatur dan ditetapkan oleh pihak Bank Indonesia, perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan jumlah kredit yang diberikan serta dana pihak ketiga. Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Likuiditas diatas menunjukkan nilai rata-rata Likuiditas baik untuk Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah tidak melebihi batasan dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 110% maka rasio yang dicapai dikategorikan dalam kelompok sehat. Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara tingkat likuiditas yang memadai. Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai termasuk antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul. LDR atau FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.

(22)

Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah

Berdasarkan hasil perhitungan manual dan dengan menggunakan software SPSS (lampiran) dengan menggunakan uji U dari Man Whitney, dari jumlah data yang berjumlah 9 pada masing-masing Bank Umum, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesehatan pada masing-masing faktor antara lain:

Untuk tingkat kecukupan modal atau capital (CAR) didapat nilai U sebesar 40, dan nilai sig atau nilai p sebesar 0.965 dimana > 0.05. Dikarenakan nilai U lebih tinggi dari nilai U tabel pada tabel K yaitu sebesar 21 dan nilai p lebih besar dari batas kritis, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak ada perbedaan antara tingkat kesehatan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah pada faktor Capital. Hal ini disebabkan karena pada tingkat kecukupan modal inibaik Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah memperlakukan penyesuaian dan memberikan perhatian yang ketat karena adanya peraturan dari Bank Indonesia agar modal yang tersedia sesuai.

Untuk tingkat kualias asset (KAP) didapat nilai U sebesar 37, dan nilai sig atau nilai p sebesar 0.757 dimana > 0.05. Dikarenakan nilai U lebih tinggi dari nilai U tabel pada tabel K yaitu sebesar 21 dan nilai p lebih besar dari batas kritis, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak ada perbedaan antara tingkat kesehatan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah pada faktor Asset Quality (KAP). Sama halnya dengan faktor permodalan faktor kualitas asset ini juga sangat ditekan agar tidak melebihi kebijakan yang telah ditetapkan karena jika dilihat dari ketentuan pembentukan cadangan penyisihan aktiva produktif dapat dikatakan bahwa semakin banyak aktiva produktif yang bermasalah akan semakin besar resiko yang dihadapi bank atau dengan kata lain kualitas aktiva produktif semakin memburuk sehingga cadangan yang harus dibentuk juga semakin besar. Cadangan yang semakin besar akan menurunkan profitabilitas bank.

Untuk tingkat earning atau profitabilitas (ROA) didapat nilai U sebesar 13, dan nilai sig atau nilai p sebesar 0.015 dimana < 0.05. Dikarenakan nilai U lebih rendah dari nilai U tabel pada tabel K yaitu sebesar 21 dan nilai p lebih kecil dari batas kritis, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan antara tingkat kesehatan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah pada faktor Earning (ROA). Hal ini

(23)

disebabkan karena tingkat earning atau ROA Bank Umum Konvensional lebih tinggi dibandingkan ROA pada Bank Umum Syariah. Perbedaan tingkatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu besarnya tingkat laba yang diperoleh dan total asset yang dimiliki, dimana pengelolaan atau aktifitas yang dilakukan masing-masing bank baik itu Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah melakukan pengelolaan aktiva yang dimilikinya berbeda-beda selain itu masing-masing bank juga memiliki jumlah aktiva yang berbeda-beda pula, faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas ini diantaranya seperti faktor bagi hasil pada Bank Umum Syariah dan bunga pada bank Umum Konvensional, fasilitas pelayanan, dikenalnya oleh masyarakat, faktor kepercayaan dari masyarakat, promosi, dan lain sebagainya.

Untuk tingkat likuiditas (LDR/FDR) didapat nilai U sebesar 10, dan nilai sig atau nilai p sebesar 0.007 dimana < 0.05. Dikarenakan nilai U lebih rendah dari nilai U tabel pada tabel K yaitu sebesar 21 dan nilai p lebih kecil dari batas kritis, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan antara tingkat kesehatan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah pada faktor Likuiditas (LDR/FDR). Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jumlah likuiditas yang ada pada Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah dimana Bank Umum Syariah memiliki tingkat likuiditas rata-rata yang relative lebih besar dibandingkan Bank Umum Konvensional. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut diantaranya faktor jumlah pembiayaan yang diberikan, serta dana pihak ketiga yang tersedia pada bank yang bersangkutan. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Angka Rasio Likuiditas menunjukkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuditasnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yuni Sukmayanti (2013) dan Ade Hilmi Mubarok (2011), mengenai “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan BPR Konvensional dan Syariah”, ia menyimpulkan terdapat perbedaan signifikan dari kinerja keuangan BPR Syariah dan BPR Konvensional yaitu kinerja keuangan (ROA) BPR Konvensional lebih tinggi dibanding BPR Syariah. Marisa Ardiyana (2011), Mengkaji tentang “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank syari'ah dan Bank Konvensional Sebelum, Selama Dan Sesudah Krisis Global

(24)

Pada Tahun 2008”, ia menyimpulkan Nilai rasio bank Mandiri Tbk lebih unggul dari pada bank Syari’ah Mandiri, namun untuk pertumbuhan rasio, bank Syari’ah Mandiri lebih unggul dari pada bank Mandiri Tbk.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis perbandingan tingkat kesehatan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tingkat Kesehatan Bank Konvensional pada beberapa aspek diantaranya :

a. Capital atau faktor permodalan pada baik pada Bank Umum Konvensional maupun syariah perhitungannya dilakukan dengan penilaian terhadap kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). diperoleh dari hasil pembagian antara modal dengan ATMR lalu dikalikan 100%. Dilihat dari rata-rata CAR atau KPMM Bank Umum konvensional memiliki rata-rata sebesar 15.95%, atau dalam arti kata lain rata-rata tingkat kesehatan pada faktor ini dinyatakan sehat karena ≥ 8%.

b. Faktor kualitas asset atau KAP perhitungannya dilakukan dari hasil pembagian Aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan Total Aktiva Produktif dikalikan 100%. Jika dilihat dari rata-rata KAP Bank Umum Konvensional. Memiliki rata-rata sebesar 1.78% dimana ≤ 10.35% atau dalam arti kata lain rata-rata tingkat kesehatan pada faktor ini dinyatakan sehat .

c. Untuk faktor Rentabilitas atau Earning dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap ROA atau membagi laba sebelum pajak dengan total aktiva kemudian dikalian 100%. Jika dilihat dari rata-rata ROA Bank Umum Konvensional

(25)

Memiliki rata-rata sebesar 2.66% dimana ≥ 1.215% atau dalam arti kata lain rata-rata tingkat kesehatan pada faktor ini dinyatakan sehat .

d. Untuk faktor likuiditas yaitu jumlah pembiayaan yang diberikan dibagi dana pihak ketiga dikali 100%. Jika dilihat dari rata-rata LDR Bank Konvensional. Memiliki rata-rata sebesar 83.20% dimana ≤ 110% atau dalam arti kata lain rata-rata tingkat kesehatan pada faktor ini dinyatakan sehat .

2. Tingkat Kesehatan Bank Syariah pada beberapa aspek diantaranya :

a. Capital atau faktor permodalan pada baik pada Bank Umum Syariah maupun syariah perhitungannya dilakukan dengan penilaian terhadap kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). diperoleh dari hasil pembagian antara modal dengan ATMR lalu dikalikan 100%. Dilihat dari rata-rata CAR atau KPMM Bank Umum Syariah memiliki rata-rata sebesar 20.62%, atau dalam arti kata lain rata-rata tingkat kesehatan pada faktor ini dinyatakan sehat karena ≥ 8%.

b. Faktor kualitas asset atau KAP perhitungannya dilakukan dari hasil pembagian Aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan Total Aktiva Produktif dikalikan 100%. Jika dilihat dari rata-rata KAP Bank Umum Syariah. Memiliki rata-rata sebesar 1.81% dimana ≤ 10.35% atau dalam arti kata lain rata-rata tingkat kesehatan pada faktor ini dinyatakan sehat .

c. Untuk faktor Rentabilitas atau Earning dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap ROA atau membagi laba sebelum pajak dengan total aktiva kemudian dikalian 100%. Jika dilihat dari rata-rata ROA Bank Umum Syariah Memiliki rata-rata sebesar 1.38% dimana ≥ 1.215% atau dalam arti kata lain rata-rata tingkat kesehatan pada faktor ini dinyatakan sehat.

(26)

d. Untuk faktor likuiditas yaitu jumlah pembiayaan yang diberikan dibagi dana pihak ketiga dikali 100%. Jika dilihat dari rata-rata FDR Bank Syariah. Memiliki rata-rata sebesar 100.99% dimana ≤ 110% atau dalam arti kata lain rata-rata tingkat kesehatan pada faktor ini dinyatakan sehat .

3. Berdasarkan hasil analisis perbandingan antara Tingkat Kesehatan Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah maka dapat disimpulkan untuk aspek

Capital/Modal dan Asset Quality/Kualitas Asset pada Bank Umum Konvensional

dan Bank Umum Syariah tidak terdapat perbedaan yang signifikan, hal ini dikarenakan pada setiap bank sangat patuh pada peraturan yang berlaku sehingga untuk aspek-aspek ini sangat ditekan sedemikian rupa sehingga hampir mendekati batas yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Namun untuk aspek

Earning/Rentabilitas dan Liquidity/Likuiditas pada Bank Umum Konvensional dan

Bank Umum Syariah memiliki perbedaan yang signifikan, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam pengelolaan dari masing-masing pihak perbankan terhadap aspek-aspek ini, selain itu terdapat berbagai perbedaan pula diantaranya tingkat laba yang di peroleh, aktiva yang dimiliki, pemberian kredit, dan lain sebagainya.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, adapun saran tersebut sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Untuk Bank Umum Syariah harus lebih meningkatkan kinerja serta promosi agar masyarakat luas bisa semakin mengetahui dan tertarik kepada Bank Umum Syariah

(27)

sehingga kondisi Bank Umum Syariah akan lebih baik lagi dan tingkat kesehatan Bank Umum Syariah juga akan semakin baik. Khususnya untuk Bank Umum Syariah yang memiliki nilai ROA dibawah nilai minimum aturan Tingkat Kesehatan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia agar lebih meningkatkan kembali efisiensi operasinya agar mampu meningkatkan Earning pada bank yang bersangkutan, sehingga mampu berada pada kategori yang sehat pada faktor atau indikator tersebut (ROA). Karena ditinjau dari rasio BOPO bank-bank tersebut memiliki kecenderungan BOPO yang tinggi.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan untuk menambah indikator rasio dari tingkat kesehatan bank lainnya yaitu dari faktor Management dan Sensitifitas to Market

Risk yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan bank dan lebih teliti dalam

memilih objek atau sampel yang akan diteliti disarankan juga, untuk menggunakan objek yang lebih beragam agar hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai dasar acuan bagi para pengguna laporan keuangan dalam menilai tingkat kesehatan bank. Selain itu hendaknya menggunakan metode analisis yang berbeda serta mengukur usia bank yang akan diteliti agar usia bank yang diteliti dalam kualifikasi usia yang sama.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’I, 2007. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Tazkia Cendekia, Jakarta.

Ardiyana, Marissa. 2011. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan

Bank Konvensional Sebelum, Selama, Dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008.

Skripsi. FE Universitas Diponegoro, Semarang.

Bank Indonesia. 1992. UU No. 7 tahun 1992, tentang Perbankan, Jakarta.

Bank Indonesia. 1998. UU No. 10 tahun 1998, tentang perubahan terhadap UU No. 7

tahun 1992, Jakarta.

Bank Indonesia, 2012. Booklet Perbankan, Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/17/PBI/2007 tanggal 4 Desember 2007 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Bank Indonesia, Surat Edaran Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Perihal

Tatacara Penilaian Kesehatan Bank Umum.

Bank Indonesia, SK DIR BI Nomor 30/21/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. perihal

Tatacara Penilaian Kesehatan Bank Umum.

Budisantoso, Totok. dan Triandaru, Sigit. 2006. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat. Jakarta.

Faizah, Mutiatul. 2010. analisis tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia.Tbk pada

periode 2006-2008. Skripsi. FE Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim,

(29)

Frandiko, Ardea. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank

Konvensional Di Indonesia Dengan Menggunakan Analisis (periode 2005-2010).

Skripsi. FE Universitas Diponegoro, Semarang.

Lestari, Sri. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesehatan Bank (Study

Kasus Di BPR Bank Daerah Kota Madiun). Skripsi. FE Universitas Sebelas Maret,

Surakarta.

Mubarok, Ade Hilmi. 2011. Analisis perbandingan kinerja keuangan BPR

Konvensional dan Syariah.. Skripsi. FE Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.

Ginting, Ramlan, dkk. 2012. Kelembagaan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral, Bank Indonesia.

Ruwaida, Fitri. 2011. Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Tingkat Kesehatan

Keuangan Pada PD BPR Bank Klaten. Skripsi. FE Universitas Negeri Yogyakarta,

Yogyakarta.

Said, Khaerunnisa. 2012. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan

Menggunakan Metode CAMEL. Skripsi. FE Universitas Hasanudin, Makasar.

Siegel, Sidney., 1997. Statistik Non Parametrik. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Slivanita, Ktut, 2009. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Erlangga, Jakarta.

Sarwoko, 2007. Statistik Inferensi. C.V Andi Offset, Yogyakarta.

Sukmayanti, Yuni. 2013. analisis perbandingan kinerja keuangan BPR Konvensional

dan Syariah tahun 2011 dan 2012.. Skripsi. FE Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.

(30)

www.bi.go.id www.bumn.co.id www.idx.co.id www.bni.co.id www.bnisyariah.co.id www.bankbjb.co.id www.bjbsyariah.co.id www.brisyariah.co.id www.mandiri.co.id www.syariahmandiri.co.id

Gambar

Tabel 1  Operasionalisasi Variabel   Variabel  Definisi  Variabel  Indikator  Skala  Pengukuran  Tingkat  Kesehatan  Bank  X1 = Bank  Syariah  Kesehatan bank dapat  diartikan sebagai kemampuan bank untuk melakukan  kegiatan  operasional  perbankan  secara
Tabel 2  Populasi Sasaran
Gambar 1  Paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Seharusnya kekurangan jumlah pesonil bukan menjadi faktor terbesar dalam upaya penegakan hukum dan belum bisa dijadikan alasan yang sangat kuat, sehinnga hal ini

S yukur dan terima kasih kepada Tuhan karena telah memberikan kehidupan yang luar biasa sampai saat ini.  Awalnya saya mengenal Nu Skin sebagai konsumen yang puas dengan

1) Aspek ibadah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kamrani buseri, ibadah adalah bagian penting yang tidak boleh ditinggalkan dan harus diwariskan kepada anak generasi

1) Merancang RPP yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam. Dalam hal ini, peneliti menerapakan

Penyerapan Perbekalan yang Digunakan untuk Penangkapan Ikan Tahun 2015 - 2019.

Abstrak : Preeklampsia dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu hamil dan neonatal yang tinggi terutama di negara berkembang Sampai saat ini preeklampsia dan eklampsia

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala Karunia dan Hidayah- Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Analisis Hubungan Faktor Rumah Sakit

Hipotesis tindakan dalam penelitian adalah model Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar, kinerja guru dalam pembelajaran dan aktivitas belajar