• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI PERAIRAN BANGKA BARAT DAN BANGKA SELATAN: PEMANTAUAN LINGKUNGAN LAUT PADA RADIUS 10 KM DARI CALON LOKASI PLTN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI PERAIRAN BANGKA BARAT DAN BANGKA SELATAN: PEMANTAUAN LINGKUNGAN LAUT PADA RADIUS 10 KM DARI CALON LOKASI PLTN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

351

PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI PERAIRAN BANGKA BARAT DAN BANGKA SELATAN: PEMANTAUAN LINGKUNGAN LAUT

PADA RADIUS 10 KM DARI CALON LOKASI PLTN Heny Suseno, Wahyu Retno Prihatiningsih

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN

ABSTRAK

PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI PERAIRAN BANGKA BARAT DAN BANGKA SELATAN:PEMANTAUAN LINGKUNGAN LAUT PADA RADIUS 10 KM DARI CALON LOKASI PLTN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar

wilayahnya adalah perairan. Penelitian dan pengembangan radioekologi kelautan sangat strategis sebagai salah satu upaya melakukan perlindungan pada lingkungan perairan laut Indonesia. Salah satu bagian dari riset radioekologi kelautan adalah pemantauan lingkungan di perairan pesisir sebagian wilayah Indonesia untuk memperoleh baseline data radionuklida. Baseline data radionuklida antropogenik (terutama 137Cs dan 239/240Pu) dibutuhkan untuk studi calon tapak PLTN di Bangka Belitung dan untuk mengetahui dampak kecelakaan nuklir di Fukushima terhadap perairan laut Indonesia. Radionuklida antropogenik sebelum operasional PLTN di Provinsi Bangka Belitung dn pasca kecelakaan di Fukushima yang terdeteksi pada sampel sedimen dan air adalah 137Cs dan 239/240Pu. Pada sampel biota laut hanya terdeteksi 137Cs. Baseline data 137Cs di dua lokasi calon PLTN untuk kopartemen air, sedimen dan bioata masing-masing berkisar 0,49 -0,66 mBq.l-1; <LD - 2,33 Bq.Kg-1; 1,02 - 109,75 mBq.Kg-1. Baseline data rerata 239/240Pupada kedua lokasi tersebut untuk kompartemen air dan sedimen masing-masing 3,28 - 4,19 µBq.l-1 dan 1,45 - 1,54 Bq.Kg-1. Baseline data radionuklida tersebut masih merupakan karakter global fall out.

Kata kunci: baseline data, 137Cs, 239/240Pu, calon tapak PLTN, Fukushima, bioindikator

ABSTRACT

MARINE RADIOECOLOGICAL MONITORING AT WEST AND SOUTH BANGKA COASTAL: MARINE ENVIRONMENT MONITORING AT RADIUS 10 KM FROM CANDIDATE LOCATION OF NPP. Indonesia is an archipelago territory that most of area were

covered with seawater. Research and development of marine radioecology is very strategic as one of effort in the protection of the marine environment. One part of the marine radioecological research are environmental monitoring in some Indonesia coastal areas to obtain radionuclides baseline data. Baseline data of anthropogenic radionuclides (mainly 137Cs and 239/240Pu) are needed for nuclear power plant site prospective study in the Bangka Belitung and for determining the impact of the nuclear accident in Fukushima to Indonesian marine areas. The results indicate that only 137Cs and 239/240Pu as anthropogenic radionuclides were detected in marine environment samples from Bangka Belitung Province after the Fukushima accident. The baseline data of 137Cs on two candidate sites for nuclear power plants in seawater, sediments and bioatas were ranging 0.49 -0.66 mBq.l-1; below detection limit - 2.33 Bq.Kg-1; 1.02 – 109.75 mBq.Kg-1. respectively. The average of 239/240Pu concentration on water and sediments in these site were ranged from 3.28 to 4.19 μBq.l-1 and 1.45 to 1.54 Bq.kg-1 respectively. 24 l.kg-1.

(2)

352 PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara maritim yang rawan tercemar berbagai kontaminan baik radioaktif maupun non radioaktif. Penelitian dan pengembangan radioekologi kelautan sangat strategis sebagai salah satu upaya melakukan perlindungan pada lingkungan perairan laut Indonesia. Pada awalnya studi radioekologi focus terhadap dampak dari peristiwa uji coba senjata nuklir di atmosfer pada tahun 1950an dan 1960an. Fokus radioekologi kelautan berkembang menjadi alat untuk mengakses kontaminasi zat radioaktif dan mengevaluasi dosis yang diterima oleh suatu populasi. Perkembangan berikutnya digunakan untuk memecahkan masalah lingkungan perairan laut. Penggunaan radiotracer

meningkatkan pemahaman perilaku polutan di dalam lingkungan perairan laut [1]. Mengacu pada fokus kegiatan radioekologi kelautan, riset yang berkembang meliputi:

(1) kegiatan pemantauan lingkungan laut untuk memperoleh data dasar konsentrasi radionuklida sebelum terdapat fasilitas nuklir dan status konsentrasi setelah terjadinya suatu kecelakaan atau terlepasnya zat radioaktif. (2) Penggunaan radiotracer untuk memahami perpindahan dan akumulasi

kontaminan dalam ekosistem laut.

Penelitian radioekologi dalam lingkup pemantauan lingkungan lebih banyak bertujuan untuk memperoleh data dasar (baseline) radioaktivitas pada berbagai kompartemen lingkungan kelautan pra konstruksi dan pra operasional Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Data tersebut akan menjadi pembanding perubahan radioaktivitas lingkungan kelautan jika suatu saat PLTN dibangun dan dioperasikan. Data dasar radioaktivitas lingkungan sangat diperlukan bagi perencanaan PLTN dan fasilitas nuklir lainnya. Internaional Atomic Energy Agency (IAEA) mensyaratkan sebelum seluruh jenis fasilitas nuklir termasuk reaktor riset dan PLTN beroperasi harus dilakukan studi level background radioaktifitas lingkungan [2-4]. Disisi lain kegiatan pemantauan lingkungan ini juga difokuskan untuk mengantisipasi dampak kecelakaan nuklir di Fukushima. Kecelakaan nuklir di Fukushima akibat gempa bumi yang diikuti tsunami pada tanggal 11 Maret 2011 telah melepaskan radionuklida

(3)

353

produk fisi seperti 131I (t1/2 8,1 hari), 134Cs (t1/2 2,06 tahun) dan 137Cs (t1/2 30.2 tahun)

ke atmosfir, daratan dan lingkungan laut[5]. Radionuklida yang mudah larut dalam air seperti 137Cs dan 134Cs selanjutnya bercampur dengan massa air laut lainnya dan bermigrasi memasuki wilayah perairan lainnya. Laut Sanriku di sebelah tenggara pulau Honshu merupakan daerah percampuran air dimana terdapat tiga aliran massa: Tsugaru, Oyashio dan Kuroshio Water. Arus Tsugaru yang berasal dari arus Tsushima mengalir ke Samudra Pasifik[5-7]. Sebagai konsenkuensi masuknya radionuklida tersebut ke perairan Samudra Pasifik, dikhawatirkan memberikan dampak radiologi di laut dan pesisir negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Pada makalah ini dibahas hasil-hasil kegiatan radioekologi yang berhubungan dengan pemantauan radionuklida dan prilaku bioakumulasi kontaminan (direpresentasikan oleh 137Cs). Pemantauan lingkungan telah dilakukan untuk memperoleh baseline data pra operasional PLTN dan status konsentrasi radionuklida di perairan laut Indonesia pasca kecelakaan nuklir di Fukushima.

BAHAN DAN TATA KERJA Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain: bahan acu standard untuk analisis radionuklida gamma dalam bentuk geometri sedimen, air dan biota; tracer 240Pu, 137Cs dan 203Hg; ammonium fosfomolibdat (AMP), heksasianoferat(II), HgSO4, bahan kimia untuk analisis plutonium, bahan plastik dan bahan gelas.

Peralatan utama yang digunakan: 3 unit Gamma spectrometer beresolusi tinggi detector HPGe masing-masing Canberra tipe GX2018, Canberra tipe GC2020 dan Ortex tipe GMX 25P4-76; spectrometer alpha Canberra tipe 7200-04

Tata Kerja

Pemantauan Lingkungan

Pemantauan lingkungan pada studi radioekologi ini meliputi zone di sekitar 2 lokasi calon tapak PLTN yaitu Teluk Inggris (Kabupaten Bangka Barat) dan

(4)

354

Tanjung Berani-Tanjung Krasak (Kabupaten Bangka Selatan) Wilayah studi ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi tapak PLTN di Bangka Barat dan Selatan a. Sebanyak 2 kg sedimen pesisir dan laut diambil dari zone disekitar tapak,

regional dan sub regional. Untuk zone disekitar tapak pengambilan sampel dilakukan sebanyak 10 stasiun pada radius 0 – 10 km, 2 sampai 4 stasion pada zone sub regional dan regional. Hal yang sama dilakukan untuk sampel air. Jumlah sampel air yang diambil sebanyak 100 – 300 liter. Sepuluh biota laut lokal antara lain: beberapa jenis ikan yang dikonsumsi penduduk , crustasea laut, moluska diambil dari pelelangan ikan di Bangka Barat dan Bangka Selatan.

b. Analisis radionuklida pemancar gamma meliputi radionuklida-radionuklida alam dan antropogenik menggunakan spektrometer gamma. Radionuklida antropogenik pemancar gamma seperti 137Cs, 134Cs dan lain-lain pada sedimen dilakukan menggunakan metoda pengukuran langsung dengan waktu pencacahan 2-5 hari sedangkan dalam air digunakan metoda pretreatment sampel bervolume besar yang terabsopsi dalam amonium fosfomolibdat, heksasianoferat (II) dan filter yang berlapis heksasionoferat. Analisis radionuklida pemancar gamma pada air dan biota dilakukan dengan pencacahan langsung maupun preparasi radiokimia. Analisis radionuklida

(5)

355

buatan pemancar alpha (239/240Pu) dilakukan secara terbatas (hanya 2 stasiun) menggunakan alfa spektrometer yang sebelumnya dilakukan preparasi berdasarkan perlakuan radiokimia.

c. Program jaminan kualitas pengukuran dilakukan dengan mengikuti dua kegiatan profisiensi/uji banding laboratorium yaitu: IAEA-TEL-2011-03

Worldwide proficiency test (IAEA Siberdoft Vienna), RCA/RAS 7/021

Ceasium determination in sea water (MEL IAEA, Monaco).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan, Validasi Metoda, Pemapanan Program Jaminan Kualitas dan Uji

Profisensi

Kandungan radionuklida antropogenik seperti 137Cs dan 239/240Pu dilingkungan perairan laut sangat kecil karena tidak ada kegiatan/fasilitas nuklir di daerah Bangka Belitung dan wilayah studi lainnya. Disisi lain untuk kegiatan pengumpulan baseline

data, radionuklida tersebut harus terdeteksi yang nantinya akan digunakan sebagai pembanding pada saat pengoperasian PLTN maupun kejadian kecelakaan nuklir. Pengembangan dan adaptasi metoda analisis yang dilakukan antara lain harus dilakukan. Pengembangan metoda dan adaptasi sebelum ini dilakukan memulai kegiatan pemantauan lingkungan. Radionuklida antrogenik dipekatkan dari sampel bervolume besar (>100 liter) melalui tahapan proses koagulasi dan pertukaran ion, kromatografi dan pengukuran.

Metoda pemekatan konsentrasi 137Cs dalam air laut yang digunakan adalah

ammonium 12-molybdophosphate[(NH4)3Mo1204o.xH20] atau yang lebih dikenal

dengan AMP[8]. Ammonium 12-molybdophosphate mempunyai kemampuan menukar ion dan selektifitasnya terhadap Cs lebih tinggi dibandingkan resin organik konvensional lainnya seperti DOWEX. Nilai faktor pemisahan Cs+/Na+ oleh AMP sebesar 6000, disisi lain nilai Faktor Pemisahan kedua ion tersebut pada resin DOWEX-50 hanya sebesar 2,4. Metoda lain yang digunakan adalah garam logam transisi dengan hexacyanoferrate(II) dapat mengikat ion logam kedalam kisi

(6)

356

kristalnya. Kekuatan mengikat logam alkali oleh hexacyanoferrate(II) Li<Na<K<Rb<Cs. Seperti halnya AMP, penukar ion hexacyanoferrate(II)juga menunjukkan selektifitas spesifik pada Cs. Radioisotop 239/240Pu di dalam air bersifat partikel reaktif sehingga pemekatannya dapat mudah dilakukan oleh MnO2.

Manggan oksida dalam bentuk suspensi mudah mengabsorpsi 239/240Pu.

Metoda analisis yang dikembangkan dan divalidasi ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Pengembangan dan Validasi Metoda

Analisis Metoda Hasil yang diperoleh Radionuklida alam Pengukuran langsung menggunakan Gamma spectrometer Tervalidasi menggunakan bahan acu bersertifikat

137

Cs (dalam air

laut)

Modifikasi pemekatan kandungan 137Cs dalam air laut menggunakan

Cu2[Fe(CN)6] yang dicoating

pada filter

Tervalidasi menggunakan simulasi 137Cs dalam air laut.

(Recovery : + 30%)

Modifikasi pemekatan kandungan 137Cs dalam air laut menggunakan

Cu2[Fe(CN)6] sebagai

pengikat

Tervalidasi menggunakan simulasi 137Cs dalam air laut.

(Recovery + 78%)

Modifikasi pemekatan kandungan 137Cs dalam air laut menggunakan AMP sebagai pengikat

Tervalidasi menggunakan simulasi 137Cs dalam air laut. (Recovery + 63%) 239 Pu (dalam air laut)

Adaptasi dan modifikasi metoda pengendapan dan absorpsi MnO2

Tervalidasi menggunakan simulasi 242Pu dalam air laut.

(Recovery + 55%)

Peningkatan jaminan kualitas juga ditempuh melalui keikutsertaan dalam uji profisiensi atau uji banding yang diselenggarakan oleh International Atomic Energy

Agency. Hasil uji banding ini dapat digunakan sebagai koreksi dan acuan. Kriteria hasil pengukuran dapat diterima adalah [9-10]:

ܣଵ ≤ ܣଶ ………..……… (1)

(7)

357 ܣଶ = 2,58ටݑ௧௔௥௚௘௧ଶ − ݑ௥௘௣௢௥௧௘ௗଶ ……… (3) ܲ = ඨቆܸ݈ܽݑ݁ݑ௧௔௥௚௘௧ ௧௔௥௚௘௧ቇ 2 + ቆܸ݈ܽݑ݁ݑ௥௘௣௢௥௧௘ௗ ௧௔௥௚௘௧ቇ 2 ܺ100% ……….. (4)

dimana C adalah konsentrasi analit yang sebenarnya (IAEA) dan hasil pengukuran laboratorium (lab), P bergantung secara langsung pada ketidakpastiaan pengukuran yang ditetapkan oleh peserta profisiensi test. Batasan presisi yang diterima (LAP) ditetapkan oleh IAEA. Peserta profisiensi test hasilnya dapat diterima jika P< LAP. Hasil profisiensi test ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Profisiensi Test

Uji profisiensi/Penyelenggara Keterangan/Capaian

IAEA-TEL-2011-03 Worldwide proficiency test (IAEA Siberdoft Vienna)

Radioisotop 60Co, 134Cs, 137Cs di dalam air laut, 228Ac, 214Bi dan 137Cs di dalam

sedimen sesuai dengan nilai (Accepted)

RCA/RAS 0721 Cesium determination in sea water

(MEL IAEA, Monaco)

Radioisotop 134Cs di dalam air laut sesuai dengan nilai (Accepted). Radioisotop 137Cs dalam kategori warning.

Mengacu pada hasil profisiensi test, maka analisis radionuklida-radionuklida dapat dilakukan tanpa koreksi. Disisi lain untuk analisis radionuklida yang masih dalam katagori warning hasil profisiensi test dapat dijadikan sebagai faktor koreksi.

Kegiatan Pemantauan Lingkungan Laut

Pemantauan di sekitar tapak PLTN dilakukan pada 68 stasion (digabungkan dengan data penelitian tahun 2012 dan 2012) yang terdiri dari sampel air dan sedimen. Hasil pemantauan lingkungan mendeteksi radionuklida alam dan radionuklida antropogenik(137Cs, 239/240Pu dan 3H). Radionuklida antropogenik lainnya antara lain seperti 90Sr dan 141Am berada di bawah limit deteksi. Hasil pemantauan lingkungan di sekitar calon tapak PLTN di Pulau Bangka tersaji pada Gambar 2 sampai dengan 9.

(8)

358

Gambar 2. Profil konsentrasi 137Cs di dalam sedimen (Bq.kg-1)

(9)

359

Gambar 4. Profil konsentrasi 40K di dalam sedimen (Bq.kg-1)

Gambar 5. Profil konsentrasi 226Ra di dalam sedimen (Bq.kg-1)

Berdasarkan Gambar 2 sampai dengan 5, konsentrasi radionuklida antropogenik didalam sedimen yang diwakili oleh 137Cs berkisar <LD (dibawah limit deteksi) sampai dengan 2,33 Bq.Kg-1.

Konsentrasi radionuklida antropogenik dalam air yang diwakili oleh 137Cs ditunjukkan pada Tabel 3.

(10)

360

Lokasi Koordinat Konsentrasi (mBq.l-1) Bangka Barat 105° 07.144' BT 02° 00.156' LS 0,51 ± 0.03 Bangka Barat 105° 07.040' BT 01° 57.369' LS 0,06 ± 0.03 Bangka Barat 105° 06.334' BT 02° 00.508' LS 0,49 ± 0.05 Bangka Barat 105° 06.425' BT 02° 02.402' LS 0,57 ± 0.05 Bangka Barat 105° 07.696' BT 02° 05.159' LS 0, 66 ± 0,05 Bangka Selatan 105° 53.800' BT 02° 36.900' LS 0,49 + 0,05

Mengacu pada Tabel 3, kisaran konsentrasi 137Cs diperairan pesisir laut Bangka Barat dan Bangka Selatan berkisar antara 0,49 sampai dengan 0,66 mBq.l-1

Konsentrasi 239/241Pu di alam sangat kecil dimana sumber radioisotop tersebut berasal dari global fall out akibat percobaan nuklir ditahun 1940-1960-an. Untuk mendeteksi 239/240Pu di dalam air diperlukan sampel dalam jumlah yang sangat besar (> 200 liter). Sampel air laut dan sedimen dari berbagai lokasi di Bangka Barat dan Selatan dihomogenasi dan dianalisis. Hasil analisis ditunjukkan pada Tabel 4

Tabel 4. Rerata Konsentrasi 239/240Pu di dalam air laut dan sedimen

Lokasi Konsentrasi

Air (µBq.l-1) Sedimen(Bq.kg-1) Bangka Barat 4,19+0,32 1,45+0,09

Bangka Selatan 3,28+0.29 1,54+0,12

Data dasar (base line data) radionuklida di dalam biota juga dibutuhkan dalam studi tapak PLTN. Biota yang dipilih terdiri dari ikan dan kekerangan yang banyak dikonsumsi oleh penduduk disekitar calon tapak PLTN. Hasil analisis kandungan radionuklida 137Cs dalam biota laut ditunjukkan pada Tabel 5.

(11)

361

Tabel 5. Konsentrasi 137Cs dalam biota laut

Biota 137Cs (mBq.kg-1)

Marine cat fish (Arius thalassinus) 14,15 + 1.51 Baramundi (Lates calcarifer) 62,09 + 7.44 Mackerel (Scomberomorus commerson ) 109,75 + 15.32

Coastal crab (Scylla sp) 4,02 + 0.37 Striped eel catfish (Plotosus lineatus) 36,53 + 4.05 White shrimp (Penaeus merguiensis) 6,16 + 0.59 Yellowtail fusilier (Caesio erythrogaster) 8,95 + 9.30 marine bivalve mollusk (Anadara granosa) 10,65 + 1.12

eel tailed fish (Euristhmus microceps) 4,68 + 0.60

Mengacu pada keseluruhan base data yang telah diperoleh dasar radioekologi kelautan di zona sekitar tapak dan zona regional maka konsentrasi radionuklida antropogenik (137Cs dan 239/240Pu) berasal dari global fall out [11-19]. Data konsentrasi antropogenik lebih diperlukan dalam studi tapak PLTN dibandingkan degan radionuklida alam. Pada saat operasional PLTN atau kejadian kecelakaan nuklir baik di lokasi PLTN maupun di wilayah regional, maka data konsentrasi radionuklida antropogenik seperti 137Cs dan 239/240Pu dapat dijadikan pembanding untuk menilai dampak yang ditimbulkan.

KESIMPULAN

Radionuklida antropogenik sebelum operasional PLTN di Provinsi Bangka Belitung dn pasca kecelakaan di Fukushima yang terdeksi pada sampel sedimen dan air adalah

137

Cs dan 239/240Pu. Pada sampel biota laut hanya terdeteksi 137Cs. Baseline data 137Cs di dua lokasi calon PLTN untuk kopartemen air, sedimen dan bioata masing-masing berkisar 0,49 -0,66 mBq.l-1; <LD - 2,33 Bq.Kg-1; 1,02 - 109,75 mBq.Kg-1. Baseline

(12)

362

masing-masing 3,28 - 4,19 µBq.l-1 dan 1,45 - 1,54 Bq.Kg-1. Baseline data radionuklida tersebut masih merupakan karakter global fall out.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Frani. Z, Petrinec B(2006). Marine Radioecology and Waste Management in The Adriatic, Arh Hig Rada Toksikol 57:347-352

[2]. IAEA (2006). Release of sites from regulatory control on termination of practices :Safety guide. Safety Standards series No. WSN-G-5.1., International Atomic Energy Agency, Vienna

[3]. IAEA (2010). Programmes and systems for source and environmental radiation monitoring. Safety Standards series No. 64. International Atomic Energy Agency, Vienna

[4]. IAEA (2005). Environmental and source monitoring for purposes of radiation protection : safety guide. Safety Standards series No. RS-G 1.8. International Atomic Energy, Vienna

[5]. M. Inoue, H. Kofuji, Y. Hamajima , S. Nagao, K. Yoshida, M. Yamamoto (2012). 134Cs and 137Cs activities in coastal seawater along Northern Sanriku and Tsugaru Strait, northeastern Japan, after Fukushima Dai-ichi Nuclear Power Plant accident, Journal of Environmental Radioactivity 111: 116-119.

[6]. Internationl Atomic Energy Agency (2012). Marine benchmark study on the possible impact of the Fukushima radioactive releases in the Asia-Pacific Region Technical Cooperation (TC) Programme REGIONAL PROJECT DOCUMENT for the IAEA Technical Cooperation Programme 2011–2015, IAEA, Vienna 2011

[7]. F. Piñero García, M.A. Ferro García (2012).Traces of fission products in

southeast Spain after the Fukushima nuclear accident. Journal of Environmental

Radioactivity, doi:10.1016/j.jenvrad.2012.01.011

[8]. S. Gaur (1996). Review Determination of Cs-137 in environmental water by ion-exchange chromatography. Journal of Chromatography A, 733 (1996) 57-71

[9]. IAEA (2011) Individual Evaluation Report for Laboratory No. 219. The IAEA-TEL-2011-03 World-wide open proficiency test, IAEA Vienna

[10]. IAEA (2012) Individual Evaluation Report for Laboratory No. 9. RCA

RAS/7/021 Proficiency Test for Caesium Determination in Sea Water, IAEA , Monaco

[11]. Barsanti, F., Conte, I. D., Iurlaro, G., Battisti, P., Bortoluzzi, S., Lorenzelli, R., Salvi, S.,

Zicari, S., Papucci, C., Delfanti, R(2012). Environmental radioactivity analyses in Italy following the Fukushima Dai-ichi nuclear accident. J. Environ. Rad.

(13)

363

doi:10.1016/j.jenvrad.2011.12.020

[12]. Duran, E.B., Povinec, P.P., Fowler, S.W., Airey, P.L., Hong, G.H.(2004). 137Cs and 239/240Pu Levels in the Asia-Pacific Regional Seas. J. Environ. Rad. 76, 139– 160.

[13]. Figueira, C.L., Tessler, M.G., Mahiques, M.M., Cunha, I.I(2006). Distribution of

137

Cs, 238Pu and 239/ 240Pu in Sediments of the Southeastern Brazilian Shelf–SW Atlantic Margin, J. Sci. Total Environ. 357, 146–159.

[14]. Gasco, C., Anton, M.P., Delfanti, R., Gonzalez, A.M., Meral, J., Papucci, C (2002). Variation of the activity concentrations and fluxes of natural (210Po,

210

Pb) and anthropogenic (239,240Pu, 137Cs) radionuclides in the Strait of Gibraltar (Spain). J. Environ. Rad. 62, 241–262.

[15]. Godoy, J.M., Carvalho, Z.L., Fernandes, F.C., Danelon, O.M., Ferreira, A.C.M., Luiz Alfredo, R(2003). 137Cs in Marine samples from the Brazilian Southeastern coastal region. J. Environ. Rad. 70, 193–198.

[16]. Huh, C-A., Su, C-C., Tu, Y-Y., Shao, K-T., Chen, C-Y., Cheng, I-J (2004). Marine environmental radioactivity near nuclear power plants in Northern Taiwan. J. Mar. Sci. and Tech. 12, 418-423.

[17]. Kim Chang-Kyu., Jong-In Byun., Jeong-Suk Chae., Hee-Yeoul Choi., Seok-Won Choi., Dae-Ji Kim., Yong-Jae Kim., Dong-Myung Lee., Won-Jong Park., Seong A. Yim., Ju-Yong Yun(2012). Radiological impact in Korea following the Fukushima nuclear accident. J. Environ. Rad. 111, 70-82

[18]. Kim Yeongkyoo., Sujin Cho., Hee-Dong Kang., Wan Kim., Heung-Rak Lee., Si-Hong Doh., Kangjoo Kim., Sung-Gyu Yun., Do-Sung Kim., Gi Young

Jeong(2006). Radiocesium reaction with illite and organic matter in marine sediment. Mar. Pollut. Bull. 52, 659–665.

[19]. Yii, M.Y., Zaharudin, A., Norfaizal, M.(2007). Concentration of radiocaesium

137

Cs and 134Cs in sediments of the Malaysian marine environment. J. Applied

(14)

Gambar

Gambar 1. Lokasi tapak PLTN di Bangka Barat dan Selatan  a.   Sebanyak  2  kg  sedimen  pesisir  dan  laut  diambil  dari  zone  disekitar  tapak,
Tabel 1. Pengembangan dan Validasi Metoda
Gambar 2. Profil konsentrasi  137 Cs di dalam sedimen (Bq.kg -1 )
Gambar 4. Profil konsentrasi  40 K di dalam sedimen (Bq.kg -1 )

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kecamatan

Disajikan teks hikayat, melalui pembelajaran discovery learning, peserta didik mampu menyajikan kembali isi hikayat yang telah dibaca/didengar dengan bahasa sendiri

nasabah baik intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarag terhadap nasabah pemohon kredit. 2) Kesepakatan; kesepakatan ini

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan logam berat Pb, Cu dan Zn pada daging siput gonggong (Strombus canarium) dengan ukuran siput berbeda dari

Govore}i o toleranciji u evropskom okru `enju Osmanske dr`ave, treba imati u vidu da je tokom ve}eg perioda vladala vjerska net r pe - lji vost i nemogu}nost su`ivota raz li ~itih

Ada tiga masalah penting yang diungkap dalam penelitian ini, yakni (I) perancangan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan &#34;WW&#34;, (2) pelaksanaan pembelajaran menu lis,

Respons fisiologis, seperti konsentrasi klorofil daun, dapat dipakai sebagai salah satu indikator toleransi tanaman terhadap kekurangan air untuk diterapkan dalam

Dimensi kompetensi supevisi manajerial ini meliputi kemampuan pengawas untuk (1) menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan