• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI IMPROVING LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI IMPROVING LEARNING"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI IMPROVING LEARNING DENGAN METODE DRILL DAN RESITASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI PADA SISWA KELAS X-7

SMA NEGERI 3 SINGARAJA Oleh

I Gusti Lanang Agung Raditya Putra, NIM 0715051025 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha Email : la.raditya27@gmail.com

Abstrak

Penelitian tentang perbaikan kualitas pembelajaran teknologi informasi komunikasi pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 3 Singaraja. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dengan implementasi improving learning melalui metode drill dan resitasi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-7 SMA Negeri 3 Singaraja tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 27 orang siswa. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran teknologi informasi komunikasi. Data mengenai aktivitas dan hasil belajar siswa ini dianalisis secara deskriptif kualitatif sesuai dengan kriteria penilaian masing-masing aspek.

Dengan tindakan yang dilakukan ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa secara klasikal dalam pembelajaran mengalami peningkatan dari kategori cukup menjadi baik. Hasil belajar klasikal mengalami peningkatan dari 29,92 % menjadi 88,89 %, siswa mencapai nilai ≥ 75. Berdasarkan hal tersebut tindakan yang dilakukan pada pembelajaran teknologi informasi komunikasi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan hasil yang memuaskan.

Kata kunci: implementasi improving learning, metode drill dan resitasi, aktivitas dan hasil belajar.

(2)

Abstract

Research on improving the quality of information communication technology learning in class X-7 SMA Negeri 3 Singaraja. This study aims to increase the activity and student learning outcomes.

This research is a classroom action research, with the implementation methods of improving learning through drill and recitation methods. The subjects in this study is the class X-7 SMA Negeri 3 Singaraja academic year 2011/2012 which amounted to 27 students. Object of research in this study is the activity and student learning outcomes in information communication technology learning. Data regarding the activity and student learning outcomes are analyzed according to descriptive qualitative assessment criteria of each aspect.

With the action taken was the result showed that activity in the learning of students in the classical style of the categories have increased enough to be good. The results of classical learning has increased from 29.92% to 88.89%, reaching a value of ≥ 75 students. Based on the action taken on the teaching of information communication technologies can improve the quality of teaching with satisfactory results.

Keywords: improving the implementation of learning, drill and recitation methods, activities and learning outcomes.

(3)

I. Pendahuluan

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, berbagai usaha telah dilakukan oleh pengelola pendidikan salah satunya dengan menyempurnakan proses pendidikan yang nantinya akan menghasilkan pendidikan yang berkualitas.

Guru menjadi kunci pencapaian misi penyempurnaan proses pembelajaran. Guru berada pada titik sentral untuk mengatur, mengarahkan, dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Pemahaman akan pengertian dan pandangan guru terhadap metode mengajar akan mempengaruhi peranan dan aktivitas siswa dalam belajar. Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran TIK dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat aktivitas siswa penguasaan materi serta hasil belajar siswa. Aktivitas siswa yang dibarengi dengan penguasaan materi serta hasil belajar yang baik maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Namun, dalam kenyataannya bahwa hasil belajar TIK yang dicapai siswa di SMA N 3 Singaraja pada kelas X 7, belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75.

Berkaitan dengan berbagai masalah tersebut, di SMA N 3 Singaraja peneliti menemukan keragaman masalah diantaranya: (1) aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah, (2) para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, (3) aktivitas dalam praktik mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga kurang. (4) siswa kelas X-7 SMA N 3 Singaraja, sebagian besar berasal dari lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di pedesaan. SMP yang ada di pedesaan umumnya belum memiliki fasilitas penunjang untuk pelajaran TIK. Oleh karena itu lulusannya belum terampil dalam mengoperasikan komputer. Hal ini salah satu yang menyebabkan aktivitas dan efektifitas belajar mengajar di kelas X-7 masih rendah.

Aktivitas siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan aktivitas

(4)

siswa dalam pembelajaran TIK. Salah satunya dengan menerapkan pendekatan Improving Learning. Hakikat Pendekatan Improving Learning adalah pembelajaran dengan menggunakan penekanan pada proses pembentukan suatu konsep dan memberikan kesempatan luas kepada siswa berperan aktif dalam proses tersebut. Pendekatan ini implementasinya dengan menggunakan metode latihan-latihan berupa praktik secara berulang-ulang. Dengan tindakan tersebut siswa akan aktif dalam meningkatkan keterampilan menggunakan komputer. Tindakan ini biasa disebut dengan metode Drill.

Untuk memperkuat atau mendukung keberhasilan dari metode Drill maka perlu diberikan suatu suplemen tambahan yang diperoleh dari pemberian tanggung jawab dengan mengerjakan tugas, yang kemudian dikenal dengan metode resitasi. Resitasi adalah metode pembelajaran dengan cara pemberian tugas dan harus dipertanggungjawabkan. Salah satu menjadi ciri khas pada metode ini adalah pertanggungjawaban atas tugas yang telah dikerjakan, dengan cara mempresentasikan hasil tugas yang telah dikerjakannya secara praktik maupun lisan. Dengan mempertanggungkawabkan tugas yang dibuat pemahaman terhadap konsep akan lebih mantap.

Puri (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa metode tugas belajar dan resitasi dapat mengefektifkan proses belajar mengajar sehingga aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar meningkat. Sejalan dengan itu penelitian Wiratma dkk. (2001) menyatakan bahwa tindakan resitasi pra-laboratorium dapat meningkatkan kesiapan belajar mahasiswa, meningkatkan pemahaman konsep dasar, peningkatan pemahaman alat sekaligus aktivitas praktikum dan keterampilan melaksanakan praktikum menjadi baik serta mahasiswa lebih mantap dalam penyajian laporan praktikum.

Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) apakah pembelajaran TIK melalui Improving Learning dengan metode Drill dan Resitasi dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas X-7 SMA N 3 Singaraja?, 2) apakah pembelajaran TIK melalui Improving Learning dengan metode Drill dan Resitasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-7 SMA N 3 Singaraja? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa kelas X-7 SMA N 3 Singaraja dalam pembelajaran TIK.

(5)

II. Metodologi Penelitian

Pembelajaran, secara umum memiliki arti yang sangat kompleks. Pembelajaran adalah proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Uzer Usman 1990: 1). Teori belajar Improve memandang anak sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan. guru yang dipandang sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, sebaiknya mengetahui tingkat kesiapan anak untuk menerima pelajaran, termasuk memilih metode yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Metode Drill disebut metode latihan. "Metode Drill dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar yang mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan dan keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari” (Roestiyah N.K, 2001:125). Metode Resitasi (penugasan) adalah penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar (Syaiful Sagala, 2003:219). Metode resitasi mempunyai tiga fase yaitu guru memberikan tugas, siswa mengerjakan tugas dan mempertanggungjawabkan tugas. Metode ini merangsang siswa untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok, dan siswa akan memanfaatkan fasilitas belajar semaksimal mungkin.

Melalui metode Drill dan Resitasi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa diantaranya aktif bertanya, aktif dalam mengerjakan soal-soal latihan, aktif mengerjakan soal di depan kelas maupun aktif mengerjakan soal-soal tugas. Siswa yang aktif dalam pembelajaran TIK akan membuat dirinya lebih kreatif sehingga akan lebih mudah memecahkan masalah TIK, serta memahami tujuan mempelajari TIK.

Melalui metode Drill dan Resitasi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa diantaranya aktif bertanya, aktif dalam mengerjakan soal-soal latihan, aktif mengerjakan soal di depan kelas maupun aktif mengerjakan soal-soal tugas. Siswa yang aktif dalam pembelajaran TIK akan membuat dirinya lebih kreatif sehingga akan lebih mudah memecahkan masalah TIK, serta memahami tujuan mempelajari TIK.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan hipotesis tindakan bahwa dengan penerapan metode improving learning dengan metode drill dan

(6)

resitasi dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar pada pelajaran teknologi informasi dan komunikasi siswa kelas X-7 SMA N 3 Singaraja.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-7 SMA N 3 Singaraja tahun ajaran 2011/2012 dengan pertimbangan bahwa siswa pada sekolah ini memiliki kemampuan yang heterogen. Objek penelitian adalah beberapa hal yang akan diamati sebagai hasil dari sebuah tindakan, dalam penelitian sebagai objek penelitian adalah aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa.

Rancangan pola tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus, dengan tahapan sebagai berikut: (1) rencana tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) evaluasi tindakan, (4) refleksi dan siklus. Bagan alur kegiatan disajikan pada gambar 1.

Hubungan antara data, instrumen penelitian dan waktu pelaksanaan disajikan dalam bentuk tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hubungan antara data dengan instrumen penelitian

DATA INSTRUMEN PELAKSANAAN

Aktivitas belajar Pedoman observasi Dalam proses pembelajaran Hasil belajar Tes hasil belajar Pada setiap akhir pertemuan

dan setelah satu KD

Pada penelitian tindakan kelas ini, analisis data yang dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan analisis interaktif menurut Miles M.B. (1992:20). Data yang dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan analisis interaktif terdiri atas reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk interaktif dengan pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Analisis data aktivitas belajar dengan menggunakan Norma Absolut Skala Lima, yaitu pembagian tingkatan yang terbagi atas lima kategori. Masing-masing tingkatan dinyatakan dengan huruf A,B,C,D dan E. A berarti sangat tinggi, B = tinggi, C = cukup, D = rendah dan E merupakan tingkatan sangat rendah.

Analisis hasil belajar dilakukan dengan menggunakan norma absolut skala seratus, yakni skala yang bergerak antara nol sampai seratus.

(7)

Indikator keberhasilannya adalah apabila terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dan nilai aktivitas belajar siswa adalah baik dan hasil belajar siswa di kelas sebanyak 80% siswa memperoleh nilai ≥ 75.

Gambar 1. Alur kegiatan yang dilakukan III. Pembahasan

Hasil tindakan yang direkam dalam pembelajaran adalah hasil belajar dan aktivitas belajar serta beberapa kejadian yang menonjol di dalam kelas. Hasil belajar pada tindakan siklus I dicari dengan cara memberikan evaluasi pada setiap akhir pembelajaran. Pada siklus I dilakukan tiga kali evaluasi sehingga diperoleh tiga nilai hasil belajar. Analisis hasil belajar siklus I adalah sebagai berikut. Nilai rata-rata kelas pada evaluasi ke 1 yaitu 64,44, kemudian nilai rata-rata kelas pada evaluasi ke 2 adalah 67,78 dan nilai rata-rata kelas pada evaluasi ke 3 adalah 75,05. Nilai rata-rata kelas

Perencanaan rancangan pembelajaran melalui Improving learning, drill, dan resitasi

Evaluasi dan refleksi pembelajaran Tindak lanjut Melaksanakan pembelajaran refleksi refleksi Identifikasi Masalah PBM 1 PBM 2 PBM 3

(8)

dalam 3 kali evaluasi pada siklus I adalah 69,09. Pada latihan ke 3 sebagai akhir siklus I ternyata ada 7 orang siswa yang sudah mencapai nilai ≥ 75 atau sekitar 29,92 %. Perkembangan hasil evaluasi ke 1 sampai ke 3 ternyata menunjukkan hasil yang positif, ada kenaikan yang signifikan. Berdasarkan data tersebut diyakini bahwa latihan yang relatif banyak frekwensinya memberikan efek yang cukup baik dalam belajar komputer. Namun demikian, hasil belajar pada siklus I belum mencapai ketuntasan seperti yang diharapkan. Jika digambarkan dalam bentuk grafik maka tampak sebagai berikut.

29,92% 70,08% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% T U NT A S T ID A K T U NT A S P E R S E NT A S E K E T U NT A S A N K L A S IK A L S IK L U S I

Gambar 2. Grafik persentase ketuntasan klasikal siklus I

Aktivitas belajar siswa pada siklus I, skor rerata secara klasikal adalah 17,04. Untuk memberi makna skor 17,04 selanjutnya dilakukan perhitungan sebagai berikut.

1) Mencari Skor Maksimal Ideal (SMI) dari hasil observasi. SMI dicari dengan jalan menghitung jumlah item yang diberikan dikalikan bobot tertinggi dari masing masing item. Jumlah itemnya adalah 6 dan bobot tertinggi adalah 5, jadi skor maksimal ideal adalah 6 x 5 = 30. Skor minimal adalah dengan menghitung jumlah item dikalikan bobot penilaian terendah dari masing-masing item. Jumlah itemnya adalah 6 dan bobot terendah adalah 1, jadi skor minimal idealnya (S Min) adalah 6.

2) Mencari angka rata-rata ideal (Mi) untuk lembar observasi tersebut dengan rumus,

(9)

= 15

3) Mencari Standar Deviasi Ideal (SDI) untuk lembar observasi tersebut dengan rumus,

= 5

4) Membuat pedoman konversi dengan ketentuan seperti tabel berikut, Tabel 2. Pedoman Konversi Skor Aktivitas Belajar

RENTANG DATA RENTANGAN KATEGORI

Mi + 1,5 SDI ≤ x ≤ Mi 22,50 ≤ x ≤ 30 A (sangat baik) Mi + 0,5 SDI ≤ x < Mi + 1,5 SDI 17,50 x < 22,50 B (baik)

Mi - 0,5 SDI ≤ x < Mi + 0,5 SDI 12,50 ≤ x < 17,50 C (cukup) Mi - 1,5 SDI ≤ x < Mi - 0,5 SDI 7,50 ≤ x < 12,50 D (kurang) S Min ≤ x < Mi - 1,5 SDI 6,00 ≤ x < 7,50 E (sangat

kurang) (Nurkancana & Sumartana, 1981: 79, Thoha, 1990: 100-101).

Pada siklus I skor aktivitas klasikal adalah 17,04, dan apabila dikomparasikan dengan kategori hasil perhitungan di atas maka berada pada kategori C (cukup). Aktivitas dalam katagori cukup disebabkan oleh karena siswa belum terbiasa dengan latihan-latihan yang intensif dan belum memahami manfaat dari penghafalan kode-kode perintah dalam belajar komputer. Berdasarkan kajian tersebut selanjutnya dilakukan tindakan pada siklus II, dengan bimbingan dan penjelasan yang lebih intensif, agar muncul semangat dan motivasi untuk berlatih lebih serius dan memiliki pemahaman terhadap manfaat latihan dalam belajar mengoperasikan komputer.

Analisis hasil belajar siklus II adalah sebagai berikut. Nilai rata-rata kelas pada evaluasi ke 1 yaitu 81,85, dan nilai rata-rata kelas pada evaluasi ke 2 adalah 85,00. Nilai rata-rata kelas dalam 2 kali evaluasi pada siklus II adalah 83,42. Pada evaluasi ke 2 sebagai akhir siklus II ternyata 88,89 % siswa sudah mencapai nilai ≥ 75. Perkembangan hasil evaluasi ke 1 dan 2 ternyata relatif stabil. Berdasarkan hasil

(10)

tindakan siklus II jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan ternyata tindakan yang dilakukan sudah berhasil. Jika digambarkan dalam bentuk grafik maka tampak sebagai berikut. 88,89% 11,11% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% T U NT A S T ID A K T U NT A S P E R S E NT A S E K E T U NT A S A N K L A S IK A L S IK L U S II

Gambar 3. Grafik persentase ketuntasan klasikal siklus II

Tindakan siklus II dengan memberikan bimbingan dan motivasi yang intensif ternyata memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan harapan peneliti. Jadi, dengan membiasakan latihan dan ditambah lagi dengan motivasi yang bangkit dari dalam diri siswa, sehingga siswa menjadi lebih serius dan fokus terhadap sesuatu yang dipelajari.

Aktivitas belajar siswa pada siklus II skor rerata secara klasikal adalah 22,33. Apabila dibandingkan dengan kategori hasil perhitungan di atas maka berada pada kategori B (baik), karena berada diantara 17,5 – 22,50. Kategori baik yang mendekati sangat baik memberikan makna bahwa tindakan siklus II memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan harapan. Perbandingan aktivitas belajar siswa antara siklus I dengan siklus II, jika digambarkan dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut.

(11)

0 5 10 15 20 25 30 SIKLUS I SIKLUS II 17,04 22,33

PERBANDINGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

DUA SIKLUS

Gambar 4. Grafik perbandingan aktivitas belajar siswa

Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II jika dibuat dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut.

22,92% 88,98% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% SIKLUS I SIKLUS II

PENINGKATAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR

SISWA DUA SIKLUS

Gambar 5. Grafik peningkatan hasil belajar siswa

Peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II jika dibuat dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut.

(12)

17,04 22,33 0 5 10 15 20 25 30 SIKLUS I SIKLUS II

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DUA

SIKLUS

Gambar 6. Grafik peningkatan aktivitas belajar siswa

Aktivitas siswa pada siklus I ternyata berada dalam kategori cukup, dan hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan yang diharapkan. Interpretasi dari keadaan itu dijelaskan sebagai berikut.

Jika kembali dilihat pada pertemuan awal sebagian besar siswa sangat pasif, belum fokus dan kurang serius ketika menghadapi pelajaran. Cara belajar siswa yang relatif santai itu disebabkan karena motivasi belajar siswa masih rendah untuk mempelajari materi tersebut. Motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif. Keadaan kejiwaan inilah yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Dimyati, 1994: 75).

Ada beberapa kemungkinan rendahnya motivasi belajar siswa diantaranya belum tahu manfaat dari sesuatu yang dipelajari, belum paham kebutuhan, belum mengetahui tujuan memahami dan terampil tentang sesuatu, dan rendahnya dorongan dari dalam diri siswa. Jika hal ini dibedah dari teori hambatan-hambatan belajar dimana hambatan belajar digolongkan menjadi dua yaitu endogeen dan exogeen. Endogeen ialah hambatan yang dapat timbul dari diri anak sendiri, dan dapat bersifat biologis dan psikologis. (Roestiyah, 1982: 165).

Berdasarkan beberapa kajian tersebut di atas dengan mengkomparasi antara kemungkinan rendahnya motivasi dengan hambatan belajar, peneliti memfokuskan pada

(13)

sisi hambatan psikologis yaitu perhatian dan minat siswa. Hal ini yang melandasi tindakan pada siklus II, yakni penerapan metode drill dan resitasi yang disertai dengan bimbingan intensif dan penjelasan terhadap manfaat dan tujuan pemahaman terhadap konsep-konsep yang dipelajari.

Hasil dari tindakan siklus II ternyata memberikan hasil yang memuaskan, baik dari sisi aktivitas belajar dan hasil belajar. Komparasi antara indikator keberhasilan dengan hasil belajar dari tindakan siklus II ternyata memberikan hasil yang baik.

Keberhasilan tindakan dengan metode drill dan resitasi disertai dengan bimbingan yang intensif, dengan cara memberikan penjelasan terhadap manfaat dan tujuan pemahaman konsep yang dipelajari sesuai dengan prinsip-prinsip belajar salah satunya yaitu repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian itu mendalam pada anak (Roestiyah, 1982). Hal yang sejalan juga dikemukakan dalam Dimyati (1994) yaitu beberapa prinsip belajar yang dapat dipakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan: perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikkan dan penguatan dan perbedaan individual. Berdasarkan prinsip-prinsip belajar yang disebutkan di atas, prinsip repetisi atau pengulangan sangat sejalan dengan metode drill, prinsip tantangan sejalan dengan resitasi. Bimbingan yang intensif ditambah dengan penjelasan tentang manfaat dan tujuan sejalan dengan prinsip motivasi dalam belajar.

Teori belajar yang menekankan pada prinsip pengulangan adalah teori Psikologi Daya, menyatakan belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya: mengamat, menanggapi, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Keseluruhan dari tindakan pembelajaran drill dan resitasi dengan penjelasan tentang manfaat menjadikan pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.

Belajar bermakana menurut Ausubel ada dua dimensi belajar, yaitu dimensi belajar penerimaan/penemuan dan dimensi belajar bermakna/hafalan, yang merupakan suatu kontinum, dan bukan suatu dikotomi. Belajar bermakna akan terjadi apabila informasi baru dapat dikaitkan pada subsumer yang ada dalam struktur kognitif. Sedangkan belajar hafalan terjadi bila informasi baru tidak dapat dikaitkan pada

(14)

konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif, karena konsep-konsep-konsep-konsep ini tidak mirip dengan informasi baru tersebut. Faktor yang berpengaruh terjadinya belajar bermakna yaitu, struktur kognitif yang ada, serta kesiapan dan niat anak untuk belajar bermakna dan kebermaknaan materi pelajaran secara potensial (Dahar, 1989: 19-21).

IV. Penutup

Mencermati penerapan pembelajaran dengan metode drill dan resitasi yang dibarengi dengan bimbingan yang intensif dengan penjelasan terhadap manfaat konsep ternyata dapat meningkatkan aktivitas belajar dan memberikan hasil belajar yang baik. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan membangkitkan perhatian dan rasa ingin tahu siswa terhadap hal yang dipelajari. Hal ini muncul setelah siswa memahami manfaat dan tujuan dari pemahaman konsep yang dipelajari. Jadi, pembelajaran dengan metode drill dan resitasi untuk pembelajaran TIK menjadikan pembelajaran bermakna. Sehubungan dengan itu maka dalam pembelajaran disarankan untuk menjelaskan manfaat dari konsep-konsep yang dipelajari.

(15)

Daftar Pustaka

Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio. Bandung : PT. Genesindo.

Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi keempat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Dikti. Departemen pendidikan dan Kebudayaan

Miles, M.B, Huberman, A.M. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI-Press. Nurkencana, Sumartana. 1981. Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Puri Ni Made. 1997. Penggunaan Metode Tugas Belajar dan Resitasi dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas II Jurusan Boga SMKN 3 Denpasar dalam Pembelajaran Aditif Makanan di Cawu-2 Tahun Ajaran 1996/1997. Tugas Akhir. Jurusan Pendidikan Kimia, STKIP Singaraja.

Roestiyah, N.K. 1982. Masalah Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta : PT. Bina Aksara Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Thoha M, Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Uzer Usman, Moh. 1990. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Wikipedia. 2011. “Teknologi Informasi Komunikasi.”

http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_Informasi_Komunikasi (diakses sabtu, 27 Agustus 2011).

Wiratma, I G.L. dkk. 2001. Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa dalam Praktikum Kimia Analitik dengan Model Belajar Resitasi Pra-Laboratorium Pada Mahasiswa Program Studi Kimia STKIP Singaraja. Laporan Penelitian. IKIP Negeri Singaraja.

Gambar

Gambar 1. Alur kegiatan yang dilakukan
Gambar 2. Grafik persentase ketuntasan klasikal siklus I
Gambar 3. Grafik persentase ketuntasan klasikal siklus II
Gambar 5. Grafik peningkatan hasil belajar siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Inquiry maka civic disposition dapat tertanam dengan baik dalam diri setiap siswa, seperti siswa menjadi lebih peka terhadap isu-isu sosial atau masalah-masalah

selaku Kepala Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar telah membimbing

Penelitian ini hanya dilakukan untuk melihat pengaruh pendapatan asli daerah dan belanja modal terhadap kinerja keuangan yang terjadi di dalam pemerintah daerah yaitu

c. PIHAK KEDUA berkewajiban melaporkan penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah secara periodik kepada PIHAK PERTAMA;.. PIHAK KEDUA berkewajiban menyetorkan ke Kas Negara sisa

[r]

Pada siklus II dilaksanakan upaya perbaikan dari kendala pada siklus I, perbaikan yang paling mencolok adalah pada penggantian media pembelajaran yang lebih konkret

Akan tetapi, tidak perlu bingung dan berkecil hati, karena yang perlu dilakukan adalah cermat dalam mengatur porsinya, mengurangi frekuensinya, serta mengganti sebagian besar

Pada Siklus I dijelaskan tentang kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan penelitian dan observasi, kegiatan refleksi. Pada siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan,