• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA SEL SURYA PEROVSKITE YANG DIBUAT DENGAN METODE ONE-STEP SPIN COATING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KINERJA SEL SURYA PEROVSKITE YANG DIBUAT DENGAN METODE ONE-STEP SPIN COATING"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Sabtu, 19 November 2016

Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor

KINERJA SEL SURYA PEROVSKITE YANG DIBUAT DENGAN

METODE ONE-STEP SPIN COATING

FARIDATUN NIDA, EFA LATIFFAH DAN AYI BAHTIAR*

Prodi Fisika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor 45363

Abstrak. Sel surya perovskite berbasis metil-amonium timbal halida (CH3NH3PbI3)

telah menghasilkan efisiensi konversi daya di atas 20% dan diharapkan akan mampu menggantikan sel-surya silikon. Efisiensi yang tinggi dihasilkan melalui kontrol kualitas film perovskite yaitu derajat kristalinitas yang tinggi dan memiliki ukuran bulir yang besar (di atas 500 nm). Efisiensi konversi meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran bulir perovskite. Berbagai metode telah dilakukan untuk menghasilkan ukuran bulir yang besar seperti metode deposisi, lingkungan sekitar, komposisi prekursor dan penggunaan pelarut/zat aditif pada saat preparasi larutan dan pembuatan film tipis sel surya perovskite. Salah satu metode yang umum digunakan untuk membuat sel surya perovskite adalah spin-coating. Pelarut dimetil-formamid (DMF) umumnya digunakan dalam membuat larutan perovskite. Namun titik didih tinggi DMF (153°C) menyebabkan proses kristalisasi yang lambat, sehingga menghasilkan “pin-hole” dan tidak terkonversinya PbI2 seluruhnya menjadi perovskite,

yang diyakini menjadi salah satu faktor dalam rendahnya efisiensi sel-surya. Dalam makalah ini, akan disajikan kinerja sel-surya yang dibuat dengan metode one-step spin-coating dimana pelarut klorobenzen diteteskan pada saat pembuatan film perovskite. Struktur sel-surya yang dibuat adalah gelas/ITO/TiO2/perovskite CH3NH3PbI3

/Spiro-OMeTAD/Au. Divais sel surya yang dibuat memiliki efisiensi konversi 1,05 %.

Kata kunci : Perovskite, ukuran bulir, one-step spin-coating, klorobenzen, efisiensi konversi

1. Pendahuluan

Saat ini, sel-surya berbahan aktif material campuran bahan

halida-organik/anorganik dengan struktur perovskite telah banyak menarik perhatian

banyak peneliti, karena mampu menghasilkan efisiensi di atas 15% [1-4]. Khususnya bahan perovskite CH3NH3PbI3 (metil-amonium timbal halida) telah menghasilkan efisiensi lebih dari 20% yang merupakan batas psikologis untuk produksi masal dan komersialisasi [5-11]. Saat ini, efisiensi tertinggi sel-surya perovskite adalah 22,1% [12].

Salah satu keuntungan menggunakan bahan perovskite sebagai penyerap cahaya

adalah kemudahan dalam mengatur sifat elektronik dengan memodifikasi

komposisi senyawa. Sel surya berbasis perovskite halida organologam terdiri dari

lapisan absorpsi cahaya dan lapisan hole transport material (HTM) yang secara

(2)

organik/anorganik [13]. Perovskite sendiri berfungsi sebagai lapisan aktif yang mengabsorpsi cahaya matahari. Selain itu terdapat juga lapisan ETM (electron

transport material) sebagai akseptor elektron, biasanya menggunakan oksida

seperti zink oksida (ZnO) atau titanium oksida (TiO2). Lapisan HTM yang

berfungsi sebagai akseptor hole biasanya digunakan spiro-OMeTAD. Sedangkan

substrat konduktif transparan yang umum digunakan adalah indium tin oxide

(ITO) atau fluorine-doped tin oxide (FTO).

Metode spin-coating, umumnya digunakan dalam pembuatan semua lapisan

dalam sel-surya perovskite, mulai pelapisan ETM, perovskite, HTM. Sedangkan lapisan elektroda emas atau perak digunakan metode evaporasi. Kontrol morfologi

lapisan perovskite sangat krusial untuk menghasilkan film yang homogen, ukuran

bulir (grain size) yang besar dan bebas “pinhole” sehingga menghasilkan sel-surya dengan efisiensi yang tinggi. Umumnya lapisan perovskite CH3NH3PbI3 dibuat dalam dua tahap, yaitu melalui pelapisan PbI2 terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan pelapisan metil-amonium iodida (MAI) atau disebut dengan

two-step spin-coating method [1,2]. Namun dalam metode tersebut, terlalu banyak

parameter yang harus dikontrol, seperti temperatur proses spin-coating, kecepatan

putaran dan waktu spin-coating lapisan MAI. Dalam makalah ini, pembuatan

lapisan perovskite CH3NH3PbI3 dilakukan dalam one-step spin-coating method

dimana larutan PbI2 dan larutan MAI dicampurkan dalam satu larutan dan

kemudian dilakukan spin-coating. Tetesan klorobenzen diberikan ketika proses

spin-coating lapisan perovskite dilakukan untuk membantu proses kristalisasi

perovskite, sehingga dihasilkan lapisan perovskite yang homogen, bebas pinhole

dan ukuran bulir yang besar. Metode one-step spin-coating dalam pembuatan

lapisan perovskite lebih sederhana, karena parameter yang harus dikontrol lebih

sedikit dibandingkan dengan two-step spin-coating method.

2. Metode Penelitian

Bahan yang digunakan untuk pembuatan lapisan perovskite (CH3NH3PbI3) adalah

PbI2 (LT-S9147), metyl-ammonium iodine (CH3NH3I) (LT-S9126), dimetyl

formamide (DMF) (Sigma-Aldrich, anhydrous 99,8%), DMSO, chlorobenzene

(S6841791421, Merck KGaA), Spiro-OMeTAD (Lumtech Inc.) dan kawat Au.

Persiapan Substrat. Substrat yang digunakan adalah substrat kaca yang telah dilapisi ITO (Indium Tin Oxide). Substrat dibersihkan menggunakan ultrasonic

bath dengan perulangan empat kali dengan masing-masih tahapan dimasukkan

dalam cairan deterjen, akuades, aseton dan terakhir 2-propanol. Kemudian

substrat dimasukkan kedalam spinner untuk dikeringkan, dan tahapan terakhir

(3)

(a )

Gambar 1. (a) proses stirring larutan TiO2 (b) film TiO2

Pembuatan Film TiO2. TiO2 sebanyak 172 𝜇L dalam 1 mL ethanol di-stirring pada temperatur ruang selama 45 menit, seperti terlihat pada Gambar 1(a). Kemudian larutan difiltrasi dengan menggunakan mebran. Film TiO2 dideposisi

menggunakan metode spin coating dengan kecepatan 700 rpm selama 2 s,

dilanjutkan dengan kecepatan 2000 rpm selama 60 s. Setelah proses spin coating,

film di-annealing pada temperatur 125oC selama 5 menit (Gambar 1(b)).

Pembuatan Lapisan MAPbI3. CH3NH3I sebanyak 159 mg dan PbI2 sebanyak

462 mg dilarutkan menggunakan 71 𝜇L DMSO ditambah 632 𝜇L DMF

(dimetil-formamid) kemudian distirring selama 1 jam pada temperatur ruang. Setelah

terbentuk larutan yang homogen, kemudian larutan difiltrasi menggunakan

membran. Proses pembuatan lapisan MAPbI3 (perovskite) dilakukan

menggunakan metode spin coating dengan kecepatan 700 rpm (2s) dan 2000 rpm

(40s) setelah 15s kemudian didrip dengan klorobenzen. Film perovskite kemudian

di-annealing pada temperatur 100oC selama 20 menit

Pembuatan Film Spiro-OMeTAD. Larutan Spiro-OMeTAD dalam klorobenzen sebanyak 250 𝜇L di-spin coating diatas lapisan perovskite dengan kecepatan

1500 rpm (2s) dan 4000 rpm (30s). Kemudian film di-annealing pada temperatur

100oC selama 20 menit.

Pembuatan Lapisan Au. Pembuatan lapisan Au menggunakan metode vapor

deposition. Lapisan aktif perovskite yang sudah dibuat diletakkan pada sample

holder yang kemudian dilakukan pelapisan Au sebagai elektroda sel surya dengan

pola evaporasi tegak lurus terhadap pola ITO menggunakan vacuum evaporator,

seperti diperlihatkan pada Gambar 2. Struktur sel surya yang dibuat adalah

Glass/ITO/TiO2/MAPbI3/Spiro-OMeTAD/Au.

(b )

(4)

Pengukuran Kurva I-V. Karakteristik sel-surya perovskite dilakukan dengan mengukur kurva I-V menggunakan solar simulator AM 1,5. Sebelum dilakukan

pengukuran, sampel sel surya diletakkan pada PCB (Printed circuit board)

sebagai holder yang dapat mempermudah pengukuran serta dipasangkan kawat

tembaga sebagai probe anoda dan katoda. Sebagai referensi digunakan sel-surya

silikon yang telah diketahui parameter arus yang dihasilkannya untuk mengatur intensitas cahaya solar simulator. Pengukuran dilakukan dengan dua parameter keadaan, yaitu keadaan tanpa disinari (keadaan gelap) dan keadaan disinari (keadaan terang).

3. Hasil dan Pembahasan

Kurva I-V sel-surya perovskite untuk dua-buah sel baik dalam keadaan disinari maupun keadaan gelap diperlihatkan pada Gambar 3. Kurva I-V yang diperoleh pada keadaan gelap menunjukkan kurva yang sama dengan kurva karakteristik dioda. Hal ini berarti bahwa sambungan p-i-n (p-i-n junction) pada sel surya

perovskite yang dibuat telah terbentuk dengan lapisan TiO2 sebagai lapisan tipe-n,

lapisan perovskite sebagai lapisan intrinsik dan lapisan Spiro-OMeTAD sebagai lapisan tipe-p.

Gambar 3. Kurva I-V sel-surya dalam keadaan disinari dan keadaan gelap.

Kurva pada keadaan terang berbeda bentuknya dengan kurva keadaan gelap dan membentuk kurva histeresis sifat optoelektrik perovskite. Hal ini berarti bahwa terjadi aliran muatan dari lapisan perovskite ke elektroda ketika sel surya disinari. Hasil pengukuran menghasilkan tegangan terbuka (VOC) 0,76 Volt, rapat arus hubung singkat (JSC) 3,78 mA/cm2, faktor pengisi (fill factor, FF) 0,36 dan efisiensi konversi (PCE) 1,05%.

-5,0 -4,0 -3,0 -2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 -0,2 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2

J

(mA

c

m

-2

)

V

(Volt)

disinari

gelap

(5)

Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai efisiensi yang telah dicapai oleh kelompok lain. Hal ini karena banyak faktor yang sangat menentukan dan yang paling krusial adalah pembuatan lapisan TiO2 yang masih belum rata dan homogen, sehingga mengakibatkan hubung-singkat antara katoda dan anoda yang diindikasikan dengan rendahnya nilai FF atau akibat tahanan seri Rs yang besar. Rapat arus juga masih sangat kecil, yang kemungkinan diakibatkan belum optimalnya lapisan perovskite yang dibuat atau masih terlalu tipis. Oleh karena itu masih diperlukan optimasi dalam pembuatan lapisan perovskite dengan metode

one-step spin-coating ini.

4. Kesimpulan

Telah dilakukan pembuatan sel surya perovskite dengan struktur

gelas/ITO/TiO2/perovskite CH3NH3PbI3/Spiro-OMeTAD/Au, dimana lapisan

perovskite dibuat dengan metode one-step spin coating dan menggunakan pelarut

klorobenzen selama proses spin-coating. Hasil pengukuran I-V menghasilkan

tegangan terbuka (VOC) 0,76 Volt, rapat arus hubung singkat (JSC) 3,78 mA/cm2,

faktor pengisi (fill factor, FF) 0,36 dan efisiensi konversi (PCE) 1,05%.

Ucapan terima kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Furukawa, Waseda University Japan yang telah memberikan fasilitas dalam pembuatan dan pengukuran I-V sel-surya perovskite.

Daftar Pustaka

1. J. Burschka, N. Pellet, S. J. Moon, R. H. Baker, P. Gao, M. K. Nazeeruddin and M. Grätzel,

Sequential deposition as a route to high-performance perovskite-sensitized solar cells, Nature. 499 (2013), 316-319.

2. N. J. Jeon, J. H. Noh, Y. C. Kim, W. S. Yang, S. Ryu and S. I. Seok, Solvent engineering for high-performance inorganic-organic hybrid perovskite solar cells, Nature Materials 13 (2014), 1-7.

3. H. Zhou, Q. Chen, G. Li, S. Luo, T.-b. Song, H. S. Duan, Z. Hong, J. You, Y. Liu and Y. Yang,

Interface engineering of highly efficient perovskite solar cells, Science345 (2014), 542-546. 4. W. Nie, H. Tsai, R. Asadpour, J.-C. Blancon, A. J. Neukirch, G. Gupta, J. J. Crochet, M.

Chhowalla, S. Tretiak, M. A. Alam, H.-L. Wang and A. D. Mohite, High-efficiency solution-processed perovskite solar cells with millimeter-scale grains, Science 347 (2015), 522-525. 5. W. S. Yang, J. H. Noh, N. J. Jeon, Y. C. Kim, S. Ryu, J. Seo and S. I. Seok, High-performance

photovoltaic perovskite layers fabricated through intramolecular exchange, Science 348 (2015), 1234-1237.

6. D. Bi, W. Tress, M. I. Dar, P. Gao, J. Luo, C. Renevier, K. Schenk, A. Abate, F. Giordano, J.-P. Correa-Baena, J.-D. Decoppet, S. M. Zakeeruddin, M. K. Nazeeruddin, M. Grätzel and A. Hagfeldt, Efficient luminescent solar cells based on tailored mixed-cation perovskites, Science Advances 2 (2016), e1501170.

7. M. Saliba, S. Orlandi, T. Matsui, S. Aghazada, M. Cavazzini, J.-P. Correa-Baena, P. Gao, R. Scopelliti, E. Mosconi, K.-H. Dahmen, F. De Angelis, A. Abate, A. Hagfeldt, G. Pozzi, M. Graetzel and M. K. Nazeeruddin, A molecularly engineered hole-transporting material for efficient perovskite solar cells, Nature Energy 1 (2016), 15017-15024.

(6)

Kim and N.-G. Park, Self-formed grain boundary healing layer for highly efficient CH3NH3PbI3 perovskite solar cells, Nature Energy 1 (2016), 16081-16089.

9. X. Li, D. Bi, C. Yi, J.-D. Decoppet, J. Luo, S. M. Zakeeruddin, A. Hagfeldt and M. Graetzel, A vacuum flash-assisted solution process for high-efficiency large area perovskite solar cells, Science 353 (2016), 58-62.

10.D. Bi, C. Yi, J. Luo, J.-D. Decoppet, F. Zhang, S. M. Zakeeruddin, X. Li, A. Hagfeld and M. Graetzel, Polymer-templated nucleation and crystal growth of perovskite films for solar cells with efficiency greater than 21%, Nature Energy 1 (2016), 16142-16147.

11.E.H. Anaraki, A. Kermanpur, L. Steier, K. Domanski, T. Matsui, W. Tress, M. Saliba, A. Abate, M. Graetzel, A. Hagfeldt and J.-P. Correa-Baena, Highly efficient and stable planar perovskite solar cells by solution-processed tin oxide, Energy & Environmental Science 9 (2016), 3128-3134.

12.http://www.nrel.gov/ncpv/images/efficiency_chart.jpg (diakses September 2016).

13.P. P. Boix, K. Nonomura, N. Mathews and S. G. Mhaisalkar. Current progress and future perspective perovskite organic-inorganic solar cells, Materials Today 17 (2014), 16-23.

Gambar

Gambar 1. (a) proses stirring larutan TiO 2  (b) film TiO 2
Gambar 3. Kurva I-V sel-surya dalam keadaan disinari dan keadaan gelap.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi kadar NPK pada limbah cair sampah organik kering dan basah tidak memenuhi syarat sebagai pupuk cair organik dikarenakan air limbah yang dihasilkan dari proses

1) Guru memberi tahu kepada siswa bahwa materi yang akan dipelajari pada hari ini berkaitan atau bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. 2) Guru menyampaikan

Hal ini menunjukkan ditolak artinya pencapaian kemampuan pemahaman konseptual matematis kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran

tanggal 1 Juli 2009 tentang Penetapan Pemenang Lelang Pekerjaan Pembangunan Pagar SMAN 1, maka bersama ini diumumkan bahwa Pemenang Lelang Pekerjaan Pembangunan Pagar SMAN 1

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan Bentuk-bentuk kearifan lokal yang terdapat dalam budaya Tenguyun, relevansi nilai-nilai kearifan lokal dalam budaya Tenguyun

Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir kehamilan. Koitus tidak dibenarkan bila terdapat perdarahan pervaginam, riwayat abortus

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tiga persoalan: pertama, DKPP menangani lingkup tugas yang tidak menjadi yurisdiksinya (melanggar Kode Etik Penyelenggara Pemilu);

Kemandirian belajar Rendah Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 16 siswa yang termasuk dalam kategori kemandirian belajar rendah dengan