• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. iklim organisasi dan merupakan elemen penting dalam mengatur hubungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. iklim organisasi dan merupakan elemen penting dalam mengatur hubungan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepuasan Kerja Guru 1. Definisi Kepuasan Kerja

Menurut Kumar (2007) kepuasan kerja adalah komponen integral dari iklim organisasi dan merupakan elemen penting dalam mengatur hubungan karyawan. Kepuasan kerja juga merupakan keadaan emosi positif yang terjadi ketika pekerjaan seseorang telah memenuhi nilai penting pekerjaan yang sesuai dengan nilai yang telah ditentukan dengan apa yang diinginkan. Ia juga menambahkan bahwa kepuasan kerja merupakan reaksi emosi individu terhadap pekerjaannya yang merupakan sikap seseorang terhadap pekerjaannya.

Menurut Dariyo (2008) kepuasan kerja adalah sikap atau perasaan seseorang terhadap suatu pekerjaan. Ini berarti kepuasan kerja seseorang tergantung bagaimana penilaian (persepsi) individu yang bersangkutan terhadap pekerjaan itu sendiri, apakah membuat dirinya merasa puas atau tidak (Dariyo, 2008).

Dari beberapa pengertian kepuasan kerja di atas, maka pengertian kepuasan kerja dalam penelitian ini adalah sikap atau perasaan seseorang terhadap suatu pekerjaan yang terjadi ketika seseorang telah memenuhi nilai penting pekerjaan sesuai dengan apa yang ia inginkan.

(2)

2. Definisi Kepuasan Kerja Guru

Menurut Kumar (2007) kepuasan kerja guru merupakan gejala kompleks yang memiliki berbagai faktor yang berhubungan yaitu personal, sosial, budaya dan ekonomi. Kepuasan kerja guru merupakan hasil dari berbagai sikap seseorang terhadap pekerjaannya terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaannya dan terhadap kehidupan kerja pada umumnya (Kumar,2007).

Kepuasan kerja didasari pada berbagai sikap dari karyawan, faktor yang berhubungan dengan pekerjaannya, supervisi (pengawasan), yakin terhadap pekerjaan, kondisi pekerjaan, kesempatan untuk naik jabatan, penghargaan, evaluasi kerja, hubungan sosial dalam kerja, perlakuan dari atasan, lingkungan kerja dan faktor lain yang berhubungan dengan pekerjaan (Kumar,2007).

Menurut Lester (dalam Hughes, 2006) kepuasan kerja guru didefenisikan sebagai lingkup dari persepsi karyawan dan nilai dari karakteristik lingkungan pekerjaan seperti kompensasi, otonomi, rekan kerja, dan produktivitas. Lester juga menambahkan kepuasan kerja guru sebagai sejauhmana penerimaan dan nilai-nilai yang dirasakan oleh guru terhadap banyaknya faktor seperti evaluasi, hubungan rekan kerja, tanggungjawab, dan penghargaan (dalam Hughes, 2006).

Howell dan Diphoye (1986) memandang kepuasan kerja sebagai hasil kepuasan kerja dari hasil keseluruhan derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya misalnya kondisi fisik lingkungan kerjanya. Kepuasan kerja guru ditunjukkan oleh sikapnya dalam bekerja/mengajar. Jika guru puas akan keadaan yang mempengaruhi pekerjaanya,

(3)

maka ia akan bekerja dengan baik atau mengajar dengan baik. Sebaliknya, jika guru kurang puas maka ia akan mengajar sesuai kehendaknya (Suwar, 2008).

Dari beberapa penjelasan diatas, maka pengertian kepuasan kerja guru dalam penelitian ini adalah hasil dari berbagai sikap seorang guru terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan yang merupakan hasil penilaian yang bersifat subjektif terhadap aspek-aspek pekerjaan itu sendiri, seperti evaluasi, rekan kerja, kondisi lingkungan kerja, tanggungjawab, dan penghargaan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja Guru

Menurut Afsar Khan dalam Ramatulasamma (2007), faktor dari kepuasan kerja karyawan terdiri dari empat faktor yaitu sebagai berikut:

a. Karakteristik Kerja (job characteristics)

Herzberg dalam teori dua faktor, mengidentifikasikan faktor kepuasan kerja yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Faktor ini mencakup: 1). Keinginan dan tertarik pada pekerjaan, 2). Menilai pekerjaan lebih bermakna, 3). Ikut dalam memecahkan masalah dalam pekerjaan, 4). Mengontrol atau adanya kebebasan dalam bekerja.

b. Karakteristik Individu (individual characteristics)

Faktor ini merupakan variable demografi. Hal ini seperti karakteristik personal yang lebih penting dari kehidupan, yaitu 1). Tingkat pekerjaan, 2). Usia, 3). Pendidikan, 4). Jenis kelamin.

(4)

c. Karakteristik Organisasi (organizational characteristics)

Karakteristik dari kepuasan kerja dihubungkan dengan variabel struktur organisasi, diantaranya: 1) Infrastruktur dari organisasi, 2) Pelayanan yang baik, 3) Adanya fasilitas rekreasi, 4) Penempatan dan promosi.

d. Karakteristik situasi kerja ( work situational characteristics)

Karakteristik ini mempengaruhi kepuasan kerja pada karyawan. Karakteristik penting dari situasi kerja diantaranya : 1) Ukuran keselamatan, 2) Hubungan interpersonal, 3) Berhubungan dengan manajemen, 4) Lingkungan kerja, 5) Pekerjaan dasar, 6) Motivasi.

Selain beberapa faktor tersebut, faktor lain yang berhubungan dengan kepuasan kerja adalah teori dua faktor yang di kemukakan oleh Herzberg. Teori ini menekankan 2 faktor penting dalam menentukan motivasi seseorang yaitu faktor intrinsik atau motivator dan faktor ekstrinsik atau hygien (Munandar, 2001), yaitu sebagai berikut :

a. Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik ini disebut juga dengan faktor motivator atau penyebab kepuasan (satisfiers). Faktor ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi langsung kepuasan kerja karyawan. Karena ketika mereka merasa senang mereka mengaitkannya dengan diri mereka sendiri. Faktor ini tidak akan membawa ketidakpuasan kerja bagi karyawan, tetapi akan memberikan motivasi yang kuat hingga meningkatkan kinerja karyawan. Dimana yang termasuk pada faktor motivator/intrinsik, yaitu 1) Prestasi yang diraih (achievement), 2) penghargaan

(5)

(advancement), 5) pekerjaan itu sendiri (the work it self), 6) kemungkinan pengembangan karir (the possibility of growth).

b. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik ini disebut juga dengan faktor hygien atau penyebab ketidakpuasan (dissatisfiers). Faktor ini merupakan faktor yang mempengaruhi langsung ketidakpuasan karyawan. Karena ketika mereka tidak senang, mereka cenderung menyalahkan faktor-faktor dari luar seperti lingkungan kerja. Faktor ini tidak akan membawa kepuasan kerja tetapi ketiadaannya akan menimbulkan ketidakpuasan kerja. Dimana yang termasuk dalam faktor ekstrinsik adalah: 1) kompensasi, 2) keamanan dan keselamatan kerja, 3) kondisi kerja, 4) status, 5) Prosedur perubahan, 6) mutu dari supervisi teknis dari hubungan interpersonal antar rekan kerja, dengan atasan, dan hubungan dengan bawahan.

Kesimpulan dari teori dua faktor bahwa terdapat faktor pendorong yang berkaitan dengan perasaan positif terhadap pekerjaan sehingga membawa kepuasan kerja yang disebut dengan faktor intrinsik atau faktor motivator dan yang kedua faktor yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan kerja yang disebut dengan faktor ekstrinsik atau faktor hygien (Munandar, 2001).

4. Aspek-aspek Kepuasan Kerja Guru

Menurut Lester dan Bishop (2000) aspek-aspek dari kepuasan kerja guru terbagi menjadi sembilan aspek, yaitu:

(6)

a. Pengawasan (supervision)

Merupakan tipe pengawas (supervision), apakah pengawas berorientasi pada tugas atau berorientasi pada individu. Englhardt dalam Kumar (2007) menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan langsung dari pengawasan yang diberikan kepala sekolah kepada staf pengajar. Ketidakpuasan dapat meningkat jika seseorang bekerja dibawah kemampuannya, tidak efisien, dan cuek kepada atasan atau bos.

Kepuasan guru dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah untuk memberikan penghargaan terhadap kualitas guru dalam mengajar (Daly dalam Kumar, 2007). Faktor penting dalam berubahnya karir guru adalah ketidakpuasan dengan kepala sekolah yangmana bagian dari peran kepala sekolah sering tidak teratur, dalam mengurangi atau menghilangkan kesempatan guru untuk berkreasi di dalam kelas (Bloland & Selby dalam Rao,2004).

b. Rekan kerja (colleagues)

Merupakan rekan kerja dalam mengajar, kelompok kerja dan aspek-aspek sosial yang ada di dalam lingkungan sekolah. Neeraja Dwivedi dalam Ramatulasamma (2007) menyatakan bahwa teman, rekan kerja, anggota keluarga dan tetangga berpengaruh pada seseorang dan berdampak pada kepuasan kerja seseorang. Hubungan antara guru dan kepala sekolah dan hubungan antar anggota profesi memiliki pengaruh yang baik pada kepuasan kerja guru (Mokry dalam Kumar 2007).

(7)

c. Kondisi pekerjaan (working condition)

Merupakan kondisi fisik dari lingkungan kerja. Perlengkapan alat-alat mengajar dalam situasi ruang kelas yang nyaman berhubungan dengan kepuasan kerja (National Educational Association dalam Rao, 2004). Menurut Rao (2004) umumnya guru menilai kondisi fisik yang tidak berbahaya atau tidak nyaman dengan hal yang tampak seperti suhu, kelembapan, ventilasi, pencahayaan dan tingkat kebisingan yang cukup dan apabila kebisingannya berlebihan dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik dan mengurangi kemampuan untuk bekerja.

Lingkungan fisik yang tidak sehat dalam bekerja dapat memberikan perasaan tidak nyaman dan pekerjaan dalam kondisi fisik yang buruk yang dilakukan dalam waktu yang lama akan memberikan ketidakpuasan pada pekerjaannya (Rohila dalam Rao, 2004). Rudd dan Wiseman dalam Kumar (2007) menyatakan kondisi fisik pekerjaan harus nyaman untuk guru beserta dengan perangkatnya, peralatan dalam mengajar, dan perlengkapan yang digunakan dalam mengajar. Keefektifan mengajar didasarkan pada jangkauan kondisi fisik pekerjaan seperti akomodasi yang bagus, ventilasi yang bagus, ruangkelas yang nyaman, peralatan memadai, perpustakaan, laboraturium, taman bermain, dll.

d. Imbalan/gaji (pay)

Merupakan pendapatan dalam setahun yang sesuai seperti menunjukkan penghargaan dan prestasi, ataupun kegagalan dari karyawan. Anand dalam Rao (2004) menyatakan bahwa gaji mempunyai hubungan yang sangat

(8)

signifikan dengan kepuasan kerja. Besarnya gaji juga akan mempengaruhi kepuasan kerja pada guru sekolah (Anjaneyulu dalam Rao, 2004).

e. Tanggungjawab (responsibility)

Merupakan keinginan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan, untuk menolong setiap murid dalam belajar.

f. Pekerjaan itu sendiri (work itself)

Merupakan pekerjaan mengajar itu sendiri atau tugas yang berhubungan dengan pekerjaan.

g. Kenaikan Jabatan (advancement)

Merupakan perubahan status atau posisi, yang dapat meningkatkan gaji guru. Kesempatan untuk naik jabatan sangat penting untuk karyawan, administrasi dan seseorang yang ahli dibidangnya dan tidak begitu penting untuk seseorang yang tidak memiliki keahlian (Blum dalam Rao, 2004). Tingkat yang lebih tinggi dari pekerjaan memberikan perasaan yang lebih puas, prestis, gaji, dan dapat mengontrol diri (Porter dalam Kumar, 2007). h. Keamanan (security)

Merupakan kebijakan dari sekolah dalam menghormati dan menghargai kedudukan/jabatan, senioritas, karyawan yang diberhentikan untuk sementara waktu, pensiunan/mengundurkan diri, dan pemecatan karyawan. Rao (2004) menyatakan bahwa keamanan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pendidikan. Blum dan Naylor dalam Rao (2004) melakukan observasi mengenai kontribusi keamanan pada

(9)

kepuasan kerja, tetapi penyebab keamanan yang dimaksud adalah sosial dan ekonomi. Hal ini diyakini bahwa keamanan sosial dan keamanan ekonomi merupakan esensi kesenangan dalam banyak pekerjaan.

i. Penghargaan (recognition)

Merupakan pengakuan dalam hal perhatian, pernghargaan, prestise dan penghargaan dari supervisor, rekan kerja, siswa dan orangtua. Johnson dkk dalam Kumar (2007) menyatakan bahwa penghargaan berpengaruh dalam kepuasan. Guru akan lebih antusias pada penghargaan yang diberikan oleh umum/masyarakat daripada penghargaan dari professional lainnya (Robinson dalam Kumar, 2004). Kumar (2007) menyatakan penghargaan merupakan satu dari faktor yang signifikan yang mempengaruhi kepuasan guru dalam bekerja.

Aspek-aspek kepuasan kerja ini merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan terhadap pekerjaan guru ataupun ketidakpuasan pekerjaan pada guru (Bishop, 2000).

B. Persersi terhadap Iklim Kelas 1. Persepsi

a. Definisi Persepsi

Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain persepsi merupakan proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti (Irwanto dkk, 1996). Hariyadi,dkk

(10)

(1993) juga mendefinisikan persepsi sebagai suatu penilaian seseorang terhadap obyek, peristiwa atau stimulus, dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan obyek, melalui proses kognisi dan afeksi untuk membentuk konsep tentang obyek tersebut.

Riggio (1990) juga mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif baik lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang kemudian ditafsirkan. Sama halnya menurut Toha (1983) persepsi merupakan pemahaman individu terhadap informasi lingkungan yang diperoleh melalui proses kognitif.

Persepsi adalah kemampuan untuk mengenali orang, objek atau kejadian dengan memberikan arti dari apa yang kita ketahui (Elliot et al, 1996). Lahey (2007) juga mengartikan persepsi adalah pemberian arti stimulus yang berbeda dan mempunyai arti yang menimbulkan kesadaran, arti yang diberikan individu terhadap suatu stimulus berdasarkan cara orang tersebut mempolakannya. Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai proses organisasi dan interpretasi informasi yang diterima dari dunia luar. Rahmat (2000) mengartikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses penerimaan suatu rangsang baik objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa dan kemudian memberikan makna dari rangsang tersebut yang berbeda-beda pada setiap orang.

(11)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Walgito (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya :

1) Perhatian yang selektif

Individu memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke mana sebagai objek pengamat.

2) Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang kecil; yang kontras dengan latar belakangnya dan yang intensitas rangsangnya paling kuat.

3) Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman mempunyai pola dan citra rasa yang berbeda dalam pengamatan dibanding dengan orang yang bukan seniman.

4) Pengalaman terdahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.

2. Iklim Kelas

a. Definisi Iklim Kelas

Iklim kelas merupakan segala situasi yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa

(12)

lainnya (Fraser dalam Brok dkk 2003). Iklim kelas merupakan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan diantara peserta didik yang menjadi ciri khusus suatu kelas dan mempengaruhi proses belajar-mengajar (Fisher & Rawnsley, 1998).

Fraser (dalam Brok dkk 2003) mengidentifikasikan bahwa dalam iklim kelas terdapat empat karakter, yaitu personalisasi, partisipasi, ketertiban, dan kejelasan arah tugas serta tanggung jawab. Tingkat personalisasi, mencerminkan kemampuan guru dalam memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berinteraksi dengan guru dan siswa lain, serta menunjukkan kepedulian guru terhadap kesejahteraan dan perkembangan sosial di dalam kelas. Tingkat partisipasi melukiskan sejauh mana guru dapat mendorong siswa-siswanya untuk aktif terlibat secara fisik maupun kognitif (mental) selama proses pembelajaran. Tingkat ketertiban kelas menggambarkan sejauh mana kemampuan guru untuk menciptakan suasana kelas yang tertib-efektif yang juga diharapkan oleh siswanya. Ciri khas keempat, kejelasan arah tugas serta tanggungjawab siswa, menunjukkan keahlian guru dalam memberikan tugas-tugas yang jelas selama dan sesudah proses pembelajaran.

Iklim kelas menurut Wilson (dalam Khine & Chiew, 2001) adalah tempat dimana siswa dan guru berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan beberapa sumber informasi dalam usaha pencarian ilmu dalam aktifitas belajar. Menurut Ormrod (2003) iklim kelas diartikan sebagai tempat dimana tercipta komunitas di antara siswa; tempat dimana siswa diberikan berbagai kontrol untuk melakukan berbagai aktivitas di dalam kelas; tempat yang memiliki atmosfir yang

(13)

menyenangkan dan tidak terancam; tempat untuk mengkomunikasikan pesan-pesan mengenai permasalahan yang dihadapi siswa di kelas; serta tempat untuk mengkomunikasikan penerimaan, penghargaan dan perhatian dari guru kepada siswanya.

Menurut Bloom (dalam Tarmidi, 2005) iklim kelas dapat diartikan sebagai kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik. Adelman dan Taylor (dalam Lee, 2005) menyatakan iklim kelas merupakan kualitas lingkungan yang dirasakan, yang muncul dari adanya interaksi dari berbagai faktor lingkungan seperti aspek fisik, materi, organisasi, operasional, dan variabel sosial. Iklim kelas memegang peranan penting dalam mempengaruhi keberlangsungan kegiatan belajar dan perilaku di dalam kelas. Wilson (dalam Khine & Chiew,2001) menyatakan iklim kelas adalah tempat dimana siswa dan guru berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan beberapa sumber informasi sebagai usaha pencarian ilmu dalam aktifitas belajar.

Dari beberapa teori mengenai iklim kelas tersebut, maka pengertian iklim kelas yang dipakai dalam penelitian ini adalah keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil dari interaksi antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa lainnya.

b.Aspek-aspek Iklim Kelas

Menurut Fraser (dalam Dorman,2009) terdapat tujuh aspek yang dapat digunakan untuk mengukur iklim kelas, yaitu:

(14)

1). Kekompakan siswa (student cohesiveness)

Kekompakan siswa dilihat dari sejauh mana siswa mengenal, membantu, dan saling mendukung satu sama lain.

2). Dukungan guru (teacher support)

Dukungan guru merupakan perhatian serta bantuan yang diberikan guru kepada siswa di dalam kelas. Dukungan guru dapat berupa memberi kesempatan pada siswanya untuk bertanya, menjawab pertanyaan yang diajukan, dan sebagainya.

3). Keterlibatan siswa dalam pembelajaran (involvement)

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran yaitu sejauh mana siswa tertarik dan berpartisipasi dalam proses belajar, diskusi kelas, memperhatikan penjelasan guru mengenai pelajaran yang sedang dipelajari, melakukan kerja ekstra untuk suskses dalam pembelajaran.

4). Kegiatan penyelidikan (investigation)

Kegiatan penyelidikan merupakan sejauhmana siswa dapat memecahkan persoalan dalam kelas tanpa diberitahu dulu cara pemecahannya. Siswa dapat memecahkan persoalan dengan bertanya kepada siswa lainnya, kepada guru, ataupun memperoleh informasi dari media (menonton televisi, membaca buku, dan lain-lain).

5). Arahan tugas dari guru (task orientation)

Arahan tugas dari guru merupakan perhatian yang diberikan siswa dalam mengikuti pelajaran dan mencoba memahami tugas yang diberikan guru.

(15)

Siswa akan mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh gurunya, dan tetap menaruh perhatian pada pelajaran yang disampaikan oleh guru. 6). Kerjasama siswa (cooperation)

Kerjasama siswa merupakan kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas. Guru ada kalanya memberikan tugas secara berkelompok untuk melihat kemampuan siswa bekerja dengan orang(siswa) lain. Untuk dapat mencapai menyelesaikan tugas yang baik, erjasama dengan siswa lainnya diperlukan.

7). Kesetaraan (equity)

Kesetaraan dilihat melalui setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk bicara. Guru tidak membeda-bedakan siswanya, setiap siswa mendapat perlakuan yang adil.

Aspek-aspek iklim kelas ini merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur iklim kelas yang dikemukakan oleh Fraser, McRobbie, dan Fisher.

c. Menciptakan Iklim Kelas yang Positif

Siswa membutuhkan iklim kelas yang positif untuk dapat belajar. Iklim kelas yang positif dapat diciptakan dengan mengatur aktivitas di kelas. Menurut Adelman & Taylor (dalam Lee, 2005) untuk mengembangkan iklim kelas yang positif memerlukan perhatian yang seksama agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan kelas bagi siswa serta guru. Sekolah juga perlu menciptakan kurikulum yang tidak hanya mendukung kemampuan akademik siswa tetapi juga kemampuan sosial dan emosional; memberikan kesempatan bagi guru untuk

(16)

mengembangkan keefektivitasan dalam cara mengajar; serta meningkatkan motivasi intrinsik bagi siswa maupun guru (Adelman & Taylor dalam Lee, 2005).

C. Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas

Berdasarkan pengertian persepsi dan iklim kelas yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi guru terhadap iklim kelas merupakan penilaian guru mengenai suasana yang dialaminya di dalam kelas sebagai proses pengenalan dan pemahaman akan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas yang meilputi hubungan antar siswa, antara guru dengan siswa yang menampilkan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan tugas sekolah. Persepsi positif dari iklim kelas merupakan persepsi yang menggambarkan suasana kelas yang nyaman. Sedangkan persepsi negatif dari iklim kelas dimana persepsi yang menggambarkan suasana kelas yang kurang nyaman.

Penilaian tentang iklim kelas diungkapkan dengan menilai aspek-aspek iklim kelas. Perspesi tentang iklim kelas dapat diartikan sebagai penilaian mengenai kekompakan siswa (student cohesiveness), dukungan guru (teacher

support), keterlibatan siswa dalam pembelajaran (involvement), kegiatan

penyelidikan (investigation), arahan tugas dari guru (task orientation), kerjasama siswa (cooperation), dan kesetaraan (equity).

(17)

D. Guru

1. Definisi Guru

Menurut Rustana (dalam Nurdin,2004) guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa untuk menjabat kepekerjaan itu (Srikun,1996). Guru menurut Zakiyah Darajat (dalam Nurdin, 2004) adalah pendidik professional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orangtua. Zahara idris dan Lisma Jamal (dalam Nurdin,2004) mengartikan guru sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam hal perkembangan jasmani dan rohaninya untuk mencapai tingkat kedewasaan, memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk hidup yang mandiri dan makhluk sosial.

McLeod (dalam Nurdin, 2004) berasumsi bahwa guru adalah seseorang yang pekerjaannya mengajari orang lain. Kata mengajar dapat kita artikan misalnya menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (kognitif), melatih keterampilan jasmani kepada orang lain (psikomotorik), dan menanamkan nilai dan keyakinan orang lain (afektif). Sejalan dengan hal tersebut, guru menurut Poerwadarminta (dalam Nurdin, 2004) adalah orang yang kerjanya mengajar, dimana mengajar merupakan tugas pokok seorang guru dalam mendidik muridnya.

(18)

Dalam penelitian ini, pengertian guru yang dimaksud adalah pendidik yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar, yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam hal perkembangan jasmani dan rohaninya untuk mencapai tingkat kedewasaan, memenuhi tugasnya sebagai individu, sebagai makhluk individu yang mandiri dan makhluk sosial (Zahara Idris dan Lisma Jamal dalam Nurdin, 2004).

2. Definisi Guru SMK Farmasi

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bentuk satuan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional (Depdiknas, 2009).

Guru SMK adalah tenaga profesional yang memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik sesuai dengan kurikulum yang berlaku dalam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Dalam penelitian ini pengertian guru SMK Farmasi yang dimaksud adalah tenaga profesional yang memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik sesuai dengan kurikulum SMK yang berlaku yaitu normatif, adaptif, dan produktif yang sesuai dalam bidang Farmasi.

(19)

3. Tugas Guru

Menurut Djamarah (2002) guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk :

a. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.

b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar Negara kita Pancasila.

c. Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai Undang Undang Pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. 11 tahun 1983.

d. Sebagai perantara dalam belajar, di dalam proses belajar guru hanya sebagai perantara, anak harus berusaha sendiri mendapatkan suatu pengertian, sehingga timbul perubahan dalam pengetahuan, tingkah laku dan sikap.

e. Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik kea rah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut sekehendaknya.

f. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.

g. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalani lebih dulu.

h. Guru sebagai administrator dan manajer, disamping mendidik, seorang guru harus dapat mengerjakan urusan tata usaha.

(20)

j. Guru sebagai perencana kurikulum, gurulah yang paling tahu kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar.

k. Guru sebagai pemimpin, mempunyai kesempatan dan tanggungjawab dalam banyak situasi untuk membimbing anak ke pemecahan soal. l. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak, harus turut aktif

dalam segala aktivitas anak.

Dari beberapa tugas guru tersebut, pada dasarnya dalam proses pendidikan guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri (Djamarah, 2002).

4. Kurikulum Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Menurut Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1992-1993 Bab IX Pasal 21, Kurikulum SMK diorganisasikan ke dalam komponen yang bersifat :

a. Normatif, berperan dalam pembentukan watak manusia Indonesia yang wajib memuat bahan kajian dan pelajaran pendidikan Pancasila, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, sejarah nasional dan sejarah umum, dan pendidikan jasmani dan kesehatan.

(21)

b. Adaptif, berperan dalam penanaman dasar dan pengembangan kemampuan profesi yang memuat bahan kajian dan pelajaran yang memberikan konsep berfikir analitis, logis, dan kreatif yang mendukung kemampuan tamatan dalam mengembangkan dan menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

c. Produktif, berperan dalam pembekalan keterampilan produktif sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang memuat bahan kajian dan pelajaran yang membekali keterampilan dan sikap kerja professional sesuai dengan kemampuan yang dituntut oleh dunia kerja.

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum pendidikan SMK menurut petunjuk pelaksanaan sistem pendidikan nasional tahun 1992-1993 Bab IX Pasal 21adalah diorganisasikan ke dalam komponen yang bersifat normatif, adaptif, dan produktif.

E. Hubungan antara Persepsi Guru Terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Pada Guru SMK Farmasi Medan

Guru merupakan faktor utama yang mempengaruhi sistem pendidikan (Ramatulasamma, 2007). Guru memegang peranan utama dalam proses pendidikan secara keseluruhan, dimana mengajar merupakan membimbing aktivitas belajar murid (Uzer Usman dalam Nurdin, 2004). Agar belajar menjadi efektif dan dapat mencapai hasil yang optimal, maka aktivitas siswa dalam belajar

(22)

sangat diperlukan dan juga agar mengajar berjalan efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya (Nurdin,2004).

Bagi guru sendiri, secara psikologis keberhasilan dalam mengajar akan meningkatkan kepuasan kerja tersendiri, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan semangat yang tinggi dalam mengajar (Nurdin,2004). Termasuk di dalamnya pada guru SMK dengan kurikulum yang berbeda dari SMA pada umumnya sehingga tanggung jawab guru SMK lebih besar daripada guru SMA. Kurikulum di SMK memiliki tiga komponen yang bersifat (1). Normatif yang berperan dalam pembentukan watak manusia Indonesia, (2). Adaptif yang berperan dalam penanaman dasar dan pengembangan kemampuan profesi, dan (3). Produktif yang berperan dalam pembekalan keterampilan produktif sesuai dengan kebutuhan dunia kerja (Depdiknas, 1993). Hal ini lah yang membuat tanggungjawab guru SMK lebih besar daripada guru SMA.

Menurut Depdiknas (1993) Bab II Pasal 2 ayat 1, pendidikan di SMK pada umumnya bertujuan untuk (1).mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan/atau meluaskan pendidikan dasar; (2).meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar; (3).meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; dan (4).menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional. Tujuan dari pendidikan SMK ini, harus dipenuhi oleh semua SMK, termasuk pendidikan SMK Farmasi. Di dalam SMK Farmasi, tujuan yang sangat

(23)

diharapkan adalah agar siswanya dapat menguasai ilmu dibidangnya, misalnya dalam meracik obat-obatan, membaca resep dari dokter, dll. Sehingga, apabila siswa dapat menguasai ilmunya serta tujuan dari pendidikan SMK terpenuhi maka secara tidak langsung akan memberikan dampak psikologis bagi guru yaitu dalam hal kepuasan kerja dalam mengajar.

Kepuasan kerja guru dalam mengajar, dapat dilihat dari adanya persepsi guru pada kelas dalam mengajar. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh Nurdin (2004), bahwa untuk dapat meningkatkan kepuasan kerja guru dalam mengajar tidak dapat terlepas dari kondisi lingkungan kelas yang ada. Adelman & Taylor (dalam Lee, 2005) juga berpendapat bahwa untuk dapat mengembangkan iklim kelas yang positif memerlukan perhatian yang seksama agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan kelas bagi siswa serta guru.

Hal ini sesuai dengan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja guru yang dikemukakan oleh Lester (1998) yaitu kondisi lingkungan kerja, dalam penelitian ini kondisi lingkungan kelas saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Kepuasan kerja guru dapat juga dipengaruhi oleh peraturan dari sekolah dan hal tersebut menunjukkan komponen dari lingkungan kerja yang dapat memberikan kepuasan kerja pada guru (Latham, 1998).

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Mark Scheider (2003) mengenai kepuasan kerja pada guru, menunjukkan bahwa kondisi yang menyatakan keefektifan dan kepuasan guru mengajar di kelas adalah dengan mengevaluasi keadaan di sekeliling kelas, kelengkapan dari fasilitas ruang kelas, keaktifan siswa

(24)

dalam proses belajar mengajar, dan tingkat kebisingan dalam ruang kelas, dengan kata lain dapat dikatakan sebagai keadaan iklim di dalam kelas.

Sejalan dengan hal tersebut penelitian lain yang dilakukan Wahyudi (2003) mengenai iklim kelas yang merupakan suasana batin (kejiwaan) dan sosial yang tercipta di dalam suatu kelas, yang dipandang dari persepsi siswa dan persepsi guru di kelas tersebut. Dimana, persepsi merupakan proses yang dialami individu yang mencakup menerima, memilih, menyadari, dan memaknai stimulus yang terdapat di lingkungan maupun dalam diri individu dengan menggunakan informasi sebelumnya.

Dari paparan di atas maka peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan.

F. Hipotesa

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu penulisan tertarik membuat suatu permainan sederhana yaitu Ular Tangga dengan menggunakan Java agar permainan yang di buat dapat diimplementasikan untuk setiap komputer

Di satu wilayah kerja dalamwaktu yang sama.. 21 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Jumlah kunjungan pasien maskin di sarana kesehatan Strata 1 --- x

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI..

Pratama 1 Mengelola Data Master 1.1 Mengelola Data Jabatan 1.2 Mengelola Data Pengguna 1.3 Mengelola Data Type Produk 1.4 Mengelola Data Produk 1.5 Mengelola Data Mesin

Tujuan dari penelitian ini adalah menvisualisasikan gelombang dalam bentuk simulasi program pada penjalaran gelombang dua dimensi, bentuk gelombang sefase dan beda fase

Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah : Apakah metode drill mampu meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Al-qur’an Hadits materi

Sangat terbatas Sering kali terbatas Promosi Penekanan pada aspek harga, ketersediaan dan kesadaran Penekanan pada aspek diferensiasi terhadap pesaing Penekanan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Proses penyusunan program dalam meningkatkan akreditasi pada Universitas Jabal Ghafur Sigli sudah sesuai dengan visi dan misi; (2)