SISTEM TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Oleh :
Angga Tri Noval Bastiana 0705286
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PERBANDINGAN HASIL LATIHAN SQUAT DENGAN MENGGUNAKAN WEIGHT TRAINING METODE PYRAMID SYSTEM DAN METODE BURNOUT SYSTEM TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Januari 2014 Yang membuat pernyataan,
JUDUL : PERBANDINGAN HASIL LATIHAN SQUAT DENGAN MENGGUNAKAN WEIGHT TRAINING METODE PYRAMID SISTEM DAN METODE
BURNOUT SISTEM TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN
MAKSIMAL OTOT TUNGKAI
Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I
(Dr. R Boyke Mulyana, M.Pd) NIP.196210231989031001
Pembimbing II
(Iman Imanudin, M.Pd) NIP.197508102001121001
Mengetahui,
Ketua
Jurusan Pendidikan Kepelatihan
ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL LATIHAN SQUAT DENGAN MENGGUNAKAN WEIGHT TRAINING METODE PYRAMID SISTEM DAN METODE BURNOUT SISTEM TERHADAP PENINGKATAN
KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI
Pembimbing : 1. Dr. Rd Boyke Maula. M,Pd. 2. Iman Imanudin, M.Pd.
* Angga Tri Noval Bastiana
Permasalahan yang menjadi acuan penulis dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh latihan squat dengan menggunakan piramid sistem dan burnout sistem terhadap peningkatan kekuatan maksimal otot tungkai? Apakah latihan squat dengan menggunakan metode piramid sistem dan burnout sistem memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal otot tungkai?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, sampel yang digunakan adalah member Sosi Sport Club Dago Plaza Bandung, dengan jumlah 20 orang. Instrument yang digunakan adalah tes squat menggunakan legs and back dinamometer.
Berdasarkan hasil analisis data latihan squat dengan metode piramid sistem dan burnout sistem memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal otot tungkai. Dengan analisis data piramid sistem menunjukan rata-rata = 30,3 dan analisis burnout sistem menunjukan rata-rata = 22,8, data ini menunjukan latihan squat dengan metode piramid sistem dan burnout sistem memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal otot tungkai.
Berdasarkan hasil penelitian ini selanjutnya penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: bagi peneliti lain mungkin perlu melakukan penelitian dengan masalah yang lain atau lebih menyempurnakan penelitian ini, dan bagi pengajar dan pelatih dapat menerapkan bentuk latihan dengan metode latihan ini untuk meningkatkan kekuatan maksimal otot tungkai tanpa mengenyampingkan metode yang lainnya.
ABSTRACT
COMPARISON OF RESULTS USING WEIGHT SQUATS PYRAMID SYSTEM TRAINING METHOD AND SYSTEM FOR IMPROVED METHOD OF BURNOUT
MAXIMUM STRENGTH LEG MUSCLE Supervisor :
1 . Dr. . Rd. Boyke Maulana, M,Pd. 2 . Iman Imanudin, M,Pd.
* Angga Tri Noval Bastiana
The problem is the reference authors in this study is how the effect of the squat exercise using a pyramid system and burnout systems to increased maximal leg muscle strength ? Is the squat exercise using the pyramid system and burnout systems have a significant influence on the increase in maximal leg muscle strength ?
The method used in this study is an experiment , the sample used is a member of the Sport Club Sosi Dago Plaza Bandung , the number of 20 people . Instrument used is the squat test using the legs and back dynamometer .
Based on the analysis of the squat exercise with pyramid method and system of burnout systems have a significant influence on the increase in maximal leg muscle strength . With data analysis system pyramid shows the average ¯ X = 30.3 and burnout analysis system showed an average ¯ X = 22.8 , these data demonstrate the squat exercise with pyramid method and system of burnout systems have a significant influence on the increase of maximum strength leg muscle .
Based on these results the authors further propose the following suggestions : for other researchers may need to do research with other problems or further refine this research , and for teachers and trainers can implement a form of exercise with this exercise method to increase the maximum strength of the leg muscles without disregard other methods .
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Anggapan Dasar ... 4
BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR 1. Landasan Teoretis ... 7
1.1Hakikat Kondisi Fisik...
1.2Hakikat Kekuatan Maksimal ...
1.3Hakikat Metode Hypertropi Activation ...
1.4Hakikat Metode Neural Activation ...
1.5Training ...
1.6Prinsip – Prinsip Latihan...
1.6.a Berdasarkan Kajian Fisiologik... 8
11
14
17
18
20
1.6.a.2 PrinsipIntensitas ...
1.6.a.3 Prinsip Pulih Asal ...
1.6.b Berdasarkan Kajian Psikologik...
1.6.b.1 Prinsip Partisipasi Aktif ...
1.6.b.2 Prinsip Variasi Latihan ...
1.6.b.3 Prinsip Kesadaran ...
1.6.b.4 Prinsip Istirahat Mental ...
1.6.c Berdasarkan Kajian Pedagogik ...
1.6.c.1 Prinsip Pemanasan Tubuh ...
1.6.c.2 Prinsip Sistematis ...
1.6.c.3 Prinsip Perencanaan dan Pengguna Sistem...
1.6.c.4 Prinsip Pentahapan ...
2. Weight Training ...
3. Metode Pyramid System...
4. Metode Burnout System...
5. Bentuk Latihan Weight Training Half Squat...
6. Kajian Fisiologis Pembebanan ...
7. Model Latihan Squat ...
3.1Metode Penelitian ... 37
3.2Popolasi Dan Sampel ... 38
3.3Desain Penelitian ... 39
3.4Instrumen Penelitian ...
3.5Prosedur Pelaksanaan Tes Legs and Back Dinamometer ... 41
43
3.6Pengumpulan Data ... 44
3.7Pelaksanaan Latihan ...
3.8Program Latihan Squat Dengan Metode Sistem Burnout Dan
Piramida Sistem...
A. Program Latihan Metode Burnout System...
B. Program Latihan Metode Piramida System...
3.9 Prosedur Pengolahan Data ... 44
47
47
49
51
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 54
B. Diskusi Penemuan ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 62
A. Data Mentah Hasil Tes dan Pengukuran Kelompok Metode Sistem
Piramida...
B. Data Mentah Hasil Tes dan Pengukuran Kelompok Metode
Burnout...
C. Hasil Penghitungan Uji Homogenitas...
D. Data Hasil Pengujian Normalitas ...
E. Pengujian Signifikansi Kelompok Sampel Sistem Piramida...
F. Pengujian Signifikansi Kelompok Sampel Sistem Burnout...
G. Pengujian Signifikansi Perbedaan Hasil Latihan Kedua Kelompok ...
RIWAYAT HIDUP ... 65
68
70
71
75
77
79
3.1 Perbedaan Pelaksanaan Latihan Piramid Sistem dan Burnout Sistem ... 47
4.1 Hasil Perhitungan Rata-rata Tes Awal, Tes Akhir dan Selisih Kedua
Kelompok ... 54
4.2 Hasil Pengujian Homogenitas Tes Awal dan Tes Akhir Kedua
Kelompok... 54
4.3 Hasil Uji Normalitas Liliefors Kelompok Burnout Sistem dan Piramid
Sistem ... 55
4.4 Hasil Penghitungan dan Uji Signifikansi Latihan Kelompok Half
Squat Piramid Sistem ...
4.5 Hasil Penghitungan dan Uji Signifikansi Latihan Kelompok Half
Squat Burnout Sistem ...
4.6 Data Rata-rata dan Simpangan Baku Peningkatan Hasil Latihan Kedua
Kelompok ...
4.7 Hasil Penghitungan dan Uji Signifikansi Perbedaan Peningkatan Hasil
Latihan Kedua Kelompok ... 56
57
58
2.1 Elemen-elemen Kemampuan Fisik...
2.2 Piramida Parameter Kekuatan...
2.3 Karakteristik Kekuatan...
2.4 Parameter Latihan...
2.5 Smith Machine... 9
13
13
18
34
2.6 Otot Tungkai ...
3.1 Desain Penelitian...
3.2 Langkah-langkah Penelitian...
3.3 Squat...
3.4 Tes Leg and Back Dinamometer...
3.5 Penambahan Beban Latihan...
5.4 Tes Squat dan Legs and Back Dinamometer... 36
39
40
41
43
45
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam olahraga yang bersifat prestatif dan kompetitif diperlukan kondisi fisik yang
sempurna. Tidak hanya kondisi fisik yang mesti dilatih, tetapi aspek lain pun perlu dilatih
pula. Aspek – aspek tersebut diantaranya : teknik, taktik, dan mental. Mengenai pentingnya
aspek –aspek tersebut, Harsono (1988:100) mengemukakan : Ada empat aspek latihan yang
perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu (a) latihan fisik, (b) latihan
teknik, (c) latihan taktik, dan (d) latihan mental.
Dari keempat aspek latihan di atas, ternyata latihan fisik memegang peranan yang sangat
penting. Hal ini bisa dimengerti, karena kondisi fisik merupakan dasar untuk dapat mengikuti
latihan selanjutnya dengan baik seperti yang dikatakan oleh Harsono (1988:100) sebagai
berikut : “Perkembangan kondisi fisik yang menyeluruh amatlah penting, oleh karena tanpa
kondisi fisik yang baik atlet tidak akan dapat mengikuti latihan-latihan dengan sempurna”.
Dikdik Zafar Sidik (2008:55) menambahkan : “Ada beberapa komponen kondisi fisik
yang harus dikembangkan, yaitu kecepatan, kekuatan, daya tahan, fleksibilitas dan daya tahan
otot”. Pada dasarnya, dari sekian komponen kondisi fisik yang harus dikembangkan tadi,
seorang atlet paling tidak haruslah mempunyai kekuatan. Tanpa kekuatan akan sulit bagi atlet
untuk bisa mengembangkan kondisi fisik selanjutnya dengan baik. Misalnya dari kekuatan di
konversikan menjadi power. Harsono (1988:200) mengatakan, “kekuatan tetap merupakan
dasar (basis) untuk pembentukan power. Oleh karena itu, sebelum latihan untuk power,
orang harus sudah memiliki suatu tingkat kekuatan otot yang baik”. Setelah kekuatannya
Pentingnya kekuatan ini dikatakan pula oleh Harsono (1988:177) yakni, “Kekuatan otot
adalah komponen yang sangat penting (kalau bukan yang paling penting) guna meningkatkan
kondisi fisik secara keseluruhan.”
Sebenarnya setiap orang sudah mempunyai kekuatan. Akan tetapi kekuatan ini sifatnya
relatif, maksudnya adalah kekuatan yang kita miliki kemungkinan besar berbeda dengan
kekuatan yang dimiliki oleh orang lain. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, diantaranya
postur tubuh, usia, dan juga kebiasaan gerak yang dilakukan.
Harsono (1988:178) mengatakan, “Latihan yang cocok untuk memperkembang kekuatan
adalah latihan - latihan tahanan yaitu internal resistant (latihan tahanan melalui beban dari
berat badan) dan external resistant (latihan tahanan melalui beban dari luar)”.
Ada beberapa sistem latihan beban, seperti yang ditulis oleh Harsono (1988:196-198)
yaitu : 1) Sistem set, 2) Sistem super set, 3) Split routines, 4) Metode multi-poundage, 5)
Burn-out, 6) Sistem pyramid.
Pelaksanaan dari keenam sistem latihan beban tersebut tentunya akan berbeda-beda. Jika
pelaksanaanya berbeda, ada kemungkinan peningkatan kekuatannya pun akan berbeda pula,
meskipun kekuatan ototnya sama-sama meningkat.
Seorang pelatih, seharusnyalah memberikan apa yang terbaik bagi peningkatan prestasi
atletnya. Dalam hal ini sama artinya pelatih memberikan latihan kekuatan dengan sistem
yang manakah yang cocok dengan atletnya.
Harsono (1988:197) mengungkapkan,”Untuk metode pyramid sistem mengartikan bahwa sistem ini adalah suatu sistem latihan beban yang bebannya dimulai dari yang ringan dan yang makin lama makin berat. Sedangkan untuk metode burnout sistem sendiri adalah suatu sistem latihan beban yang mengharuskan otot bekerja secara maksimal sampai habis tenaga (burned out) yang berarti otot sudah tidak sanggup lagi
Berdasarkan pernyataan di atas, timbul suatu keinginan dalam diri penulis untuk
mencoba meneliti sistem latihan beban yang manakah yang lebih baik dalam peningkatan
kekuatan otot tungkai antara piramid sistem dan metode burnout sistem, dan sejauh manakah
perbedaan peningkatan kekuatan otot tungkai (kalau ada) yang dihasilkan dari sistem-sistem
tadi. Disamping pernyataan diatas, penulis ingin mengetahui apakah metode yang lebih
difokuskan untuk daya tahan (metode burn out sistem) dapat menghasilkan kekuatan
maksimal. Khusus untuk penelitian ini, penulis mencoba membandingkan sistim burn-out
dengan sistim piramida.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul serta uraian dalam latar belakang masalah, maka penulis merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan squat dengan menggunakan
metode sistim piramida terhadap peningkatan kekuatan maksimal otot tungkai ?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan squat dengan menggunakan
metode sistim burnout terhadap peningkatan kekuatan maksimal otot tungkai ?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil yang signifikan antara latihan beban sistim piramida
dan sistim burnout terhadap peningkatan kekuatan maksimal otot tungkai ?
C. Tujuan Penelitian
Penetapan tujuan dalam suatu kegiatan adalah penting sebagai awal untuk kegiatan
selanjutnya. Sesuai dengan pokok permasalahan, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui apakah latihan dengan metode sistim piramida berpengaruh signifikan
2. Mengetahui apakah latihan dengan metode sistim burnout berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan kekuatan maksimal otot tungkai.
3. Mengetahui penggunaan sistem mana yang lebih baik dan cocok dalam meningkatkan
kekuatan otot bagi atlet.
D. Anggapan Dasar
Salah satu komponen kondisi fisik yang penting guna mendukung komponen kondisi
fisik lainnya adalah kekuatan. Kekuatan dapat ditingkatkan sampai batas maksimal, sesuai
dengan kebutuhan setiap cabang olahraga yang memerlukannya.
Untuk menjadikan otot kuat dan besar diperlukan latihan. Dengan dilakukannya latihan, otot
akan dirangsang untuk berkontraksi, dan kalau dalam latihanmya diberikan beban yang
sedikit ditambah, maka otot akan dirangsang untuk berkontraksi lebih kuat lagi.
Harsono (1988:179) mengemukakan, “Latihan – latihan tahanan menurut tipe
kontraksi ototnya dapat digolongkan dalam 3 kategori yaitu kontraksi isometric,kontraksi
isotonis, dan kontraksi isokinetis”. Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan latihan
dengan kontraksi secara isotonis, karena masalah penelitian ini berisi tentang latihan beban
yang kontraksinya secara isotonis. Sistem yang dipakai difokuskan pada sistim burn-out dan
sistim piramida.
Pada sistim burn-out, berat beban dimulai dari yang terberat ke yang ringan dan dari
yang repitisinya sedikit sampai ke yang banyak. Istirahat antara setiap set hanya beberapa
detik saja, yaitu hanya pada saat mengganti beban yang ada pada beban itu. Pada sistem ini
Dikdik Zafar Sidik (2008:37) dalam bukunya yang berjudul “Pembinaan Kondisi Fisik”
memberikan contoh pelaksanaan sistem ini seperti yang tertera pada halaman 5.
Pelaksanaan :
Beri beban dengan intensitas 50% sampai terjadi kelelahan total. Kurangi beban
dengan 5% (intensitas jadi 45%) lakukan kerja otot lagi sampai terjadi lagi kelelahan total,
kurangi lagi intensitas dengan 5%, lakukan lagi kerja otot sampai lagi – lagi terjadi kelelahan
total (dengan intensitas 40%). Kurangi lagi intensitas dengan 5% kini intensitas tersisa 35%.
Kurangi lagi dengan 5% sampai energi dalam otot habis terbakar (hal ini terlihat dengan
ketidakmampuan otot untuk melakukan kontraksi lagi walaupun intensitas kerjanya tinggal
30%).
Sedangkan pada sistim piramida, beban yang diberikan dimulai dari yang teringan
sampai ke yang terberat dan dimulai dari yang repetisinya banyak ke yang sedikit. Istirahat
antara setiap set 3 sampai 5 menit. Tentang sistim piramida ini, Dikdik Zafar Sidik (2008:35)
memberikan contoh pelaksanaanya sebagai berikut :
a. Set I dengan intensitas 40%, dilakukan sebanyak 12 RM. b. Set II dengan intensitas 50%, dilakukan sebanyak 10 RM. c. Set III dengan intensitas 60%, dilakukan sebanyak 8 RM. d. Set IV dengan intensitas 70%, dilakukan sebanyak 6 RM. e. Set V dengan intensitas 80%, dilakukan sebanyak 4 RM. f. Set VI dengan intensitas 90%, dilakukan sebanyak 2 RM. g. Set VII dengan intensitas 95%, dilakukan sebanyak 1 RM.
Weight training adalah suatu latihan tahanan yang bebannya sedikit demi sedikit
ditingkatkan jika telah terjadi adaptasi fisiologis terhadap beban. Hal ini berarti otot tungkai
kita telah bisa beradaptasi dengan beban yang diberikan. Hal ini berarti pula bahwa beban itu
harus ditambah agar otot dirangsang kembali untuk bisa mengangkat yang lebih berat.
Tentang weight training ini dikatakan oleh Harsono (1988:185) “adalah latihan – latihan yang
sistematis dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna
Dalam latihan beban, yang penting untuk diperhatikan adalah tujuan dari latihan
beban itu, dan proses-proses dari tubuh atau faaliah kita. Maksudnya ialah sejauh mana
proses-proses tubuh kita dapat menjawab atau menghasilkan tujuan yang akan kita capai.
Misalnya, dalam melakukan latihan beban, jika prinsip-prinsip latihan beban itu diabaikan,
maka yang akan terjadi adalah otot kaku, atau bahkan tujuan latihan kita tidak tercapai.
Hal lain yang diperlukan dalam latihan beban ini yaitu adanya istirahat antara setiap
set. Pentingnya istirahat ini diantaranya adalah untuk sedikit melancarkan peredaran darah
pada kapiler. Disamping itu penulis menyimpulkan bahwa pada sistem piramida ada
kesesuaian dengan proses-proses adaptasi tadi, yaitu pada saat dimulai dari set pertama beban
yang diangkat adalah yang teringan, maka hal ini juga menunjukkan seolah-olah sedang
dilakukan pemanasan supaya otot tidak terlalu kaget pada saat melakukan angkatan yang
paling berat. Set-set berikutnya beban ditambah menjadi lebih berat. Pada saat mengangkat
beban yang paling berat, otot tungkai tidak merasa secara mendadak melakukan angkatan itu,
karena pada set-set terdahulu otot tungkai sudah merasakan beban yang kian lama kian
bertambah berat.
Pada sistem burn-out, otot tungkai seolah-olah dipaksa untuk langsung bekerja secara
maksimal dan bekerja terus menerus sampai habis tenaga tanpa mengalami istirahat yang
cukup. Beban kian lama kian ringan dan repetisi kian lama kian banyak.
Pada sistim piramida, beban kian lama kian bertambah dan repetisi kian lama kian
sedikit. Hal ini berarti kian lama otot tungkai dirangsang untuk berlatih kekuatan, karena
latihan dengan beban yang berat dan repetisi sedikit akan menghasilkan kekuatan. Sedangkan
pada sistim burn-out, beban kian lama kian ringan dan repetisi kian lama kian bertambah
banyak. Hal ini berarti kian lama otot tungkai dirangsang untuk berlatih daya tahan, karena
latihan dengan beban yang ringan dan repetisi banyak akan menghasilkan perkembangan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian sangat dibutuhkan dalam sebuah penelitian, karena akan
memberikan petunjuk bagaimana penelitian tersebut harus dilaksanakan. Di dalam
metode penelitian akan ditemukan cara-cara bagaimana objek penelitian yang dituju bisa
diketahui dan diamati sehingga menghasilkan data-data yang tepat sesuai dengan tujuan
penelitian.
Arikunto (2006:3) menjelaskan tentang pengertian penelitian eksperimen sebagai
berikut: “suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua
faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminisasi atau mengurangi
atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu”. Sedangkan menurut Lutan,
(2007:146) menjelaskan penelitian eksperimen adalah hanya jenis penelitian yang
langsung berusaha untuk mempengaruhi variabel utama, dan jenis penelitian yang
benar-benar dapat menguji hipotesis tentang hubungan sebab dan akibat. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengungkap serta mengetahui tentang pengaruh metode burnout sistem
dan metode piramid sistem dalam meningkatkan kekuatan maksimal otot tungkai. Untuk
menguji hipotesis yang penulis ajukan, diperlukan suatu pemikiran yang sistematis dan
kebenaranya perlu dibuktikan melalui penelitian.
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa dalam konteks penelitian ini
peneliti memberikan perlakuan (treatment) terhadap sekelompok sampel berupa
penerapan metode piramid sistem dan burnout sistem dalam latihan kekuatan maksimal
diselidiki atau diamati maka kiranya metode eksperimen tepat digunakan dalam
penelitian ini.
Metode penelitian eksperimen merupakan kegiatan pencobaan dengan tujuan
untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil. Jadi dalam metode
eksperimen harus ada faktor yang dicobakan, dalam hal ini faktor yang dicobakan dan
merupakan variabel bebas adalah latihan squat dengan menggunakan metode piramid
sistem dan latihan squat dengan menggunakan metode burnout sistem untuk mengetahui
perbandingan terhadap peningkatan kekuatan maksimal otot tungkai.
3.2 Populasi dan Sampel
Proses penelitian memerlukan suatu populasi sebagai sumber data yang
diperlukan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian istilah populasi mempunyai makna
jumlah keseluruhan objek yang akan diteliti. Pengertian populasi menurut Lutan,
(2007:80) “kelompok yang lebih besar dimana hasil penelitian
digeneralisasikan”.Populasi yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah member
Sosi Sport Club Dago Plaza.
Mengenai sampel dari populasi Lutan (2007:80) “Sampel adalah kelompok yang
digunakan dalam penelitian dimana data informasi itu diperoleh”.Sedangkan Arikunto
(2006:131) mengatakan sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang
diteliti”.Mengenai jumlah sampel penelitian penulis berpedoman pada pendapat Arikunto
(2006:134) sebagai berikut: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang
dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi.tetapi juka jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik
purposive sampel, sampel bertujuan yang dilakukan dengan cara mengambil subjek
bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan
tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan
keterbatasan waktu,tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar.
Berdasarkan pendapat diatas, maka sampel yang di ambil sebanyak 10% dari total
populasi 200 orang, maka jumlah sampelnya adalah sebanyak 20 orang. Dari jumlah
sampel yang didapat kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan
program latihan piramid sistem dan kelompok dengan program latihan burnout sistem,
yang tiap kelompoknya terdiri dari sepuluh orang.
3.3 Desain Penelitian
Untuk mempermudah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses
penelitian, diperlukan suatu alur yang dijadikan pegangan agar penelitian tidak keluar
dari ketentuan yang sudah ditetapkan, sehingga tujuan atau hasil yang diperoleh sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Penelitian eksperimen mempunyai berbagai macam desain.Penggunaan desain
tersebut, disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin
diungkapkan. Atas dasar hal tersebut, dalam penelitian ini penulis menggunakan desain,
Arikunto (2006:9.19) menggambarkannya dalam pola sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian E1 O1 X1 O1
Keterangan :
E1: Kelompok eksperimen 1
E2: Kelompok eksperimen 2
X1: Perlakuan atau treatment berupa latihan squat dengan metode piramid sistem
X2: Perlakuan atau treatment berupa latihan squat dengan metode burnout sistem
O1: Tes awal dan tes akhir kelompok 1
O2: Tes awal dan tes akhir kelompok 2
Adapun langkah-langkah penelitian yang penulis tempuh adalah sebagai berikut:
1. Menentukan populasi
2. Memilih dan menetapkan sample menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan
metode piramid sistem dan kelompok dengan metode burnout sistem
3. Melakukan tes awal squat
4. Melaksanakan proses latihan
5. Melakukan tes akhir squat
6. Melakukan pengolahan data
Berikut ini adalah deskripsi langkah-langkah penelitian dalam bentuk gambar:
Populasi
Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian
3.4 Instrumen Penelitian
Dalam rangka mengenali data empirik dilapangan, maka penulis melakukan tes
untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan akhir sampel dalam hal kekuatan
maksimal otot tungkai. Alat ukur yang digunakan adalah legs and back dinamometer.
Pelaksanaan tes awal dilakukan sebelum treatment dilakukan dan tes akhir
dilakukan setelah treatment diberikan yaitu setelah dua bulan atau dua puluh empat
pertemuan.Pada saat melakukan tes awal dan tes akhir sampel harus melakukan dengan
sungguh-sungguh atau sesuai dengan kemampuan maksimalnya. Untuk lebih jelasnya
gerakan half squat dapat dilihat pada gambar 3.3 halaman 42. Sampel
Tes awal
Kelompok A
Latihan squat dengan menggunakan piramid system
Kelompok B
Latihan squat dengan menggunakan metode burnout system
Pengolahan data
Gambar 3.3 Squat
Untuk lebih jelasnya mengetahui instrument penelitian ini maka penulis menjelaskan
sebagai berikut :
a. Pengumpulan data diperoleh dari:
1. Tes awal sampel diuji seberapa kuat untuk angkatan squat sebanyak 3 kali
percobaan angkatan maksimal, angkatan tertinggi yang diambil dari 3 kali
percobaan tiap sampel.
2. Tes akhir sampel juga diuji seberapa kuat untuk angkatan squat setelah
program latihan diselesaikan.
b. Alat dan perlengkapan:
1. Ruang beban
2. Alat-alat untuk melakukan latihan beban squat
c. Pelaksanaan tes:
1. Untuk tes awal, dicari kekuatan maksimal otot tungkai dengan cara squat.
2. Untuk tes akhir, menguji kekuatan maksimal otot tungkai setelah program
latihan diselesaikan, dan pelaksanaan tes adalah sebagai berikut:
1. Alat ukur legs and back dinamometer untuk mengukur kekuatan maksimal
squat dipersiapkan untuk mengukur seberapa kuatnya angkatan.
2. Sampel melakukan squat secara bergantian.
3. Tes squat dilakukan sebanyak 3 kali dan hasil yang terbaik yang di ambil
sebagai hasil akhir
3.5 Prosedur Pelaksanaan Tes Legs And Back Dinamometer
1. Sample berdiri pada tumpuan dynamometer back-leg dengan lutut ditekuk
membentuk sudut 130-140 derajat dan tubuh tegak.
2. Panjang rantai dynamometer diatur sedemikian rupa sehingga posisi tongkat
pegangan melintang didepan kedua paha.
a. Tongkat pegangan digenggam dengan posisi tangan pronasi (menghadap
ke belakang)
b. Tarik tongkat pegangan sekuat mungkin dengan meluruskan sendi lutut
perlahan – lahan.
c. Baca penunjukan jarum pada skala saat nilai maksimum tercapai.
d. Ulangi pengukuran 3 kali dengan selang waktu istirahat 1 menit.
e. Hasil yang diambil adalah nilai tertinggi dari ketiga pengukuran.
Gambar 3.4 Tes Leg and Back Dinamometer (sumber : www.healtystylesexercise.com)
3.6 Pengumpulan Data
Dalam penelitian diperlukan data untuk mengetahui peningkatan dari program
latihan yang telah dilaksanakan. Data diambil dari pelaksanaan tes pada sampel.
1. Pelaksanaan tes
Pelaksanaan tes dilakukan di Sosi Sport Club yang bertempat di Dago Plaza jalan
Ir. H. Juanda No. 61-63 Bandung. Pelaksanaan tes awal squat dilakukan pada tanggal
24 juli 2013 dan pelaksanaan tes akhir dilakukan pada tanggal 16 september 2013.
2. Tata cara pelaksanaan tes
Sebelum melakukan tes squat terlebih dahulu diberikan penjelasan dan
pengarahan kepada sampel tentang pelaksanaan tes sehingga benar-benar dipahami,
kemudian sampel diberi kesempatan untuk melakukan pemanasan, setelah sampel
melakukan pemanasan kemudian sampel melakukan gerakan squat secara
dilakukan, kemudian penulis mencatat banyaknya jumlah squat yang dilakukan oleh
tiap-tiap sampel.
3.7 Pelaksanaan Latihan
Pelaksanaan latihan dalam penelitian ini dilakukan selama dua bulan. Harsono
(1988:233) menjelaskan mengenai pre season (musim persiapan) sebagai berikut:
Latihan-latihan dalam musim persiapan ini yaitu musim jauh sebelum pertandingan, dimulai sebelum 10 bulan sebelum pertandingan utama diselenggarakan. Pada saat itu atlet biasanya belum berada pada kondisi yang baik. Oleh karena belum memiliki kondisi yang baik, maka dengan sendirinya mereka belum bisa dilatih secara intenfif dan untuk waktu yang lama.Oleh karena itu, dalam musim latihan ini para atlet terutama mempersiapkan fisiknya untuk menghadapi latihan-latihan yang lebih berat dalam musim-musim latihan berikutnya.Tekanan latihan dalam musim ini harus diberikan pada latihan-latihan untuk membentuk kekuatan, daya tahan, dan kelentukan tubuh.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal penulis melakukan penelitian selama 2
bulan, dari tanggal 24 Juli 2013 sampai dengan 16 september 2013.Dengan frekuensi
latiahan tiap minggunya sebanyak tiga kali. Seperti yang dikemukan oleh Harsono
(1988:194): Weight training sebaiknya dilakukan tiga kali dalam seminggu misalnya
senin, rabu, jum’at, dan diselingi dengan satu hari istirahat untuk memberikan
kesempatan bagi otot untuk berkembang dan mengadaptasikan diri pada hari istirahat
tersebut.
Pemberian penambahan beban latihan kepada sampel menggunakan perinsip
latihan overload yang merupakan salah satu prinsip dalam latihan, penambahan beban
dilakukan secara bertahap dengan sistem tangga atau “the step type approach” dari
Bompa (1983) yang dikutip oleh Harsono (1988:105) sebagai berikut :
beban diturunkan (ini adalah yang disebut unloading phase), yang maksudnya adalah untuk memberi kesempatan kepada organisme tubuh untuk melakukan regenerasi. Maksudnya regenerasi adalah agar atlet dapat “mengumpulkan tenaga” atau mengakumulasi cadangan-cadangan fisiologis dan pisikologis untuk persiapan beban latihan yang lebih berat lagi di tangga-tangga 5-6. Setiap tangga disebut micro-cycle.
6 8
3 5 7 2 4
1
Gambar 3.5 Penambahan Beban Latihan Sumber: Harsono,1988:105
Dalam penelitian ini penulis melakukan latihan tiga kali dalam seminggu, yaitu:
1. Senin, pukul 14.00-16.00 WIB di SOSI Universe Bandung
2. Rabu, pukul 14.00-16.00 WIB di SOSI Universe Bandung
3. Jum’at, pukul 14.00-16.00 WIB di SOSI Universe Bandung
Latihan yang akan dilakukan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pemanasan, latihan
inti, dan pendinginan. Berikut ini uraian dari ketiga bagian latihan.
1. Pemanasan
Pemanasan dilakukan untuk mempersiapkan otot-otot yang akan dilatih agar
otot yang bersangkutan siap untuk mengangkat beban yang sudah ditentukan, dan
juga untuk meminimalisir cedera pada saat melakukan latihan inti. Menurut
Karpovich yang dikutip oleh Harsono (1988:163), pemanasan tidak akan
meningkatkan prestasi seorang atlet, tetapi menurutnya “pemanasan hanya dibutuhkan
untuk menghindari dari cedera-cedera otot dan sendi pada waktu melakukan aktifitas
sepeda, jogging, tredmill dan lain-lainnya dengan intensitas yang rendah dengan
melakukan sekitar 5-10 menit”. Kemudian dilanjutkan peregangan dinamis. Pada
tahap latihan pemanasan kedua kelompok sampel melakukan latihan pemanasan yang
sama.
2. Latihan Inti
Masing-masing kelompok melakukan latihan squat, kelompok piramid system
melakukan latihan squat dengan jumlah set dalam sistem ini adalah 3 set dan istirahat
3-5 menit, dan kelompok burnout sistem melakukan latihan squat dengan rentang
intensitas angkatan dikurangi 5 % tiap set, hingga tenaga habis terbakar dan istirahat
antara setiap set hanya 5 detik, digunakan untuk melepaskan dan memasang penahan
beban yang ada pada weigh training machine.
3. Pendinginan
Setelah melakukan latihan inti sesuai dengan yang diinstruksikan, sampel
melakukan pendinginan dan peregangan pasif yang bertujuan untuk mengurangi rasa
sakit pada otot setelah melakukan latihan dan untuk meregangkan atau melenturkan
kembali otot-otot yang tegang terutama pada otot yang dominan saat melakukan
latihan. Kedua kelompok melakukan pendinginan dan peregangan yang sama.
3.8Program Latihan Squat Dengan Metode Sistem Burnout Dan Piramida Sistem
A.
Program Latihan Squat Dengan Menggunakan Sistem burnout
Pertemuan -Sepeda statis 5 menit -Peregangan Dinamis b. Latihan Inti
System -Sepeda statis 5 menit -Peregangan Dinamis b. Latihan Inti
-Melakukan latihan squat dengan Metode -Sepeda statis 5 menit -Peregangan Dinamis b. Latihan Inti
-Melakukan latihan squat dengan Metode burnout -Sepeda statis 5 menit -Peregangan Dinamis b. Latihan Inti
-Melakukan latihan squat dengan Metode burnout -Sepeda statis 5 menit -Peregangan Dinamis b. Latihan Inti
dengan Metode burnout -Sepeda statis 5 menit -Peregangan Dinamis b. Latihan Inti
-Melakukan latihan Squat dengan Metode burnout -Sepeda statis 5 menit -Peregangan Dinamis b. Latihan Inti
-Melakukan latihan Squat dengan Metode burnout
B.
Program Latihan Squat Dengan Menggunakan Sistem piramida
Pertemuan -Sepeda statis 5 menit -Peregangan Dinamis -Sepeda statis 5 menit -Peregangan Dinamis
7 – 9
-Peregangan Statis -Sepeda statis 5 menit -Peregangan Dinamis -Sepeda statis 5 menit -Peregangan Dinamis b. Latihan Inti
-Melakukan latihan Squat dengan Metode piramida -Sepeda statis 5 menit -Peregangan Dinamis b. Latihan Inti
-Melakukan latihan Squat dengan Metode piramida -Sepeda statis 5 menit -Peregangan Dinamis b. Latihan Inti
-Melakukan latihan Squat dengan Metode piramida -Sepeda statis 5 menit -Peregangan Dinamis b. Latihan Inti
Minggu 8
22 - 24
a. Pendahuluan -Peregangan Statis -Sepeda statis 5 menit -Peregangan Dinamis b. Latihan Inti
-Melakukan latihan Squat dengan Metode piramida
3.9Prosedur Pengolahan Data
Setelah data penelitian terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah data dan
menganalisis data tersebut secara statistik. Langkah-langkah pengolahan data tersebut,
ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:
1. Menghitung skor rata-tata dari setiap kelompok sampel dengan rumus dari Nurhasan
(2002:22):
∑
Arti dari tanda- tanda tersebut adalah :
= Rata rata hitung yang dicari
∑ = Jumlah dari
Xi = Data hasil pengukuran
n = Jumlah sampel
2. Menghitung simpangan baku, menurut Nurhasan (2002:36) :
√∑( )
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah :
S =Simpangan baku yang dicari
n =Jumlah sampel
∑(X X)² = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
Varians terbesar F =
Varians terkecil
Kriteria pengujian adalah : terima hipotesis jika F-hitung lebih kecil dari F-tabel
distribusi dengan derajat kebebasan = (V1, V2) dengan taraf nyata (a) =0,5.
4. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Prosedur yang
digunakan adalah :
a. Pengamatan X1,X2,…Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,..Zn dengan menggunakan
rumus :
( dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).
b. Untuk simpangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang F (ZI)=P (z ZI)
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,….Zn Zi. Jika proporsi ini dinyatakan S(zi),
maka :
Banyaknya S(Zi)= Z1,Z2,….Zn Zi
n
d. Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Untuk
menolak atau menerima hopotesis, kita bandingkan Lo dengan nilai kritis L yang
diambil dari daftar untuk taraf nyata yang dipilih. Kriterianya adalah: tolak
hipotesis nol jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi Ldari daftar
tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.
5. Pengujian signifikan peningkatan hasil latihan, menggunakanuji t dengan rumus :
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah :
t = nilai t hitung yang dicari
̅= rata-rata nilai beda
= simpangan baku
n = jumlah sampel
6. Uji signifikansi perbedaan
√ ⁄ ⁄
Untuk perbedaan kelompok
= Simpangan baku
= Jumlah sampelkelompok 1
= Jumlah sampel kelompok 2
= Nilai rata-rata kelompok 1
= Nilai rata-rata kelompok 2
Uji Ho t kriteria pengujiannya adalah terima hipotesis jika t t–α. Dalam hal lainnya
Ho ditolak, distribusi t dengan tingkat kepercayaan 0,05 dan drajat kebebasan (dk) =
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data tentang
perbandingan pengaruh latihan half squat dengan menggunakan metode piramid sistem
dan metode burnout sistem terhadap peningkatan kekuatan maksimal otot tungkai. Maka
dari itu penulis dapat mengambil kesimpulan dibawah ini:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan squat dengan menggunakan metode
piramid sistem terhadap peningkatan kekuatan maksimal otot tungkai.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan squat dengan metode burnout sistem
terhadap peningkatan kekuatan maksimal otot tungkai.
3. Terdapat pengaruh yang sangat signifikan dari latihan squat dengan metode piramid
sistem daripada metode burnout sistem terhadap peningkatan kekuatan maksimal otot
tungkai.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan maka saran-saran yang dapat
penulis berikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi para pelatih, atlet, maupun pembina olahraga lainnya dalam pembuatan program
latihan khususnya latihan kekuatan maksimal otot tungkai dapat menggunakan
metode piramid sistem karena metode tersebut memberikan pengaruh yang lebih
efektif dalam peningkatan kekuatan maksimal otot tungkai, sedangkan metode
burnout sistem dapat digunakan untuk variasi latihan agar tidak merasa jenuh.
hasil penelitian bisa dibandingkan antara hasil program latihan laki-laki dan
perempuan, khususnya latihan untuk meningkatkan kekuatan maksimal otot tungkai,
dan latihan daya tahan otot lainnya pada umumnya.
3. Diharapkan ke depannya dilakukan penelitian dengan metode latihan yang lain,
sehingga hasil penelitian dapat dilakukan sebagai alternatif atau variasi agar
meminimalisir kejenuhan dalam menjalankan program latihan.
4. Prestasi yang optimal bukan hanya bisa dicapai dengan latihan yang keras, akan tetapi
yang tidak kalah penting adalah kualitas program latihan yang dijalaninya.
Demikian kesimpulan dan sumbang saran yang dapat penulis kemukakan, semoga
hasil penelitian ini dapat berguna dan memberikan manfaat yang besar bagi
pengembangan cabang olahraga prestasi, pembina olahraga, atlet, dan semua insan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta.
Bompa, Tudor O. (1990). Theory And Method of Training. Ontario Canada. York University.
Damiri, Ahmad (1994). Anatomi Manusia. FPOK IKIP Bandung.
Dikdik Zafar Sidik (2008). Modul Kondisi Fisik Olahraga. FPOK UPI Bandung.
Giriwijoyo, Santosa. (2007). Ilmu Faal Olahraga (fisiologi Olahraga). Bandung. FPOK UPI Bandung.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta. CV. Tembaka Kusumah.
Hidayat Imam (1998). Biomekanika. Bandung. CV. Andira Bandung.
Levinus, Pesurnay Paulus dan Sidik, Dikdik Zafar (2007). Materi Penataran Pelatihan Fisik
Tingkat Provinsi Se-Indonesia. FPOK UPI Bndung.
Lutan, R. (2007). Penelitian Pendidikan dalam Pelatihan Olahraga. Bandung : Jurusan Pendidikan Kepelatihan olahraga FPOK UPI.
Matjan, Bastinus (2008). Modul Olahraga dan Cedera. FPOK UPI Bandung.
Nurhasan, dkk (2002). Pengembangan Sistem Pembelajaran Modul Statistik. FPOK UPI Bandung.
Nurhasan. (2007). Model Tes Dan Pengukuran Keolahragaan. FPOK UPI Bandung.
Rai, Ade. (2008). Daya Hidup Fitnes, dan Binaraga. Jakarta. Tabloit Bola.
Sugiyono (2008). Metode Penelitin Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
www.fitnessinmotion1.com/fitnesstips.html
Lampiran A
Data Mentah Hasil Tes dan Pengukuran Kelompok metode sistem piramida
No Nama Tes Awal Tes Akhir selisih
1 Raya 117 142 25
2 Ozi 122 148 26
3 Oktha 123 151 28
4 Fadel 124 152 28
5 Dzul 126 156 30
6 Cipta 129 159 30
7 Fadly 129 159 30
8 Iman 131 165 34
9 Fikri 133 169 36
10 Ibam 134 170 36
∑ Jumlah 1268 1571 303
X Rata-rata 126,8 157,1 30,3
S Simpangan baku 5,37 9,14 3,88
S Varians 28,84 83,65 15,12
1) Menghitung rata-rata kelompok latihan half squat metode sistem piramida
Rumus: ∑
1. Tes Awal
= 126,8
2. Tes Akhir
= 157,1
3. Selisih
Lampiran A (Lanjutan)
2) Mencari simpangan baku tes awal dan tes akhir kelompok piramid system.
Rumus: √∑( ) 1. Tes Awal
√
√
= √
= 5,37
2. Tes Akhir
√
√
= √
= 9,14
3. Selisih
√
√
= √
Lampiran A (Lanjutan)
Berdasarkan hasil penghitungan tersebut diatas maka nilai rata-rata dan
simpangan baku kelompok sistem piramida adalah sebagai berikut :
1. Nilai rata-rata tes awal adalah sebesar 126,8 dan simpangan baku 5,37
2. Nilai rata-rata tes akhir adalah sebesar 157,1 dan simpangan baku 9,14
Lampiran B
Data Mentah Hasil Tes dan Pengukuran Kelompok metode burnout
No Nama Tes Awal Tes Akhir Selisih
1 Detri 114 134 20
2 Rendi 118 138 20
3 Reza 121 142 21
4 Riski 125 147 22
5 Deni 125 150 22
6 Gilang 128 150 22
7 Fajar 129 152 23
8 Riko 131 156 25
9 Diki 132 157 25
10 Bobi 134 162 28
∑ Jumlah 1257 1488 228
X Rata-rata 125,7 148,8 22,8
S Simpangan baku 6,42 8,76 2,52
S Varians 41,34 76,84 6,4
1) Menghitung rata-rata kelompok latihan half squat metode sistem burnout
Rumus: ∑
1. Tes Awal
= 125,7
2. Tes Akhir
= 148,8
3. Selisih
Lampiran B (Lanjutan)
2) Mencari simpangan baku tes awal dan tes akhir kelompok sistem burnout.
Rumus: √∑( )
1. Tes Awal
√
√ = √
= 6,42
2. Tes Akhir
√
√ = √
= 8,76
3. Selisih
√
√ = √
= 2,52
Berdasarkan hasil penghitungan tersebut di atas maka nilai rata-rata dan
simpangan baku kelompok sistem burnout adalah sebagai berikut :
1. Nilai rata-rata tes awal adalah sebesar 125,7 dan simpangan baku 6,42
2. Nilai rata-rata tes akhir adalah sebesar 148,8 dan simpangan baku 8,76
Lampiran C
Hasil Penghitungan Uji Homogenitas
Varians terbesar F =
Varians terkecil
1. Tes Awal
F =
= 1,43
Kriteria hipotesis terima hipotesis jika F hitung < F tabel F 0.05 (9.9). data
diatas memiliki hilai F hitung 1.43 < F tabel 3.18 dengan demikian hipotesis
diterima, maka data populasi di atas mempunyai varians yang homogen.
2. Tes Akhir
F =
= 1,08
Kriteria hipitesis terima hipotesis jika F hitung < F tabel F 0.05 (9.9). data
diatas memiliki hilai F hitung 1,08 < F tabel 3.18 dengan demikian hipotesis
Lampiran D
Data Hasil Pengujian Normalitas
1) Data Hasil pengujian normalitas tes awal kelompok sistem piramida
No. X Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi) 1 117 -1,82 0,034 0,100 0,066
2 122 -0,89 0,186 0,200 0,014 3 123 -0,71 0,240 0,300 0,060
4 124 -0,52 0,301 0,400 0,099
5 126 -0,15 0,441 0,500 0,059
6 129 0,41 0,659 0,600 0,059
7 129 0,41 0,659 0,700 0,041 8 131 0,78 0,783 0,8 0,017
9 133 1,15 0,876 0,9 0,024
10 134 1,34 0,910 1 0,090
Kriteria hipotesis adalah tolak hipotesis apabila Lo > L tabel, kemudian
dalam hal lain hipotesis diterima. Dengan = 10 dan taraf nyata (α) = 0.05, maka
di dapat L = 0.2580. dari data di atas didapat lo = 0,099 < L tabel = 0.2580, maka
hipotesis diterima. Dengan demikian populasi tersebut merupakan populasi yang
Lampiran D (Lanjutan)
2) Data Hasil pengujian normalitas tes akhir kelompok piramida sistem
No. X Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi) 1 142 -1,65 0,049 0,100 0,051 2 148 -0,99 0,160 0,200 0,040 3 151 -0,67 0,252 0,300 0,048 4 152 -0,56 0,289 0,400 0,111 5 156 -0,12 0,452 0,500 0,048 6 159 0,21 0,582 0,600 0,018 7 159 0,21 0,582 0,700 0,118 8 165 0,86 0,806 0,8 0,006 9 169 1,30 0,903 0,9 0,003
10 170 1,41 0,921 1 0,079
Kriteria hipotesis adalah tolak hipotesis apabila Lo > L tabel, kemudian
dalam hal lain hipotesis diterima. Dengan n = 10 dan taraf nyata (α) = 0.05, maka
di dapat L = 0.2580. dari data di atas dadapat lo = 0.118 < L tabel = 0.2580, maka
hipotesis diterima. Dengan demikian populasi tersebut merupakan populasi yang
Lampiran D (Lanjutan)
3) Data Hasil pengujian normalitas tes awal kelompok burnout sistem
No. X Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi) 1 114 -1,82 0,034 0,100 0,066
2 118 -1,20 0,116 0,200 0,084
3 121 -0,73 0,232 0,300 0,068 4 125 -0,11 0,457 0,500 0,043
5 125 -0,11 0,457 0,500 0,043
6 128 0,36 0,640 0,600 0,040
7 129 0,51 0,696 0,700 0,004
8 131 0,82 0,795 0,8 0,005 9 132 0,98 0,836 0,9 0,064
10 134 1,29 0,902 1 0,098
Kriteria hipotesis adalah tolak hipotesis apabila Lo > L tabel, kemudian
dalam hal lain hipotesis diterima. Dengan n = 10 dan taraf nyata (α) = 0.05, maka
di dapat L = 0.2580. dari data di atas dadapat lo = 0.098 < L tabel = 0.2580, maka
hipotesis diterima. Dengan demikian populasi tersebut merupakan populasi yang
Lampiran D (Lanjutan)
4) Data Hasil pengujian normalitas tes akhir kelompok burnout sitem
No. X Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi) 1 134 -1,69 0,046 0,100 0,054
2 138 -1,23 0,109 0,200 0,091
3 142 -0,78 0,219 0,300 0,081 4 147 -0,21 0,419 0,400 0,019
5 150 0,14 0,554 0,500 0,054
6 150 0,14 0,554 0,600 0,046
7 152 0,37 0,642 0,700 0,058
8 156 0,82 0,794 0,8 0,006 9 157 0,94 0,825 0,9 0,075
10 162 1,51 0,934 1 0,066
Kriteria hipotesis adalah tolak hipotesis apabila Lo > L tabel, kemudian
dalam hal lain hipotesis diterima. Dengan n = 10 dan taraf nyata (α) = 0.05, maka
di dapat L = 0.2580. dari data di atas dadapat lo = 0,091 < L tabel = 0.2580, maka
hipotesis diterima. Dengan demikian populasi tersebut merupakan populasi yang
Lampiran E
Pengujian Signifikansi Kelompok Sampel Sistem Piramida
1. Rumusan Hipotesis
Ho: B = 0, Latihan half squat dengan menerapkan sistem piramida memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal
otot tungkai
H1: B ≠ 0, Latihan half squat dengan menerapan sistem burnout tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
kekuatan maksimal otot tungkai
2. Pendekatan Statistik
̅
√
= 30,3/ 1,22
= 24,83
3. Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
- Terima hipotesis jika
–
t
1 – ½ α< t < t
1 – ½ α - Tolak hipotesis dalam hal lainya4. Batas kritis penerimaan dan penolakan
Lampiran E (Lanjutan)
5. Kesimpulan
5.1Dari hasil pengujian diperoleh t hitung (15,9) yang lebih besar dari
t-tabel dari daftar distribusi t (2.26). Maka t hitung berada pada daerah
penolakan Ho, jadi Ho ditolak.
5.2Kesimpulan adalah latihan half squat dengan menerapkan sistem
piramida memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
kekuatan maksimal otot tungkai
Lampiran F
Pengujian Signifikansi Kelompok Sampel Sistem Burnout
1. Rumusan Hipotesis
Ho: B=0, Latihan half squat tanpa menggunakan sistem piramida
memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap
peningkatan kekuatan maksimal tungkai
H1: B≠0, Latihan half squat tanpa menggunakan sistem burnout memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
kekuatan maksimal otot tungkai
2. Pendekatan Statistik
̅
√
= 22,8 / 0,79
= 28,86
3. Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
- Terima hipotesis jika
–
t
1 – ½ α< t < t
1 – ½ α- Tolak hipotesis dalam hal lainnya
4. Batas kritis penerimaan dan penolakan
Harga t = 1 –½ α dk = n1 – 1 = 1 – ½ (0,05) = 10 – 1 = 0,975 = 9
5. Kesimpulan
5.1Dari hasil pengujian diperoleh t hitung (8,43) yang lebih besar dari t-tabel dari
daftar distribusi t (2,26). Maka t hitung berada pada daerah penolakan Ho, jadi
Lampiran F (Lanjutan)
5.2Kesimpulannya adalah latihan half squat menggunakan metode sistem
piramida memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
Lampiran G
Pengujian Signifikansi Perbedaan Hasil Latihan Kedua Kelompok 1. Rumusan Hipotesis
Ho : µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara latihan half
squat dengan menggunakan metode sistem piramida dan metode sistem
burnout terhadap peningkatan kekutan maksimal otot tungkai.
H1 : µ1?µ2 Terdapat perbedaan yang signifikan antaran latihan half squat
dengan menggunakan metode sistem piramida dan menggunakan metode
sistem burnout terhadap peningkatan kekuatan maksimal otot tungkai.
2. Pendekatan Statistik
S2 =
=
= 192,6/ 18
= 10,7
√ ⁄ ⁄
= √ =
= 11,2
3. Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
- Terima hipotesis jika t ⩽ t1 – α
Lampiran G (Lanjutan) 4. Batas Kritis Penerimaan dan Penolakan
Harga t = 1 –½ α dk = n1 +n2 – 2
= 1- ½ (0,05) = 20 – 2
= 0,975 = 18
5. Kesimpulan
a. Dari hasil pengujian diperoleh t hitung (11,2) yang lebih kecil dari
t-tabel dari daftar distribusi t (2.10). Maka t hitung berada pada
daerah penolakan Ho, jadi Ho ditolak.
b. Kesimpulan adalah latihan squat dengan menggunakan metode
sistem piramida pada bentuk latihan squat memberikan pengaruh
yang lebih baik dari latihan dengan menggunakan metode burnout
sistem pada bentuk latihan squat terhadap peningkatan kekuatan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
3. Nama : Angga Tri Noval Bastiana
4. Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 18 November 1989
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Agama : Islam
7. Alamat : Jl. Geger Kalong Girang No.39 Bandung
8. Nama Ayah : Nana Rosadi
9. Nama Ibu : Yati Sumartati
10.Riwayat Pendidikan :
11.SDN HARAPAN I BANDUNG, lulus tahun 2001
12.SLTPN 29 BANDUNG, lulus tahun 2004
13.SMKN PUTRA PAJAJARAN, lulus tahun 2006
14.Tahun 2007 menjadi mahasiswa jurusan FPOK UNIVERSITAS