• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Pegawai Tetap di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Pegawai Tetap di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Sumber penerimaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagian besar

berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan untuk

memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

kehidupan sosial-ekonomi rakyat serta mendorong kemajuan modernisasi di segala

bidang kehidupan. Hal ini diatur dalam isi UUD 1945 Pasal 23A yang berbunyi :

“Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur

dengan Undang-Undang”. (Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia, Bab

VIII, Pasal 23A) Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 angka 1

menyatakan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Undang-Undang Republik Indonesia

No.16 Tahun 2009, Pasal 1, Angka 1)

Kesadaran sebagai Warga Negara Republik Indonesia yang telah memperoleh

penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dapat ditunjukkan melalui

kepatuhan terhadap pembayaran pajak dalam mewujudkan pembangunan nasional

secara mandiri. Penerimaan pajak dari tahun ke tahun dimasukkan ke dalam

(2)

negara yang potensial dibandingkan dengan penerimaan negara secara internal

lainnya, seperti : penerimaan negara bukan pajak, disamping penerimaan negara

secara eksternal, yaitu pinjaman luar negeri. Tersedianya dana yang bersumber dari

dalam negeri, akan memberikan jaminan lebih kepada rakyat, sebagai cerminan dari

prinsip bantuan nasional dalam upaya melepas ketergantungan pada sumber dana luar

negeri, sehingga bantuan asing dianggap sebagai pelengkap yang relatif kecil di masa

depan.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991, Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008,

mengakibatkan sistem pemungutan pajak di Indonesia mengalami perubahan, dari

sistem pemungutan pajak secara Official Assessment System berubah menjadi Self

Assessment System. Official Assessment System mengandung arti bahwa petugas

pajak yang menentukan sendiri berapa besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh

Wajib Pajak. Sementara itu, Self Assessment System mengandung pengertian yang

sebaliknya, yaitu setiap wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung,

memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri besarnya jumlah pajak yang

terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam

sistem ini, pemerintah menuntut kesadaran, kejujuran, dan peran serta masayarakat

dalam mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. (Mardiasmo,2009 :

7)

(3)

Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu bentuk penerimaan pajak yang

diperoleh Negara. Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak yang dipotong oleh

pihak ketiga atau pemberi kerja atas penghasilan yang dibayarkan kepada Wajib

Pajak Orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan.

(Mardiasmo,2009 : 158)

Saat terutang pajak penghasilan dilihat dari segi subjeknya. Subjek Pajak

menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan di atas

PTKP. Para pegawai tetap tidak dapat menghindari kewajiban membayar pajak atas

penghasilan yang diperolehnya karena data lengkap mengenai perolehan penghasilan

pegawai tetap ada pada badan atau instansi pemerintahan selaku pemberi kerja.

Penghasilan pegawai tetap akan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 oleh pemotong

pajak yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan. Pada kenyataannya, kesalahan dalam melakukan penghitungan terhadap

pemotongan pajak atas penghasilan pegawai tetap, menimbulkan kendala-kendala

sebagai akibat informasi yang diberikan dalam bentuk buku panduan perpajakan yang

tidak dimengerti oleh pembaca atau yang biasa disebut sebagai pemotong pajak

sehingga para pegawai merasa dirugikan.

Dengan memperhatikan hal tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk

mempelajari dan memahami bagaimana sebenarnya tata cara penghitungan Pajak

Penghasilan Pasal 21 yang dikenakan bagi pegawai tetap dalam instansi pemerintahan

khususnya di KPP Pratama Medan Petisah. Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(4)

dengan kenyataan di lapangan tempat PKLM berlangsung agar mahasiswa dapat

mengetahui situasi dunia kerja yang sebenarnya. Oleh sebab itu, laporan ini saya beri

judul :

“TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat baik untuk mahasiswa itu sendiri, pihak universitas, atau pihak

instansi pemerintah yang dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Medan Petisah dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri (PKLM).

1.2.1 Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang

dilaksanakan oleh mahasiswa Program Diploma III Administrasi Perpajakan

diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM, antara lain :

1.1 Untuk mengetahui tata cara penghitungan PPh Pasal 21 atas pegawai tetap

di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah.

1.2 Untuk mengetahui tata cara pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

atas pegawai tetap di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

Petisah.

(5)

1.3 Untuk mengetahui kendala-kendala atau penghambat yang dialami Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dalam menghitung Pajak

Penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap.

1.4 Untuk mengetahui dampak-dampak atas prosedur yang digunakan dalam

pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap.

1.2.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1Bagi Mahasiswa

a. Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu secara

langsung pada bidang yang ditekuni sehingga dapat membandingkan

antara teori yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dengan praktik

di lapangan.

b. Menambah wawasan dan pengalaman serta mengembangkan

keterampilan dan kreativitas dalam menghadapi berbagai macam

masalah di bidang perpajakan yang akan dijadikan modal penting

untuk bekerja di perusahaan.

c. Melatih mahasiswa untuk berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap

pekerjaan yang diberikan serta mengembangkan dan mengubah sikap,

kemampuan, dan keterampilan dalam berkomunikasi di lingkungan

instansi pemerintahan.

d. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam bidang perpajakan

seiring dengan adanya undang-undang perpajakan yang

sewaktu-waktu dapat berubah dan memperoleh prestasi terbaik.

(6)

e. Menyiapkan mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan setelah

menamatkan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FISIP USU dan memperoleh karir melalui penilaian yang terbaik.

2.2Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah

a. Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan instansi

pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak.

b. Dapat menjadi sumbang saran dan masukan bagi Kantor Pelayanan

Pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

Petisah.

c. Memperoleh ide-ide baru dalam upaya mengoptimalkan Pajak

Penghasilan (PPh) Pasal 21.

d. Menyediakan mutu program kerja jangka pendek di Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah.

e. Membangun citra instansi pemerintahan yang baik khususnya citra

Direktorat Jenderal Pajak.

2.3Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU)

a. Menjalin hubungan baik antara fakultas dengan instansi pemerintahan

khususnya KPP Pratama Medan Petisah.

(7)

b. Mempromosikan sumber-sumber potensi dari Program Studi Diploma

III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

c. Diharapkan dengan adanya temuan mahasiswa mengenai ilmu

pengetahuan yang baru diperolehnya dalam praktik kerja di lapangan

dapat merevisi kurikulum guna meningkatkan pengetahuan di bidang

perpajakan.

d. Sebagai bahan masukan guna melakukan evaluasi sejauh mana

kualitas teori yang telah diberikan kepada mahasiswa dibandingkan

dengan kualitas teori yang diperoleh mahasiswa selama menjalani

PKLM di lapangan.

e. Mendorong kemajuan alumni di masa akan datang.

C. Uraian Teoritis 1. Defenisi pajak

Defenisi pajak menurut para ahli antara lain :

1.1 Mr. Dr. N. J. Feldmann dalam (Waluyo,2010 : 2) mengatakan bahwa Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada

penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa

adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaran umum.

1.2 Prof. Dr. M. J. H. Smeets dalam (Waluyo,2010 : 3) mengatakan bahwa Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui

(8)

norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya

kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual,

maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

1.3 Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam (Suandy,2009 : 9) mengatakan bahwa Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut

oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya

produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai

kesejahteraan umum.

1.4 Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam (Suandy,2009 : 10) mengatakan bahwa Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa

timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.

2. Fungsi Pajak

2.1Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. (Suandy,2009 :

13)

2.2Fungsi Regulerend

Yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu.

(9)

Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dapat

dilihat dalam contoh sebagai berikut :

a. Pemberian insentif pajak (misalnya : tax holiday, penyusutan

dipercepat) dalam rangka meningkatkan investasi baik dalam negeri

maupun investasi asing.

b. Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam rangka

memenuhi kebutuhan dalam negeri.

c. Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk

produk impor tertentu dalam rangka melindungi

produk-produk dalam negeri. (Suandy,2009 : 14)

3. Jenis Pajak

3.1Menurut Golongannya

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada

pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan.

Contoh : Pajak Penghasilan yang dikenakan terhadap penghasilan

yang dapat dikenakan secara berkala dan berulang-ulang dalam jangka

waktu tertentu baik masa pajak maupun tahun pajak.

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeserkan kepada pihak lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terjadi karena terdapat

(10)

produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan

kepada konsumen baik secara eksplisit maupun implisit (dimasukkan

dalam harga jual barang atau jasa). (Suandy,2009 : 37)

3.2Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan kondisi atau keadaan pribadi Wajib Pajak. Dalam menentukan

pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat

dengan keadaan materialnya.

Contoh : Pengenaan Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak Orang

Pribadi dengan memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak sesuai

dengan status perkawinan, jumlah tanggungan, dan banyaknya anak

untuk menentukan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

sebagai pengurang jumlah penghasilannya dalam menghitung pajak

terutang. Harta kekayaan yang dimiliki juga merupakan cerminan dari

penghasilan Wajib Pajak.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya saja baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa

yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa

memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak maupun tempat tinggal.

Contoh : PPN dan PPnBM serta PBB. (Suandy,2009 : 39)

(11)

3.3Menurut Wewenang Pemungutannya a. Pajak Pusat

Pajak Pusat adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada

pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen

Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak.

Contoh : PPh, PPN, PPnBM, Bea Materai, dan Pajak Bumi dan

Bangunan sektor Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan.

b.Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas

Pendapatan Daerah. Contoh : pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan,

pajak reklame, pajak penerangan jalan, dan sebagainya. (Suandy,2009 :

38)

4. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 4.1Defenisi Pajak Penghasilan Pasal 21

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 tentang

Pajak Penghasilan, Penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang

diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau

untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama

dan dalam bentuk apapun. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

36 Tahun 2008, Pasal 4, Ayat 1)

(12)

Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa

gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan

dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atas jabatan, jasa, dan

kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri.

(Pandiangan,2010 : 2).

4.2Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 21 pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,

atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh :

a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan

pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang

dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honoraraium,

tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa,

atau kegiatan.

c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan

pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun.

d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai

imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang

melakukan pekerjaan bebas.

(13)

f. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan

dengan pelaksanaan suatu kegiatan. (Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2008, Pasal 21, Angka 1)

Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Casavera adalah :

a. Pemberi kerja

b. Bendaharawan pemerintah.

c. Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan badan-badan lain.

d. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap.

e. Yayasan (termasuk yayasan di bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian, olahraga, kebudayaan), lembaga, kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, organisasi masa, organisasi sosial politik, dan organisasi lainnya.

f. Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintahan, organisasi, termasuk organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan). (Casavera,2008 : 6)

4.3Penerima Penghasilan yang Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 Penerima penghasilan adalah wajib pajak, yang penghasilannya

dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah :

a. Pejabat Negara, b. Pegawai, c. Pegawai Tetap, d. Penerima Pensiun, e. Penerima Honorarium,

f. Penerima Upah, dan

g. Orang Pribadi. (Casavera,2008 : 5)

4.4Penerapan Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk Pegawai Tetap

Penghasilan Kena Pajak (PKP) dihitung dari Penghasilan Bruto

(14)

Tua/Tunjangan Hari Tua (THT) pegawai tetap di KPP Pratama Medan

Petisah dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Kemudian PKP

dikalikan dengan Tarif Pasal 17 sesuai dengan Undang-Undang Pajak

Penghasilan yang berlaku. (Waluyo,2010 : 204)

4.5Tarif Pajak atas Penghasilan Pegawai Tetap

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan salah satunya diterapkan terhadap pegawai tetap, termasuk Pejabat

Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI/Polri, Pejabat Negara

Lainnya, Pegawai BUMN dan BUMD, dan anggota dewan komisaris yang

merangkap sebagai pegawai tetap di perusahaan yang sama atas

Penghasilan Kena Pajak. Berikut ini Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17 :

a. Sampai dengan Rp 50.000.000,- = 5%

b. Di atas Rp 50.000.000,- s.d Rp 250.000.000,- = 15%

c. Di atas Rp 250.000.000,- s.d Rp 500.000.000,- = 25%

d. Di atas Rp 500.000.000,- = 30%

(Waluyo,2010 : 111)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam hal ini Mahasiswa melakukan PKLM di KPP Medan Petisah. untuk mendapatkan serta mempelajari data tentang :

1. Jumlah wajib pajak khususnya pegawai tetap yang terdaftar di KPP Pratama

Medan Petisah pada tahun 2012.

(15)

2. Tata cara penghitungan Pajak penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap di KPP

Pratama Medan Petisah.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri maka penulis

menggunakan metode sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis melakukan persiapan yang dibutuhkan mulai

dari pengajuan judul, penetapan judul oleh Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan, pembuatan proposal, seminar proposal, dan

berkonsultasi dengan dosen pembimbing yang ditunjuk oleh Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

2. Studi Literatur

Yaitu kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca

landasan teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan

di bidang perpajakan, dan catatan-catatan yang ada hubungannya dengan

laporan penelitian.

3. Observasi Lapangan

Yaitu kegiatan pengamatan secara langsung terhadap objek pajak

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas pegawai tetap di KPP Pratama Medan

Petisah.

(16)

4. Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan mengenai sistem pemotongan dan penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas

Pegawai tetap yakni Pegawai Negeri Sipil (PNS) di KPP Pratama Medan

Petisah melalui :

4.1Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan yaitu melakukan penelitian terhadap berbagai

sumber bacaan, maupun literatur yang ada mengenai sistem pemotongan

dan penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.

4.2Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan yaitu dengan melakukan penelitian langsung ke lapangan (KPP Pratama Medan Petisah).

5. Analisis dan Evaluasi Data

Analisis data adalah uraian tentang data-data yang dikumpulkan.

Teknik analisa dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu teknis

analisis yang berlandaskan pada pemikiran atau teori yang telah ada dan

menjelaskannya dengan kata-kata yang sistematis sehingga permasalahan

dalam penelitian terungkap secara jelas dan objektif.

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun jenis-jenis data yang dikumpulkan berupa data tertulis dalam bentuk

dokumen, tabel, dan bagan. Metode pengumpulan data antara lain :

(17)

1. Observasi Lapangan

Pengumpulan data tentang peranan pemeriksaan lapangan, melakukan pengamatan langsung tentang objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang

dibahas.

2. Wawancara

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung dengan

melibatkan pegawai (key information) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Medan Petisah sebagai narasumber secara lisan yang berhubungan dengan

masalah yang dibahas.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang antara lain menguraikan

tentang latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM,

uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode

pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Dalam bab ini Penulis menerangkan tentang sejarah singkat,

struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, serta gambaran

pegawai di KPP Pratama Medan Petisah.

(18)

BAB III : GAMBARAN DATA TENTANG PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21

Dalam bab ini Penulis menguraikan tentang

ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21,

objek dan subjek Pajak Penghasilan Pasal 21, Tarif dan

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang ditetapkan dalam

Pajak Penghasilan Pasal 21, serta teori-teori perpajakan yang

mendukung tentang pemotongan dan penghitungan Pajak

Penghasilan Pasal 21 atas Pegawai Tetap yang dilakukan oleh

bendaharawan pemerintah.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Dalam bab ini Penulis menjelaskan tata cara penghitungan dan

pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap di

KPP Pratama Medan Petisah dari data yang diperoleh serta

mengetahui jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dibayar

atas Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap pada tahun

2012.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis berdasarkan

data yang diperoleh pada saat melakukan riset di Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah.

(19)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik.. Debitur

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXIX-B5, 2012 XXII ISPRS Congress, 25 August – 01 September 2012,

DQE reports are circulated to various mission teams as feedback on daily basis. However, it is required to systematically archive the quality information during various phases

bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pemberian Kuasa Kepada Pejabat

Mekanisme Pelaporan adalah mekanisme penyampaian pengaduan dugaan penyimpangan yang telah terjadi, sedang terjadi, atau akan terjadi yang melibatkan pegawai

berdasarkan permohonan pencairan sebagaimana dimaksud pada huruf b, Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul, mengajukan pencairan bagi hasil

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Bantul Nomor 24 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 5

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah: apakah ada pengaruh yang positif dan