• Tidak ada hasil yang ditemukan

Homeostasis 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Homeostasis 2"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HOMEOSTASIS

HOMEOSTASIS

DISUSUN OLEH

DISUSUN OLEH

DIKA SILVIA

DIKA SILVIA

UNIVERSITAS ABULYATAMA JURUSAN PSIK 

UNIVERSITAS ABULYATAMA JURUSAN PSIK 

ACEH BESAR 

ACEH BESAR 

2012

2012

(2)

KATA PENGANTAR 

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga saya telah dapat menyelesaikan

makalah ini yang sederhana ini dengan judul “HOMEOSTASIS”

Tak lupa pula shalawat beriring salam kita sanjungkan kepangkuan Nabi

 besar Muhammad SAW yang telah membawa umuatnya dari alam kebodohan ke

alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.

Saya ucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing saya

sehingga saya dapat menyelesikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini

karena keterbatasan kemampuan pengalaman saya serta saya juga menyadari

 banyak kekurangan pada penyusunan makalah ini baik dari segi isi maupun dari

  pembedaharaan kata, untuk itu saya sangat mengharap bimbingan dari

 pembimbing dan juga mengharapkan kritik dan saran.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih, semoga makealah ini

 bermanfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, Januari 2011

(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR  ... ... i DAFTAR ISI ... ... ii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar belakang ... ... 1 BAB II PEMBAHASAN 2 A. Pengertian Homeostasis 2 1... Biological Homeostasis ... ... 2 2... Variasi Homeostasis ... ... 3 3...

(4)

Homeostasis Reaktif  ... ... 3 4... Tekaanan ... ... 3 5... Sisa Homeostasis ... ... 4 6... Metabolisme Homeostasis ... ... 4

BAB III PENUTUP

7 A. Kesimpulan ... ... 15 DAFTAR PUSTAKA 8

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Homeostatis berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yaitu Homeo yang berarti sama dan statis yang berarti mempertahankan keadaan. Dengan kata lain, homeostasis adalah keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan internal tubuh yang dipertahankan secara alami oleh mekanisme adaptasi fisiologis (Minarma,2004).

Konsep homeostasis ini mengacu kepada pemeliharaan suatu keadaan stabil dinamis di dalam lingkungan cairan internal yang membasuh semua sel tubuh karena salah satu fungsi dari homeostasis adalah menstabilkan atau menyeimbangan cairan dalam tubuh. Sel-sel tubuh tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar, maka dari itu kelangsungan hidup sel bergantung pada  pemeliharaan lingkungan cairan internal yang stabil yang berhubungan langsung dengan sel. Contohnya dilingkungan internal O2 dan zat-zat gizi harus terus menerus diganti sesuai dengan kecepatan penggunaannya oleh sel sehingga homeostatis diperlukan menstabilkan dan menyeimbangkannya.

(6)

BAB II PEMBAHASA

A. Defenisi

Homeostasis merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam mempertahankan kondisi yang dialaminya. Proses homeostasis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostasis adalah suatu proses perubahan yang terus-menerus untuk memelihara stabilitas dan  beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Homeostasis yang terdapat

dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem endokrin dan syaraf  otonom. Secara alamiah proses homeostasis dapat terjadi dalam tubuh manusia.

Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostasis ini dapat melalui empat cara yaitu :

1. Self regulation.

Sistem ini dapat terjadi secara otomatis pada orang yang sehat seperti dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.

2. Cara kompensasi

Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan dalam tubuh. Sebagai contoh, apabila secara tiba-tiba lingkungan menjadi dingin, maka   pembuluh darah perifer akan mengalami konstriksi dan merangsang   pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan kegiatan (misalnya menggigil) yang dapat menghasilkan panas sehingga suhu tetap stabil,   pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat terjadi

ancaman terhadap tubuh, peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu badan.

3. Cara umpan balik negatif 

Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan abnormal tubuh secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik  untuk menyeimbangkan penyimpangan yang terjadi.

(7)

4. Umpan balik untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis.

Sebagai contoh apabila seseorang mengalami hipoksia akan terjadi proses   peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang

cukup ke sel tubuh.

Homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan emosional dan kesejahteraan mental. Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interaksi dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan kultur masyarakat. Contoh homeostasis psikologis adalah mekanisme pertahanan diri seperti menangis, tertawa, berteriak, memukul.

Homeostasis adalah keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan internal tubuh. Homeostasis merujuk pada ketahanan atau mekanisme pengaturan lingkungan kesetimbangan dinamis dalam (badan organisme) yang konstan. Homeostasis merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam biologi. Bidang fisiologi dapat mengklasifkasikan mekanisme homeostasis pengaturan dalam organisme. Umpan balik homeostasis terjadi pada setiap organisme (Resha,2009).

Contoh homeostasis yang ringkas ialah apabila cuaca panas, sistem kulit akan merespon dengan mengeluarkan peluh melalui kelenjar keringat pada epidermis kulit untuk mencegah suhu darahnya meningkat,  pembuluh darah akan mengembang untuk mengeluarkan panas ke sekitarnya, hal ini juga menyebabkan kulit berwarna merah.Homeostasis pada dasar nya adalah untuk menstabilkan cairan di sekitar sel-sel organisme multisel yaitu cairan ekstrasel (CES) yang merupakan interface antara sel dengan lingkungan liar.Oleh karena itu parameter  CES yang harus dipertahankan melalui homeostasis adalah :

1. Kadar Nutrien 2. Kadar O2 dan CO2 3. Kadar Sisa Metabolisme 4. PH

(8)

Dalam menyelenggarakan homeostasis ini tubuh harus senantiasa memantau adanya perubahan-perubahan nilai berbagai parameter,lalu mengkoordinasikan respons yang sesuai sehingga perubahan yang terjadi dapat di redam.Untuk itu,sel-sel tubuh harus mampu berkomunikasi satu dengan yang lainnya.Komunikasi antar sel ini merupakan media yang menopang pengendalian fungsi sel organ tubuh.Pengendalian yang paling sederhana terjadi secara lokal (intrinsik) yaitu yang dilakukan dengan komunikasi antar sel yang   berdekatan.Pengendalian jarak jauh (ekstrinsik) lebih kompleks dan

dimungkinkan melalui refleks yang dapat melibatkan system syaraf (lengkung refleks) maupun sistem endokrin (umpan balik) (Minarma,2004).

Homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan keimbangan yang sangat halus namun bersifat dinamis (dynamic steady state).Macam-macam  pengaturan yang terlibat dalam homeostasis itu sendiri meliputi :

1. Umpan balik positif : Contohnya adalah pada saat demam,badan akan  bertambah panas untuk membunuh bakteri dan virus.

2. Umpan balik negatif : Contoh pada saat keadaan panas,badan akan diatur  untuk mengurangi panas badan.

Pengaturan juga tidak hanya melalui umpan balik,tetapi dapat juga bersifat kedepan (feed forward control) yang memungkinkan tubuh mengantisipasi  perubahan yang akan datang.Bahkan besar respons juga dapat dimodulasi melalui up-regulation atau down-regulation jumlah dan /atau kinerja reseptor sel (Resha,2009).

Sistem-sistem yang terlibat dalam homeostasis meliputi:

transportasi,perolehan sumber nutrien,pembuangan sisa metabolisme,kontrol oleh saraf dan hormon,dan reproduksi.

(9)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Homeostasis adalah keseimbangan antara beberapa kekuatan yang  bertujuan menjaga kestabilan kondisi tertentu yang disebut sehat. Hampir setup fungsi tubuh makhluk hidup mempertahankan dirinya melalui sistem homeostasis. Di jaringan pare, cistern homeostasis yang utama adalah keseimbangan protease-antiprotease. Berdasarkan teori keseimbangan proteolitik, enzim proteolitik  (electric netroRI-EN) merupakan kekuatan yang mampu merusak beberapa elemen jaringan ikat tubuh, terutama jaringan elastin paru.Kekuatan tersebut diimbangi oleh anti protease (alfi-I-antitripsin-AAT) yang berfungsi menetralisir    protease sehingga tidak terjadi degradasi serat elastin. Serat elastin yang

mengalami degradasi dapat mengakibatkan kelainan pare yang permanen.

Protease tidak selalu merugikan, dalam beberapa hat: sangat diperlukan tubuh untuk melawan bench acing termasuk bakteri. Protease berbahaya apabila   berlebihan. Kerusakan yang diakibatkan oleh protease yang tidak terkontrol

adalah kerusakan jaringart yang penmonen.

Penyakit-penyakit pare yang diakibatkan oleh ketidak seimbangan   protease antiprotease adalah Penyakit Peru Obstruktif Kronis (PPOK),   bronkicktals, acme, fibrosis kistik den Acute Respiratory Distress Syndrome

(ARDS). Penyakit-penyakit Wyebut termasuk penyakit yang sukar diobati din  bersifat ireversibel.

Pada orasi ini dipaparkan perkembangan teori protease-antiprotease sejak ditemukannya AAT pada 1963, penelitian-penelitian tentang protease din antiprotease (termasuk di sini disertasi penulis) di era 1990-1993, pengembangan teori protease-antiprotease di era 1995-1999, sarnpai pada upaya pengobatan gen dan penggantian(replacement) proteininhibitor di mesa mendatang.

Pengaturan suhu tubuh pada manusia dan mamalia darat lainnya merupakan contoh suatu sistem homeostasis kompleks yang fasilitasi oleh mekanisme umpan balik.Sel-sel saraf yang mengontrol termoregulasi,dan juga

(10)

sel-sel saraf yang mengontrol banyak aspek lain dari homeostasis.Mekanisme dalam homeostasis diatur oleh otak terutama hipotalamus,hipotalamus memiliki termostat yang merespons terhadap perubahan suhu tubuh dengan cara mengaktifkan mekanisme yang memperbanyak hilangnya panas atau perolehan  panas.Sel-sel saraf yang mengindera suhu tubuh terletak pada kulit,hipotalamus itu sendiri dan beberapa bagian lain sistem saraf.Beberapa diantaranya adalah reseptor panas yang memberi sinyal kepada termostat di hipotalamus ketika suhu kulit atau darah meningkat.Sedangkan reseptor dingin bekerja mensinyal termostat ketika suhu tubuh menurun.Proses ini akan terjadi terus-menerus hingga lingkungan dinamis dalam tubuh akan berada pada jumlah yang normal (Campbell).

Termoregulasi itu sendiri merupakan penjagaan suhu tubuh agar berada dalam kisaran yang memungkinkan sel untuk berfungsi secara efisien,melibatkan transfer panas antara organisme dan lingkungan eksternal.Termoregulasi melibatkan penyesuaian fisiologis dan perilaku ektotermik dan endotermik  menyesuaikan laju pertukaran panasnya dengan lingkungan eksternalnya dengan cara pendinginan (Campbell,)

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC

Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta. Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York.

JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru Lahir Jakarta. Pusdiknakes.

JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.

Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth edition, Menlo Park, Calofornia.

Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Empedu memiliki fungsi, yaitu membantu pencernaan dan penyerapan lemak, berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kadar 8-OHdG serum dapat dipertimbangkan untuk dipergunakan membantu menilai derajat kerusakan sel neuron di otak terutama bila

Mata termasuk sistem saraf yang pelindungnya memiliki sel reseptor yang berfungsi untuk memusatkan atau memfokuskan cahaya pada lensa mata.. Umumnya, bola mata seperti sebuah kamera,

Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang membahas mengenai aspek K3 dimana variabel yang memiliki nilai risiko tertinggi yaitu tidak diberikannya pelatihan penyegaran K3 terutama

Mekanisme keterlibatan SSP yaitu virus bergerak retrograde dari saraf olfaktori, kemudian menuju ke SSP melalui sirkulasi limfosit atau sawar darah otak yang permeabel.16 Dari beberapa