• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat Pelindung Diri Di Instalasi Farmasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Alat Pelindung Diri Di Instalasi Farmasi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 1

MAKALAH ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN MAKALAH ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN “

“PENCEMARAN KALI MERI PENCEMARAN KALI MERI KELURAHAN SANAN AKIBATKELURAHAN SANAN AKIBAT INDUSTRI KRIPIK TEMPE

INDUSTRI KRIPIK TEMPE””

OLEH OLEH 1.

1. GILANG GILANG ANDHIKA ANDHIKA SEPBIANTO SEPBIANTO 1610.13251.21610.13251.24646 2.

2. HAIWA HAIWA 1610.13251.2471610.13251.247 3.

3. GERVASIUS GERVASIUS PATI PATI 1610.13251.21610.13251.24545 4.

4. PANJI PANJI MUSTASAWWIP MUSTASAWWIP 1610.13251.21610.13251.25454 5.

5. REYNA REYNA SANDRAWATI SANDRAWATI CINTYA CINTYA DEWI DEWI 1610.13251.2511610.13251.251 6.

6. RIZFAN RIZFAN PRAYOGIE PRAYOGIE ANGGARA ANGGARA 1610.13251.2601610.13251.260

PROGAM STUDI S1

PROGAM STUDI S1 KESEHATAN LINGKUNGANKESEHATAN LINGKUNGAN STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG

2018 2018

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pencemaran Kali Meri Kelurahan Sanan Akibat Industri Kripik Tempe”

Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya terhadap semua pihak yang telah membantu kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami selaku penulis mengharapkan banyak kritik dan saran demi  perbaikan makalah yang kami buat di masa depan.

Semoga makalah yang kami susun dapat berguna untuk semua permbaca. Kami mohon maaf apabila dalam penyajian makalah terdapat kata –   kata yang kurang berkenan.

Malang, 2 April 2018

(3)

ii DAFTAR ISI Kata Pengatar ... I Daftar Isi ... II Bab I Pendahuluan 1.1.Latar Belakang ... 1.2.Rumusan Masalah ... 1.3.Tujuan ... 1 1 2 BAB II Pembahasan

2.1 Gambaran Kondisi Sentra Industri Tempe Sanan ... 2.2 Pelanggaran HAM akibat Pembuangan Limbah Langsung Ke

Lingkungan ... 2.3 Penagangan Masalah Limbah Di Sentra Industri Tempe Sanan ...

3 6 8 BAB III Penutup 3.1 Kesimpulan ... 3.2 Saran ... 10 10 Daftar Isi ... 11

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri Tempe sanan merupakan sebuah sentra industri berskala rumah tangga yang 70% penduduknya bermatapencaharian sebagai produsen tempe maupun kripik tempe. Karakteristik dari sentra industri ini adalah belum mempunyai tempat penampungan dan pengolahan limbah sendiri. Limbah yang berasal dari aktivitas proses produksi maupun non proses produksi maupun non proses di buang begitu saja ke lingkungan(Ariningrum dkk, 2009). Karakter limbah cair ini tinggi kandungan bahan pencemaran organiknya  berupa pati, lemak, minyak dan protein serta detergen. Bahan pencemaran ini

sangat berbahaya karena sulit terdegradasi secara alami di lingkungan. Apabila limbah tersebut langsung langsung di buang ke sungai tanpa melalui  pengolahan akan sangat merusak lingkungan (Ariningrum dkk, 2009).

Kerusakan lingkungan akibat industri tempe melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) karena setiap manusia memiliki hak yang sama terhadap lingkungan untuk memperoleh lingkungan hidup yang sehat, hak itu merupakan Hak Asasi setiap umat manusia di dunia ini. Manusia dan lingkungan hidup dapat hidup berdampingan dengan sangat baik (Sugiantari, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana kondisi industri tempe dan kripik tempe di kelurahan Sanan?  b. Bagaimana hubungan HAM terhadap pencemaran lingkungan akibat

indutri tempe di Sanan?

(5)

2 1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui kondisi industri tempe dan kripik tempe di keluarahan Sanan.

 b. Untuk mengetahui hubungan HAM terhadap pencemaran lingkungan akibat industri tempe di Sanan.

c. Untuk mengetahui cara penaggulangan pencemaran lingkungan di keluarahan Sanan.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Sentra Industri Tempe Sanan

Seperti halnya semua usaha, prosesnya diawali dari bahan mentah atau bahan baku produksi yang kemudian menjadi barang jadi tentunya terdapat suatu sistem “input –  proses –  output”, dimana dalam sistem ini terdapat salah satunya dampak adalah limbah produksi. Sentra industri tempe di Sanan menimbulkan dampak buruk, yaitu adanya bau yang tidak sedap karena limbah kedelai dan kotoran sapi yang berada di lingkungan tersebut. Hal ini disebabkan oleh limbah industri tempe dan kotoran ternak di wilayah sanan yang mayoritas mempunyai hewan ternak dan industri tempe. Jika dilihat dari proses produksi tempe, limbah berasal dari air  bekas cucian dan perebusan pertama, rendaman pertama berupa limbah

cair. Kemudian pengupasan menghasilkan limbah padat, dilanjutkan  pencucian kedua sampai penirisan yang juga menghasilkan limbah cair. Sapi –  sapi yang diberi pakan dari limbah padat dan sebagian limbah cair dari produksi tempe ini juga menghasilkan kotoran yang pembuangnya langsung ke sungai (Tutuko, 2013).

Karakteristik limbah cair segar putih keruh, berbau busuk yang menyengat dan berbusa. Kekeruhan disebabkan oleh adanya benda tercampur atau koloid di dalam air yang berasal dari buangan organik seperti sisa –   sisa proses produksi tempe maupun buangan dari aktivitas sehari  –   hari penduduk sanan. Bau busuk pada limbah akibat adanya  pembusukan bahan cemaran organik oleh mikroorganisme, serta berasal

dari sisa –  sisa metabolisme manusia seperti urin dan feses yang terikut di dalam air (Ariningrum,dkk,2009).

Warna putih keruh pada air limbah berasal dari pembuangan air rendaman dan pengelupasan kulit kedelai yang masih banyak mengandung  pati, juga berasal dari air bekas pencucian peralatan proses produksi.

(7)

4

karena adanya aktivitas oraganisme yang menguraikan zat organik atau dari reaksi kimia yang terjadi dan menghasilkan gas tertentu (Ariningrum dkk, 2009).

Keberadaan busa berasal dari air sisa pencucian peralatan produksi,  peralatan dapur, maupun cucian pakaian, air bekas penggunaan sabun mandi dan shampo yang terikut di dalam limbah cair tempe, karena dibuang melalui saluran yang sama. Keberadaan busa yang mengindikasikan adanya bahan cemaran organik berupa deterjen. Hal ini dikarenakan kandungan zat aktif deterjen yaitu surfaktan, merupakan zat aktif permukaan zat aktif permukaan yang dapat menyebabkan timbulnya  busa sebagai akibat dari dipecahkanya struktur molekul air pada  permukaan dan tahan terhadap perluasan permukaan berkurang

(Ariningrum dkk, 2009).

(8)

Gambar 2. Kondisi sungai di Kelurahan Sanan

(9)

6

Gambar 4. Kondisi sungai di belakang sentra industri Sanan

2.2 Pelanggaran HAM akibat pembuangan limbah langsung ke lingkungan Pembuangan limbah sisa industri tempe di Sanan yang langsung ke lingkungan tanpa di kelola terlebih dahulu adalah perbuatan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Karena setiap manusia memiliki hak yang sama terhadap lingkungan hidup yaitu hak untuk memperoleh lingkungan hidup yang sehat, hak itu merupakan hak asasi setiap umat manusia di dunia ini. Manusia dan lingkungan hidup dapat hidup berdampingan dengan sangat baik, lingkungan hidup bukanlah obyek dari manusia yang dapat di manfaatkan tanpa memperlihatkan kelestarianya akan tetapi manusia dan lingkungan hidup harus hidup berdampingan dan saling mendukung karena posisi keduanya adalah sebagai subyek (Sugiantari, 2013).

Lingkungan hidup yang sehat merupakan hak setiap manusia. Hak itu merupakan hak yang fundamental dari setiap umat manusia. Seperti dituangkan dalam Bab XA tentang Hak Asasi Manusia perubahan keduaUUD  Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1) di sebutkan (1)

(10)

mendapatkan lingkungan hidup yang baik sehat serta berhak memperoleh  pelayanan kesehatan (Sugiantari, 2013).

Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk menikmati lingkungan hidup yang sehat, bersih dan nyaman. Pembungan limbah bekas industri tempe di Kelurahan Sanan mengganggu atau mengurangi hak dari manusia untuk menikmati lingkungan hidup yang bersih, sehat, nyaman dan aman. Pembuangan limbah yang di lakukan oleh pemilik industri tempe di Kelurahan Sanan yang membuang limbahnya langsung ke lingkungan menimbulkan masalah lingkungan yang serius seperti adanya bau busuk yang sangat menyengat, mutu air sungai jadi menurun dan menimbulkan beragai masalah kesehatan bagi masyarakat (Sugiantari, 2013).

Lingkungan yang sehat merupakan hak yang asasi dari umat manusia. Seorang umat manusia tidak boleh menyebabkan manusia lainnya tidak mendapat haknya terhadap lingkungan hidup yang sehat. Oleh karena itu,  penegakan hukum terhadap pelanggaran hak asasi manusia terhadap

lingkungan hidup sangat perlu dilakukan (Sugiantari, 2013).

Pasal 9 ayat (3) Undang  –   Undang No 39 Tahun 1999 secara tegas menyebutkan bahawa hak atas lingkungan hidup yang sehat itu merupakan hak dasar yang melekat secara hakiki bagi umat manusia dan memiliki sifat yang sama dengan hak hidup seseorang. Oleh karena itu perlu adanya  penegakan hukum terhadap pelanggaran hak asasi manusia terhadap lingkungan hidup yang bersih, sehat, nyaman dan aman. Dalam penegakan hukum termasuk penegakan hukum lingkungan diperlukan kerjasama yang  baik antara masyarakat, pemerintah dan penegakan hukum sendiri (Sugiantari,

2013).

Penegakan hukum lingkungan dapat melingkupi seluruh penegakan hukum, baik itu melalui hukum administrasi, hukum perdata, maupun hukum  pidana. Penegakan hukum administrasi negara merupakan instrumen  pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan hidup. Sanksi administratif  bersifat pencegahan, sehingga sebenarnya sanngsi ini yang paling efektif di

(11)

8

gunakan untuk melakukan pencegahan terhadap pencemaran lingkugan hidup (Sugiantari, 2013).

Penegakan hukum perdata dapat diselesaikan melalui alternatif  penyelesaian sengketa (diluar peradilan) maupun diluar peradilan. Alternatif  penyelesaian sengketa dapat dilakukan melaui mediasi, negosiasi, konisiliasi, dan arbitase. Sedangkan melaui peradilan dapat digunakan prosedur strict liability  yaitu pembuktian kesalah dibebankan kepada pihak tergugat bukan  pihak penggugat, sistem ini disebut beban pembuktian terbalik. Dapat juga

dilakukan melaui class action  (gugatan kelompok) maupun legal standing yang dilakukan oleh masyarakat yang peduli terhadap permasalahan lingkungan (Sugiantari, 2013).

Sedangkan sanksi pidana mereupakan sanksi terakhir yang dapat digunakan untuk menghukum seseorang yang melakukan tibdakan  pelanggaran hukum termasuk dalam hal tindakan yang merusak lingkungan hidup yang menyebabkan banyak orang dirugikan akibat tindakan itu (Sugiantari, 2013).

2.3 Cara Penaggulangan Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Sanan

Industri tempe tradisional sudah dikenal, dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, tetapi limbah dari industri tempe tersebut belum diolah dengan benar sehingga dapat mengganggu kesehatan dan kelangsungan hidup hewan air. Akibat dari air limbah tersebut adalah kadar oksigen dalam air berkurang dan timbulnya bau. Pada dasarnya, limbah tempe dibedakan menjadi dua jenis, yaitu padat dan cair (Winda dan Suharto, 2015).

Sebagian besar industri pembuatan tempe, hanya membuang limbah cairnya di sungai atau saluran-saluran air. Pembuangan air limbah industri tempe ini belum disesuaikan dengan instalasi pengolahan air limbah (IPAL). IPAL  pada air limbah industri tempe dapat dibagi menjadi 2, yaitu: IPAL tradisional dan IPAL Sequencing Batch Reactor . IPAL tradisional terdiri atas  pra perlakuan, perlakuan primer, perlakuan sekunder dan tersier sehingga

(12)

effluent memenuhi standar dari pemerintah daerah setempat. IPAL model ini memerlukan lahan yang cukup luas dengan harga lahan mahal dan standar operasi cukup rumit bagi pengrajin industri tempe tradisional (Winda dan Suharto, 2015).

IPAL Sequencing Batch Reactor (SBR) merupakan metode  pengolahan air limbah yang jauh lebih mudah dioperasikan di industri pangan dengan luas lahan jauh lebih kecil (hanya terjadi dalam satu reaktor) dibandingkan IPAL tradisional serta mampu digunakan untuk mengolah air limbah dalam jumlah yang banyak. Prinsip kerja SBR  adalah pengisian,  pereaksian, pengendapan dan pemisahan, pembuangan, stabilisasi (Nugroho,

2004 dalam Winda dan Suharto, 2015).

Pengolahan air limbah tempe yang hendak dilakukan, diawali dengan ekualisasi umpan (air limbah tempe) sebelum dialirkan menuju tangki  pengolahan SBR, dimana air limbah tempe berada pada suhu 25 ̊  C dan rentang pH 6-8 kemudian dilanjutkan dengan penentuan variabel dari variasi-variasi yang memberikan nilai BOD paling rendah. Parameter yang diukur untuk pengolahan air limbah tempe dengan metode SBR, yaitu pengukuran  pH dan BOD selama melakukan variasi serta dilengkapi dengan pengukuran

TSS, TDS, BOD dan COD untuk pengukuran nilai awal dan akhir pengolahan dengan SBR. Hasil yang didapatkan diawal, dicatat untuk dijadikan  perbandingan dengan hasil pengukuran air limbah keluaran tangki kedua dan ketiga atau tangki pengolahan air limbah dengan metode SBR.Penggunaan  pasir kuarsa, zeolit dan karbon aktif merupakan pengolahan tersier yang

diharapkan mampu memberikan penurunan dari parameter-parameter limbah lebih besar tradisional (Winda dan Suharto, 2015). Tujuan dari pengolahan SBR ini sendiri adalah untuk mengurangi kadar BOD pada limbah tempe.

(13)

10 BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembuangan limbah sisa indutri tempe di Sanan yang langsung ke lingkungan tanpa di kelola terlebih dahulu adalah perbuatan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Karena setiap manusia memiliki hak yang sama terhadap lingkungan hidup yaitu hak untuk memperoleh lingkungan hidup yang sehat, hak itu merupakan hak asasi setiap umat manusia di dunia ini. Akibat dari air limbah tersebut adalah kadar oksigen dalam air berkurang dan timbulnya bau.

IPAL Sequencing Batch Reactor (SBR) merupakan metode  pengolahan air limbah yang jauh lebih mudah dioperasikan di industri pangan dengan luas lahan jauh lebih kecil (hanya terjadi dalam satu reaktor) dibandingkan IPAL tradisional serta mampu digunakan untuk mengolah air limbah dalam jumlah yang banyak.

3.2 Saran

Perlu dilakukan edukasi serta penyuluhan kepada masyarakat di daerah Kelurahan Sanan untuk melakukan pengolahan limbah tempe terlebih dahulu sebelum membuangnya, sehigga tidak mencemari lingkungan sekitar.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Ariningrum, dkk. 2009. Bioremediasi Limbah Cair Sentra Industri Tempe Sanan Serta Perencanaan Unit Pengolahannya (Kajian Pengaturan Kecepatan Aerasi dan Waktu Inkubasi). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 10, No. 2. Sugiantari, WP. 2013. Aktualisasi Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penegakan

Hukum Lingkungan. Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Tutuko, P. 2013. Alternatif Pengelolaan Limbah Rumah Produktif Kampung sanan Tempe Malang. Seminar Pascasarjana III ITS Surabaya.

Winda dan Suharto. 2015. Pengolahan Air Limbah Tempe dengan Metode Sequencing Batch Reactor Skala Laboratorium dan Industri Kecil Tempe.  Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” Pengembangan

Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. ISSN 1693-4393.

Gambar

Gambar 1. Kondisi Sungai di kelurahan Sanan
Gambar 3. Limbah yang di buang langsung ke sungai
Gambar 4. Kondisi sungai di belakang sentra industri Sanan

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Effandi Zakaria (1998), Pembelajaran koperatif adalah satu strategi pengajaran dan pembelajaran di mana pelajar-pelajar saling bantu membantu di antara satu sama lain

Dengan penggambaran data revisi tersebut, dapat kita ketahui bahwa pada saat perencanaan atau penyusunan DIPA, KPPN Semarang II kurang mempertimbangkan aspek prioritas

Kedudukan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) lingkup Dinas Pertanian dan Kehutanan diatur dalam Perda Nomor 5 Tahun 2008 tentang pembentukan, organisasi dan tata kerja

Kesimpulan hasil penelitian tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang faktor risiko persalinan dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan pada

Kata benda bantu bilangan kolektif atau dalam bahasa Mandarin disebut jít ǐ míng liàngcí (集体名量词) dapat digunakan untuk menyatakan suatu unit benda yang lebih dari

Hal ini dapat dilihat dari pembuktian pada persoalan TSP (persoalan dengan banyak aplikasi pada bidang teknik) dan Teorema Empat Warna (yang sebelumnya tidak

Hasil penelitian menunjukan bahwa indikator good corporate governance (ukuran dewan komisaris dan kepemilikan manajerial), karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan dan

Tahap yang keempat yaitu tahap Implementasi (Implementation) yang hasilnya meliputi: 1) Uji coba LKS, yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Samigaluh. Selama proses uji