• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul 6 Analytic Hierarchy Process

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul 6 Analytic Hierarchy Process"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

M o d u l 6

M o d u l 6

P

P

ROSES

ROSES

H

H

I R A R K I

I R A R K I

A

A

N A L I T I K

N A L I T I K

(

(

A

A

N A L Y T I C  

N A L Y T I C  

IERARCHY 

IERARCHY 

ROCESS 

ROCESS 

)

)

Konsep Dasar

Konsep DasarAnalytic Hierarchy Process Analytic Hierarchy Process (AHP)(AHP)

Dalam suatu proses pengambilan keputusan, para pengambil keputusan seringkali Dalam suatu proses pengambilan keputusan, para pengambil keputusan seringkali dihadapkan pada berbagai masalah yang bersumber dari beragamnya kriteria. Sebagai dihadapkan pada berbagai masalah yang bersumber dari beragamnya kriteria. Sebagai contoh praktis,

contoh praktis, Pemerintah Daerah (Pemda) sering Pemerintah Daerah (Pemda) sering menghadmenghadapi kesulitan dalam api kesulitan dalam menentukanmenentukan prioritas dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan di daerah. Terkait dengal hal prioritas dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan di daerah. Terkait dengal hal tersebut,

tersebut, Analytic Hierarchy Process Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah(AHP) dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

tersebut.

AHP dikembangkan di Wharton School of Business oleh Thomas Saaty pada tahun 1970-an. AHP dikembangkan di Wharton School of Business oleh Thomas Saaty pada tahun 1970-an. Pada saat itu Saaty merupakan profesor di Wharton School of Business. Pada tahun 1980, Pada saat itu Saaty merupakan profesor di Wharton School of Business. Pada tahun 1980, Saaty akhirnya mempublikasikan karyanya tersebut dalam bukunya yang berjudul

Saaty akhirnya mempublikasikan karyanya tersebut dalam bukunya yang berjudul Analytic Analytic  Hierarchy Process 

Hierarchy Process ..

AHP kemudian menjadi alat yang sering digunakan dalam pengambilan keputusan karena AHP kemudian menjadi alat yang sering digunakan dalam pengambilan keputusan karena AHP berdasarkan pada teori yang merefleksikan cara orang berpikir. Dalam AHP berdasarkan pada teori yang merefleksikan cara orang berpikir. Dalam perkembangannya, AHP dapat digunakan sebagai model alternatif dalam menyelesaikan perkembangannya, AHP dapat digunakan sebagai model alternatif dalam menyelesaikan berbagai macam masalah, seperti memilih portofolio dan peramalan.

berbagai macam masalah, seperti memilih portofolio dan peramalan.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi kondisi untuk melakukan Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi kondisi untuk melakukan pengambilan keputusan dengan segera. Umumnya kita juga telah memikirkan beberapa pengambilan keputusan dengan segera. Umumnya kita juga telah memikirkan beberapa alternatif solusi, dengan berbagai argumen pro dan kontra seperti yang diilustrasikan pada alternatif solusi, dengan berbagai argumen pro dan kontra seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1. AHP dapat memfasilitasi evaluasi pro dan kontra tersebut secara rasional. Gambar 1. AHP dapat memfasilitasi evaluasi pro dan kontra tersebut secara rasional. Dengan demikian, AHP dapat memberikan solusi yang optimal dengan cara yang transparan Dengan demikian, AHP dapat memberikan solusi yang optimal dengan cara yang transparan melalui:

melalui:

 analisis keputusan secara kuantitatif dan kualitatif analisis keputusan secara kuantitatif dan kualitatif 

 evaluasi dan representasi solusi secara sederhana melalui model hirarkievaluasi dan representasi solusi secara sederhana melalui model hirarki  argumen yang logisargumen yang logis

 pengujian kualitas keputusanpengujian kualitas keputusan

 waktu yang dibutuhkan relatif singkat.waktu yang dibutuhkan relatif singkat.

Gambar 1 Gambar 1

Illustrasi Kendala Pengambilan Keputusan Illustrasi Kendala Pengambilan Keputusan

Kami Ingin Kami Ingin P Proro raram A m A !!!!

Tidak!!!

Tidak!!!

Program B!!

Program B!!

(2)

Pada prinsipnya, metode AHP ini memecah-mecah suatu situasi yang kompleks, tidak Pada prinsipnya, metode AHP ini memecah-mecah suatu situasi yang kompleks, tidak terstruktur, ke dalam bagian-bagian secara lebih terstruktur, mulai dari

terstruktur, ke dalam bagian-bagian secara lebih terstruktur, mulai dari goals goals  keke

objectives 

objectives , kemudian ke, kemudian ke sub-objectives sub-objectives lalu menjadi alternatif tindakan (Lihat Gambar 2).lalu menjadi alternatif tindakan (Lihat Gambar 2). Pembuat keputusan kemudian membuat perbandingan sederhana hirarki tersebut untuk Pembuat keputusan kemudian membuat perbandingan sederhana hirarki tersebut untuk memperole

memperoleh prioritas h prioritas seluruh alternatif yang seluruh alternatif yang ada.ada.

Gambar 2 Gambar 2 Hirarki Keputusan Hirarki Keputusan Goal  Goal  Objectives  Objectives  Sub-objectives  Sub-objectives  Alternatif  Alternatif 

Secara detil, terdapat tiga prinsip dasar AHP, yaitu (Saaty,

Secara detil, terdapat tiga prinsip dasar AHP, yaitu (Saaty, 1994):1994): 1.

1. Dekomposisi (Dekomposisi (Decomposition Decomposition ))

Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan

Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decomposition decomposition , yaitu, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, maka pemecahan terhadap unsur-unsurnya dilakukan hingga tidak hasil yang akurat, maka pemecahan terhadap unsur-unsurnya dilakukan hingga tidak memungkinkan dilakukan pemecahan lebih lanjut. Pemecahan tersebut akan memungkinkan dilakukan pemecahan lebih lanjut. Pemecahan tersebut akan menghasilkan beberapa tingkatan dari suatu persoalan. Oleh karena itu, proses menghasilkan beberapa tingkatan dari suatu persoalan. Oleh karena itu, proses analisis ini dinamakan hierarki (

analisis ini dinamakan hierarki (hierachy hierachy ).). 2. Penilaian Komparasi (

2. Penilaian Komparasi (Comparative Judgment Comparative Judgment ))

Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu yang berkaitan dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan tingkat tertentu yang berkaitan dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil penilaian inti dari AHP karena berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil penilaian ini tampak lebih baik bila disajikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan ini tampak lebih baik bila disajikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan ((pairwise comparison pairwise comparison ).).

3.

3. Penentuan PrioPenentuan Prioritas (ritas (Synthesis of Priority Synthesis of Priority )) Dari setiap matriks

Dari setiap matriks pairwise comparison pairwise comparison dapat ditentukan nilaidapat ditentukan nilai eigenvector eigenvector  untukuntuk mendapatkan prioritas daerah (

mendapatkan prioritas daerah (local priority local priority ). Oleh karena matriks). Oleh karena matriks pairwise pairwise  comparison 

comparison  terdapat pada setiap tingkat, makaterdapat pada setiap tingkat, maka global priority global priority  dapat diperolehdapat diperoleh dengan melakukan sintesa di antara prioritas daerah. Prosedur melakukan sintesa dengan melakukan sintesa di antara prioritas daerah. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut hierarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif  berbeda menurut hierarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif  melalui prosedur sintesa

melalui prosedur sintesa dinamakadinamakannpriority setting priority setting ..

Manfaat AHP Manfaat AHP

(3)

Masalah yang dapat diselesaikan dengan menggunakan AHP meliputi masalah sosial, politik. Masalah yang dapat diselesaikan dengan menggunakan AHP meliputi masalah sosial, politik. AHP bermanfaat untuk menghadapi perspektif, rasional dan irrasional, serta risiko dan AHP bermanfaat untuk menghadapi perspektif, rasional dan irrasional, serta risiko dan ketidakpastian dalam lingkungan yang kompleks. AHP juga dapat digunakan untuk ketidakpastian dalam lingkungan yang kompleks. AHP juga dapat digunakan untuk meprediksi hasil, merencanakan hasil yang diharapkan di masa yang akan datang, meprediksi hasil, merencanakan hasil yang diharapkan di masa yang akan datang, memfasilitasi pembuatan keputusan sebuah kelompok, melakukan kontrol terhadap memfasilitasi pembuatan keputusan sebuah kelompok, melakukan kontrol terhadap perubahan sistem pembuatan keputusan, menagalokasikan sumber daya, memilih alternatif, perubahan sistem pembuatan keputusan, menagalokasikan sumber daya, memilih alternatif, melakukan perbandingan

melakukan perbandingan cost cost //benefit,benefit, mengevaluasi karyawan dan mengalokasikanmengevaluasi karyawan dan mengalokasikan kenaikan gaji

kenaikan gaji11..

Secara khusus, AHP sesuai untuk digunakan dalam pengambilan keputusan yang Secara khusus, AHP sesuai untuk digunakan dalam pengambilan keputusan yang melibatkan perbandingan elemen keputusan yang sulit untuk dinilai secara kuantitatif. Hal ini melibatkan perbandingan elemen keputusan yang sulit untuk dinilai secara kuantitatif. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa reaksi natural manusia ketika menghadapi pengambilan berdasarkan asumsi bahwa reaksi natural manusia ketika menghadapi pengambilan keputusan yang kompleks adalah mengelompokkan elemen-elemen keputusan tersebut keputusan yang kompleks adalah mengelompokkan elemen-elemen keputusan tersebut menurut karakteristiknya secara umum. Pengelompokan ini meliputi pembuatan hirarki menurut karakteristiknya secara umum. Pengelompokan ini meliputi pembuatan hirarki (ranking) dari elemen-elemen keputusan kemudian melakukan perbandingan antara setiap (ranking) dari elemen-elemen keputusan kemudian melakukan perbandingan antara setiap pasangan dalam setiap kelompok, sebagai suatu matriks. Setelah itu akan diperoleh bobot pasangan dalam setiap kelompok, sebagai suatu matriks. Setelah itu akan diperoleh bobot dan rasio inkonsistensi untuk setiap elemen. Dengen demikian akan mudah untuk menguji dan rasio inkonsistensi untuk setiap elemen. Dengen demikian akan mudah untuk menguji konsistensi data (Saaty, 1980).

konsistensi data (Saaty, 1980).

AHP merupakan sebuah metode sistematis untuk membandingkan seperangkat tujuan atau AHP merupakan sebuah metode sistematis untuk membandingkan seperangkat tujuan atau alternatif.

alternatif. Dalam hal ini, AHP meDalam hal ini, AHP merupakan proserupakan proses perumusan kes perumusan kebijakan yangbijakan yang powerful powerful dandan fleksibel dalam menentukan prioritas, membandingkan alternatif dan membuat keputusan fleksibel dalam menentukan prioritas, membandingkan alternatif dan membuat keputusan yang terbaik ketika pengambil keputusan harus mempertimbangkan aspek kuantitatif dan yang terbaik ketika pengambil keputusan harus mempertimbangkan aspek kuantitatif dan kualitatif. AHP mengurangi kerumitan suatu keputusan menjadi rangkaian perbandingan kualitatif. AHP mengurangi kerumitan suatu keputusan menjadi rangkaian perbandingan satu-satu, kemudian mensistesis hasil perbandingan tersebut. Dengan demikian, AHP tidak satu-satu, kemudian mensistesis hasil perbandingan tersebut. Dengan demikian, AHP tidak hanya bermanfaat dalam pembuatan keputusan yang terbaik tetapi juga memberikan dasar  hanya bermanfaat dalam pembuatan keputusan yang terbaik tetapi juga memberikan dasar  yang kuat bahwa keputusan tersebut merupakan keputusan yang terbaik.

yang kuat bahwa keputusan tersebut merupakan keputusan yang terbaik.22

Cara Menggunakan AHP Cara Menggunakan AHP33

Berikut ini akan diberikan contoh penerapan AHP dalam proses pengambilan keputusan. Berikut ini akan diberikan contoh penerapan AHP dalam proses pengambilan keputusan. Di tahun 2006, Pemerintah Kabupaten Pare-pare bermaksud untuk meningkatkan pelayanan Di tahun 2006, Pemerintah Kabupaten Pare-pare bermaksud untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakatnya. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah adalah mendirikan terhadap masyarakatnya. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah adalah mendirikan beberapa fasilitas umum, seperti jalan; gedung olahraga; dan pasar. Oleh karena itu, beberapa fasilitas umum, seperti jalan; gedung olahraga; dan pasar. Oleh karena itu, Pemerintah perlu mempertimbangkan beberapa kriteria untuk membangun fasilitas umum, Pemerintah perlu mempertimbangkan beberapa kriteria untuk membangun fasilitas umum, antara lain: manfaat dari fasilitas umum, perawatan dari fasilitas umum, dan partisipasi antara lain: manfaat dari fasilitas umum, perawatan dari fasilitas umum, dan partisipasi masyarakat. Dalam pengambilan keputusan ini, Pemerintah perlu menentukan peringkat dari masyarakat. Dalam pengambilan keputusan ini, Pemerintah perlu menentukan peringkat dari berbagai kriteria dan alternatif yang ada agar dapat mengetahui kriteria dan alternatif  berbagai kriteria dan alternatif yang ada agar dapat mengetahui kriteria dan alternatif  terpenting.

terpenting.

Sebagaimana langkah yang dijelaskan oleh Saaty (2001), metode AHP dapat digunakan Sebagaimana langkah yang dijelaskan oleh Saaty (2001), metode AHP dapat digunakan untuk membantu Pemerintah Kabupaten Pare-pare dalam pengambilan keputusan ini untuk membantu Pemerintah Kabupaten Pare-pare dalam pengambilan keputusan ini dengan cara sebagai berikut.

dengan cara sebagai berikut. 1.

1. MenentukaMenentukan tujn tujuan, uan, kriteria, kriteria, dan dan alternatif alternatif keputusankeputusan  Tujuan: Membangun fasilitas umumTujuan: Membangun fasilitas umum

 Kriteria: Manfaat, perawatan, dan Kriteria: Manfaat, perawatan, dan partisipasi masyarakatpartisipasi masyarakat  Alternatif: Jalan, gedung olahraga, dan pasar Alternatif: Jalan, gedung olahraga, dan pasar 

1 1 http://www.expertchoice.com/customerservice/ahp.htm. http://www.expertchoice.com/customerservice/ahp.htm. 2 2 ibid. ibid. 3 3

Estimasi dengan menggunakan metode AHP dapat dilakukan

Estimasi dengan menggunakan metode AHP dapat dilakukan dengan mudah dengan menggunakandengan mudah dengan menggunakan software software  khusus yang disebut

(4)

2.

2. Membuat Membuat “pohon “pohon hierarki” (hierarki” (hierarchical tree hierarchical tree ) untuk berbagai kriteria dan alternatif ) untuk berbagai kriteria dan alternatif  keputusan

keputusan

3.

3. Kemudian Kemudian dibentuk dibentuk sebuah sebuah matriksmatriks pair wise comparison pair wise comparison , misalnya diberi nama, misalnya diberi nama matriks A. Angka di dalam baris

ke-matriks A. Angka di dalam baris ke-i i dan kolom ke-dan kolom ke- j  j merupakanmerupakan relative importance relative importance 

A

Ai i dibandingkan dengan Adibandingkan dengan A j  j . Digunakan skala 1–9 yang diinterpretasikan sebagai. Digunakan skala 1–9 yang diinterpretasikan sebagai berikut:

berikut: a.

a. aij aij = 1 jika kedua kriteria= 1 jika kedua kriteriasamasamapentingnyapentingnya b.

b. aij aij = 3 jika O= 3 jika Oi i sedikit lebihsedikit lebih penting dibandingkan Openting dibandingkan O j  j 

c.

c. aij aij = 5 jika O= 5 jika Oi i lebihlebihpentingpenting dibandingkan dengan Odibandingkan dengan O j  j  d. aij 

d. aij = 7 jika O= 7 jika Oi i  sangat lebihsangat lebihpenting dibandingkan Openting dibandingkan O j  j 

e.

e. aij aij = 9 jika O= 9 jika Oi i mutlak lebihmutlak lebih penting dibandingkan Openting dibandingkan O j  j .. f.

f. aij aij = 2 jika O= 2 jika Oi i antaraantarasamasama dandansedikit lebihsedikit lebihpenting dibandingkan Openting dibandingkan O j  j .. g.

g. aij aij = 4 jika O= 4 jika Oi i antaraantarasedikit lebihsedikit lebih dandanlebihlebihpenting dibandingkan Openting dibandingkan O j  j .. h.

h. aij aij = 6 jika O= 6 jika Oi i antaraantaralebihlebihdan sangat lebih penting dibandingkan Odan sangat lebih penting dibandingkan O j  j .. i.

i. aij aij = 8 jika O= 8 jika Oi i antaraantarasangat lebihsangat lebih dandanmutlak lebihmutlak lebihpenting dibandingkan Openting dibandingkan O j  j ..  j.

 j. aij aij = 1/3 jika O= 1/3 jika O j  j  sedikit lebihsedikit lebih penting dibandingkan Openting dibandingkan Oi i , dan seterusnya., dan seterusnya. Kemudian diperoleh matriks sebagai berikut:

Kemudian diperoleh matriks sebagai berikut:

Matriks

Matriks Pairwise Comparison Pairwise Comparison untuk Kriteriauntuk Kriteria

Manfaat

Manfaat Perawatan Perawatan Partisipasi MasyarakatPartisipasi Masyarakat Manfaat Manfaat 1/1 1/1 4/1 4/1 2/12/1 Perawatan Perawatan 1/4 1/4 1/1 1/1 1/31/3 Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat 1/2 1/2 3/1 3/1 1/11/1 Membangun Membangun Fasilitas Umum Fasilitas Umum Manfaat

Manfaat PerawatanPerawatan Partisipasi MasyarakatPartisipasi Masyarakat

pasar pasar gedung olahraga gedung olahraga  jalan  jalan pasar pasar gedung olahraga gedung olahraga  jalan  jalan pasar pasar gedung olahraga gedung olahraga  jalan  jalan 1/2

1/2nilai 1 untuk partisipasi masyarakat dan nilai 2 untuk manfaat.nilai 1 untuk partisipasi masyarakat dan nilai 2 untuk manfaat. 1/2 artinya kriteria manfaat dipandang lebih penting daripada kriteria 1/2 artinya kriteria manfaat dipandang lebih penting daripada kriteria  partisipasi masyarakat dalam pembangunan fasilitas umum.

(5)

Matriks

Matriks Pairwise Comparison Pairwise Comparison untuk Kriteriauntuk Kriteria

(dalam bentuk desimal) (dalam bentuk desimal) Manfaat

Manfaat Perawatan Perawatan Partisipasi MasyarakatPartisipasi Masyarakat Manfaat Manfaat 1,00 1,00 4,00 4,00 2,002,00 Perawatan Perawatan 0,25 0,25 1,00 1,00 0,330,33 Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat 0,50 0,50 3,00 3,00 1,001,00

4. Membuat peringkat prioritas dari matriks

4. Membuat peringkat prioritas dari matriks pairwise pairwise dengan menentukandengan menentukan eigenvector eigenvector ,, yaitu:

yaitu: a.

a. MenguadMenguadratkan ratkan matriksmatrikspairwise pairwise (dalam bentuk desimal)(dalam bentuk desimal)

1,00 1,00 4,00 4,00 2,00 2,00 1,00 1,00 4,00 4,00 2,002,00 0,25 0,25 1,00 1,00 0,330,33 xx 0,25 0,25 1,00 1,00 0,330,33 0,50 0,50 3,00 3,00 1,00 1,00 0,50 0,50 3,00 3,00 1,001,00

Prinsip umum perkalian matriks adalah perkalian antara baris dari

Prinsip umum perkalian matriks adalah perkalian antara baris dari matriks pertamamatriks pertama dengan kolom dari matriks kedua.

dengan kolom dari matriks kedua. Hasil penguadratan adalah:

Hasil penguadratan adalah:

3,00 3,00 14,00 14,00 5,325,32 0,67 0,67 2,99 2,99 1,161,16 1,75 1,75 8,00 8,00 2,992,99 b.

b. MenjumlahMenjumlahkan setiap bakan setiap baris dari matriks hris dari matriks hasil penguasil penguadratan cara adratan cara (a), kemudia(a), kemudiann dinormalisasi (cara: membagi jumlah baris dengan total baris), hingga diperoleh dinormalisasi (cara: membagi jumlah baris dengan total baris), hingga diperoleh nilai

nilaieigenvector eigenvector (1)(1)

3,00 3,00 + + 14,00 14,00 + + 5,325,32 = = 22,32 22,32 = = 0,55970,5597 0,67 0,67 + + 2,99 2,99 + + 1,16 1,16 == 4,82 4,82 = = 0,12080,1208 1,75 1,75 + + 8,00 8,00 + + 2,99 2,99 == 12,74 12,74 = = 0,31950,3195 39,88 1,0000 39,88 1,0000 c.

c. Untuk Untuk mengecek mengecek ulang ulang nilainilai eigenvector eigenvector , matriks hasil penguadratan cara (a), matriks hasil penguadratan cara (a) dikuadratkan kembali dan lakukan kembali cara (b), hingga diperoleh

dikuadratkan kembali dan lakukan kembali cara (b), hingga diperoleh eigenvector eigenvector 

yang baru. Kemudian, bandingkan

yang baru. Kemudian, bandingkan eigenvector eigenvector  pertama dan kedua. Jika dipertama dan kedua. Jika di antara keduanya, tidak ada perubahan nilai atau hanya sedikit mengalami antara keduanya, tidak ada perubahan nilai atau hanya sedikit mengalami perubahan maka nilai

perubahan maka nilai eigenvector eigenvector  pertama sudah benar. Akan tetapi, jikapertama sudah benar. Akan tetapi, jika sebaliknya, maka nilai

sebaliknya, maka nilai eigenvector eigenvector pertama masih salah dan lakukan kembalipertama masih salah dan lakukan kembali cara (a) sampai dengan (c), hingga nilai

cara (a) sampai dengan (c), hingga nilai eigenvector eigenvector tidak berubah atau hanyatidak berubah atau hanya sedikit berubah.

sedikit berubah. Hasil penentuan

Hasil penentuan eigenvector eigenvector (2):(2):

27,62 27,62 126,42 126,42 48,11 48,11 = = 202,15 202,15 = = 0,55870,5587 6,01 6,01 27,53 27,53 10,4710,47 == 44,02 44,02 = = 0,12170,1217 15,80 15,80 72,34 72,34 27,53 27,53 = = 115,67 115,67 = = 0,31970,3197 361,84 361,84 1,00001,0000

+

+

+

+

eigenvector eigenvector

+

+

+

+

((1,00x1,00) + (4,00x0,25) + (2,00x0,50) =1,00x1,00) + (4,00x0,25) + (2,00x0,50) = 3,003,00

(6)

Perbedaan

Perbedaan eigenvector eigenvector (1) dan(1) daneigenvector eigenvector (2):(2):

0,5597 0,5597 - - 0,5587 0,5587 = = 0,00110,0011 0,1208 0,1208 - - 0,1217 0,1217 = = -0,0009-0,0009 0,3195 0,3195 - - 0,3197 0,3197 = = -0,0002-0,0002 Hasil perbedaan kedua

Hasil perbedaan kedua eigenvector eigenvector menunjukkan perubahan yang kecil, sehinggamenunjukkan perubahan yang kecil, sehingga nilai

nilai eigenvector eigenvector  (1) sudah tepat. Dengan demikian, peringkat kriteria dapat(1) sudah tepat. Dengan demikian, peringkat kriteria dapat ditentukan berdasarkan nilai

ditentukan berdasarkan nilai eigenvector eigenvector , sebagai berikut:, sebagai berikut:

Manfaat Manfaat 0,55970,5597 Perawatan Perawatan 0,12080,1208 Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat 0,31950,3195 5.

5. Membuat Membuat peringkat peringkat alternatif alternatif dari dari matriksmatrikspairwise pairwise masing-masing alternatif denganmasing-masing alternatif dengan menentukan

menentukan eigenvector eigenvector  setiap alternatif. Cara yang digunakan sama ketikasetiap alternatif. Cara yang digunakan sama ketika membuat peringkat prioritas di atas.

membuat peringkat prioritas di atas. a. Matriks

a. Matrikspairwise comparisons pairwise comparisons masing-mamasing-masing sing alternatif alternatif 

Matriks

Matriks Pairwise Comparison Pairwise Comparison untuk Alternatifuntuk Alternatif Manfaat

Manfaat

Jalan

Jalan Gedung Gedung Olahraga Olahraga Pasar Pasar  Jalan Jalan 1/1 1/1 4/1 4/1 2/12/1 Gedung Olahraga Gedung Olahraga 1/4 1/4 1/1 1/1 3/13/1 Pasar  Pasar  1/2 1/2 1/3 1/3 1/11/1 Perawatan Perawatan Jalan

Jalan Gedung Gedung Olahraga Olahraga Pasar Pasar  Jalan Jalan 1/1 1/1 2/1 2/1 4/14/1 Gedung Olahraga Gedung Olahraga 1/2 1/2 1/1 1/1 1/21/2 Pasar  Pasar  1/4 1/4 2/1 2/1 1/11/1 Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat Jalan

Jalan Gedung Gedung Olahraga Olahraga Pasar Pasar  Jalan Jalan 1/1 1/1 1/2 1/2 3/13/1 Gedung Olahraga Gedung Olahraga 2/1 2/1 1/1 1/1 4/14/1 Pasar  Pasar  1/3 1/3 1/4 1/4 1/11/1

Kriteria terpenting ketiga Kriteria terpenting ketiga Kriteria terpenting pertama Kriteria terpenting pertama

Kriteria terpenting kedua Kriteria terpenting kedua

(7)

b. Nilai

b. Nilai eigenvector eigenvector masing-masing alternatif masing-masing alternatif 

Manfaat Manfaat Peringkat Alternatif

Peringkat Alternatif Eigenvector Eigenvector 

1 Jalan

1 Jalan 0,60250,6025

2

2 Gedung Gedung OlahragaOlahraga 0,25050,2505

3 Pasar 

3 Pasar  0,14700,1470

Perawatan Perawatan Peringkat Alternatif

Peringkat Alternatif Eigenvector Eigenvector 

1 Jalan

1 Jalan 0,59810,5981

3

3 Gedung Gedung OlahragaOlahraga 0,17760,1776

2 Pasar 

2 Pasar  0,22430,2243

Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat Peringkat Alternatif

Peringkat Alternatif Eigenvector Eigenvector 

2 Jalan

2 Jalan 0,31940,3194

1

1 Gedung Gedung OlahragaOlahraga 0,55950,5595

3 Pasar 

3 Pasar  0,12110,1211

c.

c. Peringkat Peringkat alternatif alternatif 

Peringkat alternatif dapat ditentukan dengan mengalikan nilai

Peringkat alternatif dapat ditentukan dengan mengalikan nilai eigenvector eigenvector 

alternatif

alternatif dengan dengan nilainilai eigenvector eigenvector kriteria sebagai berikut:kriteria sebagai berikut: Manfaat

Manfaat Perawatan Perawatan Partisipasi Partisipasi PeringkatPeringkat

Masyarakat Kriteria Masyarakat Kriteria Jalan Jalan 0,6025 0,6025 0,5981 0,5981 0,3194 0,3194 0,55970,5597 Gedung Olahraga Gedung Olahraga 0,2505 0,2505 0,1776 0,1776 0,5595 0,5595 X X 0,12080,1208 Pasar  Pasar  0,1470 0,1470 0,2243 0,2243 0,1211 0,1211 0,31950,3195

Hasil perkalian kedua matriks tersebut adalah: Hasil perkalian kedua matriks tersebut adalah: Jalan Jalan 0,51160,5116 Gedung Olahraga Gedung Olahraga 0,34040,3404 Pasar  Pasar  0,14810,1481

Hasil-hasil dari metode AHP di atas dapat digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Pare-pare Hasil-hasil dari metode AHP di atas dapat digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Pare-pare sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil di atas, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil di atas, Pemerintah Kabupaten Pare-pare akan lebih mengutamakan pembangunan jalan Pemerintah Kabupaten Pare-pare akan lebih mengutamakan pembangunan jalan dibandingkan dua pilihan alternatif lainnya (gedung olahraga dan pasar). Sehingga, rencana dibandingkan dua pilihan alternatif lainnya (gedung olahraga dan pasar). Sehingga, rencana pembangunan fasilitas umum dapat terlaksana dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat pembangunan fasilitas umum dapat terlaksana dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat Pare-pare.

Pare-pare.

Alternatif terpenting pertama Alternatif terpenting pertama Alternatif terpenting kedua Alternatif terpenting kedua Alternatif terpenting ketiga Alternatif terpenting ketiga

(8)

Penggunaan AHP untuk Hasil Survai

Penggunaan AHP untuk Hasil Survai

Apabila kita ingin melakukan metode AHP untuk jumlah sampel sampel yang relatif besar, Apabila kita ingin melakukan metode AHP untuk jumlah sampel sampel yang relatif besar, maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut (Forman dan Sally, 2001): maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut (Forman dan Sally, 2001): 1.

1. Perhitungan rata-rata geoPerhitungan rata-rata geometrik (metrik (geometric mean geometric mean ))

Berdasarkan skor jawaban seluruh responden, rata-rata geometrik setiap pasangan yang Berdasarkan skor jawaban seluruh responden, rata-rata geometrik setiap pasangan yang dibandingkan kemudian dikalkulasi berdasarkan formula berikut.

dibandingkan kemudian dikalkulasi berdasarkan formula berikut.

n

n

 x

 x

 Log

 Log

G

G

 Log

 Log

n n ii ii

= =

=

=

11 Keterangan: Keterangan: Log G

Log G: : logaritma logaritma rata-rata gerata-rata geometrikometrik x

xii:: nilai dari jawaban respondennilai dari jawaban responden i i 

n:

n: jumlah jumlah respondenresponden

Perhitungan rata-rata geometrik tersebut dilakukan untuk

Perhitungan rata-rata geometrik tersebut dilakukan untuk pairwise comparison pairwise comparison setiapsetiap responden.

responden. 2.

2. Penyusunan Penyusunan prioritasprioritas

Selanjutnya, rata-rata geometrik setiap pasangan pilihan menjadi skor yang digunakan Selanjutnya, rata-rata geometrik setiap pasangan pilihan menjadi skor yang digunakan dalam penyusunan prioritas seperti langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas.

dalam penyusunan prioritas seperti langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas.

Konsistensi Jawaban

Konsistensi Jawaban

Idealnya, setiap orang menginginkan keputusan yang konsisten. Meskipun demikian, banyak Idealnya, setiap orang menginginkan keputusan yang konsisten. Meskipun demikian, banyak kasus dimana kita tidak dapat mengambil keputusan yang

kasus dimana kita tidak dapat mengambil keputusan yang perfectly consistent perfectly consistent ..

Dalam penggunaan AHP, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan responden Dalam penggunaan AHP, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan responden memberikan jawaban yang tidak konsisten, yaitu:

memberikan jawaban yang tidak konsisten, yaitu: 1.

1. Keterbatasan Keterbatasan informasiinformasi

Apabila subjek yang melakukan perbandingan dalam AHP memiliki keterbatasan Apabila subjek yang melakukan perbandingan dalam AHP memiliki keterbatasan informasi mengenai faktor-faktor yang diperbandingkan, maka penilaian yang mereka informasi mengenai faktor-faktor yang diperbandingkan, maka penilaian yang mereka berikat cenderung akan bersifat acak (

berikat cenderung akan bersifat acak (random random ) sehingga memberikan rasio ) sehingga memberikan rasio inkonsisteninkonsistensisi yang tinggi. Oleh karena itu, pihak yang memberikan penilaian perlu memiliki yang tinggi. Oleh karena itu, pihak yang memberikan penilaian perlu memiliki pengetahuan yang cukup terhadap topik yang dianalisis.

pengetahuan yang cukup terhadap topik yang dianalisis. 2.

2. Kurang Kurang konsentrasikonsentrasi

Kurang konsentrasi pada saat memberikan penilaian atau tidak tertarik pada topik Kurang konsentrasi pada saat memberikan penilaian atau tidak tertarik pada topik analisis juga dapat menyebabkan hasil penilaian yang tidak konsisten.

analisis juga dapat menyebabkan hasil penilaian yang tidak konsisten. 3.

3. KetidakkonsKetidakkonsistenan istenan dalam dalam dunia dunia nyatanyata

Dalam dunia nyata, banyak kasus yang menunjukkan ketidakkonsistenan. Sebagai Dalam dunia nyata, banyak kasus yang menunjukkan ketidakkonsistenan. Sebagai contoh dalam dunia olahraga. Klub Bayern Munchen mengalahkan Juventus. contoh dalam dunia olahraga. Klub Bayern Munchen mengalahkan Juventus. Sebelumnya Juventus mengalahkan Real Madrid. Padahal pada pertandingan Sebelumnya Juventus mengalahkan Real Madrid. Padahal pada pertandingan sebelumnya Real Madrid mengalahkan Bayern Munchen. Hal seperti itu pula yang sebelumnya Real Madrid mengalahkan Bayern Munchen. Hal seperti itu pula yang mungkin muncul dalam proses penilaian dalam AHP.

mungkin muncul dalam proses penilaian dalam AHP. 4.

4. Struktur Struktur model model yang yang kurang kurang memadaimemadai

Secara ideal, keputusan yang kompleks disusun secara hirarkis sehingga faktor yang Secara ideal, keputusan yang kompleks disusun secara hirarkis sehingga faktor yang

(9)

Salah satu hal yang perlu dicatat menyangkut inkonsistensi adalah bahwa tujuan utama Salah satu hal yang perlu dicatat menyangkut inkonsistensi adalah bahwa tujuan utama proses pengambilan keputusan bukanlah derajat inkonsistensi yang rendah. Inkonsistensi proses pengambilan keputusan bukanlah derajat inkonsistensi yang rendah. Inkonsistensi rasio yang rendah bersifat perlu (

rasio yang rendah bersifat perlu (necessary necessary ) namun belum cukup () namun belum cukup (sufficient sufficient ) untuk sebuah) untuk sebuah keputusan yang baik. Dibandingkan dengan konsistensi, kita lebih baik mengutamakan keputusan yang baik. Dibandingkan dengan konsistensi, kita lebih baik mengutamakan akurasi.

akurasi.

Perhitungan Rasio Konsistensi Perhitungan Rasio Konsistensi

AHP mentoleransi adanya inkonsistensi dengan menyediakan ukuran inkonsistensi penilaian. AHP mentoleransi adanya inkonsistensi dengan menyediakan ukuran inkonsistensi penilaian. Ukuran ini merupakan salah satu elemen penting dalam proses penentuan prioritas Ukuran ini merupakan salah satu elemen penting dalam proses penentuan prioritas berdasarkan

berdasarkan pairwise pairwise comparison.comparison. Semakin besar rasio konsistensi, semakin tidak Semakin besar rasio konsistensi, semakin tidak konsistenkonsisten Rasio konsistensi yang

Rasio konsistensi yang acceptable acceptable  adalah kurang dari atau sama dengan 10 persen,adalah kurang dari atau sama dengan 10 persen, meskipun dalam kasus tertentu rasio konsistensi yang lebih besar dari 10 persen dapat meskipun dalam kasus tertentu rasio konsistensi yang lebih besar dari 10 persen dapat dianggap

dianggap acceptable acceptable (Forman dan Selly, 2001).(Forman dan Selly, 2001).

Untuk mengetahui apakah hasil penilaian bersifat konsisten, maka beberapa langkah untuk Untuk mengetahui apakah hasil penilaian bersifat konsisten, maka beberapa langkah untuk menghitung rasio inkonsitensi untuk menguji konsistensi penilaian. Sebagai contoh, misalnya menghitung rasio inkonsitensi untuk menguji konsistensi penilaian. Sebagai contoh, misalnya kita memiliki matriks

kita memiliki matriks PERBANDINGANPERBANDINGANberikut.berikut. Manfaat

Manfaat Perawatan PaPerawatan Partisipasi rtisipasi MasyarakatMasyarakat Manfaat Manfaat 1,00 1,00 4,00 4,00 2,002,00 Perawatan Perawatan 0,25 0,25 1,00 1,00 0,330,33 Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat 0,50 0,50 3,00 3,00 1,001,00

Kemudian diperoleh nilai

Kemudian diperoleh nilai eigenvector eigenvector sebagai berikut (kita sebut matrikssebagai berikut (kita sebut matriks PRIORITASPRIORITAS)) Manfaat Manfaat 0,55970,5597 Perawatan Perawatan 0,12080,1208 Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat 0,31950,3195 1.

1. MenentukaMenentukan vektor jumlah tertimbang (n vektor jumlah tertimbang (weighted sum vector weighted sum vector )) Hal ini dilakukan dengan mengalikan baris pertama matriks

Hal ini dilakukan dengan mengalikan baris pertama matriks PRIORITASPRIORITAS dengan kolomdengan kolom pertama matriks

pertama matriks PERBANDINGANPERBANDINGAN, kemudian baris kedua matriks, kemudian baris kedua matriks PRIORITASPRIORITAS dikalikandikalikan dengan kolom kedua matriks

dengan kolom kedua matriks PERBANDINGANPERBANDINGAN, dan terakhir adalah mengalikan baris, dan terakhir adalah mengalikan baris ketiga matriks

ketiga matriks PRIORITASPRIORITAS dengan kolom ketiga matriksdengan kolom ketiga matriks PERBANDINGANPERBANDINGAN. Kemudian. Kemudian hasil perkalian tersebut dijumlahkan untuk setiap baris atau secara mendatar sebagai hasil perkalian tersebut dijumlahkan untuk setiap baris atau secara mendatar sebagai berikut.

berikut.

Vektor Jumlah Tertimbang (VJT) = Vektor Jumlah Tertimbang (VJT) =

0,5597x1 0,5597x1 0,1208x4 0,1208x4 0,3195x2 0,3195x2 1,68181,6818 0,5597x0,25 0,5597x0,25 0,1208x1 0,1208x1 0,3195x0,33 0,3195x0,33 = = 0,36720,3672 0,5597x0,50 0,5597x0,50 0,1208x3 0,1208x3 0,3195x1 0,3195x1 0,96160,9616 2.

2. MenghitunMenghitung g Vektor Vektor Konsistensi Konsistensi (VK)(VK)

Langkah selajutnya adalah membagi masing elemen VJT dengan Langkah selajutnya adalah membagi masing elemen VJT dengan masing-masing elemen matriks

masing elemen matriksPRIORITASPRIORITAS.. 1,6818 1,6818 / / 0,5597 0,5597 3,00453,0045 VK VK = = 0,3672 0,3672 / / 0,1208 0,1208 = = 3,04083,0408 0,9616 0,9616 / / 0,3195 0,3195 3,00983,0098

(10)

3.

3. Menghitung Menghitung Lambda Lambda dan dan Indeks Indeks KonsistensKonsistensii Lambda (

Lambda (λλ) adalah nilai rata-rata Vektor Konsistensi. Dalam kasus di atas:) adalah nilai rata-rata Vektor Konsistensi. Dalam kasus di atas:

3 3 0098 0098 ,, 3 3 0408 0408 ,, 3 3 0045 0045 ,, 3 3 ++ ++ = = λ  λ  λ  λ == 3,01843,0184

Formula untuk menghitung Indeks Konsistensi adalah: Formula untuk menghitung Indeks Konsistensi adalah:

1

1

=

=

n

n

n

n

 IK 

 IK 

λ λ 

dimana n adalah jumlah faktor yang sedang dibandingkan. Dalam hal ini, n=3. Hasil dimana n adalah jumlah faktor yang sedang dibandingkan. Dalam hal ini, n=3. Hasil kalkulasi IK adalah sebagai berikut.

kalkulasi IK adalah sebagai berikut.

1

1

3

3

3

3

0184

0184

,,

3

3

=

=

 IK 

 IK 

IK = 0,009189 IK = 0,009189 4.

4. Perhitungan Perhitungan Rasio Rasio KonsistensiKonsistensi

Rasio Konsistensi merupakan Indeks Konsistensi dibagi dengan Indeks Random/Acak Rasio Konsistensi merupakan Indeks Konsistensi dibagi dengan Indeks Random/Acak (IR). (IR).

 IR

 IR

 IK 

 IK 

 RK 

 RK 

=

=

Indeks Random adalah fungsi langsung dari jumlah alternatif atau sistem yang sedang Indeks Random adalah fungsi langsung dari jumlah alternatif atau sistem yang sedang diperbandingkan. Indeks Random disajikan pada Tabel 1.

diperbandingkan. Indeks Random disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Tabel 1

Indeks Random pada Berbagai Jumlah Alternatif Indeks Random pada Berbagai Jumlah Alternatif

Jumlah Alternatif yang Jumlah Alternatif yang Diperbandingkan (n) Diperbandingkan (n) Indeks Random Indeks Random (IR) (IR) 2 0.00 2 0.00 3 0.58 3 0.58 4 0.90 4 0.90 5 1.12 5 1.12 6 1.24 6 1.24 7 1.32 7 1.32 8 1.41 8 1.41

Pada contoh di atas, jumlah alternatif yang diperbandingkan sebanyak 3 (n=3) sehingga Pada contoh di atas, jumlah alternatif yang diperbandingkan sebanyak 3 (n=3) sehingga Indeks Random yang digunakan adalah 0,58. Dengan demikian,

Indeks Random yang digunakan adalah 0,58. Dengan demikian,

58 58 ,, 0 0 009189 009189 ,, 0 0 = =  RK   RK  RK = 0,0158 atau 1,58 persen RK = 0,0158 atau 1,58 persen

Rasio konsistensi hasil penilaian di atas bernilai kurang dari 10 persen, sehingga dapat Rasio konsistensi hasil penilaian di atas bernilai kurang dari 10 persen, sehingga dapat

(11)

Beberapa Contoh Penerapan AHP dalam Pengambilan Keputusan

Beberapa Contoh Penerapan AHP dalam Pengambilan Keputusan

Keuangan Daerah Keuangan Daerah

Pada tahun 2004, Lembaga Peyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Pada tahun 2004, Lembaga Peyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia dan Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSEKP) melakukan kajian Indonesia dan Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSEKP) melakukan kajian mengenai reformulasi Dana Alokasi Umum (DAU). Salah satu alat analisis yang digunakan mengenai reformulasi Dana Alokasi Umum (DAU). Salah satu alat analisis yang digunakan dalam studi tersebut adalah AHP. Dalam studi tersebut, AHP digunakan untuk menjaring dalam studi tersebut adalah AHP. Dalam studi tersebut, AHP digunakan untuk menjaring aspirasi daerah terhadap dua topik utama, yaitu fungsi Pemda dan bobot variabel kebutuhan aspirasi daerah terhadap dua topik utama, yaitu fungsi Pemda dan bobot variabel kebutuhan fiskal dalam formula DAU. Hasil analisis jawaban responden berdasarkan metode AHP fiskal dalam formula DAU. Hasil analisis jawaban responden berdasarkan metode AHP masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut.

masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2 Tabel 2

Fungsi Pemerintah Daerah Fungsi Pemerintah Daerah Fungsi

Fungsi Pemerintah Pemerintah Daerah Daerah BobotBobot

Allocation 0,341 Allocation 0,341 Distribution 0,396 Distribution 0,396 Stabilization 0,263 Stabilization 0,263 Total 1.000 Total 1.000 Tabel 3 Tabel 3

Variabel Kebutuhan Fiskal Variabel Kebutuhan Fiskal Variabel

Variabel Kebutuhan Kebutuhan Fiskal Fiskal BobotBobot

Penduduk 0,247

Penduduk 0,247

Luas

Luas Wilayah Wilayah 0,1900,190

Kemiskinan 0,379

Kemiskinan 0,379

Kesulitan

Kesulitan Geografi Geografi 0,1840,184

Total 1.000

Total 1.000

Transplantasi Organ Transplantasi Organ

Selama beberapa dekade terakhir, salah satu topik menarik dalam dunia kedokteran adalah Selama beberapa dekade terakhir, salah satu topik menarik dalam dunia kedokteran adalah bagaimana memperoleh organ untuk transplantasi dan siapa yang akan memperoleh organ bagaimana memperoleh organ untuk transplantasi dan siapa yang akan memperoleh organ tersebut. Apabila diamati secara seksama, lebih banyak artis, olahragawan, dan orang kaya tersebut. Apabila diamati secara seksama, lebih banyak artis, olahragawan, dan orang kaya yang memperoleh organ transplantasi tersebut meskipun ternyata lebih banyak orang lain yang memperoleh organ transplantasi tersebut meskipun ternyata lebih banyak orang lain yang membutuhkan organ tersebut. Banyak yang berpendapat bahwa penentuan siapa yang yang membutuhkan organ tersebut. Banyak yang berpendapat bahwa penentuan siapa yang akan memperoleh organ tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor politik dan bukan karena akan memperoleh organ tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor politik dan bukan karena alasan medis semata-mata. Ada pula kasus dimana beberapa negara memperoleh organ alasan medis semata-mata. Ada pula kasus dimana beberapa negara memperoleh organ transplantasi dari

transplantasi dari narapidanarapidana bertubuh sehat.na bertubuh sehat.

Berikut ini akan dipaparkan sebuah hasil studi pneggunaan AHP pada kasus di atas

Berikut ini akan dipaparkan sebuah hasil studi pneggunaan AHP pada kasus di atas44. Pada. Pada kasus di atas, Hospital for Sick Children di Toronto, Kanada, menggunakan metode AHP kasus di atas, Hospital for Sick Children di Toronto, Kanada, menggunakan metode AHP dalam sebuah studi uji coba (

dalam sebuah studi uji coba (pilot study pilot study ) untuk menentukan siapa yang akan organ) untuk menentukan siapa yang akan organ transplantasi tersebut. Studi tersebut

transplantasi tersebut. Studi tersebut bertujuan untuk membangun seperangbertujuan untuk membangun seperangkat kriteria kat kriteria yangyang konsisten dan dapat diterima secara umum.

konsisten dan dapat diterima secara umum.

Menentukan kriteria tidaklah mudah. Sebagai contoh, bagaimana prioritas untuk seorang Menentukan kriteria tidaklah mudah. Sebagai contoh, bagaimana prioritas untuk seorang anak yang menderita

anak yang menderita Down Syndrome Down Syndrome 5 5 untuk dapat menerima organ transplantasi? Denganuntuk dapat menerima organ transplantasi? Dengan menggunakan

menggunakan pairwise comparison pairwise comparison , akhirnya dilakukan evaluasi dengan menggunakan, akhirnya dilakukan evaluasi dengan menggunakan pendekatan AHP untuk menentukan kriteria pemilihan anak-anak yang akan menerima pendekatan AHP untuk menentukan kriteria pemilihan anak-anak yang akan menerima transplantasi organ. Kriteria tersebut mencakup tingkat kecerdasan, harapan hidup, transplantasi organ. Kriteria tersebut mencakup tingkat kecerdasan, harapan hidup, ketergantungan fisik terhadap orang lain, tingkat kebutuhan dukungan finansial dalam jangka ketergantungan fisik terhadap orang lain, tingkat kebutuhan dukungan finansial dalam jangka panjang, tingkat kebutuhan dukungan kesehatan dalam waktu panjang, tingkat kebutuhan panjang, tingkat kebutuhan dukungan kesehatan dalam waktu panjang, tingkat kebutuhan akan aktivitas orang tua, kemampuan anak untuk dapat kembali mengikuti jadwal pelajaran akan aktivitas orang tua, kemampuan anak untuk dapat kembali mengikuti jadwal pelajaran sekolah, dan faktor sejenis lainnya.

sekolah, dan faktor sejenis lainnya.

4 4

Sumber: Koch

Sumber: Kochet al et al ., 1997, “A Pilot Study on Transplant Eligibility Criteria,”., 1997, “A Pilot Study on Transplant Eligibility Criteria,” Pediatric Nursing Pediatric Nursing :160-162.:160-162. 5

5

Down Syndrome 

Down Syndrome  adalah kondisi genetik karena tambahan kromosom ke-21. Kondisi ini ditandai dengan adanyaadalah kondisi genetik karena tambahan kromosom ke-21. Kondisi ini ditandai dengan adanya kombinasi abnormal dalam struktur dan fungsi tubuh sehingga penderita

kombinasi abnormal dalam struktur dan fungsi tubuh sehingga penderita Down Syndrome Down Syndrome  umumnya memilikiumumnya memiliki tingkat inteligensi yang rendah.

(12)

Secara umum, hasil

Secara umum, hasil pilot study pilot study di Toronto tersebut tidak serupa persis dengan hasil studidi Toronto tersebut tidak serupa persis dengan hasil studi serupa yang dilakukan untuk Kanada dan Amerika Serikat. Hasil studi Hospital for Sick serupa yang dilakukan untuk Kanada dan Amerika Serikat. Hasil studi Hospital for Sick Children menunjukkan, faktor-faktor seperti kemampuan untuk membayar, adanya insuransi Children menunjukkan, faktor-faktor seperti kemampuan untuk membayar, adanya insuransi kesehatan, dan kondisi atau status ekonomi pasien sebaiknya tidak menjadi faktor  kesehatan, dan kondisi atau status ekonomi pasien sebaiknya tidak menjadi faktor  pertimbangan dalam menentukan keputusan transplantasi. Hal ini kemungkinan besar  pertimbangan dalam menentukan keputusan transplantasi. Hal ini kemungkinan besar  disebabkan sistem perawatan kesehatan nasional Kanada yang menyediakan jaminan disebabkan sistem perawatan kesehatan nasional Kanada yang menyediakan jaminan kesehatan bagi semua warga Kanada.

kesehatan bagi semua warga Kanada.

Selain itu, hasil studi tersebut mengimplikasikan bahwa keterbatasan fisik, misalnya Selain itu, hasil studi tersebut mengimplikasikan bahwa keterbatasan fisik, misalnya kecatatan, juga sebaiknya tidak menjadi faktor penentu dalam melakukan transplantasi kecatatan, juga sebaiknya tidak menjadi faktor penentu dalam melakukan transplantasi organ. Tingkat kecerdasan yang rendah, misalnya skor 

organ. Tingkat kecerdasan yang rendah, misalnya skor Intelligent Quotion Intelligent Quotion (IQ) 70 atau lebih(IQ) 70 atau lebih rendah, juga bukan faktor penting, berbeda dengan hasil survai sebelumnya.

rendah, juga bukan faktor penting, berbeda dengan hasil survai sebelumnya. Menurut hasil

Menurut hasil pilot study pilot study  tersebut, faktor paling penting dalam menentukan kriteriatersebut, faktor paling penting dalam menentukan kriteria transplantasi organ adalah kemampuan pasien untuk melalui proses transplantasi organ dan transplantasi organ adalah kemampuan pasien untuk melalui proses transplantasi organ dan menerima proses transisi yang sulit setelah transplantasi organ. Secara menyeluruh, studi menerima proses transisi yang sulit setelah transplantasi organ. Secara menyeluruh, studi tersebut mampu mengakomodasi faktor etika, kualitatif, dan kuantitatif untuk menentukan tersebut mampu mengakomodasi faktor etika, kualitatif, dan kuantitatif untuk menentukan siapa yang akan menerima organ transplantasi.

siapa yang akan menerima organ transplantasi.

Penggunaan Metode AHP dalam Pengambilan Keputusan di Daerah Penggunaan Metode AHP dalam Pengambilan Keputusan di Daerah

Metode AHP dapat digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan di daerah. Ketika Metode AHP dapat digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan di daerah. Ketika Pemerintah dihadapkan pada berbagai pilihan akan program, kegiatan, pilihan kebijakan dan Pemerintah dihadapkan pada berbagai pilihan akan program, kegiatan, pilihan kebijakan dan kondisi lainnya yang terkait dengan pilihan dan penentuan prioritas, metode AHP dapat kondisi lainnya yang terkait dengan pilihan dan penentuan prioritas, metode AHP dapat memberikan solusi terbaik dan dengan skala prioritas yang jelas. Sebagaimana contoh memberikan solusi terbaik dan dengan skala prioritas yang jelas. Sebagaimana contoh aplikasi yang dijelaskan di atas, Pemerintah Daerah dapat menggunakan metode ini sebagai aplikasi yang dijelaskan di atas, Pemerintah Daerah dapat menggunakan metode ini sebagai dasar pengambilan keputusan pembangunan prasarana di daerah sehingga memudahkan dasar pengambilan keputusan pembangunan prasarana di daerah sehingga memudahkan penentuan prioritas pendanaan berbagai program yang diusulkan di daerah. Hal ini seperti penentuan prioritas pendanaan berbagai program yang diusulkan di daerah. Hal ini seperti yang dilaksanakan oleh Dinas

yang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Bandung dalam Kabupaten Bandung dalam menyusunmenyusun program/proyek penyediaan prasarana dan sarana dasar di Kabupaten Bandung.

(13)

Referensi Utama Referensi Utama

Forman, Ernest H. and Mary Ann Selly, 2001,

Forman, Ernest H. and Mary Ann Selly, 2001, Decision by Decision by Objectives Objectives .. Koch

Kochet al et al ., 1997, “A Pilot ., 1997, “A Pilot Study on Transplant Eligibility Criteria,”Study on Transplant Eligibility Criteria,”Pediatric Nursing Pediatric Nursing :160-162.:160-162. LPEM-FEUI dan PSEKP UGM,

LPEM-FEUI dan PSEKP UGM, 2004, Reformulasi Dana Alokasi Umum,2004, Reformulasi Dana Alokasi Umum,Laporan Akhir Laporan Akhir ..

Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada

(PPE-FE-UGM), 2006, “Modul Pelatihan

FE-UGM), 2006, “Modul Pelatihan” ” ,, District and Provincial Economic Development District and Provincial Economic Development  Training 

Training .. Saaty, T.L., 1994,

Saaty, T.L., 1994, Fundamentals of Decision Making and Priority Theory with the Analytic Fundamentals of Decision Making and Priority Theory with the Analytic  Hierarchy Process 

Hierarchy Process , RWS , RWS PublicationPublications, Pittsburgh PA., s, Pittsburgh PA., 1994, p337.1994, p337. Saaty, T.L. dan Kevin P.

Saaty, T.L. dan Kevin P. Kearns, 1991,Kearns, 1991,Analytical Planning: The Organization of Systems Analytical Planning: The Organization of Systems ,, RWS Publications, Pittsburgh, Amerika Serikat.

RWS Publications, Pittsburgh, Amerika Serikat. Saaty, T

Saaty, T.L., .L., 1980,1980,The Analytic Hierarchy Process The Analytic Hierarchy Process , McGraw-Hill, New York., McGraw-Hill, New York. http://www

Gambar

Gambar  1.  AHP  dapat  memfasilitasi  evaluasi  pro  dan  kontra  tersebut  secara  rasional.
Gambar 2Gambar 2 Hirarki KeputusanHirarki Keputusan Goal Goal  Objectives Objectives  Sub-objectives Sub-objectives  Alternatif Alternatif 
Tabel 1Tabel 1
Tabel 2Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

Bab pertama. Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian serta

[r]

Sehingga didapatkan tujuan penelitian sebagai berikut: (1) mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada media Click Multimedia berbasis Web Based Learning

Drainase adalah sesuatu yang dimanfaatkan untuk mengalirkan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu kawasan agar tidak terjadi banjir atau genangan pada

Produktivitas umbi tertinggi terdapat pada varietas Lumbu Kuning yang berbeda nyata dengan varietas Tawangmangu Baru maupun varietas Lumbu Hijau serta rata-rata di

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi bioetanol yang diperoleh dari sagu dengan proses hidrolisis enzimatis dan fermentasi

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai selama suatu periode

Yang dimaksud dengan lead time (Waktu tunggu) dalam penelitian ini adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan material sampai dengan datangnya material