sNl
Standar Nasional Indonesia
sNr 064085-1996
tcs 71.100.70
Sabun mandi cair
D e w a n S t a n d a r d i s a s i
N a s i o n a l - D S N
Pendahuluan
R a n c a n g a n S N I s a b u n m a n d i c a i r i n i m e r u p a k a n p r o g r a m d a r i p u s a t standardisasi industri Departemen Perindustrian tahun 199411995 Penyusunah standar ini selain diutamakan untuk melindungi konsumen dari segi kesehatan dan keselamatan, juga untuk:
Melindungi produsen dan konsumen Menunjang ekspor non migas
Rancangan standar ini telah dibahas dalam Prakonsensus dan terakhir dirumuskan dalam pada tanggal 7 april 1995 di Jakarta.
Hadir dalam Rapat-rapat tersebut wakil-wakil L e m b a g a I l m u P e n g e t a h u a n d a n L e m b a g a Pemerintah yang terkait.
Rapat-rapat teknis, Rapat Rapat Konsensus Nasional
dari produsen, konsumen, P e n e l i t i a n s e r t a l n s t a n s i
Daftar isi P e n d a h u l u a n Daftar isi .. I R u a n g li n g k u p . . . . 3 Definisi 4 J e n i s 5 Syarat mutu
6 Cara pengambilan contoh 7 Cara uj i 8 C a r a p e n g e m a s a n 9 S y a r a t p e n a n d a a n . . . .
H a l a m a n
i
ii
I
I
I
I
I
2
2
t 2
t 2
sNI 06-4085-
t9e6
Sabun mandi cair
I Ruang lingkup
Standar ini meliputi definisi, jenis, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, cara pengemasan dan syarat penandaan.
2 Acuan
a) Keputusan direktur jendral pengawasan obat dan makanan No. HK. 00.06.4.02894 tentang persyaratan cemaran mikroba pada kosmetika. b) SNI 19-2897-1992, Cara uji cemaran mikroba
c) SNI 19-0429-1992, Petunjuk pengambilan contoh cairan dan semi padat d) SNI 06-0062-1987, Deterjen bukan untuk mesin cuci
3 Definisi
S a b u n m a n d i c a i r a d a l a h s e d i a a n p e m b e r s i h k u l i t berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar sabun atau deterjen dengan penambahan bahan lain yang ditjinkan dan digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi p a d a k u l i t .
4 Jenis
Jenis S : sabun mandi cair dengan bahan dasar sabun Jenis D : sabun mandi cair dengan bahan dasar deterjen 5 Syarat mutu
No. Kriteria uj i Satuan Persvaratan Jenis S Jenis D I
2
a J4
5
6
Keadaan - Bentuk - Bau - Warna pH. 25 oCAlkali bebas (dihitung sebagai NaOH)
Bahan aktif
Bobot jenis, 25 oC Cemaran mikroba : Angka lempeng total
% % koloni/g Cairan homogen Khas Khas 8 - 1 1 maks. 0,1 m i n . 1 5 1 , 0 1 - 1 , 1 0 maks. I x 105 Cairan homogen Khas Khas 6 - 8 tidak diper-syaratkan min. 10 1 , 0 1 - 1 , , 1 0 m a k s . l x l 0 5
sNr 06-4085-
1996
TabelSyarat mutu sabun mandi cair
6 Cara pengambilan contoh
C a r a p e n g a m b i l a n c o n t o h s e s u a i d e n g a n S N I . 1 9 - 0 4 2 9 - 1 9 8 9 , " P e t u n j u k pengambilan contoh cairan dan semi padat".
7 Cara uji
Contoh sebelum diambil untuk pengujian harus dikocok terlebih dahulu secara merata.
7.1 Keadaan
Periksa isi contoh secara visual terhadap bentuk, bau dan warna. 7.2 pH
7.2.1 Prinsip
Pengukuran pH menggunakan pH meter yang terdiri dari gabungan elektroda gelas hidrogen sebagai standar polimer dan elktroda kalomel reference
sNr 06-4085- t996 s e b a g a i p a s a n g a n e l k t r o d a in i , a k a n m e n g h a s i l k a n p e r u b a h a n t e g a n g a n 5 9 . 1 m v / p H u n i t p a d a 2 5 o C . 7.2.2 Peralatan - pH meter - Gelas piala - Pengaduk magnetik - Elektroda 7.2.3 Cara kerja
- Kalibrasi pII meter dengan larutan buffer pH. lakukan setiap saat akan melakukan pengukuran.
- Celupkan elktroda yang telah dibersihkandengan air suling kedalam contoh yang akan diperiksa (direndam dalam air es) pada suhu 25 0C.
- Catat dan baca nilai pH pada skala pH meter yang ditunjukkan jarum skala. 7.3 Alkali bebas
7 . 3 . 1 P r i n s i p
M e n i t a r a l k a l i b e b a s d a l a m c o n t o h dengan larutan baku asam. 7.3.2 Peralatan
- Neraca analitis - Botol timbang - Labu takar I liter - Pipet volume 100 ml
- Erlenmeyer tutup asah 250 ml - Penangas air
- Pendingin tegak - Buret
7.3.3 Bahan
- Alkohol 96% netral
- Larutan HCL 0,1 N dalam alkohol - Larutan penunjuk phenol phtalein
sNr 06-4085- t996 7.3.4 Cara keja
- Timbang contoh sekitar 5 g, tnasukkan erlenmeyer
tutup asah 250 ml.
- f a m b a h k a n 1 0 0 ml alkohol 96 oh netral, batu didih serta beberapa tetes larutan penunjuk phenol phtalein.
- P a n a s k a n d i a t a s p e n a n g a s
a i r m e m a k a i p e n d i n g i n tegak selama 30 m e n i t ' m e n d i d i h .
- Bila larutan berwarna merah, kemudian titar dengan larutan
HCI 0,l N dalam alkohol sampai warna merah tepat hilang.
Perhitungan:
V x N x 0 . 0 4
Kadar alkli bebas (dihitung sebagai NaOH) - x l00o/o
w
Keterangan :
V : Volume HCI yang digunakan untuk titrasi, ml N : Normalitas HCI
W : Bobot contoh, g 0 .04 : Bobot setara NaOH 7.4 Bahan Aktif
7.4.1 Untuk bahan dasar sabun ( asam lemak jumlah ) 7 .4 . 1 . 1 P r i n s i p
Asam lemak jumlah dihasilkan dari hidrolisa lemak maupun asam lemak bebas d a l a m s u a s a n a a s a m .
7 . 4 . 1 . 2 P e r a l a t a n - Ner aca analistis - Gelas piala - Corong pemisah - Labu lemak - Alat penyuling - Penangas listrik - Lemari pengering - Eksikator 7 . 4 . 1 . 3 B a h a n
- Asam klorid a l0 o/o
- Larutan penunjuk metiljingga
sNr 06-408s-
1996
Petroleum eter atau dietil eter atau heksana Netrium sulfat
7.4.1.4 Cara kerja
Timbang l0 g contoh, masukan kedalam gelas piala kemudian tambahkan 50 ml air suling, beberapa tetes larutan penunjuk metil jingga dan asam k l o r i d a l 0 % s a m p a i s e m u a le m a k d i b e b a s k a n y a n g d i t u n j u k k a n dengan timbulnya warna merah.
Masukkan larutan dalam corong pemisah. bila ada endapan jangan di masukkan kedalam corong pemisah.
Larutan diendap tuangkan dengan pelarut petroleum eter atau dietil eter atau heksana, diulangi sampai pelarut berjumlah lebih kurang l00ml.
Pelarut dikocok dan dicuci dengan air suling sampai tidak bereaksi asam (lihat dengan kertas kongo). Pada tiap pencucian dipakai 1Oml air suling. Pelarut dikeringkan dengan Natrium sulfat kering, saring dan masukkan kedalam labu lemak yang telah diketahui bobotnya beserta batu didih (W, ). Pelarut disuling dan labu lemak dikeringkan pada suhu 105 0C sampai bobot tetap (W, )
P e r h i t u n g a n :
w r - w ,
Bahan aktif untuk bahan dasar sabun (asam lemak jumlah)_ - x 100%
w
Keterangan :
W : bobot contoh, g
7.4.2 Untuk bahan dasar deterjen 7.4.2.1 Prinsip
Menitar bahan aktif dalam contoh dengan penunjuk campuran.
7.4.2.2 Peralatan
larutan hiamin 1622 memakai larutan
Neraca analitis Lemari pengering G e l a s p i a l a Labu takar Pipet volume Buret
sNI 06-4085-
re96
7.4.2.3 Bahan
- Asam sulfat 0.1 N - Khloroform
- Larutan natrium lauril sulfat 0,003 M :
0,28 g natrium laurilsulfat (yang sebalumnya dipanaskan dalam lemari pengering pada suhu 105 0C delama 60 menit)
Dimasukkan labu takar 250 ml, encerkan dengan air suling sampai tanda garis dan kocok sampai homogen.
Bobot natrium lauril sulfat 1000 Molaritas larutan natrium lauril sulfat
BM natrium lauril sulfat 250 BM Natrium lauril sulfat : 288,38
- Larutan penunjuk campuran :
0,049 g biro glansine A ( C' H,n N, Oo Sr Na ) dimasukkan labu ukur I liter dan encerkan dengan air suling.
Tambahkan 0,32 g dimidium bromida (2,7 datmino 9 fenol l0 metil fenantridium bromida) yang dilarutkan dengan 6,5 ml alkohol.
Masukkan kedalam labu takar I liter tersebut diatas, tambahkan 6 ml asam sulfat pekat dan encerkan dengan air suling sampai I liter serta k o c o k s a m p a i h o m o g e n .
- Larutan hiamin 1622 0,003 m :
0,7 g hiamin 1622 dimasukkan labu takar 500 ml, diencerkan dengan air suling sampai tanda garis dan kocok sampai homogen.
Standardisasi larutan hiamin 1622 :
't Pipet l0 ml larutan natrium lauril sulfat yang sudah diketahui molaritasnya. masukkan ke dalam erlenmeyer tutup asah.
* Tarnbahkan l0 ml air suling. netralkan dengan asam sulfat 0.1 N menggunakan larutan penunjuk campuran.
* Titrasi dengan larutan hiamin 1622 di atas sampai warna berubah menjadi abu-abu kebiruan.
l 0 x M Molaritas larutan hiamin 1622 :
Keterangan :
M _ Molaritas larutan natrium lauril sulfat
V _ Volume larutan hiamin 1622 yang digunakan untuk titrasi. - Larutan penunjuk phenol phttalein 0,1 % :
0,1 g phenol phtalein dilarutkan dengan alkohol 96% sampai 100 ml dalam labu takar.
sNI 06-408s- 1996 7.4"2.4. Carat "rlu
- Timbang contoh sebanyak I + 0,001 g masukkan ke dalam labu takar 250 ml encerkan dengan air suling sampai tanda batas dan kocok sampai homogen. - Pipet l0 ml larutan tersebut masukan ke dalam erlenmeyer tutup asah,tambah
kan l0 ml air suling dan I - 2 tetes larutan penunjuk phenol phtalein 0,loh. - Netralkan dengan menggunakan H2SO4 0,1 N sampai warna merah jambu
hampir hilang. Tambahkan 15 ml kloroform dan l0 ml larutan penunjuk campuran.
- Tutup erlenmeyer dan kocok, kemudian biarkan beberapa saat.
- Titar dengan larutan hiamin 1622 0,,003 M sampai warna larutan kloroform berubahiadi merah jambu menjadi abu-abu kebiruan.
7.4.2.5 Penghitungan V x M x f x 3 4 8
Bahan aktif :
x 100%
w
Keterangan :
V _ Volume larutan hiamin 1622 yang digunakan untuk titrasi M : Molaritas larutan hiamin 1622
W _ Mobot contoh, mg f : Faktor pengenceran 348 : BM bahan aktif 7.5 Bobot jenis
7.5.1 Prinsip
Perbandingan bobot contoh dengan bobot air pada volume dan suhu yang sama. A. Metode I
A.l Peralatan
- Piknometer yang tutupnya dilengkapi termometer - Timbangan analistis
A.2 Bahan - A s e t o n - Dietil eter - Air suling
sNr 06-4085-
1996
A.3 Cara kerja
- Bersihkan piknometer dengan cara membilas dengan aseton
kemudian dengan dietil eter.
- Keringkan piknometer dan timbang.
- Dinginkan contoh lebih ke dalam piknometer yang terendam
air es, biarkan sampai suhu 25 0C dan tepatkan sampai garis tera.
- Angkat'pinometer dari dalam rendaman air es. diamkan pada suhu kamar dan timbang
- Ulangi pengerjaan tersebut dengan memakai air suling sebagai pengganti contoh. P e r h i t u n g a n : W Bobot jenis, 25 oC : w l Keterangan : W : bobot contoh Wr : bobot air B. Metode 2 A.l Peralatan
- Piknometer dengan tutup tanpa termometer - Timbangan analistis
A.2 Bahan - Aseton - Dietil eter - Air suling A.3 Cara kerja
Bersihkan piknometer dengan cara membilas dengan aseton kemudian dengan dietil eter.
- Keringkan piknometer dan timbang.
- Masukkan contoh ke dalam piknometer sampai di atas garis tera. - Tutup, kemudian masukan piknometer kedalam rendaman
air es sampai suhu 25 0C. Permukaan air es harus lebih tinggi dari pada permukaan contoh dalam piknometer, sehingga semua isi piknometer terendam
- Biarkan piknometer terendam selama 30 menit kemudian buka tutup piknometer dan bersihkan bagian dalam piknometer dengan gulungan kertas saringsapai tanda garis
- Diamkan pada suhu kamar dan timbang
- Ulangi pengerjaan tersebut dengan memeakai air sulingsebagai pengganti contoh.
sNI 06-4085-
1996
Penghitungan : Bobot jenis, 25 oC : Keterangan : W - Bobot contoh Wr : Bobot airw r
7.6 Angka lempeng toal 7.6.1 Prinsip
Perhitungan bakteri mesofil aerob setelah contoh diinkubasikan dalam perbenihan yang cocok selama 24 - 48jam pada suhu 35 + I 0C.
7.6.2 Peralatan
- Pipet ukur I ml dan 10 ml - Pipet volume 25 mI dan 100 ml - Pisau, gunting
- Timbangan analistis
- Tabung reaksi (22 x 220 mm) - Erlenmeyer
- Cawan petri dari gelas/plastik (90 - 100 mm) - Penangas air 45 + I oC
- Lemari pengeram 36 * 1 oC
- Alat penghitung koloni (colony counter) 7.6.3 Pengencer dan pembenihan
- Bufferedpeptone water (BPW):
Peptone I 0 g; Natrium Klorida 5 g; Disodium Hidrogen Fosfat 3,5 g; Kalium H i d r o g e n fo s f a t 1 . 5 g ; Larutan dalam I liter air suling, atur pH 7,0, masukan dalam botol (labu) dan sterilkan pada suhu l2l 0C selama 2 0 m e n i t .
- Plate Count Agar (PCA):
Yeast extract 2,5 g;pancreatic digest of casein. 5 g; glulosa I g; agar 15-20 g; larutan dalam satu liter air suling, atur pH 7,0 , masukan kedalam labu dan sterilkan pada suhu 121 0C selama l5 menit.
sNr 06-4085-
1996
7.6.4 Carakerja
Disiapkan alat-alat untuk penyiapan contoh ),ang sudah steril atau dapat disterilkan menggunakan api bunsen setelah lebih dahulu dibersihkan dengan a{kohol 70%. Caraterahir dilakukan sesaat sebelum pengujian berlang.ung. Untuk wadah plastik, pada bagian yang akan dibuka dibersihkan dengan alkohol 70 %, kemudian dibuka decara aseptik.
Lakukan homogenisasi contoh dengan memipet 25 ml contoh masukan ke dalam erlenmeyer atau wadah lain yang sesuai, yang telah berisi 225 mllarutan pengencer hingga diperoleh pengenceran I : 10 . Dikocok dengan baik kemudian dilanjutkan denghan pengenceran yang diperlukan (seperti yang tertera pada gambar I ).
Larutan : I ; l 0 l m l l m l I rnl 9 ml. buffered peptone water | : 1 0 0 I : 1 . 0 0 0 I : 1 0 . 0 0 0 Gambar I Pengenceran contoh
Pipet I ml dari masing-masing pengenceran (Gambar I ) kedalam cawan petri steril secara simplo dan duplo.
Kedalam setiap cawan petri tuangkan sebanyak 12 -15 ml media pCA yang telah dicairkan yang bersuhu 45 + I 0C dalam waktu 15 menit d a r i p e n g e n c e r a n p e r t a m a .
Goyangkan cawan petri dengan hati-hati (putar dan goyangkan ke depan dan ke belakang serta ke kanan dan ke kiri) hingga contoh tercampur rata d e n g a n p e r b e n i h a n .
Kerjakan pemeriksaan blangko dengan mencampur air pengencer dengan perbenihan untuk setiap contoh yang diperiksa.
Biarkan hingga campuran dalam cawan petri membeku.
Masukan semua cawan petri dengan pososi terbalik kedalam lemari pengeram (inkubator) dan inkubasikan pada suhu 35 + I 0C selama24 - 4g jam.
sNr 06-4085-
re96
- Catat pertunrbuhan koloni pada setiap cawan yang mengadungZl - 250 koloni setelah 48 jam.
- Hitung angka lempeng total dalam 1 gram atau I ml contoh dengan mengalihkan jumlah rata-rata koloni pada cawan debgan faktor pengenceran yang digunakan (sesuai).
7.6.5 Cara menghitung dan menyatakan hasil
Pilih cawan petri (simplo dan duplo) dari satu pengenceran yang menunjukan jumlah koloni antara2l - 250 setiap cawan.
Hitung semua koloni dalam cawan petri dengan menggunakan alat penghitung koloni (colony counter).
Hitung rata-rata jumlah koloni dan kalikan dengan faktor pengenceran. Nyatakan hasilnya sebagai jumlah bakteri per milimeter atau gram.
Jika salah satu dari dua cawan petri terdapat jumlah koloni lebih kecil dari 25 atau lebih besar dari 250, hitung rata-ratajumlah koloni, kalikan d e n g a n f a k t o r p e n g e n c e r a n d a n n y a t a k a n h a s i l n y a sebagai jumlah bakteri per milimeter atau gram.
Jika hasil dari dua pengenceran jumlahnya berturut-turut terletak antara 25 dan 250 koloni, hitung jumlah koloni dari masing-masing pengenceran seperti yang disebut pada butir I dan 2 diatas, dan hitung rata-ratajumlah koloni dari kedr"ra pengenceran tersebut.
.lika jumlah yang tertinggi lebih besar dari dua kali jumlah yang terkecil, nyatakan jumlah yang lebih kecil sebagai jumlah bakteri per milimeter atau gram.
Jika rata-ratajumlah koloni masing-masing cawan petri tidak terletak antara 25 dan 250 koloni, hitung jumlah koloni seperti pada butir I dan 2 di atas, dan nyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan per milimeter atau gram. Jika jumlah koloni dari semua pengenceran lebih dari 250 koloni, maka setiap dua cawan petri dengan pengenceran tertinggi dibagi ke dalam 2,4 atau 8 sektor. hitung jumlah koloni dalam satu bagian atau lebih. Untuk mendapatkan jumlah koloni dalam satu cawan petri, hitung rata-ratajumlah koloni dan
kalikan dengan faktor pembagi dan pengenceran. Nyatakan hasilnya sebagai jumlah bakteri perkiraan per milimeter atau gram.
Jika dalam I /8 bagian cawan petri terdapat lebih dari 200 koloni, maka jumlah koloni yang terdapat : 8 x 200 (1600), dikalikan dengan faktor pengenceran dan nyatakan hasilnya sebagai jumlah bakteri perkiraan per milimeter atau gramlebih besar dari jumlah yang didapat ( > 1600 x faktor pengenceran). Jika tidak ada koloni yang tumbuh dalam cawan petri, nnyatakan jumlah bakteri perkiraanlebih kecil dari I dikalikan pengenceran yang terendah ( < 1 0 ).
sNI 06-4085- t996 Menghitung koloni perambat (spre ader).
Ada tiga macam perambatan pada koloni. yaitu : 1) Merupakan rantai yang tidak terpisah-pisah.
2) Perambatan yang terjadi diantara dasar cawan petri dan perbenihan. 3) Perambatan yang terjadi pada pinggir atau permukaan perbenihan. Kalau terjadi hanya satu perambatan (seperti rantai) maka koloni dianggap satu. Tetapi bila satu atau lebih rantai terbentuk dan yang berasal dari sumber yang terpisah-pisah dihitung sebagai 1 (satu) koloni
Bila 2 dan 3 terjadi maka sebaiknya pemeriksaan diulangi karena koloni dalam keadaan semacam ini agak sukar dihitung.
7.6.6 Cara menghitung dan membulatkan angka
Dalam melaporkan jumlah koloni atau jumlah koloni perkiraan hanya dua angka penting yang digunakan yaitu angka pertama dan angka kedua (dimulai dari kiri) sedangkan angka yang ketiga diganti dengan nol apabila kurang dari lima dan apabila lima atau lebih dijadikan satu yang ditambahkan pada angka y a n g k e d u a .
Contoh :
523 .000 dilaporkan sebagai 520.000 ( 5,2 x 105 ) 83.600 dilaporkan sebagai 84.000 ( 8,4 x 105) 8 Cara pengemasan
Produk dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan.
9 Syarat penandaan
Pada setiap kemasan harus dicantumkan nama produk, isi bersih, lambang, nama dan alamat produsen serta kode produksi.