• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Pelatihan Lanjut Usia Dan Geriatri Untuk Tenaga Kesehatan Puskesmas_compile

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Pelatihan Lanjut Usia Dan Geriatri Untuk Tenaga Kesehatan Puskesmas_compile"

Copied!
369
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

Modul pelatihan pelayanan kesehatan lanjut usia dan geriatri bagi tenaga kesehatan puskesmas. Jakarta :

Kementerian Kesehatan RI. 2016 ISBN 978-602-416-026-5

1. Judul I. GERIATRICS II. GERIATRIC NURSING

III. GERIATRIC PSYCHIATRY IV. COMMUNITY HEALTH SERVICES 618.97

Ind m

(5)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Modul Pelatihan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Tenaga Kesehatan Puskesmas. Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah ikut berkontribusi dalam penyusunan dan penyempurnaan Modul ini.

Modul Pelatihan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Tenaga Kesehatan Puskesmas ini merupakan acuan bagi Pengelola Program Kesehatan Lanjut Usia di Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam memberikan pelatihan tentang pelayanan kesehatan lanjut usia kepada tenaga kesehatan Puskesmas. Penyusunan Modul ini telah diinisiasi sejak tahun 2010, namun karena berbagai kendala teknis serta adanya reorganisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan, maka Modul ini baru terselesaikan pada tahun ini.

Kami menyadari bahwa Modul ini belum sempurna dan dapat diperbaiki karena ilmu pengetahuan akan selalu berkembang. Untuk itu masukan dan saran sangat kami harapkan untuk kesempurnaan buku ini di masa yang akan datang. Kami harapkan Modul Pelatihan Lanjut Usia untuk Tenaga Puskesmas ini, dapat digunakan oleh Pengelola Program Lanjut Usia dalam melakukan pelatihan kepada tenaga pelaksana di Puskesmas dengan melibatkan profesi geriatri, sehingga dapat meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan lanjut usia dan geriatri.

Akhirnya harapan kami mudah-mudahan Modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam upaya meningkatkan kualitas hidup lanjut usia.

Jakarta, Maret 2016 Direktur Kesehatan Keluarga,

dr. Eni Gustina, MPH

(6)

ii DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar isi... ii

MATERI DASAR: KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN LANJUT USIA DI PUSKESMAS ... 1

I. DESKRIPSI SINGKAT ... 3

II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 3

A. Tujuan Pembelajaran Umun (TPU) ... 3

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 3

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 4

IV. BAHAN BELAJAR ... 4

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ... 4

VI. URAIAN MATERI... 5

A. Kebijakan Program Kesehatan Lanjut Usia ... 5

B. Pengertian Pelayanan Kesehatan Santun Lanjut Usia di Puskesmas ... 7

C. Prinsip Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas ... 8

D. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas ... 9

E. Indikator Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas ... 11

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 14

MATERI INTI I: PENGKAJIAN PARIPURNA PASIEN GERIATRI ... 15

I. DESKRIPSI SINGKAT ... 17

II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 17

A. Tujuan Pembelajaran Umun (TPU) ... 17

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 17

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 18

IV. BAHAN BELAJAR ... 18

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ... 18

VI. URAIAN MATERI... 19

A. Pengertian dan Karakteristik Pasien Geriatri ... 19

B. Pengertian, tujuan dan manfaat Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G)21 C. Prinsip Pelaksanaan P3G ... 22

D. Pengkajian multidimensi pada P3G di Puskesmas dan di rumah ... 22

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 23

LAMPIRAN ... 25

MATERI INTI 2: PENATALAKSANAAN SINDROMA GERIATRI ... 31

I. DESKRIPSI SINGKAT ... 33

II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 33

A. Tujuan Pembelajaran Umun (TPU) ... 33

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 33

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 33

IV. BAHAN BELAJAR ... 34

(7)

iii

VI. URAIAN MATERI... 35

A. Pengertian dan Jenis Sindroma Geriatri ... 35

B. Penatalaksanaan Sindroma Geriatri yang Sering Terjadi ... 35

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN ... 43

MATERI INTI 3: PELAYANAN PENYAKIT DEGENERATIF DAN GERIPAUSE ... 47

I. DESKRIPSI SINGKAT ... 49

II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 49

A. Tujuan Pembelajaran Umun (TPU) ... 49

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 49

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 49

IV. BAHAN BELAJAR ... 50

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ... 50

VI. URAIAN MATERI... 51

A. Penatalaksanaan Penyakit Degeneratif ... 51

B. Penatalaksanaan Geripause ... 64

C. Pengelolaan Secara Khusus Penyakit Degeneratif Pada Lanjut Usia ... 67

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 69

MATERI INTI 4: PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA LANJUT USIA ... 73

I. DESKRIPSI SINGKAT ... 75

II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 76

A. Tujuan Pembelajaran Umun (TPU) ... 76

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 76

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 76

IV. BAHAN BELAJAR ... 76

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ... 77

VI. URAIAN MATERI... 78

A. Masalah kesehatan gigi dan mulut lansia ... 78

B. Pencegahan Penyakit Gigi Dan Mulut Pada Lanjut Usia ... 81

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN ... 91

MATERI INTI 5: PELAYANAN KESEHATAN JIWA DAN INTELIGENSIA PADA LANJUT USIA ... 95

I. DESKRIPSI SINGKAT ... 97

II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 97

A. Tujuan Pembelajaran Umun (TPU) ... 97

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 97

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 98

IV. BAHAN BELAJAR ... 98

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ... 99

VI. URAIAN MATERI... 99

(8)

iv

B. Demensia dan Gangguan Perilaku ... 102

C. Insomnia ... 105

D. Identifikasi Masalah Kesehatan Mental Emosional lain ... 107

E. Deteksi Dini dan Stimulasi Kognitif Pada Lanjut Usia ... 108

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 110

LAMPIRAN ... 111

MATERI INTI 6: PELAYANAN GIZI PADA LANJUT USIA ... 123

I. DESKRIPSI SINGKAT ... 125

II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 125

A. Tujuan Pembelajaran Umun (TPU) ... 125

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 126

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 126

IV. BAHAN BELAJAR ... 127

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ... 127

VI. URAIAN MATERI... 128

A. Perubahan Fisiologi Pada Lanjut Usia ... 128

B. Perubahan Komposisi Tubuh Pada Lanjut Usia ... 130

C. Masalah Gizi Pada Lanjut Usia ... 131

D. Penentuan dan Penilaian Status Gizi Pada Lanjut Usia ... 135

E. Pelayanan Gizi Lanjut Usia ... 140

VII. RANGKUMAN ... 156

VIII. DAFTAR PUSTAKA ... 157

LAMPIRAN ... 163

MATERI INTI 7: PELAYANAN REHABILITASI MEDIK PADA LANJUT USIA ... 177

I. DESKRIPSI SINGKAT ... 179

II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 179

A. Tujuan Pembelajaran Umun (TPU) ... 179

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 179

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 179

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN ... 180

V. URAIAN MATERI... 181

A. Tatalaksana Gangguan Gerak ... 181

B. Aktifitas Kehidupan Sehari-hari ... 182

C. Deteksi Dampak Imobilisasi ... 183

D. Pengaturan Posisi Tubuh, Mobilisasi dan Latihan Berpindah Tempat (Transfer) ... 185

E. Latihan Penggunaan Alat Bantu Jalan ... 190

F. Pencegahan Jatuh ... 193

LAMPIRAN ... 197

MATERI INTI 8: BIMBINGAN LATIHAN FISIK PADA LANJUT USIA ... 207

I. DESKRIPSI SINGKAT ... 209

II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 209

A. Tujuan Pembelajaran Umun (TPU) ... 209

(9)

v

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 210

IV. BAHAN BELAJAR DAN REFERENSI ... 210

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN ... 211

VI. URAIAN MATERI... 212

A. Aktivitas Fisik Dan Latihan Fisik ... 212

B. Komponen Kebugaran Jasmani bagi Lanjut Usia ... 215

C. Bimbingan Latihan Fisik bagi Lanjut Usia ... 216

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 228

LAMPIRAN ... 229

MATERI INTI 9: PERAWATAN KESEHATAN LANJUT USIA DI RUMAH (HOME CARE) . 233 I. DESKRIPSI SINGKAT ... 235

II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 235

A. Tujuan Pembelajaran Umun (TPU) ... 235

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 235

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 235

IV. BAHAN BELAJAR ... 236

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ... 236

VI. URAIAN MATERI... 237

A. Pengertian Perawatan lanjut usia di Rumah ... 237

B. Komponen perawatan kesehatan lansia di rumah ... 238

C. Langkah-langkah pelaksanaan perawatan lansia di rumah ... 240

D. Pelaksanaan Perawatan lansia di rumah ... 240

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 250

LAMPIRAN ... 263

MATERI INTI 10: KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI KESEHATAN LANJUT USIA ... 273

I. DESKRIPSI SINGKAT ... 275

II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 275

A. Tujuan Pembelajaran Umun (TPU) ... 275

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 275

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 275

IV. BAHAN BELAJAR ... 276

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ... 276

VI. URAIAN MATERI... 278

A. Konsep Dasar KIE Kesehatan Lanjut Usia ... 278

B. Pelaksanaan KIE Kesehatan Lanjut Usia ... 282

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 290

LAMPIRAN ... 291

MATERI INTI 11: PENCATATAN DAN PELAPORAN PROGRAM KESEHATAN LANJUT USIA ... 297

I. DESKRIPSI SINGKAT ... 299

(10)

vi

A. Tujuan Pembelajaran Umun (TPU) ... 299

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 299

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 299

IV. BAHAN BELAJAR ... 300

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ... 300

VI. URAIAN MATERI... 301

A. Pengertian dan Tujuan, Manfaat Pencatatan dan Pelaporan ... 301

B. Pencatatan dan Pelaporan Program Kesehatan Lanjut Usia ... 301

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 303

LAMPIRAN ... 305

LEMBAR PENUGASAN PRAKTEK LAPANGAN ... 319

I. PENDAHULUAN ... 321

II. TUJUAN ... 321

III. PERSIAPAN ... 322

IV. PELAKSANAAN PKL ... 323

V. MENYUSUN LAPORAN ... 324

VI. PELAKSANAAN PRESENTASI/SEMINAR HASIL PKL ... 324

MATERI PENUNJANG 1: BUILDING LEARNING COMITMENT (BLC) ... 327

I. DESKRIPSI SINGKAT ... 329

II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 329

A. Tujuan Pembelajaran Umun (TPU) ... 329

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 329

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 329

IV. BAHAN BELAJAR ... 330

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN ... 330

VI. URAIAN MATERI... 331

A. Konsep Dasar Pembelajaran ... 331

B. Kerjasama Membangun Tim ... 334

C. Pemecahan Masalah ... 336

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 337

LAMPIRAN ... 339

MATERI PENUNJANG 2: RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) ... 345

I. DESKRIPSI SINGKAT ... 347

II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 347

A. Tujuan Pembelajaran Umun (TPU) ... 347

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 348

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 348

IV. BAHAN BELAJAR ... 348

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ... 348

VI. URAIAN MATERI... 349

A. Konsep Dasar RTL ... 349

B. Menyusun RTL ... 351

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 353

(11)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 1

MATERI DASAR

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN

PELAYANAN KESEHATAN LANJUT

USIA DI PUSKESMAS

(12)

2 Modul Pelatihan

(13)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 3

MATERI DASAR

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN LANJUT USIA

DI PUSKESMAS

I. DESKRIPSI SINGKAT

Umur Harapan Hidup di Indonesia meningkat dari 68,6 th (2004) menjadi 69,8 th (2010) (BPS) dan menjadi 70,8 th (2015), dan diperkirakan akan meningkat menjadi 72,2 th (2030-2035). Berdasarkan hasil sensus Penduduk 2010: Jumlah lansia 18,1 juta jiwa 7,6% dari total penduduk). Berdasarkan data Susenas mencapai 20,24 juta jiwa (8,03% dari total penduduk)

Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah kesehatan sehingga diperlukan pembinaan kesehatan pada kelompok pra lanjut usia dan lanjut usia, bahkan sejak usia dini.

Puskesmas sebagai unit terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat maupun perorangan diharapkan mampu melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif tingkat dasar bagi Lanjut Usia. Pelayanan kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas harus dilakukan secara profesional dan berkualitas, paripurna, terpadu dan terintegrasi dengan memperhatikan aspek geriatri pada Lanjut Usia.

Pada modul ini akan menjelaskan tentang pengelolaan dan pelayanan kesehatan dasar bagi lanjut usia di Puskesmas baik di dalam maupun luar gedung.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :

1. Menjelaskan Kebijakan Program Kesehatan Lanjut Usia

2. Menjelaskan Pengertian Pelayanan Kesehatan Santun Lanjut Usia di Puskesmas 3. Menjelaskan Prinsip Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas

4. Menjelaskan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas 5. Menjelaskan Indikator Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas

(14)

4 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

A. Kebijakan Program Kesehatan Lanjut Usia

B. Pengertian Pelayanan Kesehatan Santun Lanjut Usia di Puskesmas C. Prinsip Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas

D. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas E. Indikator Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas

IV. BAHAN BELAJAR

1. Kemenkes RI, 2015, Permenkes No 67 tahun 2015, tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas

2. Kemenkes RI, RAN Kesehatan Lanjut Usia

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Langkah 1 Pengkondisian

A. Kegiatan Fasilitator

1. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana di kelas

2. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan ramah dan hangat. 3. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan memperkenalkan diri. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.

4. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang konsep dasar penyelenggaraan pelayanan kesehatan lanjut usia di Puskesmas dengan metode curah pendapat (brainstorming).

5. Menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penyampaian materi ini dan menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan khusus dari Kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas.

6. Memandu peserta tentang materi Kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas.

B. Kegiatan Peserta

1. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan 2. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator 3. Memperkenalkan diri dan asal institusinya.

4. Menjawab dan menyampaikan pendapat tentang penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas.

(15)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 5 Langkah 2 Penjelasan Materi

A. Kegiatan Fasilitator

Memandu diskusi dan presentasi tentang:

Kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas. B. Kegiatan Peserta

Mengikuti diskusi dan presentasi tentang :

Kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas.

Langkah 3 Rangkuman dan Evaluasi hasil pembelajaran A. Kegiatan Fasilitator

Mengajukan pertanyaan tentang materi: Kebijakan Program Kesehatan Lanjut Usia, Pengertian Pelayanan Santun Lanjut Usia di Puskesmas, Prinsip pelayanan Lanjut Usia di Puskesmas, Kegiatan Pelayanan Lanjut Usia di Puskesmas, Indikator Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas dan merangkum hasil pembelajaran bersama-sama dengan peserta

B. Kegiatan Peserta

Menjawab pertanyaan: Kebijakan Program Kesehatan Lanjut Usia, Pengertian Pelayanan Santun Lanjut Usia di Puskesmas, Prinsip pelayanan Lanjut Usia di Puskesmas, Kegiatan Pelayanan Lanjut Usia di Puskesmas, Indikator Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas

VI. URAIAN MATERI

A. Kebijakan Program Kesehatan Lanjut Usia

Berdasarkan Regional Strategy for Healthy Aging 2013 -2018 (WHO SEARO); Yogyakarta Declaration on Ageing and Health (WHO SEARO 2013); Rencana Pembanguan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2015 -2019; Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2015 – 2019, maka sudah disusun Rencana Aksi Nasional (RAN) Kesehatan Lanjut Usia tahun 2016-2019.

Tujuan umum Kebijakan Program Kesehatan Lanjut Usia adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai lansia yang sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdayaguna bagi keluarga dan masyarakat. Sementara tujuan khususnya adalah :

1. Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun Lansia

2. Meningkatnya koordinasi dengan Lintas Program, Lintas Sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat dan pihak terkait lainnya.

(16)

6 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

4. Meningkatnya peran serta dan pemberdayaan keluarga, masyarakat dan Lansia dalam upaya peningkatan kesehatan Lansia

5. Meningkatnya peran serta Lansia dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga dan masyarakat

Adapun prinsip pelayanan kesehatan Lansia adalah : 1. Menjadi Lansia sehat adalah hak asasi setiap manusia

2. Pelayanan kesehatan primer adalah ujung tombak untuk tercapainya Lansia sehat yang didukung oleh pelayanan rujukan yang berkualitas

3. Partisipasi Lansia perlu diupayakan dalam setiap kegiatan baik di keluarga maupun masyarakat berupa kegiatan sosial ekonomi sesuai dengan kemampuan, minat dan kondisi kesehatannya

4. Pelayanan bagi Lansia diupayakan secara lintas disiplin dan lintas sektor

5. Pelayanan bagi Lansia perlu dilaksanakan dengan memperhatikan gender dan kesamaan hak

Kebijakan program kesehatan lanjut usia dituangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 67 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas.

1. Pembinaan kesehatan lanjut usia terutama ditujukan pada upaya peningkatan kesehatan dan kemampuan untuk mandiri, agar selama mungkin tetap produktif dan berperan aktif dalam pembangunan.

2. Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan peran keluarga dan masyarakat serta menjalin kemitraan dengan LSM dan swasta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan lanjut usia secara berkesinambungan.

3. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan melalui pendekatan holistik dengan memperhatikan nilai sosial dan budaya yang ada.

4. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan secara terpadu dengan meningkatkan peran, koordinasi dan integrasi lintas program dan lintas sektor

5. Pendekatan siklus hidup dalam pelayanan kesehatan untuk mencapai lanjut usia sehat dan aktif dipromosikan sebagai pengarus utamaan di setiap lini pelayanan.

6. Upaya kesehatan lanjut usia dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas, secara komprehensif meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

Kebijakan tersebut ditujukan kepada sasaran langsung yaitu pra lanjut usia (45-59 tahun), lanjut usia (60-69 tahun), dan lanjut usia risiko tinggi ( lanjut usia >70 tahun atau

(17)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 7

lanjut usia dengan masalah kesehatan), keluarga, masyarakat tempat Lansia berada serta sasaran tidak langsung yaitu masyarakat luas, organisasi sosial, petugas kesehatan, maupun Ibu Hamil, bayi, balita, usia sekolah, remaja dan usia subur.

.

Rencana pengembangan program yang akan dilakukan untuk mencapai lanjut usia yang sehat adalah:

1. Pengembangan dan Penguatan Pelayanan dasar melalui pengembangan Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan Santun Lansia

2. Pengembangan Pelayanan rujukan di Rumah Sakit melalui RS yang mempunyai pelayanan Geriatri.

3. Peningkatan Pelayanan Home Care yang terintegrasi dalam perawatan kesehatan masyarakat

4. Pengembangan pelayanan Long Term Care

5. Peningkatan pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia

6. Peningkatan pemberdayaan Lansia dalam keluarga/masyarakat 7. Peningkatan pelayanan integrasi dengan Lintas Program :

8. Peningkatan kemitraan dengan Lintas Sektor, Tokoh Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Masyarakat, swasta dan sebagainya.

9. Penguatan Pencatatan dan pelaporan yang dilihat melalui Responsivitas daerah terhadap ketersediaan dan kelengkapan data

B. Pengertian Pelayanan Kesehatan Santun Lanjut Usia di Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Pelayanan santun/ramah Lanjut Usia yaitu pelayanan di Puskesmas yang diberikan kepada Lanjut Usia, meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan secara proaktif, baik, sopan, memberikan kemudahan dan dukungan bagi Lanjut Usia.

Dalam menyelengarakan pelayanan kesehatan Lanjut Usia yang berkualitas dan paripurna di Puskesmas perlu didukung oleh ketersediaan sumberdaya manusia, bangunan, prasarana dan peralatan.Untuk pengembangan pelayanan kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas sebaiknya ruangan–ruangan yang dipersiapkan memenuhi syarat dari segi keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bagi Lanjut Usia yaitu :

(18)

8 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

 Ruangan mudah dijangkau, nyaman dan aman misalnya ada di lantai satu  Aliran udara / ventilasi optimal

 Sinar matahari dapat memasuki ruangan dengan baik (pencahayaan cukup)  Pintu masuk cukup lebar untuk kursi roda

 Lantai rata, mudah dibersihkan, dan tidak licin. Bila terdapat perbedaan tinggi lantai yang kecil (undakan) harus dengan warna ubin yang berbeda agar jelas terlihat

 Jika terdapat perbedaan tinggi lantai (elevasi), disediakan ramp dengan pegangan di dinding

 Koridor atau selasar dilengkapi dengan pegangan (handrail) pada dinding. C. Prinsip Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas dilaksanakan secara komprehensif dengan prinsip yaitu:

1. Memberikan pelayanan yang baikdanberkualitas.

2. Memberikan prioritas pelayanan kepada lanjut usia dan penyediaan sarana yang aman dan mudah diakses.

3. Memberikan dukungan/ bimbingan pada lanjut usia dan keluarga secara berkesinambungan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, agar tetap sehat, mandiri dan aktif.

4. Melakukan pelayanan secara pro-aktif untuk dapat menjangkau sebanyak mungkin sasaran lanjut usia yang ada di wilayah kerja Puskesmas melalui kegiatan pelayanan di luar gedung.

5. Melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup sebagai salah satu pendekatan untuk mewujudkan lanjut usia yang sehat , mandiri dan aktif. 6. Melakukan kerjasama dengan lintas sektor,termasuk organisasi kemasyarakatan dan

dunia usaha dengan asas kemitraan, untuk melakukan pelayanan dan pembinaan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup Lanjut usia.

(19)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 9 D. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas

1. Pelayanan kesehatan bagi pra lanjut usia

Kelompok pra lanjut usia (umur 45 – 59 tahun) merupakan kelompok usia yang akan memasuki masa lanjut usia. Untuk kelompok ini upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit serta deteksi dini penyakit merupakan prioritas pelayanan. Untuk pelayanan di Puskesmas, bagi pra lanjut usia sehat dapat mengikuti kegiatan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit bersama-sama dengan pasien lanjut usia sehat di ruangan kegiatan lanjut usia. Pasien pra lanjut usia sakit diberikan pelayanan dan penatalaksanaan sesuai dengan masalah kesehatan yang dialaminya dan selanjutnya penatalaksanaan disesuaikan dengan standar yang berlaku.

2. Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia

Pelayanan kepada lanjut usia yang datang ke Puskesmas sebaiknya diberikan di ruangan khusus supaya lanjut usia tidak harus mengantri bersama dengan pasien umum lainnya. Tapi apabila kondisi Puskesmas tidak memungkinkan dapat dilakukan di ruangan pemeriksaan umum dengan syarat pasien lanjut usia harus didahulukan. Mekanisme pelayanan bagi lanjut usia di Puskesmas dapat dilaksanakan seperti pada alur: Loket Pendaftaran Ruangan Pemeriksaan Lanjut Usia/Ruang Pemeriksaan Umum Pengkajian Paripurna Pasien Lanjut Usia

Masalah Kesehatan Lanjut Usia

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif olehDokter

Rawat Jalan (Poliklinik)

Asesmen dan konsultasi

Kuratif primer

Intervensi psikososial

Rehabilitasi primer Ruang kegiatan Lanjut Usia

Terapi terpadu (promotif, preventif, rehabilitatif) dll Rawat Inap Rujuk ke RS Home Care LANJUT USIA

(20)

10 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

Setiap Lanjut Usia yang berkunjung ke Puskesmas pada kunjungan atau kontak pertama dengan petugas kesehatan akan dilakukan program pengkajian paripurna menggunakan Comprehensive Geriatric Assessment (CGA). Dengan CGA, tenaga kesehatan melakukan penilaian menyeluruh terhadap lanjut usia dari aspek biologis, kognitif, psikologis, dan sosial untuk menentukan permasalahan dan rencana penatalaksanaan terhadap lanjut usia.

Lanjut usia yang sehat adalah lanjut usia berdasarkan hasil pengkajian paripurna geriatri masuk dalam kategori kelompok 1 dan 2 yaitu lanjut usia yang bebas dari ketergantungan kepada orang lain atau tergantung pada orang lain tapi sangat sedikit, atau mempunyai penyakit yang terkontrol dengan kondisi medik yang baik. Bagi Lanjut Usia yang mempunyai masalah kesehatan akan diberikan pelayanan pengobatan dan konsultasi di ruang klinik Puskesmas. Prinsip layanan pasien lanjut usia di Puskesmas adalah berdasarkan hasil pengkajian paripurna geriatri. Tidak semua pasien geriatri harus dirujuk ke RS, ada kasus-kasus pasien geriatri sebenarnya masih bisa ditangani di Puskesmas.

Pengkajian paripurna pasien geriatri di Puskesmas bertujuan untuk menggolongkan pasien lanjut usia yang datang di Puskesmas apakah pasien tersebut termasuk pasien lanjut usia yang sehat/dengan ketergantungan ringan, pasien geriatri yang harus dirujuk ke RS atau pasien geriatri yang masih bisa dilayani di Puskesmas. Kegiatan pelayanan kesehatan lanjut usia terbagi juga atas kegiatan di dalam gedung dan di luar gedung.

Kegiatan di luar gedung berupa:

a. Pelayanan di posyandu/paguyuban/perkumpulan lanjut usia

Posyandu Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri dan dilaksanakan bersama oleh masyarakat, kader, lembaga swadaya masyarakat, lintas sektor, swasta dan organisasi sosial dengan menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif.

Jenis pelayanan yang diberikan: - Pelayanan kesehatan

(21)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 11

- Kegiatan olah raga

- Kegiatan non kesehatan di bawah bimbingan sektor lain - Perawatan lanjut usia di kelompok

b. Perawatan lanjut usia di rumah (Home Care)

Ruang lingkup pelayanan keperawatan lanjut usia di rumah meliputi :

1) Pelayanan asuhan keperawatan secara komprehensif bagi Lanjut usia dalam kontek keluarga

2) Melaksanakan pelayanan keperawatan langsung (direct care) dan tidak langsung (indirect care) serta penanganan gawat darurat

3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi Lansia dan keluarganya tentang kondisi kesehatan yang dialami Lansia dan penanganannya

4) Mengembangkan Pemberdayaan Lansia, pengasuh dan keluarga dalam rangka meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik

c. Pelayanan di panti Lanjut Usia

Kegiatan yang dilakukan pada saat kunjungan di panti adalah:  Penyuluhan kesehatan

 Senam/latihan fisik

 Pemeriksaan kesehatan untuk deteksi dini penyakit  Pemeriksaan laboratorium sederhana

 Pengobatan  Konseling

 Rujukan apabila ada lanjut usia yang sakit dan tidak bisa ditangani di Puskesmas usia

E. Indikator Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas

Beberapa indikator yang dapat dipergunakan untuk menilai perkembangan program kesehatan lanjut usia di Puskesmas adalah sebagai berikut :

1. Indikator Input

a. Jumlah petugas terlatih

b. Ketersediaan dana untuk kegiatan kesehatan usia lanjut

c. Ketersediaan sarana: KMS, Buku Pemantauan Kesehatan Pribadi Lanjut Usia, Lansia KIT .

(22)

12 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

d. Frekwensi pertemuan koordinasi e. Jumlah kelompok usia lanjut yang ada.

f. Jumlah kader kesehatan usia lanjut yang aktif.

g. Pedoman-pedoman yang ada tentang kesehatan lanjut usia 2. Indikator Proses.

a. Frekuensi penyuluhan kesehatan berkala

b. Frekuensikegiatan deteksi dini kesehatan Lanjut Usia c. Frekuensi kegiatan konseling kesehatan Lanjut Usia d. Jumlah Pasien Geriatri yang dirujuk

e. Frekuensi kegiatan senam Lanjut Usia f. Jumlah Kelompok Lanjut Usia yang dibina g. Frekuensi pembinaan ke Panti Werda

h. Ada atau tidak proses pencatatan dan pelaporan termasuk kelengkapannya. 3. Indikator Output

a. Presentase angka cakupan pelayanan kesehatan LanjutUsia b. Persentase Lanjut Usia yang dirujuk ke rumah sakit

c. Persentase Kelompok/Posyandu Lanjut usia yang aktif d. Persentase Lanjut Usia yang mandiri.

e. Persentase lanjut usia yang menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional

Untuk menentukan keberhasilan program sebagai gambaran atau perbandingan variabel-variabel yang diukur (indikator), diperlukan suatu batasan ukuran berupa target yang direncanakan program. Target secara relatif dapat direncanakan atau ditentukan sendiri oleh masing-masing pelaksana di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang ada, disetiap jenjang administrasi mulai dari Puskesmas, Kabupaten/Kota dan Provinsi.

(23)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 13

Secara nasional untuk indikator yang dipantau adalah :

No INDIKATOR TARGET

2016 2017 2018 2019 1 Persentase Puskesmas yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun lanjut usia

20% 30% 40% 50%

2 Jumlah RS yang menyelenggaran layanan

geriatri terpadu 12 15 20 26

3 Persentase Puskesmas dengan

Posyandu/Posbindu Lansia aktif di setiap desa

20% 30% 40% 50%

4 Persentase Puskesmas melaksanakan

home care Lanjut usia 10% 15% 20% 25%

5 Persentase Lansia yang mendapatkan

pelayanan 25% 35% 50% 75%

Definisi Operasional Indikator Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun lanjut usia adalah :

Puskemas yang melakukan sebagai berikut :

1. Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas, yaitu dilakukan oleh Petugas terlatih tentang pelayanan kesehatan Lansia dan geriatri

2. Memberikan prioritas pelayanan kepada lanjut usia dan penyediaan sarana yang aman dan mudah diakses

3. Melakukan pelayanan secara pro-aktif, dimana minimal membina 50% desa yang mempunyai Posyandu/Posbindu Lansia

4. Melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup Monitoring-evaluasi merupakan salah satu upaya untuk melihat sejauh mana program dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, tujuan, prosedur dan peraturan yang ditetapkan. Monitoring dan evaluasi kegiatan dapat dilakukan dengan cara :

Memanfaatkan data hasil pencatatan dan pelaporan secara berkala, yang meliputi aspek masukan, proses dan luaran.

Pengamatan langsung terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan untuk mengetahui kemajuan dan hambatan yang ada.

(24)

14 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

Studi atau penelitian khusus, untuk mengetahui dampak dari pembinaan kesehatan usia lanjut yang sudah dilaksanakan

VII. DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas, Tahun 2015

(25)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 15

MATERI INTI 1

PENGKAJIAN PARIPURNA

PASIEN GERIATRI

(26)

16 Modul Pelatihan

(27)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 17

MATERI INTI 1

PENGKAJIAN PARIPURNA PASIEN GERIATRI

I. DESKRIPSI SINGKAT

Pasien geriatri memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dari pasien dewasa pada umumnya. Selain itu pasien geriatri menunjukkan sejumlah gejala yang khas terdapat pada kelompok populasi ini.

Karena karakteristik pasien geriatri berbeda maka diperlukan pendekatan khusus. Pendekatanyang berorientasi bio-psiko-sosial mutlak diperlukan agar penatalaksanaannya paripurna. Pengkajian paripurna ini sendiri merupakan instrumen dasar yang harus dimiliki oleh setiap dokter , perawat , tenaga gizi, tenaga keterapian fisik dan lain-lain yang mengelola pasien geriatri sesuai dengan kompetensinya masing-masing.

Pengkajian paripurna pasien geriatri bertujuan untuk mengelola pasien geriatri secara paripurna dengan mengkaji aset yang masih dimiliki pasien dan menggunakan aset tersebut untuk mencapai tujuan pengelolaan.

Modul ini akan menguraikan langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh petugas kesehatan dalam melakukan pengkajian paripurna pasien geriatric

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):

Setelah menyelesaikan materi ini, peserta mampu melakukan pengkajian paripurna pasien geriatri

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :

Setelah mengikuti modul ini peserta akan memiliki kemampuan untuk, 1. Menjelaskan pengertian dan karakteristik pasien geriatri

2. Menjelaskan pengertian, tujuan dan manfaat Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G)

3. Menjelaskan prinsip P3G

(28)

18 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Pengertian dan karakteristik pasien geriatri 2. Pengertian, tujuan dan manfaat P3G 3. Prinsip P3G

a. Spektrum model hubungan kerja inter disiplin b. Telaah cost effectiveness P3G

4. Pengkajian multidimensi pada P3Gdi Puskesmas dan di rumah a. Status fisik

b. Status fungsional,

c. Status mental dan kognitif d. Status nutrisi

e. Status sosial

IV. BAHAN BELAJAR

1. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Di Puskesmas 2. Buku ajar Geriatri, Undip

V. LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN Langkah 1: Pengkondisian peserta (5 menit)

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Fasilitator menyampaikan materi yang akan disampaikan dan kaitannya dengan materi sebelumnya. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan disampaikan, dengan menggunakan bahan tayang.

2. Fasilitator menggali pengetahuan peserta tentang Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G).

Langkah 2. Penyampaian Materi (40 menit)

1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub pokokbahasan dengan menggunakan bahan tayang

2. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah, tanya jawab, curah pendapat dan latihan kasus.

(29)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 19 Langkah 3. Latihan Kasus (80 menit)

1. Fasilitator menyampaikan beberapa penugasan latihan kasus tentang Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G)

2. Fasilitator mengevaluasi hasil penugasan dan membahas bersama dengan peserta Langkah 4. Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)

1. Fasilitator merangkum hal-hal penting dari materi yang disampaikan 2. Fasilitator membuat kesimpulan.

VI. URAIAN MATERI

A. Pengertian dan Karakteristik Pasien Geriatri Pengertian pasien geriatri

Geriatri berasal dari kata gerontos dan iatros (penyakit); jadi jelas bahwa ilmu geriatri adalah bagian dari ilmu kedokteran dan gerontologi yang khusus mempelajari kesehatan dan penyakit-penyakit pada lanjut usia. Organisasi Kesehatan Sedunia kantor Asia Selatan dan Tenggara (WHO SEARO / WHO South East Asia Regional Office) di New Delhi, batasan lanjut usia untuk Indonesia sampai saat ini masih 60 tahun ke atas. Pasien lanjut usia pun mengacu pada ketentuan bahwa ia berusia 60 tahun ke atas. Sedangkan pasien geriatri mengacu pada pengertian bahwa selain berusia 60 tahun ke atas juga memiliki beberapa ciri tertentu yang membedakannya dari pasien lanjut usia.

Karakteristik Pasien Geriatri

Pasien geriatri memiliki beberapa ciri khas yaitu: multipatologi, tampilan gejala dan tanda tak khas, daya cadangan faali menurun, biasanya disertai gangguan status fungsional dan di Indonesia pada umumnya dengan gangguan nutrisi.

Multipatologi mengacu pada pengertian bahwa seorang pasien geriatri memiliki lebih dari satu penyakit pada saat yang sama. Penyakit-penyakit yang diderita biasanya merupakan akumulasi penyakit degeneratif yang telah melekat pada dirinya selama bertahun-tahun dan karena suatu kondisi akut tertentu mengakibatkan pasien harus dirawat di rumah sakit atau menjadi terpaksa terbaring di rumah (bedridden). Kondisi multipatologi mengakibatkan gejala dan tanda yang muncul pada seorang pasien menjadi tidak jelas.

Gejala dan tanda (sign and symptom) pasien geriatri biasanya tidak khas lagi. Misalnya seorang pasien geriatri dengan pneumonia, jarang menunjukkan gejala lengkap seperti demam, batuk, sesak dan leukositosis. Gejala yang acap kali muncul adalah

(30)

20 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

hilang nafsu makan, kelemahan umum dan pada pemeriksaan fisik dapat terlihat gangguan kesadaran seperti apatis maupun delirium. Demikian pula pasien geriatri dengan riwayat premorbid osteoartritis pada beberapa sendi besar yang mengalami gagal jantung kongestif, tidak jarang datang ke instalasi gawat darurat dengan keluhan ‗jatuh‘. Pada anamnesis lebih lanjut tidak dijumpai keluhan sesak napas, dyspnoe d’effort maupun paroxysmal nocturnal dyspnoe. Selain perubahan kesadaran dan ‗jatuh‘ maka

presenting symptom pasien geriatri sering lebih ringan dari kondisi parah yang

sesungguhnya ada; hal ini menyebabkan tenaga kesehatan harus mempunyai kemampuan observasi yang cermat serta tingkat kewaspadaan yang tinggi.

Menurunnya daya cadangan faali. Perubahan akibat proses menua yang terjadi pada pasien geriatric akan terjadi pada seluruh sistem organ tubuh dengan mekanisme yang berbeda dan berbeda pula saat terjadinya sesuai dengan sistem organ tubuh tersebut. Hal–hal ini akan menyebabkan berubahnya sistem organ tubuh tersebut baik secara anatomic ataupun fungsi organ tubuh yang akan menyebabkan berkurangnya kapasitas daya cadangan faali sistem organ tubuh. Sehingga sistem organ tubuh akan rentan terhadap stress fisik dan psikosoial dan mudah terpajan oleh suatu penyakit

Sebagai contoh, seorang pasien geriatri yang menderita pneumonia biasanya disertai penurunan daya tahan tubuh non spesifik seperti penurunan aktivitas silia saluran nafas serta refleks batuk. Kedua hal tersebut mengakibatkan pasien geriatri tak mungkin hanya diobati dengan antibiotika dan mukolitik; diperlukan beberapa upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh non spesifik tadi seperti tapping, latihan bernafas dan drainase postural. Contoh lain misalnya penurunan jumlah glomerulus ginjal yang menyebabkan pemberian obat pada pasien geriatri memerlukan pertimbangan penyesuaian dosis (karena ekskresi obat sebagian besar melalui ginjal).

Gangguan Status fungsional diartikan sebagai kemampuan seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri. Contoh, bangun dari posisi berbaring, duduk, berjalan, mandi, berkemih, berpakaian, bersolek, makan, naik-turun tangga dan buang air besar.

Karena penyakit akut yang menyerang, biasanya pasien geriatri akan mengalami penurunan status fungsional, misalnya dari mandiri menjadi ketergantungan ringan atau sedang; dari ketergantungan ringan menjadi ketergantungan sedang sampai berat bahkan ketergantungan total. Dalam menetapkan derajat ketergantungan seseorang maka perlu dicatat bahwa data yang diperoleh dari keterangan langsung harus disesuaikan dengan

(31)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 21

data dari keluarga yang tinggal bersama pasien serta dari pengamatan langsung tenaga kesehatan.

Gangguan status nutrisi. Gizi kurang acapkali tidak diperhatiksn oleh pasien maupun keluarganya sampai pasien benar-benar jatuh dalam status gizi yang buruk. Indeks massa tubuh menggambarkan status nutrisi yang lebih akurat. Defisiensi vitamin dan mineral sering menyertai gizi kurang dan gizi buruk.

Berbagai karakteristik tersebut mengakibatkan seorang dokter atau perawat harus memiliki kepekaan yang tinggi dalam menyusun daftar diagnosis atau daftar masalah kesehatan pasien sesuai urutan prioritas. Diagnosis medik saja tidak akan cukup menggambarkan masalah kesehatan yang dimiliki pasien. Kondisi imobilisasi, ketidak-mampuan transfer tubuh secara mandiri, kesulitan makan, gangguan komunikasi adalah beberapa contoh masalah kesehatan yang sering luput dari penetapan diagnosis medik padahal sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan secara keseluruhan. Jadi, di samping karakteristik pasien geriatri yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa gejala dan tanda yang sering mewarnai tampilan klinik pasien. Gejala atau tanda tersebut adalah: inkontinensia urin, inkontinensia alvi, gangguan intelektual, gangguan imunitas, impotensia, gangguan penglihatan dan pendengaran, irritable bowel, imobilisasi, iatrogenesis, impaksi fekal, infeksi, inanition (gangguan masukan makanan) dan instabilitas postural.

Evaluasi pasien geriatri juga menilai aspek sosial yang meliputi keluarga, lingkungan komunitas sekitarnya, lingkungan fisik, aspek ekonomi dan finansial dan aspek hukum yang dapat terkait dengan pasien geriatri.

B. Pengertian, tujuan dan manfaat Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G)

 Pengertian. Pengkajian Paripurna Pasien Geriatric adalah adalah suatu proses diagnostik interdisiplin, untuk menentukan masalah dan kapabilitas medis, kemampuan fungsional, psikososial dan lingkungan bagi pasien lanjut usia. Karena karakteristik dan sindrom pada pasien geriatri berbeda maka diperlukan pendekatan khusus yang berorientasi bio-psiko-sosial kepada setiap pasien lnjut uisia yang mutlak diperlukan agar penatalaksanaannya paripurna. Pengkajian paripurna ini sendiri merupakan instrumen dasar yang harus dimiliki oleh setiap dokter, perawat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik dan lain-lain yang mengelola pasien geriatri sesuai dengan kompetensinya masing-masing.

(32)

22 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

 Tujuan P3G. Adalah untuk merencanakan penanganan yang komprehensif serta tindak lanjut jangka panjang.

 Manfaat. Mendapatkan keterpaduan dalam tatalaksana geriatri sehingga tatalaksana menjadi efektif dan efisien (penghematan biaya pengobatan).

C. Prinsip Pelaksanaan P3G

1. Spektrum model hubungan kerja inter disiplin

Pengkajian paripurna geriatri dilakukan oleh tim terpadu geriatri dengan pendekatan interdisiplin. Tim terpadu terdiri dari dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, ahli gizi, petugas farmasi, analis laboratorium (sesuai ketersediaan tenaga di Puskesmas). Masing – masing mempunyai pengetahuan dasar tentang ilmu geriatri dan berperan sesuai kompetensi nya terhadap kasus – kasus pasien geriatri. Mereka berkerjasama dalam pengelolaan pasien geriatric secara paripurna dan terpadu dalam satu tim. 2. Telaah cost effectiveness P3G

P3G ini adalah cara pendekatan yang menyeluruh dan terpadu dengan pendekatan interdsiplin terhadap seorang pasien geriatri. P3G akan mengevaluasi seluruh aspek yang berkaitan dengan masalah pasien geriatric sehingga diharapkan akan tercapai pengelolaan pasien geriatric yang optimal sesuai dengan kondisi pasien. Penelitian oleh Soejono telah membuktikan bahwa dengan melakukan P3G menurunkan biaya pengobatan pasien.

D. Pengkajian multidimensi pada P3G di Puskesmas dan di rumah

Evaluasi multi dimensional pasien geriatri dapat dilakukan dengan berbagai macam instrumen penilaian.

Status Fisik

Pada pemeriksaan tanda vital sangat dianjurkan untuk betul-betul memperhatikan derajat penurunan atau perubahan kesadaran (bila ada). Pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung harus dilakukan pada posisi berbaring dan duduk serta berdiri (bila memungkinkan); hipotensi ortostatik lebih sering muncul pada pasien Lanjut Usia dan geriatri.

Pemeriksaan Jasmani

Seyogyanya dilakukan menurut sistematika sistem organ mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem genitourinarius, sistem muskulos-keletal, sistem hematologi, sistem metabolikendokrinologi dan pemeriksaan neurologik.

(33)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 23 Status Fungsional

Menunjukkan derajat kemandirian lanjut usia yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup lanjut usia. Penilaian status fungsional dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian aktivitas hidup sehari – hari ( activity daliy living ) dari barthel,

Status Mental dan Kognitif

Untuk menilai adanya penurunan fungsi kognitif dan depresi. Status kognitif dapat dinilai dengan clock drawing test, abbreviatedmental test atau yang lebih rinci dengan mini

mental state examination dan status afektif dapat dinilai dengan geriatric depression scale. Seluruh instrument ini bertujuan sebagai penyaring dan deteksi dini dari adanya

gangguan pada status mental dan kognitif pasien lanjut usia. Status Nutrisi

Kegiatan penapisan nutrisi menggunakan formulir MNA bermanfaat untuk mendeteksi adanya risiko malnutrisi atau adanya malnutrisi pada pasien lanjut usia. Tahap pertama adalah penapisan, apabila skor pada tahap pertama hasilnya ≤ 11 akan dilanjutkan ke tahap dua. Jika skor pada tahap pertama ≥12, tidak perlu dilanjutkan ke tahap dua. Tahap dua adalah penilaian, dimana pasien diklasifikasikan malnutrisi apabila jumlah total skor kurang dari 17 dan berisiko malnutrisi apabila skor 17 - 23,5.

Status Sosial Ekonomi

Meliputi keluarga, lingkungan fisik, masyarakat sekitar, ekonomi dan aspek hukum yang dapat terkait dengan pasien lanjut usia. Status sosial yang baik menunjukkan status fungsional dan status kognitif yang masih baik. Dengan mengenali lingkungan sosial sekitarnya akan mengetahui potensi yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup lanjut usia.

VII. DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Di Puskesmas 2. Buku ajar Geriatri, Undip

(34)

24 Modul Pelatihan

(35)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 25

LEMBAR PENUGASAN

MATERI INTI 1

PENGKAJIAN PARIPURNA

PASIEN GERIATRI

(36)

26 Modul Pelatihan

(37)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 27

PETUNJUK LATIHAN KASUS

PENGKAJIAN PARIPURNA PASIEN GERIATRI (P3G)

Tujuan :

Setelah mengikuti latihan ini, peserta mampu memahami pengkajian multidimensi pada P3G di Puskesmas dan di rumah

Petunjuk :

1. Fasilitator memberikan penjelasan mengenai petunjuk latihan kasus P3G

2. Peserta dibagi 3 (tiga) kelompok kecil dengan cara menghitung : 1, 2, 3 setiap peserta yang menyebut angka 1 (satu) berkumpul menjadi satu kelompok, yang menyebut angka 2 (dua) berkumpul menjadi satu, demikian selanjutnya.

3. Fasilitator membagikan Lembar Kasus yang sama pada setiap kelompok 4. Masing-masing kelompok membahas kasus yang dibagikan selama 10 menit

5. Masing-masing kelompok secara bergiliran mengemukakan pendapat terkait pertanyaan yang diajukan dan pada saat bersamaan kelompok lain menanggapi

6. Fasilitator membagikan beberapa Lembar Isian untuk dikenali dan mengetahui cara pengisiannya.

7. Masing-masing kelompok memaparkan simpulan hasil latihan kasus P3G dan tiap peserta dapat mengajukan pertanyaan/ tanya jawab tentang hal yang belum dipahami.

8. Fasilitator memberikan tanggapan tentang hasil diskusi.

Bahan dan Alat : A. Lembar Kasus P3G B. Lembar Isian terkait P3G C. Spidol

D. Whiteboard E. Flipchart

Waktu :

(38)

28 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas LEMBAR KASUS P3G Kasus

Ny S, 78 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk disertai sesak yang memberat sejak 2 (dua) hari terahir. Batuk berdahak dan ada demam. Pasien diketahui memiliki Hipertensi sejak 20 tahun yang lalu, namun saat periksa bulan yang lalu tekanan darah normal; 130/90.

Tugas:

1. Apakah diperlukan data lain untuk menyelesaikan masalah Ny. S diatas ? 2. Apakah data kasus diatas sudah memenuhi P3G ?

Bila sudah; apa masalah Ny.S ?

(39)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 29

DAFTAR TILIK

PENILAIAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN PESERTA PADA P3G

No KOMPONEN P3G KAJIAN MULTIDIMENSI P3G KETERANGAN

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3

1 Status fisik 2 Status fungsional

3 Status mental dan kognitif 4 Status nutrisi

5 Status sosial pasien geriatri

Lengkapi dengan tanda yang sesuai seperti berikut ini pada kolom penilaian

Mampu – memahami pertanyaan dan pendapatnya sesuai dengan kajian

multidimensi P3G tanpa memerlukan bantuan pelatih.

Belum mampu – memahami pertanyaan dan pendapatnya sesuai dengan kajian

multidimensi P3G tapi masih memerlukan bantuan pelatih.

T/S Tidak Sesuai – belum memahami atau memahami yang tidak sesuai dengan kajian

(40)

30 Modul Pelatihan

(41)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 31

MATERI INTI 2

PENATALAKSANAAN

SINDROMA GERIATRI

(42)

32 Modul Pelatihan

(43)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 33

MATERI INTI 2

PENATALAKSANAAN SINDROMA GERIATRI

I. DESKRIPSI SINGKAT

Sindrom geriatri adalah kumpulan gejala atau masalah kesehatan yang sering dialami oleh seorang pasien geriatri. Sindrom geriatri ini dikenal juga dengan istilah 14 i yaitu (1)

immobilisasi, (2) instabilitas postural, (3) inkontinensia urin, (4) infection,(5) impairment of hearing and vision , (6) inanition, (7),iatrogenik, (8) insomnia, (9) intelectual impairment, (10) isolation, (11) impecunity, (12) irritable colon, (13) immune deficiency, (14) impotence.Sindrom geriatri ini sangat penting untuk diketahui oleh petugas kesehatan di

Puskesmas karena sering merupakan gejala atau tanda awal dari penyakit yang mendasarinya terjadinya sindrom ini. Petugas kesehatan di Puskesmas seyogyanya dapat mengenali sindrom geriatri ini, menelusuri penyebabnya, mencari keterkaitan antara sindrom dan penyakit yang mendasarinya serta melakukan penatalaksanaan awal dari sindrom geriatri ini termasuk pencegahan dari dampak atau komplikasi yang mungkin terjadi.

Dalam modul ini hanya akan dibahas pengertian dan jenis sindroma geriatri serta penatalaksanaan sindroma geriatri yang sering dijumpai.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan penatalaksanaan sindroma geriatri.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan pengertian dan jenis Sindroma Geriatri

2. Melaksanakan penatalaksanaan Sindroma Geriatri yang sering dijumpai

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN A. Pengertian dan jenis sindroma geriatri

B. Penatalaksanaan sindroma geriatri yang sering dijumpai: 1. Diagnosis dan penatalaksanaan inkontinensia

(44)

34 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

2. Diagnosis dan penatalaksanaan instabilitas postural dan jatuh 3. Diagnosis dan penatalaksanaan imobilisasi

4. Diagnosis dan penatalaksanaan Infeksi (Pneumonia dan Infeksi Saluran Kemih)

IV. BAHAN BELAJAR

1. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas

V. LANGKAH LANGKAHPEMBELAJARAN Langkah 1: Pengkondisian peserta (5 menit)

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Fasilitator menyampaikan materi yang akan disampaikan dan kaitannya dengan materi sebelumnya. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan disampaikan, dengan menggunakan bahan tayang.

2. Fasilitator menggali pengetahuan peserta tentang Penatalaksanaan Sindroma Geriatri. Langkah 2. Penyampaian Materi (40 menit)

1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub pokokbahasan dengan menggunakan bahan tayang

2. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah, tanya jawab, curah pendapat dan latihan kasus.

Langkah 3. Latihan Kasus (80 menit)

1. Fasilitator menyampaikan beberapa penugasan latihan kasus tentang Penatalaksanaan Sindroma Geriatri

2. Fasilitator mengevaluasi hasil penugasan dan membahas bersama dengan peserta Langkah 4. Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)

1. Fasilitator merangkum hal-hal penting dari materi yang disampaikan 2. Fasilitator membuat kesimpulan.

(45)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 35 VI. URAIAN MATERI

A. Pengertian dan Jenis Sindroma Geriatri

Sindrom geriatri adalah kumpulan gejala atau masalah kesehatan yang sering dialami oleh seorang pasien geriatri. Sindrom geriatri ini dikenal juga dengan istilah 14 i yaitu (1)

immobilisasi (berkurangnya kemampuan gerak), (2) instabilitas postural (jatuh dan patah

tulang), (3) inkontinensia urin (mengompol), (4) infection (infeksi), (5) impairment of

hearing and vision (gangguan fungsi penglihatan dan pendengaran), (6) inanition

(gangguan gizi), (7) iatrogenik (masalah akibat tindakan medis ), (8) insomnia (gangguan tidur ), (9) intelectual impairment (gangguan fungsi kognitif ), (10) isolation (isolasi ), (11)

impecunity (berkurangnya kemampuan keuangan ), (12) irritable colon (gangguan saluran

cerna), (13) immune deficiency (gangguan sistem imun ), (14) impotence(gangguan fungsi seksual )

B. Penatalaksanaan Sindroma Geriatri yang Sering Terjadi Diagnosis dan tatalaksana awal sindroma geriatri

Gejala dan tanda (sign and symptom) pasien geriatri biasanya tidak khas lagi. Misalnya seorang pasien geriatri dengan pneumonia, jarang menunjukkan gejala lengkap seperti demam, batuk, sesak dan leukositosis. Gejala yang acap kali muncul adalah hilang nafsu makan, kelemahan umum dan pada pemeriksaan fisik dapat terlihat gangguan kesadaran seperti apatis maupun delirium. Demikian pula pasien geriatri dengan riwayat premorbid osteoartritis pada beberapa sendi besar yang mengalami gagal jantung kongestif, tidak jarang datang ke instalasi gawat darurat dengan keluhan ‗jatuh‘. Pada anamnesis lebih lanjut tidak dijumpai keluhan sesak napas, dyspnoe d’effort maupun paroxysmal nocturnal dyspnoe. Selain perubahan kesadaran dan ‗jatuh‘ maka

presenting symptom pasien geriatri sering lebih ringan dari kondisi parah yang

sesungguhnya ada; hal ini menyebabkan tenaga kesehatan harus mempunyai kemampuan observasi yang cermat serta tingkat kewaspadaan yang tinggi.

Karena perjalanan usia maka fungsi organ lanjut usia akan mengalami penurunan. Penurunan faal ini akan membawa konsekuensi menurunnya daya cadangan faali. Sebagai contoh, seorang pasien geriatri yang menderita pneumonia biasanya disertai penurunan daya tahan tubuh non spesifik seperti penurunan aktivitas silia saluran nafas serta refleks batuk. Kedua hal tersebut mengakibatkan pasien geriatri tak mungkin hanya diobati dengan antibiotika dan mukolitik; diperlukan beberapa upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh non spesifik tadi seperti tapping, latihan bernafas dan drainase postural. Contoh lain misalnya penurunan jumlah glomerulus ginjal yang menyebabkan pemberian

(46)

36 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

obat pada pasien geriatri memerlukan pertimbangan penyesuaian dosis (karena ekskresi obat sebagian besar melalui ginjal).

Status fungsional diartikan sebagai kemampuan seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri. Contoh, bangun dari posisi berbaring, duduk, berjalan, mandi, berkemih, berpakaian, bersolek, makan, naik-turun tangga dan buang air besar.

Karena penyakit akut yang menyerang, biasanya pasien geriatri akan mengalami penurunan status fungsional, misalnya dari mandiri menjadi ketergantungan ringan atau sedang; dari ketergantungan ringan menjadi ketergantungan sedang sampai berat bahkan ketergantungan total. Dalam menetapkan derajat ketergantungan seseorang maka perlu dicatat bahwa data yang diperoleh dari keterangan langsung harus disesuaikan dengan data dari keluarga yang tinggal bersama pasien serta dari pengamatan langsung tenaga kesehatan.

Pasien geriatri juga sering datang berobat disertai gangguan status nutrisi. Gizi kurang acapkali tidak diperhatikan oleh pasien maupun keluarganya sampai pasien benar-benar jatuh dalam status gizi yang buruk. Indeks massa tubuh menggambarkan status nutrisi yang lebih akurat. Defisiensi vitamin dan mineral sering menyertai gizi kurang dan gizi buruk.

Berbagai karakteristik tersebut mengakibatkan seorang dokter atau perawat harus memiliki kepekaan yang tinggi dalam menyusun daftar diagnosis atau daftar masalah kesehatan pasien sesuai urutan prioritas. Diagnosis medik saja tidak akan cukup menggambarkan masalah kesehatan yang dimiliki pasien. Kondisi imobilisasi, ketidak-mampuan transfer tubuh secara mandiri, kesulitan makan, gangguan komunikasi adalah beberapa contoh masalah kesehatan yang sering luput dari penetapan diagnosis medik padahal sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan secara keseluruhan. Jadi, di samping karakteristik pasien geriatri yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa gejala dan tanda yang sering mewarnai tampilan klinik pasien. Gejala atau tanda tersebut adalah: inkontinensia urin, inkontinensia alvi, gangguan intelektual, gangguan imunitas, impotensia, gangguan penglihatan dan pendengaran, irritable bowel, immobilisasi,

iatrogenesis, impaksi fekal, infeksi, inanition (gangguan masukan makanan) dan instabilitas postural.

1. Diagnosis dan Penatalaksanaan inkontinensia

Secara umum inkontinensia urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan menahan keluarnya urin atau keluarnya urin secara tak terkendali pada saat yang tidak tepat dan tidak diinginkan.

(47)

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 37

Beberapa penyebab timbulnya inkontinensia urin antara lain adalah sindrom delirium,

immobilisasi, poliuria, infeksi, inflamasi, impaksi feses, serta beberapa obat-obatan.

Inkontinensia urin dapat menimbulkan masalah kesehatan lain seperti dehidrasi karena pasien mengurangi minumnya akibat takut mengompol, jatuh dan fraktur karena terpeleset oleh urin yang berceceran, luka lecet sampai ulkus dekubitus akibat pemasangan pembalut, lembab dan basah pada punggung bawah dan bokong. Selain itu, rasa malu dan depresi juga dapat timbul akibat inkontinensia urin tersebut.

Penatalaksanaan :

 Latihan otot dasar panggul rutin dan teratur setiap hari  Mengatur jadwal berkemih

 Jangan berkemih hanya karena ingin berkemih  Cukup minum (1,5-2 liter/hari)

 Hindari minuman yang merangsang berkemih (kopi, air gula)  Hindari sembelit (makanan tinggi serat)

 Konsultasi dengan dokter tentang obat-obatan yang dikonsumsi 2. Diagnosis dan Penatalaksanaan Instabilitas Postural & Jatuh

Perubahan cara jalan (gait) dan keseimbangan seringkali menyertai proses menua.

Instabilitas postural dapat meningkatkan risiko jatuh, yang selanjutnya mengakibatkan

trauma fisik maupun psikososial. Hilangnya rasa percaya diri, cemas, depresi, rasa takut jatuh sehingga pasien terpaksa mengisolasi diri dan mengurangi aktivitas fisik sampai imobilisasi.

Gangguan keseimbangan merupakan masalah kesehatan yang dapat disebabkan oleh salah satu atau lebih dari gangguan visual, gangguan organ keseimbangan (vestibuler) dan atau gangguan sensori motor

Pengasuh/ keluarga dan bahkan petugas kesehatan seringkali menganggap gangguan cara berjalan dan berkurangnya mobilitas pasien sebagai perubahaan yang normal pada Lanjut Usia. Sebaliknya, gangguan cara berjalan sebenarnya sering merupakan gejala penyakit lain yang dapat disembuhkan. Seiring dengan penuaan, terjadi penurunan kecepatan cara berjalan sekitar 0,2 % pertahun sampai dengan usia 63 tahun dan penurunan kecepatan tersebut meningkat sampai dengan 1,6% per tahun setelah usia 63 tahun.

(48)

38 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

Ketika seorang Lanjut Usia sampai mengalami fraktur femur, perlu dipertimbangkan berbagai masalah yang timbul seperti rasa nyeri yang akan sangat mengganggu kondisi fisik maupun mental, imobilisasi dengan segala komplikasi seperti yang telah dikemukakan di atas, serta gangguan asupan makanan dan cairan yang ikut memperburuk keadaan.

3. Diagnosis dan Penatalaksanaan Imobilisasi

Berkurangnya kemampuan gerak yang dikenal dengan istilah imobilisasi digunakan untuk menggambarkan suatu sindrom penurunan fungsi fisik sebagai akibat dari penurunan aktivitas dan adanya penyakit penyerta. Tidak mampu bergerak selama minimal 3 kali 24 jam sesuai defenisi imobilisasi. Imobilisasi seringkali diabaikan dan tidak ditatalaksana dengan baik sejak awal perawatan, baik di rumah maupun di rumah sakit.

Penyebab harus dicari karena imobilitas sering menjadi gejala pertama yang dikeluhkan oleh pasien atau keluarga. Misalnya : stroke / CVD, pneumonia, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), gagal jantung, osteoartritis, osteoporosis, depresi, malnutrisi, Peripheral Arterial Disease/ PAD, keganasan/ kanker, anemia, efek obat, dan lain lain

Akibat atau dampak juga fatal, seperti tromboemboli paru, pneumonia orthostatik, infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, atrofi otot, gangguan metabolik seperti balans nitrogen negatif, toleransi glukosa terganggu inkontinensia, dan lain - lain

Luka atau ulkus dekubitus merupakan salah satu masalah yang ditimbulkan oleh

imobilisasi yang seringkali mempersulit perawatan dan bahkan dapat menimbulkan

pemanjangan lama perawatan, tingginya biaya perawatan dan kematian. Tidak jarang pasien yang mengalami fraktur femur, penurunan kesadaran dan sakit berat lainnya harus mengalami imobilisasi lama yang pada gilirannya menimbulkan berbagai komplikasi seperti ulkus dekubitus, trombosis vena, hipotensi ortostatik, infeksi saluran kemih, pneumonia aspirasi dan ortostatik, kekakuan dan kontraktur sendi, hipotrofi otot, dan sebagainya.

Identifikasi dan penatalaksanaan sedini mungkin amat diperlukan baik pada penyakit penyebab imobilisasi maupun masalah imobilisasi itu sendiri, sehingga terjadinya komplikasi akibat imobilisasi dapat dicegah.

Penatalaksanaan adalah dengan mengobati penyakit atau masalah yang menjadi penyebab, rehabilitasi dengan fisioterapi dan pencegahan terjadinya komplikasi atau dampak, misalnya:

Gambar

Tabel 1. Perubahan fisiologi pada lanjut usia
Tabel 2. Kandungan purin dalam 100 g bahan makanan
Tabel 3. Klasifikasi indeks massa tubuh (IMT)
Tabel  4.  Riwayat  personal  yang  berpengaruh  dalam  pemberian  layanan  gizi  pada lanjut usia
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan Kader Kesehatan Desa dan Pembentukan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia

Yandu lansia atau posyandu kelompok usia lanjut adalah suatu bentuk usaha pelayanan.. pemantauan kesehatan khusus untuk lansia yang bersumber daya dari masyarakat

Salah satu tempat pelayanan kesehatan usia lanjut adalah Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) yang berperan sebagai unit pelayanan kesehatan dasar yang

Poskesdes merupakan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan atau menyediakan pelayanan kesehatan dasar

Sedangkan Desa Siaga dilaksanakan melalui pembentukan Poskesdes, yaitu upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat ( UKBM ) yang dibentuk di desa dalam rangka

Hasil : Desa siaga telah dilaksanakan dengan berbagai kegiatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), namun belum semuanya berjalan seperti yang diharapkan.. Puskesmas

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Pelatihan penggunaan teknologi kesehatan bagi masyarakat usia lanjut merupakan salah satu langkah yang tepat dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.. Dengan memahami dan memanfaatkan