• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Pelayanan Gizi Lanjut Usia

VII. RANGKUMAN

Peranan gizi sangat penting karena bertujuan meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia secara berkesinambungan sehingga dapat hidup sehat,aktif dan produktif. Kecukupan zat gizi, keseimbangan komposisi zat gizi, jumlah energi yang terkontrol, variasi bahan makanan dan aktivitas fisik sesuai kebutuhan lansia yang tertuang dalam gizi seimbang lansia merupakan sebagian aspek yang perlu diperhatikan dalam pola makan dan perilaku kesehatan kelompok lanjut usia sebagai upaya untuk mencapai status gizi dan kesehatan yang optimal.

Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 157

Buah dan sayuran berperan dalam mencegah penyakit degeneratif, juga penting dalam kaitannya sebagai sumber serat dan antioksidan. Asupan kalsium dan vitamin D; dan zat-zat gizi lainnya perlu mendapat perhatian khusus sehubungan untuk pencegahan terjadinya osteoporosis. Suplementasi mikronutrien dapat diberikan dalam dosis yang tidak terlalu tinggi untuk menjaga kecukupan sehari-hari.

Terapi gizi sangat penting untuk dilaksanakan dalam penatalaksanaan penyakit pada lanjut usia. Kunci keberhasilan adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, tenaga gizi, petugas kesehatan lainnya) dan beserta pasien/klien, keluarganya dan kelompok masyarakat.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Bina Gizi Kemenkes, Pedoman Pelayanan Gizi Lansia, 2015 2. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Gizi Seimbang, 2014.

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang

5. Wellman NS, Kamp BJ. Nutrition in aging. Dalam: Escott-Stump S. Krause’s Food and the Nutrition Care Process. Edisi ke-13. 2012. Missouri: Elsevier. Saunders. Hal:

442-59.

6. Nelms M, Habash D. Nutrition assessment: foundation of the nutrition care process. Dalam: Nelms M, Sucher K, Lacey K, Roth RL. Nutrition Therapy and

Pathophysiology. Edisi ke-2. 2011. Wadsworth Cengange Learning. Hal: 34-63.

7. Lee RD, Disease of the musculoskletal system. Dalam: Nelms M, Sucher K, Lacey 8. K, Roth RL, editor. Nutrition Therapy and Pathophysiology. Edisi ke-2. 2011.

Wadsworth Cengange Learning. Hal: 771-87.

9. Santoso BI, Pardede SO, Harimurti K, Hidrasi pada kondisi khusus. Dalam: Permadhi I, Bardosono S, Chandra DN, editor. Status Hidrasi pada Kondisi Umum dan Khusus. 2014. Bdan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 34–59.

10. Hemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and assessment of severity. World Health Organization, 2011

11. Gibson RS. Principles of Nutritional Assessment. Edisi ke-2. 2005. Oxford University Press.

158 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

CONTOH MENU SEHAT LANJUT USIA

1. Contoh menu untuk lanjut usia sehat

WAKTU MENU I MENU II MENU III MENU IV

Pagi Bubur ayam Bubur havermut Lontong sayur Roti gandum

Orak arik telur Susu rendah lemak

Semur telur Selai kacang Jus tomat Air jeruk Jus wortel dan

apel

Susu kedelai

Selingan Ubi rebus Pisang rebus Biskuit Puding buah

Siang Nasi beras

putih/merah Nasi beras putih/merah Nasi beras putih/merah Nasi beras putih/merah Ikan acar kuning Opor ayam Bandeng

presto

Sambal goring ati

Tumis kacang merah

Sate tempe Tempe mendoan

Perkedel tahu Sayur asem Sayur bening

bayam

Gulai daun singkong

Sayur saun katuk Lalap sayur Lalap sayur Lalap kacang

panjang

Lalap terong Pisang Jeruk Pepaya Semangka

Selingan Bubur kacang Kacang rebus Kedelai rebus Kue talam

Malam Nasi beras

putih/merah Nasi beras putih/merah Nasi beras putih/merah Nasi beras putih/merah Gadon daging cincang

Ikan pepes Ayam panggang

Ikan asam pedeh Tempe goreng Tempe bacem Tahu pepes Teri kacang Sayur bobor

bayam

Gado gado Sup sayuran Sayur lodeh Pepaya Jabu air Mangga Melon

2. Contoh menu untuk lanjut usia dengan BB kurang

Waktu Menu Ukuran rumah

tangga

Berat (gram)

Pagi Roti isi omelet

telur

2 lembar roti + 1 butir telur

80 + 50

Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 159

Selingan Sari buah 1 gelas 100 ml

Kue sus 1 potong 50

Siang Nasi 1 gelas 150

Empal gepuk 1 potong 50 Tempe goreng 1 potong 50 Sayur lodeh 1 mangkuk kecil 100 ml Alpukat 1 buah 100

Selingan Bubur kacang ijo 1 gelas 250 ml

Malam Nasi ¾ gelas 100

Semur ayam 1 potong 50 Tahu bakso 1 potong 100 Sayur sop 1 gelas 100 ml Pisang 1 buah 75

Susu 1 gelas 20 (tepung susu)

3. Contoh menu untuk lanjut usia dengan kegemukan

Waktu Menu Ukuran rumah

tangga

Berat (gram)

Pagi Roti bakar isi orak

arik telur

2 lembar + 1 butir 80 + 50 Jus wortel dan

pepaya

1 gelas 100

Selingan Susu rendah

lemak

1 gelas 20 (tepung susu) Apel 1 buah 100

Siang Nasi 1 gelas 150

Ikan pepes 1 potong 50 Tumis tempe 1 potong 50 Sayur asem 1 gelas 100 Lalap sayur 1 gelas 100 Jus jambu biji

5(tanpa gula)

1 gelas 100

160 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

Malam Kentang

panggang

1 buah sedang 100 Semur ayam 1 potong 50 Perkedel tahu panggang 1 potong 75 Setup brokoli, wortel, buncis 1 gelas 100 Mangga ½ buah

4. Contoh menu untuk lanjut usia dengan diabetes mellitus

Waktu Menu Ukuran rumah

tangga

Berat (gram)

Pagi Lontong sayur 2 buah sedang 150

Telur pindang 1 butir 50 Sayur buncis dan

kacang panjang

1 gelas 100 Susu kedelai/susu

untuk diabetisi

1 gelas kecil 200 ml

Selingan Pepaya 1 potong 100

Siang Nasi beras

putih/merah

1 gelas 150 Ikan pesmol 1 potong 50 Tahu isi 1 potong 75 Tumis kangkung 1 gelas 100 Melon 1 potong sedang 100

Selingan Jus alpukat

(dengan pemanis buatan rendah kalori, tanpa susu)

1 gelas 100

Malam Nasi beras

putih/merah

¾ gelas 100 Sate ayam 5 tusuk 100

Schotel tahu 1 potong 50

Sup sayur 1 gelas 100 Jeruk 1 buah sedang 100

Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 161

5. Contoh menu untuk lanjut usia hipertensi

Waktu Menu Ukuran rumah

tangga

Berat (gram)

Pagi Nasi ¾ gelas 100

Telur rebus

dengan sambal

tomat

1 butir 50

Lalap daun

kemangi dan

ketimun

1 gelas 100

Jeruk 1 buah sedang 50

Selingan Pisang 1 buah sedang 75

Siang Nasi 1 gelas 150

Pepes teri

basah

2 sendok

makan

50

Tempe bacem 1 potong

sedang

50

Urap sayuran 100 (sayuran)

+ 10 (kelapa

muda)

1 gelas

Pepaya 1 potong 100

Selingan Ubi rebus 1 potong 100

Malam Nasi beras

merah

¾ gelas 100

Ayam

panggang

1 potong 50

Tempe goreng 1 potong 50

Sayur asem 1 gelas 100

Lalap sayur 1 gelas 100

162 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

6. Contoh menu untuk lanjut usia tanpa gigi

WAKTU MENU

Pagi Bubur sumsum

Telur ceplok air (digoreng dengan air)

Jus tomat

Selingan pagi Bubur kacang hijau/kacang tanah tumbuk/selai

kacang

Siang dan

malam

Nasi lembik

Semur hati ayam

Perkedel tahu/tempe

Sayur rebus labu siam

Jam 16.00 Pisang

Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 163

LEMBAR PENUGASAN

MATERI INTI 6

PELAYANAN GIZI

PADA LANJUT USIA

164 Modul Pelatihan

Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 165

PETUNJUK SIMULASI ANTROPOMETRI

(PENIMBANGAN, PENGUKURAN TINGGI BADAN, PENENTUAN STATUS GIZI)

A. TUJUAN

1. Umum: Melakukan penentuan dan penilaian status gizi pada lanjut usia 2. Khusus:

Peserta mampu:

a. Menimbang BB dengan menggunakan timbangan injak atau digital

b. Mengukur TB dengan menggunakan microtoise

c. Mengukur panjang depa d. Mengukur tinggi duduk

e. Menentukan status gizi pada lanjut usia

f. Mengisi hasil penilaian status gizi lansia kedalam MNA

B. ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN ANTROPOMETRI 1. Timbangan injak atau digital pengukur Berat Badan

2. Pengukuran tinggi badan (TB) (microtoise)

3. Mistar kayu atau stainless steel untuk mengukur panjang depa 4. Bangku duduk

5. Tabel indeks massa tubuh 6. Kartu penilaian status gizi lansia 7. Instrument penilaian MNA 8. Kalkulator

C. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN:

1. Fasilitator memberikan penjelasan kesiapan kebutuhan alat pendukung kegiatan simulasi antropometri, termasuk lokasi penempatan alat antropometri dan kegiatan simulasi

166 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

3. Setiap kelompok secara bergantian ada yang berperan sebagai: a. Model simulasi sebanyak 2 orang (kurus dan gemuk, jika ada)

b. Petugas kesehatan yang melakukan pengukuran sebanyak 4 orang, untuk mengukur berat badan, tinggi badan, tinggi duduk, panjang depa)

c. Pengamat sebanyak 4 orang

4. Berdasarkan hasil pengukuran antropometri peserta menghitung IMT dan menentukan status gizi dengan kartu penilaian status gizi lansia

5. Hasil penilaian status gizi dimasukkan ke dalam formulir mini nutritional assessment bagian I

6. Selama kegiatan simulasi setiap tahapan kerja akan diamati oleh peserta lain yang bertindak sebagai pengamat

7. Setelah simulasi selesai, setiap kelompok didampingi 1 orang fasilitator membahas hasil simulasi yang didahului dengan penjelasan rangkuman hasil dari 4 orang peserta yang bertindak sebagai pengamat

8. Fasilitator membahas dan menyimpulkan secara komprehensif berdasarkan proses dan hasil kegiatan simulasi

D. WAKTU :

Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 167

RUMUS PENGHITUNGAN IMT DAN TABEL KLASIFIKASI IMT

Rumus penghitungan IMT

Tabel Klasifikasi indeks massa tubuh (IMT)

IMT Status gizi

<17,0 Sangat kurus

17,0–18,4 Kurus

18,5–25,0 Normal

25,1 – 27,0 Gemuk

>27,0 Obese

Sumber: Pedoman Pelayanan Gizi Lansia, Kemenkes 2014 IMT = _____Berat badan (kg)___________

168 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas LEMBAR PENGAMATAN PELAKSANAAN SIMULASI

No Keterampilan yang diobservasi Hasil pengamatan Keterangan

1 Berat badan

 mengeluarkan isi kantung

 melepas alas kaki mata menatap ke depan,tidak menunduk/membungkuk 2 Tinggi badan

 melepas alas kaki

 ujung tumit kedua telapak kaki dirapatkan bahu, tulang belakang, bokong menempel di dinding 3 Tinggi duduk

 duduk posisi tegak, kepala dan punggung menempel di dinding

 tangan diletakkan santai di atas paha

 tidak menggunakan topi 4 Panjang depa

 berdiri dengan kaki dan bahu menempel membelakangi dinding

 kedua lengan diluruskan

 pengukuran dilakukan hingga ujung telapak tangan

Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 169

INSTRUMEN MINI NUTRIONAL ASSESSMENT (MNA)

I. SKRINING

Tanggal :

Nama : Jenis kelamin :

Umur :

Berat badan (kg) : Tinggi badan (cm) :

FORM SKRINING*

A. Apakah anda mengalami penurunan asupan makanan dalam 3 bulan terakhir disebabkan kehilangan nafsu makan, gangguan saluran cerna, kesulitan mengunyah atau menelan?

0 = kehilangan nafsu makan berat (severe) 1 = kehilangan nafsu makan sedang (moderate) 2 = tidak kehilangan nafsu makan

B. Kehilangan berat badan dalam tiga bulan terakhir ? 0 = kehilangan BB > 3 kg

1 = tidak tahu

2 = kehilangan BB antara 1 – 3 kg 3 = tidak mengalami kehilangan BB

C. Kemampuan melakukan mobilitas ? 0 = di ranjang saja atau di kursi roda

1 = dapat meninggalkan ranjang atau kursi roda namun tidak bisa pergi/jalan-jalan ke luar 2 = dapat berjalan atau pergi dengan leluasa

D. Menderita stress psikologis atau penyakit akut dalam tiga bulan terakhir ? 0 = ya

2 = tidak

E. Mengalami masalah neuropsikologis? 0 = dementia atau depresi berat 1 = demensia sedang (moderate) 2 = tidak ada masalah psikologis

170 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

F. Nilai IMT (Indeks Massa Tubuh) ? 0 = IMT < 19 kg/m2 1 = IMT 19 - 21 2 = IMT 21 – 23 3 = IMT > 23

I.

PENILAIAN FORMULIR PENILAIAN **

A. Apakah anda tinggal mandiri ? (bukan di panti/Rumah Sakit)? 0 = tidak

1 = ya

B. Apakah anda menggunakan lebih dari tiga macam obat per hari 0 = ya

1 = tidak

C. Apakah ada luka akibat tekanan atau luka di kulit? 0 = ya

1 = tidak

D. Berapa kali anda mengonsumsi makan lengkap / utama per hari ? 0 = 1 kali

1 = 2 kali 2 = 3 kali

E. Berapa banyak anda mengonsumsi makanan sumber protein?

 Sedikitnya 1 porsi dairy produk (seperti susu, keju, yogurt) per hari  ya/tidak  2 atau lebih porsi kacang-kacangan atau telur per minggu  ya / tidak

SKOR SKRINING

 Sub total maksimal : 14

 Jika nilai > 12 – tidak mempunyai risiko, tidak perlu melengkapi form penilaian

Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 171

 Daging ikan atau unggas setiap hari  ya / tidak 0.0 = jika 0 atau hanya ada 1 jawabnya ya 0.5 = jika terdapat 2 jawaban ya

1.0 = jika terdapat 3 jawaban ya

F. Apakah anda mengkonsumsi buah atau sayur sebanyak 2 porsi atau lebih per hari ? 0 = tidak

1 = ya

G. Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh, susu) yang dikonsumsi per hari ? 0.0 = kurang dari 3 gelas

0.5 = 3 – 5 gelas 1.0 = lebih dari 5 gelas

H. Bagaimana cara makan ? 0 = harus disuapi

1 = bisa makan sendiri dengan sedikit kesulitan 2 = makan sendiri tanpa kesulitan apapun juga

I. Pandangan sendiri mengenai status gizi anda ? 0 = merasa malnutrisi

1 = tidak yakin mengenai status gizi 2 = tidak ada masalah gizi

172 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

J. Jika dibandingkan dengan kesehatan orang lain yang sebaya/seumur, bagaimana anda mempertimbangkan keadaan anda dibandingkan orang tersebut ?

0 = tidak sebaik dia 0.5 = tidak tahu 1.0 = sama baiknya 2.0 = lebih baik

K. Lingkar lengan atas (cm)? 0 = < 21 cm 0.5 = 21 – 22 cm 1,0 = ≥22 cm L. Lingkar betis (cm) ? 0 < 31 cm 1 > 31 cm **PENILAIAN SKOR: I. Skor Skrining

II. Skor Penilaian

Skor total indikator malnutrisi (maksimum 30) 17-23.5 : risiko malnutrisi

Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 173

PETUNJUK LATIHAN KASUS PELAYANAN GIZI PADA LANJUT USIA

Tujuan :

Setelah mengikuti latihan ini, peserta mampu melakukan pelayanan gizi pada lanjut usia

Petunjuk :

1. Fasilitator memberikan penjelasan mengenai petunjuk latihan kasus pelayanan gizi pada lanjut usia

2. Peserta dibagi 3 (tiga) kelompok

3. Fasilitator membagikan Lembar Kasus pada setiap kelompok

4. Masing-masing kelompok membahas kasus yang dibagikan selama 15 menit

5. Masing-masing kelompok memaparkan hasil pembahasan kelompok selama masing-masing 10 menit dan tiap peserta dapat mengajukan pertanyaan/ tanya jawab tentang hal yang belum dipahami.

6. Fasilitator memberikan tanggapan dan kesimpulan mengenai pelayanan rehabilitasi medik pada lanjut usia.

Bahan dan Alat :

Petunjuk latihan kasus pelayanan gizi pada lanjut usia

Lembar kasus pelayanan gizi pada lanjut usia

Spidol

Whiteboard

Flipchart

Waktu :

174 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas LEMBAR KASUS

Kasus 1

Seorang lansia perempuan umur 75 tahun

 TB = 150 cm, BB = 38 kg, IMT = 16,8 kg/m2. Dalam 6 bulan terakhir pasien merasa lebih kurus, baju menjadi lebih longgar

 Gigi sudah banyak yang tanggal. Pasien sudah pernah punya gigi palsu tapi tidak dipakai lagi karena sakit bila digunakan. Saat ini pasien hanya bisa makan makanan yang lunak. Nafsu makan saat ini baik, tapi kadang malas makan sendirian

 Pola makan (nasi lembik, ikan/tempe dan tahu) 2-3 x sehari, makan sayur 1-2x/minggu jarang makan buah (karena keras), kue/biskuit 2-3x/minggu

 Pasien tinggal dengan anak perempuannya yang bekerja dari pagi – sore, Pasien memasak sendiri

Tuliskan asuhan gizi pada pasien pasien tersebut sesuai PAGT, rencanakan MONEV

Kasus 2

Seorang lansia laki-laki usia 65 tahun

 TB = 160 cm, BB = 45 kg, IMT = 17,5 kg/m2

. Selama 2 bulan terakhir pasien sering terbangun malam hari karena sering berkemih

 Badan terasa cepat lelah, sering haus, dan mudah berkeringat. Pasien sering merasa lapar meskipun sudah makan, tetapi akhir-akhir ini badan terasa lebih kurus

 Pasien terbiasa makan 3–4 kali makan dengan porsi 1 porsi, lauk ikan atau ayam goreng 1 potong sedang dengan tambahan tahu atau tempe 1–2 potong sedang digoreng. Sesekali konsumsi sayur dimasak kuah atau tumis. Pasien konsumsi kopi sebanyak 3 sachet sehari dengan camilan kue manis atau gorengan 1–2 potong

 Pasien tinggal dengan istri dan dua anak, bekerja sebagai karyawan kantor. Biasanya pasien makan pagi dan sore di rumah, sedangkan makan siang di kantin kantor

 Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya. Ibu pasien menderita diabetes melitus

 Istri pasien mengajak berobat ke poliklinik umum, setelah dilakukan pemeriksaan darah didapatkan peningkatan glukosa darah sewaktu. Pasien didiagnosis diabetes mellitus tipe 2 dan diberi obat

Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 175

Kasus 3

Seorang lansia perempuan usia 70 tahun  TB = 155 cm, BB = 47 kg, IMT = 19,6 kg/m2

 Kepala sering terasa pusing, terutama jika kurang istirahat

 2 tahun lalu diketahui tensi darah pasien meningkat, lalu diberi obat penurun tensi. Setelah obat habis pasien tidak melanjutkan kontrol dan minum obat

 Riwayat keluarga: bapak dan adik kandung pasien menderita hipertensi

 Pasien terbiasa makan 2–3 kali makan. Pagi makan nasi 6–7 sendok makan dengan lauk ayam/ikan/telur digoreng. Makan siang lebih sering konsumsi mie instan dengan sayur dan lauk hewani 1 potong atau konsumsi makanan bersantan. Kadang-kadang pasien konsumsi camilan berupa keripik atau kue kering asin

 Pasien adalah seorang janda, tinggal sendirian. Semua anak pasien sudah menikah dan tinggal terpisah dari rumah pasien

176 Modul Pelatihan

Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 177

MATERI INTI 7

PELAYANAN PELAYANAN

REHABILITASI MEDIK PADA

LANJUT USIA

178 Modul Pelatihan

Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas 179

MATERI INTI 7

PELAYANAN REHABILITASI MEDIK PADA LANJUT USIA

I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul Pelatihan Rehabilitasi Medik Geriatri tingkat Primer di Puskesmas, berangkat dari falsafah rehabilitasi medik, yaitu pendekatan medis, psikis, sosial dalam perawatan dan asuhan melalui berbagai teknik intervensi yang didesain untuk meningkatkan kemampuan fungsional pasien ataupun para difabel. Filosofi ini mengandung makna positif, bahwa kapasitas fungsional seseorang dapat dirancang, dibentuk, walau pada difabel ataupun lanjut usia.

Ruang lingkup pelatihan didasarkan pada komponen dasar aktifitas motorik dan aktifitas fungsional para lanjut usia, baik untuk lanjut usia sehat dengan tetap mampu mempertahankan aktifitasnya ataupun lanjut usia sakit, untuk mengembalikan kemampuan aktifitasnya.

II. PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pelayanan Rehabilitasi Medik pada pasien lanjut usia di Puskesmas

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:

1. Melakukan deteksi dan tatalaksana gangguan gerak

2. Melakukan penilaian kemampuan Aktifitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) 3. Menjelaskan dampak Immobilisasi

4. Menjelaskan pengaturan posisi tubuh, mobilisasi dan latihan berpindah tempat (transfer dan modifikasinya)

5. Menjelaskan penggunaan alat bantu jalan 6. Melakukan pencegahan terjadinya jatuh

III. BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN A. Tatalaksana Gangguan Gerak

B. Aktifitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) C. Dampak Imobilisasi

180 Modul Pelatihan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

D. Pengaturan Posisi Tubuh, Mobilisasi dan Latihan Berpindah Tempat (Transfer dan Modifikasinya)

E. Penggunaan Alat Bantu Jalan F. Pencegahan Terjadinya Jatuh

Dokumen terkait