• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konstitusi HMI MPO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konstitusi HMI MPO"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM MAJELIS PENYELAMAT ORGANISASI

HMI MPO

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

(HMI)

HASIL KONGRES

KE-29

▸ Baca selengkapnya: formateur hmi

(2)

ANGGARAN DASAR

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillahirromanirrahiim MUQODDIMAH

Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia berperikehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi, dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya.

Menurut iradat Allah Subhanahu Wata’ala, kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia ialah Islam, yakni paduan utuh antara aspek duniawi dan ukhrawi, individu dan masyarakat, serta iman, ilmu dan amal dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Sesuai dengan fungsi penciptaan manusia, umat Islam berkewajiban mengemban amanah kekhalifahannya guna mewujudkan masyarakat yang diridhoi Allah Subhanhu Wata’ala.

Mahasiswa Islam sebagai bagian dari umat Islam yang menyadari akan hak dan kewajibannya, dituntut peran serta dan tanggung jawabnya dalam mengembangkan dakwah Islamiyah untuk mewujudkan nlai-nilai aqidah, kemanusiaan yang berdasarkan pada fitrah, ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah basyariah. Umat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam musyawarah, serta tegaknya nilai-nilai kebenaran, keadilan dan kesejahteraan bagi umat manusia dalam rangka mengabdi kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Meyakini bahwa tujuan itu dapat dicapai dengan hidayah dan taufiq Allah Subhanahu Wata’ala, serta usaha-usaha yang teratur, terencana dan penuh hikmah dengan mengharap ridho Allah, kami mahasiswa Islam menghimpun diri dalam satuan organisasi yang tergerakkan dengan Pedoman Anggaran Dasar sebagai berikut:

(3)

NAMA, WAKTU DAN TEMPAT

Pasal 1 : Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Islam di singkat HMI.

Pasal 2 : HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947, untuk waktu yang tidak ditentukan.

BAB II

ASAS TUJUAN, USAHA DAN SIFAT

Pasal 3 : HMI Berazaskan Islam.

Pasal 4 : Tujuan yang ingin dicapai adalah terbinanya mahasiswa Islam menjadi insan Ulul Albab yang turut bertanggungjawab atas terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu Wata’ala.

Pasal 5 : Pencapaian tujuan dilakukan dengan usaha organisasi berupa:

a. Membina mahasiswa Islam untuk menuju tercapainya Insan Mu’abbid, Mujahid, Mujtahid, dan Mujaddid;

b. Mengembangkan potensi kreatif terhadap berbagai aspek kehidupan; c. Mengambil peran aktif dan mewarnai dunia kemahasiswaan, perguruan

tinggi dan kemasyarakatan dengan inisiatif, partisipasi yang konstruktif, kreatif sehingga tercapainya nuansa yang Islami;

d. Memajukan kehidupan umat Islam dan masyarakat pada umumnya sebagai implementasi rahmatan lil’alamin;

e. Membangun kerjasama dengan organisasi Islam lainnya dan organisasi lainnya yang berlandaskan pada nilai kemanusiaan, kebenaran dan keadilan;

f. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan asas organisasi dan berguna untuk mencapai tujuan.

(4)

BAB III

STATUS DAN IDENTITAS

Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 : : :

Himpunan Mahasiswa Islam adalah organisasi kemahasiswaan.

Himpunan Mahasiswa Islam adalah organisasi perkaderan dan perjuangan.

BAB IV KEANGGOTAAN

Anggota HMI terdiri atas Anggota Muda, Anggota Biasa dan Anggota Kehormatan.

BAB V

STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 10 : HMI berkedudukan di tempat Pengurus Besar.

Pasal 11 : Kekuasaan dipegang oleh Kongres ditingkat pusat, Konferensi di tingkat cabang dan Rapat Anggota Komisariat ditingkat komisariat;

Pasal 12 : Pimpinan terdiri atas Pengurus Besar, Pengurus Cabang, dan Pengurus Komisariat;

Pasal 13 : Lembaga Koordinasi merupakan lembaga yang mengkoordinir struktur pimpinan dalam memastikan akan jalannya kebijakan Pengurus Besar atau perogram kerja Pengurus Cabang di lingkungan wilayahnya;

Pasal 14 : Lembaga Khusus merupakan lembaga yang menjalankan tugas khusus organisasi;

Pasal 15 : Lembaga Kekaryaan dibentuk untuk meningkatkan dan mengembangkan keahlian dan bakat para anggota di bidang tertentu;

Pasal 16 : Di tingkat Pengurus Besar dibentuk Majelis Syuro Organisasi dan apabila dipandang perlu dapat dibentuk di tingkat cabang.;

(5)

KESEKRETARIATAN

Pasal 17 : Keberadaan organisasi disimbolkan dalam wujud kesekretariatan yang dilengkapi dengan alat organisasi lainnya berupa sistem administrasi dan sistem keprotokoleran;

BAB VII KEUANGAN

Pasal 18 : Sumber-sumber keuangan HMI diperoleh dari:

a. Uang pangkal, iuran, infaq, dan/atau sumbangan anggota; b. Usaha-usaha yang sah, halal dan tidak mengikat;

BAB VIII

ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 19 : Atribut-atribut Organisasi ditetapkan sebagai simbol-simbol organisasi yang digunakan dalam aktifitas organisasi.

BAB IX

ATURAN TAMBAHAN

Pasal 20 : Amandemen Anggaran Dasar hanya dilakukan di Kongres melalui prosedur : a. Pengajuan amandemen oleh struktur pimpinan HMI ditujukan kepada

MSO.

(6)

pasal 4 dan 8, alinea 4 menjiwai pasal 6 dan 7 dan alinea 5 menjiwai pasal-pasal selain yang tercantum diatas.

b. Penjelasan Pasal 3, 4, 5 dan 6 tentang azas, tujuan, usaha dan sifat disebut Khittoh perjuangan.

c. Penjelasan pasal 7 dan 8 tentang identitas dan status terdapat dalam pedoman perkaderan (PP).

d. Penjelasan Anggaran Dasar tentang hal-hal diluar huruf a, b dan c diatas dijelaskan dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

Pasal 22 : Pengesahan ditetapkan pada Kongres ke-3 di Jakarta pada tanggal 4 September 1953, yang diperbaharui pada Kongres ke-4 di Bandung, padatanggal 14 Oktober 1955, Kongres ke-5 di Medan pada tanggal 31 Desember 1957, Kongres ke-6 di Makassar (Ujung pandang) pada tanggal 20 Juli 1960, Kongres ke-7 di Jakarta pada tanggal 14 September 1963, Kongres ke-8 di Solo (Surakarta) pada tanggal 17 September 1966, Kongres ke-9 di Malang pada tanggal 10 Mei 1969, Kongres ke-10 di Palembang pada tanggal 10 Oktober 1971, Kongres ke-11 di Bogor pada tanggal 12 Mei 1974, Kongres ke-12 di Semarang pada tanggal 16 Oktober 1976, Kongres ke-13 di Ujung pandang pada tanggal 12 Februari 1979, Kongres ke-14 di Bandung pada tanggal 30 April 1981, Kongres ke-15 di Medan pada tanggal 26 Mei 1983, Kongres ke-16 di Yogyakarta pada tahun 1986, Kongres ke-17 di Yogyakarta pada tanggal 5 Juli 1988, Kongres ke-18 di Bogor pada tanggal 10 Oktober 1990, Kongres ke-19 di Semarang pada tanggal 24 Desember 1992, Kongres ke-20 di Purwokerto pada tanggal 27 April 1995, Kongres ke-21 di Yogyakarta pada tanggal 28 Juli 1997, kongres ke-22 di Jakarta pada tanggal 26 Agustus 1999, kongres ke-23 di Makassar tanggal 25 Juli 2001, kongres ke-24 di Semarang tanggal 11 September 2003, kongres ke-25 di Palu tanggal 17 Agustus 2005, kongres ke-26 di Depok tanggal 16 Agustus 2007, kongres ke-27 di Yogyakarta tanggal 9 Juni 2009, kongres ke-28 di Pekanbaru tanggal 19 Juni 2011, dan dikukuhkan kembali pada Kongres ke-29 di Bogor pada tanggal 30 Juni 2013 .

(7)

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillahirrohmanirrahiim

BAB I KEANGGOTAAN

BAGIAN I : ANGGOTA

Pasal 1 : Anggota Muda ialah mahasiswa Islam yang telah memenuhi syarat keanggotaan.

Pasal 2 : Anggota Biasa ialah anggota muda yang telah memenuhi syarat untuk menjadi anggota biasa dan atau mahasiswa Islam yang telah lulus Latihan Kader I yang dianggap sah oleh Pengurus Cabang.

Pasal 3 : Anggota Kehormatan ialah orang yang dianggap telah berjasa kepada HMI yang ditetapkan oleh Pengurus Cabang atau Pengurus Besar.

BAGIAN II : TATA CARA KEANGGOTAAN

Pasal 4 : a. Setiap mahasiswa Islam yang ingin menjadi anggota harus menyatakan persetujuannya terhadap Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Khittah Perjuangan serta Pedoman-pedoman lainnya;

b. Bila telah memenuhi apa yang tersebut dalam ayat a, serta pernah mengikuti aktivitas HMI dan memenuhi syarat keanggotaan, maka yang bersangkutan dinyatakan sebagai Anggota Muda HMI;

c. Anggota muda yang telah memenuhi syarat untuk menjadi anggota biasa dan atau mahasiswa Islam yang telah lulus Latihan Kader I berhak menjadi Anggota Biasa;

d. Syarat untuk menjadi anggota kehormatan ditentukan oleh Pengurus Cabang berdasarkan aturan-aturan HMI setelah melihat dedikasi, aktivitas, kontinuitas, dan komitmen perjuangannya terhadap HMI.

(8)

BAGIAN III : HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA Pasal 5 : Hak Anggota

a. Anggota Muda berhak mengikuti LK I dan aktivitas-aktivitas lainnya yang diselenggarakan oleh organisasi;

b. Anggota Muda yang telah memenuhi syarat untuk menjadi Anggota Biasa dan atau mahasiswa Islam yang telah lulus LK I berhak menjadi Angota Biasa;

c. Anggota Muda berhak mengikuti kegiatan-kegiatan berdasarkan ketentuan pimpinan HMI dan berhak mengeluarkan pendapat atau mengajukan usul, namun tidak mempunyai hak dipilih dan memilih; d. Anggota Biasa mempunyai hak mengeluarkan pendapat, mengajukan usul

atau pertanyaan baik dengan lisan maupun tulisan kepada pengurus, serta mempunyai hak dipilih dan memilih;

e. Anggota kehormatan dapat mengajukan saran atau usul, serta pertanyaan-pertanyaan kepada Pengurus HMI.

Pasal 6 : Kewajiban Anggota

a. Membayar uang pangkal anggota dan uang iuran anggota yang besarnya ditentukan oleh masing-masing cabang;

b. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan HMI; c. Menjaga nama baik organisasi;

d. Terkecuali bagi Anggota Kehormatan tidak berlaku ayat a. BAGIAN IV : STATUS KEANGGOTAAN

Pasal 7 : Massa Keanggotaan

a. Masa keanggotaan HMI berlaku sejak menjadi anggota HMI hingga 12 tahun dan sesudahnya disebut alumni.;

b. Anggota yang habis masa keanggotaannya disaat masih memegang amanah kepengurusan, maka usia keanggotaannya diperpanjang hingga habis masa kepengurusan.

(9)

Pasal 8 : Jabatan Rangkap

a. Anggota HMI yang mempunyai kedudukan pada organisasi atau badan- badan lainnya di luar HMI harus menyesuaika tindakan-tindakannya dengan AD/ART dan ketentuan-ketentuan lainnya;

b. Pengurus HMI tidak dibenarkan untuk merangkap jabatan di dalam struktur HMI, kecuali dalam keadaan tertentu dan atas persetujuan pimpinan HMI sesuai dengan jenjang kepengurusan.

Pasal 9 : Mutasi Anggota

a. Anggota HMI dapat melakukan Mutasi dari satu cabang ke cabang yang lain jika pindah Perguruan Tinggi pada cabang yang berbeda;

b. Mutasi anggota HMI dari cabang yang satu ke cabang yang lain diwajibkan membawa Surat Pengantar dan Kartu Anggota dari cabang asal.

BAGIAN V : PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN Pasal 10 : Anggota diberhentikan keanggotaannya, karena :

a. Meninggal dunia;

b. Atas permintaan sendiri;

c. Diskors (pemberhentian sementara); d. Dipecat.

Pasal 11 : Anggota dapat diskors atau dipecat, karena :

a. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan HMI; b. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik HMI. Pasal 12 : Tata Cara Skorsing/Pemecatan

a. Tuntutan skorsing/ pemecatan dapat diajukan oleh Pengurus Komisariat kepada Pengurus Cabang;

b. Tata cara skorsing/pemecatan terhadap anggota dilakukan dengan suatu peringatan terlebih dahulu, sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali peringatan; Pasal 13 : Pembelaan

a. Anggota yang diskorsing/pemecatan, dapat membela diri dalam Konferensi atau forum yang ditunjuk MSO untuk itu dan Pengurus Cabang berkewajiban untuk melaksanakannya;

b. Putusan skorsing/pemecatan yang diambil di dalam Konferensi atau forum lain yang ditunjuk MSO dianggap sah apabila sekurang-kurangnya

(10)

dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah utusan Komisariat yang seharusnya hadir;

c. Prosedur pembelaan diatur dalam Pedoman Operasional HMI.

BAB II

STRUKTUR ORGANISASI

A. STRUKTUR KEKUASAAN BAGIAN I : KONGRES Pasal 14 : Status

a. Kongres merupakan musyawarah utusan cabang-cabang; b. Kongres memegang kekuasaan tertinggi organisasi; c. Kongres diadakan 2 (dua) tahun sekali;

d. Kongres dapat diadakan menyimpang dari ayat c jika atas inisiatif 1 (satu) Cabang, dan disetujui lebih dari separuh jumlah Cabang-cabang.

Pasal 15 : Kekuasaan/Wewenang

a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Besar HMI;

b. Mendengar Laporan Pelaksanaan Tugas Majelis Syuro Organisasi;

c. Menetapkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Khittah Perjuangan, dan Pedoman-pedoman Operasional HMI;

d. Memilih Ketua Umum HMI yang merangkap sebagai Formateur dan memilih 4 (empat) Mide Formateur;

e. Menunjuk Majelis Syuro Organisasi. Pasal 16 : Tata Tertib

a. Peserta Kongres terdiri dari Utusan Cabang dan Peninjau; b. Utusan Cabang mempunyai Hak Suara dan Hak Bicara; c. Peninjau hanya memiliki hak bicara;

d. Peninjau adalah Pengurus Besar yang telah dinyatakan demisioner dan peninjau dari cabang-cabang;

e. Pimpinan Kongres dipilih dari peserta oleh Utusan Cabang, dan berbentuk Presidium yang memahami KONSTITUSI HMI dengan baik;

f. Steering Committee Kongres memimpin sidang kongres sebelum Presidium Kongres terbentuk;

(11)

g. Pengurus Besar dinyatakan demisioner setelah pertanggung-jawabannya dinilai oleh Kongres;

h. Kongres dapat dinyatakan sah apabila telah dihadiri lebih dari separuh jumlah utusan cabang-cabang;

i. Apabila pada ayat h tidak terpenuhi, maka Kongres diundur selambat- lambatnya 1 x 24 jam, dan setelah itu dapat dimulai;

j. Jumlah Utusan Cabang dalam Kongres ditentukan dengan rumus: Sn = a pn-1

Sn : Batas atas Jumlah anggota a : 50

p : Pembanding = 2 n : Jumlah utusan Contoh Jumlah Anggota

50 100 200 400 800 1600 Dan seterusnya Utusan =1 =2 =3 =4 =5 =6 = dst

k. Jumlah peninjau Cabang ditetapkan oleh Panitia Kongres atas pertimbangan Steering Committe Kongres;

l. Jumlah Utusan dapat ditetapkan oleh Pengurus Besar HMI atas persetujuan Majelis Syuro Organisasi untuk cabang yang tidak memiliki kejelasan jumlah anggota.

BAGIAN II : KONFERENSI Pasal 17 : Status

a. Konferensi merupakan musyawarah utusan komisariat-komisariat di tingkatan cabang;

b. Konferensi memegang kekuasaan tertinggi ditingkat cabang; c. Konferensi diadakan 1 (satu) kali setahun;

(12)

d. Konferensi dapat diadakan menyimpang dari ketentuan b jika atas inisiatif 1 (satu) komisariat, dan disetujui lebih dari separuh jumlah utusan komisariat.

Pasal 18 : Kekuasaan/Wewenang

a. Menetapkan Garis Besar Program Kerja sebagai pengejawantahan Ketetapan-ketetapan Kongres;

b. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Cabang HMI;

c. Memilih Ketua Umum yang merangkap sebagai Formateur dan kemudian memilih 4 (empat) Mide Formateur;

d. Mendengar Laporan Pelaksanaan Tugas MSO Cabang; e. Menunjuk anggota MSO Cabang

Pasal 19 : Tata Tertib

a. Peserta Konferensi terdiri dari Utusan Komisariat, dan Peninjau; b. Utusan Komisariat memiliki Hak Suara dan Hak Bicara;

c. Peninjau hanya memiliki hak bicara;

d. Peninjau adalah Pengurus Cabang yang telah demisioner dan peninjau dari Komisariat-komisariat;

e. Pimpinan Konferensi dipilih dari peserta oleh Utusan k, dan berbentuk Presidium yang memahami KONSTITUSI HMI dengan baik;

f. Steering Committee Konfrensi memimpin sidang konferensi sebelum Presidiun Konferensi terbentuk;

g. Pengurus Cabang dinyatakan demisioner setelah pertanggung- jawabannya dinilai oleh Konferensi;

h. Konferensi dinyatakan sah bila dihadiri lebih dari separuh utusan Komisariat;

i. Apabila ayat h tidak terpenuhi, maka Konferensi diundur selambat- lambatnya 1 x 24 jam, dan setelah itu dianggap sah;

j. Jumlah Utusan Komisariat pada Konferensi disesuaikan dengan pasal 16 ayat j dengan ketentuan a = 10 (sepuluh);

k. Jumlah peninjau dari Komisariat ditentukan oleh Panitia konferensi atas persetujuan Steering Committe;

l. Jumlah Utusan dapat ditetapkan oleh Pengurus Cabang atas persetujuan MSO pada komisariat yang tidak memiliki kejelasan jumlah anggota.

(13)

m. Untuk cabang yang memiliki kurang dari 3 komisariat, maka utusannya adalah anggota cabang;

n. Bila point m tidak terpenuhi, sidang ditunda selambat-lambatnya 1 x 24 jam dan setelah itu dianggap sah.

BAGIAN III : RAPAT ANGGOTA Pasal 20 : Status

a. Rapat Anggota merupakan musyawarah anggota Komisariat;

b. Rapat Anggota memegang kekuasaan tertinggi ditingkat Komisariat; c. Rapat Anggota diadakan 1 (satu) tahun sekali;

d. Rapat Anggota dapat menyimpang dari ayat a jika atas inisiatif 1 (satu) anggota dan disetujui lebih dari separuh jumlah anggota pleno Komisariat.

Pasal 21 : Kekuasaan/Wewenang

a. Menetapkan Garis Besar Haluan Kerja Komisariat sebagai bentuk pengejawantahan Ketetapan Konferensi;

b. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Komisariat;

c. Memilih Ketua Umum merangkap sebagai Formateur dan kemudian memilih 4 (empat) Mide Formateur;

Pasal 22 : Tata Tertib

a. Peserta Rapat Anggota adalah Pengurus Komisariat dan Anggota Komisariat;

b. Anggota Komisariat memiliki Hak Suara dan Hak Bicara; c. Pengurus Komisariat hanya memiliki Hak Bicara;

d. Pimpinan Rapat Anggota dipilih dari peserta oleh Anggota Komisariat, dan berbentuk Presidium yang memahami KONSTITUSI HMI dengan baik; e. Steering Committee Rapat Anggota memimpin sidang rapat anggota

sebelum Presidium rapat anggota terbentuk;

f. Pengurus komisariat dinyatakan demisioner setelah Laporan pertanggung-jawabannya dinilai oleh Rapat Anggota;

(14)

g. Rapat Anggota dinyatakan sah apabila dihadiri lebih dari separuh anggota;

h. Apabila ayat g tak dapat dipenuhi, Rapat Anggota dapat diundur maskimal 1 x 24 jam dan dinyatakan sah;

B. STRUKTUR PIMPINAN BAGIAN I : PUSAT Pasal 23 : Status

a. Pengurus Besar adalah badan tertinggi di struktur kepemimpinan HMI; b. Masa jabatan Pengurus Besar adalah 2 (dua) tahun;

Pasal 24 : Pengurus Besar

a. Pengurus Besar terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum. Pengurus Harian, Lembaga koordinasi, Lembaga-lembaga Kekaryaan dan Lembaga-lembaga Khusus dan para stafnya;

b. Pengurus Besar adalah anggota HMI yang pernah menjadi Pengurus Cabang, dan telah lulus Latihan Kader II dan senior course;

c. Apabila Ketua Umum berhalangan tetap, maka dapat diangkat Pejabat Ketua Umum oleh Rapat Presidium Pengurus Besar;

Pasal 25 : Tugas dan Kewajiban :

a. Pengurus Besar Melaksanakan Ketetapan-Ketetapan Kongres;

b. Pengurus Besar menjalankan tugasnya setelah dilakukan serah terima dari pengurus periode sebelumnya;

c. Pengurus Besar wajib mengumumkan ke seluruh Cabang segala Kebijakan Strategis HMI;

d. Ketua Umum Pengurus Besar HMI bertanggungjawab pada Kongres. Pasal 26 : Forum pengambilan keputusan pengurus besar terdiri dari :

a. Rapat pleno, adalah forum pengambilan keputusan untuk mengevaluasi atas pelaksanaan amanah kongres yang diadakan minimal tiap 6 bulan dan minimal dihadiri oleh ketua umum, sekretaris jendral, bendahara umum, dan lebih dari separuh pimpinan lembaga-lembaga HMI;

(15)

organisasi yang dihadiri oleh hanya ketua umum, sekretaris jendral, bendahara umum, dan lebih dari separuh pimpinan lembaga-lembaga HMI;

c. Rapat harian adalah forum koordinasi yang diadakan secara periodik yang dipimpin oleh ketua umum atau sekretaris jendral

BAGIAN II : C A B A N G Pasal 27 : Status

a. Cabang merupakan kesatuan organisasi yang dibentuk oleh Pengurus Besar di tempat yang ada Perguruan Tinggi pada satu Kabupaten/Kota atau di beberapa kabupaten/kota;

b. Cabang dapat didirikan dengan sekurang-kurangnya memiliki Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum, dan disahkan oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal HMI dengan status cabang persiapan; c. Cabang persiapan menjadi cabang Penuh jika telah memenuhi 30 anggota

dan telah mendapat bimbingan minimal satu tahun oleh Pengurus Besar; d. Penetapan Cabang Penuh dilakukan melalui Surat Keputusan Ketua Umum

dan Sekretaris Jendral Pengurus Besar HMI;

e. Pendirian cabang dapat dilakukan oleh Anggota atau Komisariat yang sebelumnya telah masuk pada satu cabang tertentu yang disetujui oleh pengurus cabang bersangkutan.

Pasal 28 : Pengurus Cabang

a. Pengurus Cabang adalah badan tertinggi dalam struktur kepemimpinan HMI ditingkat Cabang;

b. Pengurus Cabang terdiri dari Ketua Umum dan Pengurus Harian, Koordinator Komisariat, Lembaga-lembaga Khusus, dan Lembaga-lembaga Kekaryaan;

c. Masa jabatan Pengurus Cabang adalah 1 (satu) tahun;

d. Pengurus Cabang adalah anggota yang pernah menjadi Pengurus Komisariat dan/atau telah lulus Latihan Kader II;

e. Apabila Ketua Umum Pengurus Cabang berhalangan tetap, dapat diangkat Pejabat Ketua Umum oleh Rapat Presidium Pengurus Cabang.

(16)

Pasal 29 : Tugas dan Kewajiban

a. Pengurus Cabang melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan Pengurus Besar dan Ketetapan-Ketetapan Konferensi;

b. Pengurus Cabang menjalankan tugasnya setelah dilakukan serah terima dari kepengurusan periode sebelumnya;

c. Pengurus Cabang harus memberikan laporan kepada Pengurus Besar Tiap 4 (empat) bulan;

d. Ketua Umum Cabang bertanggungjawab pada Konferensi. Pasal 30 : Forum pengambilan keputusan pengurus cabang terdiri dari :

a. Rapat pleno, adalah forum pengambilan keputusan untuk mengevaluasi atas pelaksanaan amanah konferensi yang diadakan minimal tiap 3 bulan dan minimal dihadiri oleh ketua umum, sekretaris umum, bendahara umum, dan lebih dari separuh pimpinan lembaga-lembaga HMI;

b. Rapat presidium adalah forum pengambilan keputusan strategis organisasi yang dihadiri oleh hanya ketua umum, sekretaris umum, bendahara umum, dan lebih dari separuh pimpinan lembaga-lembaga HMI;

c. Rapat harian adalah forum koordinasi yang diadakan secara periodik yang dipimpin oleh ketua umum atau sekretaris umum.

BAGIAN III : KOMISARIAT Pasal 31 : Status

a. Komisariat merupakan kesatuan organisasi pada suatu Perguruan Tinggi/Fakultas/Jurusan, atau beberapa Fakultas/Jurusan pada perguruan tinggi yang sama yang dibentuk oleh Pengurus Cabang;

b. Pendirian Komisariat dapat dilakukan sekurang-kurangnya harus ada 3 (tiga) anggota komisariat dengan status komisariat persiapan;

c. Komisariat persiapan menjadi komisariat penuh jika telah memenuhi 10 anggota dan telah mendapat bimbingan minimal 6 bulan dari cabang; d. Pendirian Komisariat dapat dilakukan oleh Anggota HMI yang sebelumnya

(17)

permohonan kepada Pengurus Cabang untuk mendapat persetujuan serta pertimbangan komisariat tersebut.

Pasal 32 : Pengurus Komisariat:

a. Pengurus Komisariat adalah badan tertinggi dalam struktur kepemimpinan HMI ditingkat Komisariat;

b. Pengurus Komisariat memiliki masa jabatan 1 (satu) tahun;

c. Pengurus Komisariat minimal terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara;

d. Pengurus Komisariat merupakan anggota biasa Komisariat;

e. Apabila Ketua Komisariat berhalangan tetap, dapat diangkat Pejabat Ketua Umum oleh Rapat Koordinasi Pengurus Komisariat.

Pasal 33 : Tugas dan Kewajiban

a. Pengurus Komisariat melaksanakan Keputusan-keputusan Pengurus Cabang dan Ketetapan-ketetapan Rapat Anggota;

b. Pengurus Komisariat menjalankan tugasnya setelah dilakukan serah terima dari pengurus periode sebelumnya;

c. Pengurus Komisariat harus memberikan laporan kepada Pengurus Cabang tiap 4 (empat) bulan;

d. Ketua Umum Komisariat HMI sebagai pemimpin Pengurus Komisariat bertanggungjawab pada Rapat Anggota.

Pasal 34 : Forum pengambilan keputusan pengurus besar terdiri dari :

a. Rapat pleno, adalah forum pengambilan keputusan untuk mengevaluasi atas pelaksanaan amanah rapat anggota yang diadakan minimal tiap 3 bulan dan minimal dihadiri oleh ketua umum, sekretaris umum, bendahara umum, dan lebih dari separuh pimpinan lembaga-lembaga HMI;

b. Rapat presidium adalah forum pengambilan keputusan strategis organisasi yang dihadiri oleh hanya ketua umum, sekretaris umum, bendahara umum, dan lebih dari separuh pimpinan lembaga-lembaga HMI;

c. Rapat harian adalah forum koordinasi yang diadakan secara periodik yang dipimpin oleh ketua umum atau sekretaris umum.

(18)

BAGIAN IV : PENGURUS HARIAN A. KOMISI KEBIJAKAN Pasal 35 : Status

a. Komisi kebijakan adalah bentuk Pengurus Harian dari Pengurus Besar; b. Komisi kebijakan disusun oleh Formatur dan Mide Formatur dengan

ketetapan Ketua Umum HMI;

c. Formasi Komisi Kebijakan adalah Ketua Komisi Kebijakan dan para anggota Komisi Kebijakan;

Pasal 36 : Tugas dan Kewajiban

a. Menetapkan kebijakan-kebijakan keorganisasian HMI;

b. Melakukan kerjasama-kerjasama organisasi dengan berbagai pihak; c. Bertanggungjawab terhadap Ketua Umum HMI;

B. BIDANG KERJA Pasal 37 : Status

a. Bidang Kerja adalah bentuk Pengurus Harian dari Pengurus Cabang; b. Bidang Kerja disusun oleh Formatur dan Mide Formatur dengan ketetapan

Ketua Umum Cabang HMI;

c. Formasi Bidang Kerja adalah Ketua Bidang dan para anggota Bidang. Pasal 38 : Tugas dan Kewajiban

a. Membantu Ketua Umum dalam Menjalankan amanah Konferensi yang diberikan pada kepengurusan menurut bidang kerjanya;

b. Membantu Ketua Umum dalam menjalankan organisasi: c. Bertanggungjawab terhadap Ketua Umum Cabang;

C. UNIT AKTIFITAS Pasal 39 : Status

a. Unit Aktifitas adalah bentuk minimal Pengurus Harian dari Pengurus Komisariat;

b. Unit Aktifitas disusun oleh Formatur dan Mide Formatur dengan ketetapan Ketua Umum Komisariat HMI;

c. Formasi Unit Aktifitas adalah Ketua Unit Aktifitas dan para anggota Anggota Unit aktifitas;

(19)

d. Unit Aktifitas dapat dibentuk dalam bentuk Bidang kerja bagi komisariat yang sehat.

Pasal 40 : Tugas dan Kewajiban

a. Membantu Ketua Umum dalam menjalankan amanah Rapat Anggota yang diberikan pada kepengurusan;

b. Membantu Ketua Umum dalam menjalankan organisasi: c. Bertanggungjawab terhadap Ketua Umum Komisariat;

BAGIAN V : LEMBAGA KOORDINASI A. BADAN KOORDINASI Pasal 41 : Status

a. Badan Koordinasi adalah Pengurus Besar yang mengkoordinir aktifitas

internal HMI di beberapa cabang dalam satu wilayah tertentu;

b. Pembagian wilayah yang dikoordinir ditetapkan Ketua Umum HMI; Pasal 42 : Struktur

a. Formasi Pengurus Badan Koordinasi sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara;

b. Pejabat Ketua Badan Koordinasi dapat diangkat oleh Ketua Umum HMI, jika Ketua Badan Koordinasi tersebut berhalangan tetap, dengan memperhatikan aspirasi Cabang-cabang;

c. Masa jabatan Pengurus Badan Koordinasi adalah 2 (dua) tahun; Pasal 43 : Tugas dan Kewajiban

a. Mengkoordinir kebijakan-kebijakan Pengurus Besar oleh cabang-cabang diwilayah koordinasinya;

b. Menjalankan peran-peran HMI dicabang-cabang wilayahnya; c. Membentuk Cabang baru di wilayah koordinasinya;

d. Melantik Pengurus Cabang di Wilayah Koordinasinya

e. Memberikan bimbingan, mengkoordinasikan, dan mengawasi kegiatan- kegiatan Cabang dalam wilayah koordinasinya;

f. Meminta laporan Cabang-Cabang dalam wilayah koordinasinya; g. Bertanggungjawab terhadap Ketua Umum HMI;

(20)

j. Mengeluarkan kebijakan di wilayah koordinasinya selama tidak bertentangan dengan kebijakan pengurus besar HMI

Pasal 44 : Musyawarah Badan Koordinasi

a. Musyawarah Badan Koordinasi adalah musyawarah utusan cabang-cabang di wilayah Badan Koordinasi yang diadakan 2 (dua) tahun sekali;

b. Kekuasaan dan wewenang Musyawarah Badan Koordinasi adalah memilih 3 (tiga) orang calon Ketua dan menentukan Haluan Kerja Badan Koordinasi;

c. Ketua Badan Koordinasi ditetapkan Ketua Umum Pengurus Besar HMI dari nama-nama calon yang diajukan Musyawarah Badan Koordinasi;

d. Jumlah utusan cabang di Musyawarah Badan Koordinasi sesuai pasal 16 j. B. KOORDINATOR KOMISARIAT

Pasal 45 : Status

a. Koordinator Komisariat adalah Pengurus Cabang yang mengkoordinir Komisariat di 1 (satu) atau beberapa Perguruan Tinggi;

b. Pembagian komisariat yang dikoordinir ditetapkan Ketua Umum Cabang; Pasal 46 : Struktur

a. Formasi Pengurus Koordinator Komisariat sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara;

b. Pejabat Ketua Koordinator Komisariat dapat diangkat oleh Ketua Umum Cabang HMI jika Ketua Koordinator Komisariat tersebut berhalangan tetap, dengan memperhatikan aspirasi komisariat- komisariat;

c. Masa jabatan Pengurus Koordinator Komisariat adalah 1 (satu) tahun. Pasal 47 : Tugas dan Kewajiban

a. Membimbing dan membina Komisariat-Komisariat di lingkungannya; b. Mengkoordinasikan dan mengawasi Komisariat dilingkungannya;

c. Mengkoordinir pelaksanaan program kerja kepengurusan cabang di komisariat-komisariat lingkungannya;

d. Membantu pelaksanaan operasional program Kerja kepengurusan cabang untuk lingkungannya;

e. Bertanggungjawab terhadap Ketua Umum Cabang HMI;

(21)

bertentangan dengan kebijakan pengurus cabang HMI Pasal 48 : Musyawarah Koordinator Komisariat

a. Musyawarah Koordinator Komisariat adalah musyawarah utusan komisariat-komisariat di lingkungannya, yang diadakan 1 (satu) tahun sekali;

b. Memilih maksimal 3 (tiga) orang calon Ketua dan menentukan Garis Besar Program Kerja Koordinator Komisariat;

c. Ketua Koordinator Komisariat ditentukan oleh Ketua Umum Pengurus Cabang dari nama-nama calon yang diajukan Musyawarah Koordinator Komisariat;

d. Jumlah utusan Komisariat yang hadir pada Musyawarah Koordinator Komisariat disesuaikan dengan pasal 19 ayat j dengan ketentuan a = 30

BAGIAN VI : LEMBAGA KHUSUS Pasal 49 : Status

a. Lembaga-lembaga Khusus HMI adalah bagian dari struktur pimpinan yang memiliki peran-peran khusus;

b. Lembaga-lembaga Khusus bersifat semi otonom;

c. Lembaga-lembaga Khusus HMI dibentuk oleh pimpinan HMI sesuai dengan kebutuhan;

d. Lembaga-lembaga Khusus HMI dapat berupa: Korp HMI-wati (Kohati), Korp Pengader (KP), dan Pusat Arsip dan lainnya yang dibentuk Pengurus HMI.

Pasal 50 : Struktur

a. Formasi Pengurus Lembaga-lembaga Khusus HMI sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara;

b. Bila diperlukan, pada tingkat pusat dapat dibentuk Koordinator Nasional lembaga-lembaga khusus.

Pasal 51 : Tugas dan Kewajiban

a. Lembaga-lembaga Khusus bertugas melaksanakan program dan kewajiban-kewajiban HMI sesuai dengan fungsi dan perannya masing- masing;

b. Pengurus lembaga-lembaga khusus berkewajiban melaksanakan hasil Musyawarah lembaga Khusus;

(22)

Kepemimpinan HMI dengan melaksanakan Laporan Pelaksanaan Tugas dalam lembaganya;

d. Lembaga Khusus memberikan laporan kerja kepada Struktur Kepemimpinan HMI minimal 2 (dua) kali selama satu periode dan/atau jika sewaktu-waktu bila diminta Struktur kepemimpinan.

Pasal 52 : Musyawarah

a. Status musyawarah Lembaga Khusus adalah merupakan forum kekuasaan tertinggi di internal lembaga khusus dengan tanpa bertentangan dengan ketetapan-ketetapan lembaga kekuasaan HMI ditingkatannya;

b. Musyawarah Lembaga Khusus HMI berhak mengajukan sebanyak- banyaknya 3 (tiga) calon Pimpinan Lembaga Khusus untuk ditetapkan oleh pimpinan HMI.

BAGIAN VII : LEMBAGA KEKARYAAN Pasal 53 : Status

a. Lembaga Kekaryaan adalah bagian dari struktur pimpinan HMI yang memiliki peran kekaryaan;

b. Lembaga-lembaga kekaryaan bersifat semi otonom;

c. Lembaga-lembaga kekaryaan dibentuk bila ada aspirasi dan kebutuhan anggota, yang memiliki minat dan bakat di bidang yang sama;

d. Lembaga Kekaryaan memiliki spesifikasi bidang yang mengarah pada peningkatan keahlian dan profesionalitas tertentu.

Pasal 54 :Struktur

a. Formasi pengurus Lembaga-lembaga Kekaryaan sekurang-kurangnya terdiri dari Direktur dan Staf Direktur;

b. Bila diperlukan, pada tingkat pusat dapat dibentuk Koordinator Nasional lembaga-lembaga kekaryaan.

Pasal 55 : Tugas dan Kewajiban

a. Lembaga-lembaga Kekaryaan mempunyai tugas meningkatkan dan mengembangkan keahlian dan profesionalisme anggota HMI pada bidang tertentu dalam bentuk kerja kemanusiaan;

b. Pengurus lembaga-lembaga kekaryaan berkewajiban melaksanakan hasil Musyawarah lembaga kekaryaan;

(23)

c. Pimpinan lembaga-lembaga kekaryaan bertanggungjawab pada Struktur Kepemimpinan HMI dengan melaksanakan pertanggung-jawabannya pada Struktur Kekuasaan di tingkatannya;

d. Pengurus memberikan laporan kerja kepada pimpinan HMI minimal 2 (dua) kali selama satu periode;

e. Koordinator Nasional berperan dalam usaha mendorong keberhasilan pencapaian tujuan lembaga kekaryaan ditingkatan Cabang.

Pasal 56 : Musyawarah

a. Status musyawarah Lembaga-lembaga Kekaryaan adalah merupakan rapat anggota yang bertugas untuk merumuskan dan mengevaluasi program-program kerja lembaga-lembaga kekaryaan;

b. Musyawarah Lembaga Kekaryaan HMI berhak mengajukan satu atau beberapa calon pimpinan Lembaga Kekaryaan untuk ditetapkan oleh pimpinan HMI.

C. MAJELIS SYURO ORGANISASI (MSO) Pasal 57 : Status

a. MSO berstatus sebagai Lembaga Konsultasi dan Lembaga Peradilan HMI; b. Sidang MSO adalah Majelis yang terdiri dari sebagian besar anggota MSO; c. Anggota MSO adalah anggota HMI yang telah menjadi Pengurus HMI maksimal 2 (dua) periode sebelumnya dengan jumlah maksimal 13 orang. Pasal 58 : Struktur MSO terdiri dari Koordinator dan anggota MSO

Pasal 59 : Tugas dan kewajiban

a. Memberikan pertimbangan dan saran kepada struktur kepemimpinan HMI untuk menentukan kebijakan-kebijakan;

b. Memberikan keputusan atas konflik yang terjadi dalam struktur kepemimpinan HMI yang tidak bisa diselesaikan oleh ketua umum struktur kepemimpinan tersebut melalui proses persidangan;

c. Memberikan Laporan Pelaksanaan Tugas pada Struktur Kekuasaan.

d. MSO Pusat bertugas untuk menampung dan memberikan pertimbangan terhadap usulan amandemen dari struktur pimpinan HMI untuk diajukan ke Kongres.

(24)

Pasal 60 : Tata Kerja

a. Tata Kerja MSO diselenggarakan oleh Koordinator MSO;

b. Sebelum Koordinator MSO terpilih, sidang MSO pertama diselenggarakan dan dipimpin oleh struktur kepemimpinan;

c. MSO dapat membuat tim-tim kerja melalui keputusan sidang MSO yang dihadiri lebih dari separuh jumlah anggota MSO;

d. MSO melaporkan pelaksanaan tugasnya pada struktur kekuasaan.

BAB III

KESEKRETARIATAN

Pasal 61:Kesekretariatan memiliki fungsi dalam menjalankan sistem keadministrasian, dan sistem keprotokoleran organisasi.

Pasal 62:Sistem administrasi merupakan sistem organisasi dalam mengatur sirkulasi administrasi.

Pasal 63:Sistem keprotokoleran merupakan sistem organisasi dalam mengatur prosedur aktifitas elemen-elemen organisasi.

Pasal 64 :Sekretariat berfungsi sebagai tempat domisili tiap Struktur kepemimpinan HMI yang berperan sebagai sentral koordinasi organisasi dan sarana aktifitas strukutur keorgansiasian serta alat interaksi lembaga dengan lingkungannya;

BAB IV KEUANGAN

Pasal 65 : Sumber Keuangan Internal organisasi berasal dari Uang Pangkal dan Iuran yang diserahkan Anggota.

Pasal 66 :Uang pangkal diberikan Anggota kepada Pengurus Cabang saat ia mendaftarkan diri jadi Anggota HMI.

Pasal 67 :Iuran anggota diberikan Anggota kepada Pengurus Komisariat secara periodik selama ia menjadi Anggota HMI.

Pasal 68 :20 (dua puluh) persen iuran anggota yang diterima pengurus Komisariat adalah hak milik dari Pengurus Cabang dan maksimal 20 (dua puluh) dari jumlah yang diterima Pengurus Cabang adalah hak milik Pengurus besar.

(25)

Pasal 69 : Tiap Struktur Kepemimpinan, Struktur Kekuasaan dan MSO berhak menerima dana dari pihak eksternal sesuai dengan pedoman yang berlaku.

Pasal 70 : Pengelolaan Keuangan pada Struktur Kekuasaan, Struktur Pimpinan dan MSO harus berdasarkan prinsip akuntabilitas dan keadilan.

Pasal 71 : Seluruh kekayaan HMI akan diserahkan pada pihak yang akan ditunjuk oleh kongres saat pembubaran organisasi.

BAB IV

ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 72 :Atribut-atribut Organisasi yang dipakai dalam operasional organisasi ditetapkan oleh Kongres.

Pasal 73 : Jenis-jenis Atribut organisasi HMI terdiri dari Lambang HMI, Bendera HMI, Baret HMI, Muts HMI, Selempang HMI, Himne HMI, dan Mars Hijau Hitam. Pasal 74 : Lembaga Khusus dapat menentukan jenis dan bentuk atributnya tersendiri

melalui Musyawarah Lembaga Khusus.

BAB V

ATURAN TAMBAHAN

Pasal 75 : Keputusan pembubaran HMI dilakukan di kongres dengan persetujuan minimal 2/3 utusan-utusan cabang.

Pasal 76 : Anggaran Rumah Tangga merupakan pedoman penjelas Anggaran Dasar HMI yang kemudian diturunkan dalam pedoman-pedoman operasional berupa: Pedoman Keanggotaan, Pedoman Struktur Organisasi, Pedoman Kesekretariatan, Pedoman Keuangan, Pedoman Atribut, dan Pedoman Lembaga-lembaga yang ditetapkan di Kongres.

(26)

PEDOMAN KEANGGOTAAN

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillahirrohmanirrahiim

PENDAHULUAN

Anggota dalam keorganisasian HMI merupakan elemen penting dalam gerak organisasi. Garis perjuangan organisasi yang melakukan pembentukan individu- individu menjadi insan ulil albab, menjadikan anggota merupakan sebuah entitas yang utama dalam pencapaian tujuan organisasi. Garis perjuangan organisasi dalam pembentukan masyarakat yang diridhoi oleh Allah juga menjadikan anggota sebagai tangan utama organisasi dalam melakukan perwujudan cita-cita tersebut.

Pada organisasi umumnya anggota diperlakukan sebagai sumber daya yang harus digunakan organisasi dalam mencapai tujuannya. Namun bagi organisasi yang bernama Himpunan Mahasiswa Islam anggota juga menjadi sasaran perjuangan organisasi. Oleh sebab itu segala aturan aturan dasar dan aturan penjelas organisasi harus lebih diturunkan pada tingkat operasional agar ada kejelasan kapan anggota menjadi tenaga organisasi dan kapan anggota menjadi sasaran organisasi. Pengaturan ini di perlukan juga untuk menghindari adanya konflik peran yang terjadi akibat adanya dua peran anggota yang diberikan organisasi kepadanya.

Kejelasan organisasi mengelola entitas yang bernama anggota merupakan satu faktor utama yang akan menjadikan organisasi dikatakan berhasil atau gagal dalam gerak hidupnya. Misi dan visinya serta tujuannya tentu tidak akan lepas dari entitas yang bernama anggota. Bagi HMI sendiri anggota juga menjadi sebuah kunci regenerasi atas kehidupan organisasi. Artinya anggotalah yang menentukan apakah organisasi harus diam, berhenti, atau bergerak. Anggotalah yang menentukan apakah organisasi memiliki kualitas yang baik atau tidak. Anggotalah yang menentukan apakah organisasi memiliki potensi yang besar dan dapat disalurkan atau tak meiliki potensi sama sekali. Pedoman Keanggotaan merupakan sebuah cerminan bagaimana organisasi memperlakukan anggota dalam hidup organisasi. Dengan demikian akan terlihat apakah pentingnya anggota bagi organisasi diikuti oleh keseriusan sistem organisasi HMI untuk hidup bersama entitas yang bernama anggota.

(27)

ANGGOTA

Anggota Himpunan Mahasiswa Islam adalah semua pihak yang diakui sebagai individu yang terlibat aktif dalam perjalanan roda organisasi. Individu individu ini terbagi oleh tiga golongan yaitu: Anggota Muda, Anggota Biasa dan Anggota Kehormatan. Mahasiswa Islam yang ikut serta secara sukarela dalam aktifitas organisasi HMI yang telah memiliki syarat yang disahkan oleh struktur pimpinan disebut dengan anggota muda. Anggota Biasa merupakan mahasiswa Islam yang telah lulus Latihan Kader I. Sedangkan Anggota Kehormatan adalah orang yang telah berjasa kepada HMI yang ditetapkan oleh Pengurus Cabang atau Pengurus Besar.

Oleh sebab itu semua mahasiswa Islam, baik itu pada tingkatan diploma (D1 sampai D4), sarjana, atau pasca sarjana (program S2 dan S3) dapat menjadi Anggota Biasa dengan memenuhi persyaratan keanggotaan yang telah ditentukan. Perguruan tinggi dan lembaga pendidikan yang sederajat adalah semua lembaga pendidikan yang berstatus sebagai Universitas, Institut, Akademi dan Sekolah Tinggi dan pondok pesantren yang setingkat merupakan bentuk-bentuk lembaga pendidikan tinggi yang diakui HMI. Rekrutmen Anggota Biasa lebih diharapkan dilakukan oleh pihak komisariat. Hal ini disebabkan karena peran komisariat dalam organisasi adalah sebagai kantong massa. Sedangkan cabang melakukan legalisasi keanggotan yang dilakukan secara periodik maupun non periodik. Keputusan legalisasi sebaiknya diumumkan pada event-event organisasi HMI yang diikuti oleh ritual pelantikan keanggotaan dalam event tersebut. Event itu dapat berupa Latihan Kader, Training, Seminar, Diskusi, Rihlah, Rapat Kepengurusan dan lain sebagainya.

Anggota Kehormatan HMI merupakan individu individu yang dinilai berjasa bagi organisasi yang membantu gerak organisasi pada waktu tertentu. Penilaian dilakukan oleh Pengurus Cabang dan Pengurus Besar atas dasar permintaan Anggota Biasa atau permintaan struktur kepemimpinan HMI. Dasar penilaian lainnya adalah sejauh mana individu tersebut membantu organisasi HMI secara keseluruhan (bukan bagian-bagian struktur) sehingga terjadi penguatan peran HMI dalam masyarakat dari waktu kewaktu. Hasil penilaian yang memutuskan keabsahan keanggotaan tersebut dituangkan dalam sebuah Surat Keputusan Pengurus Cabang atau Pengurus Besar. Pengeluaran Surat Keputusan ini dapat dilakukan setiap waktu sesuai dengan kebutuhan organisasi.

(28)

anggota biasa yang secara sah diakui oleh HMI, dapat pula ditangani oleh lembaga- lembaga khusus maupun kekaryaan di tingkat cabang. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya mengembangkan sayap organisasi, eksperimentasi kelembagaan, dan memfungsikan lembaga-lembaga tersebut.

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA 1. Hak Anggota

Seperti yang tercantum dalam Anggaran Dasar HMI anggota memiliki hak untuk mengikuti segala bentuk aktifitas HMI seusai dengan aturan-aturan yang ditetapkan. Namun demikian dalam proses pengambilan keputusan Anggota Biasa mempunyai hak mengeluarkan pendapat, mengajukan usul atau pertanyaan dengan lisan atau tertulis kepada Pengurus, serta mempunyai hak dipilih dan memilih dan Anggota Kehormatan meimiliki hak untuk mengajukan saran atau usul, dan pertanyaan-pertanyaan kepada Pengurus HMI saja.

Hak memilih anggota biasa berlaku bagi semua struktur kekuasaan (Kongres, Konferensi, dan Rapat anggota). Akan tetapi hak dipilih bersifat terbatas. Ada kualifikasi tertentu untuk bisa menjadi pengurus apalagi dicalonkan sebagai ketua umum. Di komisariat cukup dengan standar kualifikasi LK I, untuk ketua umum HMI Cabang minimal lulus LK II, Sedangkan untuk menjadi ketua umum PB HMI harus lulus LK II dan SC.

2. Kewajiban Anggota

Kewajiban anggota yang dituntut organisasi ada tiga peranan yaitu:

1. Peranan pada keuangan organisasi berupa uang pangkal dan iuran anggota (kecuali Anggota Kehormatan)

2. Peranan pada seluruh aktifitas organisasi, dan

(29)

masing-masing. Sedangkan penilaian pelaksanaan kewajiban atas penjagaan nama baik organisasi dilakukan oleh Pengurus Cabang. Namun yang berperan dalam melakukan penilaian keaktifan anggota komisariat dalam organisasi adalah masing–masing komisariat.

BAB III

STATUS KEANGGOTAAN 1. Tata Cara Keanggotaan

Anggota Muda tidak memiliki tata cara khusus keanggotaan. Ia dapat diakui sebagai angota muda ketika ia merupakan mahasiswa dan mengikuti aktifitas HMI. Anggota Biasa harus memenuhi 5 syarat yaitu :

1. Mahasiswa 2. Beragama Islam

3. Telah mengikuti Latihan Kader 1 dan dinyatakan lulus

4. Menyatakan kepatuhannya terhadap konstitusi HMI secara lisan dan tertulis 5. Serta mengikuti prosesi pelantikan anggota.

Pelantikan dapat dilakukan Pengurus Cabang di setiap saat, setiap momen atau setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh cabang.

Atas pemenuhan syarat keanggotaan ini maka cabang wajib Melakukan Beberapa hal yang bekaitan dengan keanggotaan :

1. Mengeluarkan Surat Keputusan Keanggotaan dan Kartu Anggota.

Surat Keputusan dapat dikeluarkan khusus untuk satu orang atau lebih dari satu orang. Surat Keputusan juga dapat dikeluarkan secara mingguan, bulanan atau juga dapat dikeluarkan pada forum-forum LK I atau kegiatan HMI lainnya.

2. Melakukan pengelompokan anggota dalam komisariat-komisariat.

Komisariat anggota adalah komisariat yang sama dengan lingkungan akademis anggota. Namun demikian anggota dapat memilih aktif di komisariat lainnya dalam satu cabang atas ijin Pengurus Cabang. Anggota tidak bisa berada dalam keanggotaan komisariat lebih dari satu. Perpindahan anggota ke komisariat lainnya dalam satu cabang dilakukan berdasarkan ijin dari Pengurus Cabang. Namun ketika dalam lingkungan akademisnya tidak terdapat komisariat, maka

(30)

cabang.

Mekanisme Anggota Kehormatan berada pada Pengurus Cabang dan Pengurus Besar. Prosedur yag harus dilakukan adalah:

1. Rapat Pengurus Cabang atau Pengurus Besar dapat mengeluarkan nama individu yang akan diusulkan menjadi Anggota Kehormatan.

2. Menanyakan kesediaan calon anggota dan meminta surat pernyataan kesediaannya.

3. Hasil rapat dan surat kesediaan menjadi dasar organisasi untuk mengangkat seorang Anggota Kehormatan dalam sebuah Surat Keputusan.

Anggota Kehormatan tidak diwajibkan mengikuti pelantikan keanggotaan, dan kewajiban keuangan lainnya.

2. Ikrar Pelantikan Anggota HMI

IKRAR PELANTIKAN ANGGOTA

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

منامسبﻩ ميحرنانمحرنا

Dengan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

ﻣﺤﻤﺪ اّن ﺷﻬﺪوأ ﷲا ﻻا ﻟﻪاﻻ ان ﺷﻬﺪمنلاوسراأﻩ

“Aku bersaksi bahwasannya tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Utusan Allah”

منابتيضرﻩ لوسرويبندمحمبونيدملاسلاابوابر

“Aku redla Allah Tuhan kami, Islam agama kami, dan Muhammad adalah Nabi dan Utusan Allah”

(31)

1. Bahwa kami akan selalu memenuhi tugas dan kewajiban yang dibebankan oleh himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul;

2. Bahwa kami akan selalu menjaga nama baik Himpunan Mahasiswa Islam dengan selalu tunduk dan patuh kepada Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Pedoman-pedoman Pokok serta ketentuan-ketentuan lainnya;

3. Bahwa kami akan selalu bertanggungjawab atas terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhai Allah Subhanahu Wata’ala dalam rangka mengabdi kepada-Nya untuk kesejahteraan Ummat dunia dan akhirat.

مهيتاممويايحمويكسنويتلاصناﻩ نيمناعنابر

“Sesungguhnya sholatku, perjuanganku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan seru sekalian alam”.

Billahit tawfiq wal hidayah

3. Masa Keanggotaan HMI

Masa keanggotaan dalam Anggaran Rumah Tangga adalah selama anggota memiliki status kemahasiswaan selama dua belas tahun. Selama masa itu anggota memiliki hak dan kewajiban yang sewajarnya atas status keanggotaannya.

4. Jabatan Rangkap

Jabatan rangkap terdiri dari dua jenis yaitu perangkapan jabatan anggota HMI di lingkungan struktur HMI dan perangkapan jabatan di luar lingkungan struktur HMI. Jabatan rangkap yang masih di dalam lingkungan satu cabang HMI harus melalui ijin ketua cabang. Namun jika sudah antar cabang maka jabatan rangkap pada anggota tidak diperkenankan. Seorang anggota yang telah memiliki posisi struktural di organisasi lain dapat memiliki posisi struktural di HMI atas ijin Ketua Umum Cabang begitupun sebaliknya. Pertimbangan ijin yang diberikan Ketua Umum Cabang adalah sejauh mana indpendensi organisasi tidak terganggu. Ketua Umum Cabang dan Pengurus Besar yang akan rangkap jabatan harus mendapat ijin dari Pengurus Besar.

(32)

bentuk apapun dan kondisi apapun.

5. Mutasi Anggota

Mutasi anggota hanya terjadi jika status anggota pindah ke lain cabang. Perpindahan ini dapat diakibatkan oleh keinginan anggota itu sendiri atau perpindahan studi anggota ke lingkungan lembaga pendidikan lainnya diluar cabang asal. Anggota harus membuat surat permohonan perpindahan kepada Pengurus Cabang. Persetujuan Pengurus Cabang atas permohonan ini dituangkan dalam surat pemberitahuan ke cabang yang dituju mengenai transfer anggota yang dilakukan. Pihak cabang yang dituju dapat memutuskan menerima atau menolak perpindahan ini dalam sebuah surat balasan yang ditujukan ke Pengurus Cabang asal. Cabang penerima transfer anggota harus menerbitkan Surat Keputusan Keanggotaan yang baru pada anggota yang melakukan perpindahan tersebut.

BAB IV PEMBERHENTIAN 1. Pemberhentian

Status keanggotaan dinyatakan berhenti atau hilang dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu: meninggal dunia, atas permintaan sendiri (mengundurkan diri), diskors (pemberhentian sementara) dan dipecat. Seorang dinyatakan meninggal dunia jika ada pernyataan dari lembaga yang berwenang. Seorang anggota juga akan kehilangan status keanggotaannya jika ia mengundurkan diri melalui sebuah surat pernyataan yang ditujukan ke cabang selanjutnya cabang segera merespon.

Seseorang yang mengundurkan diri tidak dapat kembali lagi menjadi anggota kecuali ia memulai lagi proses keanggotaannya dari awal. Seorang anggota yang diskosrs (kehilangan keanggotaan secara sementara) juga merupakan suatu kondisi dimana anggota tidak memiliki status keanggotaan di HMI dan tidak memiliki Hak dan kewajiban apapun di HMI untuk sementara waktu. Seorang anggota yang dipecat dari keanggotaan HMI juga akan mengalami kehilangan status keanggotaan dalam HMI beserta hak dan kewajibannya untuk selama-lamanya. Anggota yang dipecat dapat kembali menjadi anggota jika ia memulai kembali proses keanggotaannya dari awal juga. Namun demikian Anggota yang dipecat dapat kembali lagi secara otomatis

(33)

pembelaannya pada forum pembelaan tersebut.

2. Skorsing dan Pemecatan

Skorsing atau pemecatan adalah kondisi dimana seorang anggota tidak lagi memiliki status keanggotaan yang mengakibatkan ia tidak lagi memiliki hak dan kewajiban yang ada di HMi. Skorsing atau Pemecatan dilakukan melalui Surat Keputusan Ketua Umum Cabang atas dasar:

a. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam HMI; b. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik HMI.

Skorsing dikenakan pada anggota jika:

a. Terlibat secara tidak langsung dalam pencemaran nama baik organisasi b. Terlibat tidak langsung dalam aktifitas yang merugikan organisasi HMI

c. Terkena peringatan sebanyak tiga kali atas kasus yang sama ataupun berbeda. Pemecatan dikenakan ke anggota jika

a. Berbuat kesalahan berkaitan dengan sistem organisasi HMI secara keseluruhan b. Terlibat langsung dalam pencemaran nama baik organisasi.

c. Terlibat langsung dalam aktifitas yang merugikan HMI secara keseluruhan. d. Terkena putusan skorsing tiga kali atas kasus yang sama ataupun berbeda

Dalam kondisi normal skorsing atau pemecatan dilakukan berdasarkan tuntutan skorsing atau pemecatan komisariat dan atau cabang. Atas dasar ini Pengurus Cabang mengadakan rapat pengurus yang menghasilkan Surat Keputusan peringatan. Skorsing atau pemecatan diputuskan jika peringatan telah berlangsung selama tiga kali. Dalam kondisi tidak normal atau keakutan kesalahan yang dibuat maka skorsing atau pemecatan tidak melalui peringatan. Dalam kondisi inipun Pengurus Besar HMI dapat melakukan skorsing atau pemecatan seperti halnya Pengurus Cabang. Penilaian kondisi tidak normal atau keakutan kesalahan yang dibuat, dilakukan oleh MSO yang ada ditingkat Pusat atau ditingkat Cabang.

Khusus mengenai skorsing, lamanya skorsing yang dikenakan maksimal satu tahun. Setelah satu tahun Pengurus Cabang berhak menentukan apakah anggota itu dapat dikenakan skorsing lagi atau tidak. Maksimal skorsing yang dikenakan pada seorang anggota adalah 3 kali secara berurutan atau pun tidak berurutan, dalam kasus yang sama atau kasus yang tidak sama. Artinya untuk anggota yang telah diskorsing 3 kali cuma bisa dipecat atau tidak menghukumnya.

(34)

Ketidaksetujuan keputusan skorsing atau pemecatan dapat diajukan kepada MSO dalam tempo 3 x 7 hari setelah SK diumumkan ke khalayak anggota. Atas dasar ini MSO dapat memerintahkan Pengurus Cabang untuk membuat forum pembelaan yang dihadiri oleh Pengurus Cabang itu sendiri, ketua-ketua komisariat dilingkungan cabang tersebut, ketua komisariat anggota dan anggota itu sendiri. Dengan adanya permintaan pembelaan maka masa berlaku keputusan skorsing/pemecatan ditunda sampai ada keputusan dalam forum pembelaan.

Forum pembelaan ini dipimpin oleh anggota MSO Cabang atau anggota MSO pusat dari cabang tersebut bagi cabang yang tidak memiliki MSO, atau anggota MSO pusat yang ditunjuk MSO Pusat bagi cabang yang tak memiliki MSO dan tak memiliki anggota yang duduk di MSO pusat. Urutannya:

1. Pembukaan.

2. Pembacaan kasus dan latar belakang kasus oleh Pengurus Cabang.

3. Pembacaan Surat Keputusan skorsing atau pemecatan oleh Pengurus Cabang. 4. Pembacaan pembelaan oleh anggota.

5. Tanya jawab oleh pimpinan forum terhadap Pengurus Cabang, anggota dan para ketua komisariat secara berulang sampai pimpinan forum menyatakan cukup. 6. Penawaran pimpinan forum ke Pengurus Cabang untuk melakukan perubahan SK. 7. Jika Pengurus Cabang bersedia melakukan perubahan maka pimpinan forum

membuat surat perintah untuk merubah SK Pengurus Cabang.

8. Jika Pengurus Cabang tidak bersedia melakukan perubahan, pimpinan forum dapat bertanya kepada para ketua komisariat yang hadir selain ketua komisariat anggota yang melakukan banding, apakah SK skorsing/ pemecatan anggota tersebut dirubah atau tidak.

9. Jika para ketua komisariat menginginkan perubahan maka pimpinan forum membuat surat perintah ke Pengurus Cabang untuk melakukan perubahan SK skorsing/pemecatan, dan Pengurus Cabang wajib mematuhinya.

10. Jika Para Ketua Komisariat tidak mengnginkan perubahan atas Surat Keputusan Cabang maka Pimpinan Forum mengeluarkan keputusan untuk tidak merubah Surat Keputusan pemecatan atau skorsing atas anggota tersebut.

(35)

setelah MSO melakukan penelaahan ulang atas kasus tersebut.

13. Keputusan MSO tingkat pusat ini harus ditaati oleh Pengurus Cabang dan Anggota. 14. Keputusan MSO tingkat pusat ini bersifat final (tidak dapat diajukan bandingkan).

BAB V ADMINISTRASI KEANGGOTAAN 1. KARTU ANGGOTA Bentuk Warna Kertas Contoh : Persegi panjang : Putih :

(36)

Pemberian nomor anggota dilakukan oleh Pengurus Cabang melalusi Surat Keputusan yang ditanda tangani oleh Sekretaris Umum dan Ketua Umum. (Badan Koordinasi) setelah diterimanya surat permohonan nomor anggota oleh pihak Pengurus Cabang. Penomoran anggota dilakukan dengan bentuk:

10.112.220305.10753

Keterangan :

Dua angka pertama adalah Sandi status keanggotaan Dua angka kedua adalah Sandi Cabang

Enam angka ketiga adalah sandi tanggal penomoran dilakukan menggunakan tahun Hijriyah.

Angka berikutnya adalah sandi nomor urut anggota

Penomoran ini hanya berlaku untuk satu tahun sejak dikeluarkan Surat Keputusan. Oleh sebab itu cabang harus terus meminta pembaharuan nomor anggota dan Pengurus besar harus memperbahurui penomoran anggota tersebut dengan merubah tanggal keluarnya Surat Keputusan Penomoran tetapi tidak boleh merubah angka yang lain.

Sandi Keanggotan 10 20 Anggota Biasa Anggota Kehormatan Sandi Cabang 001 002 003 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 Medan Pekan Baru

….. dan cabang berikutnya di Sumatera Jakarta Jakarta Selatan Bekasi Bogor Depok Lebak Bandung Cirebon Jogjakarta Semarang Purwokerto Wonosobo Purworejo Malang Surabaya Sleman

(37)

118 Jepara

119 ….. dan cabang berikutnya di pulau Jawa 201 Makasar 202 Palu 203 Palopo 204 Pangkep 205 Barru 206 Gorontalo 207 Manado 208 Luwuk Banggai 209 Toli-toli 210 Kendari 211 Bone 212 Bulukumba 213 Majene

214 ……. dan cabang berikutnya di pulau Sulawesi 301 Pontianak

302 …… dan cabang berikutnya di Pulau Kalimantan 401 Jayapura

402 Sorong

403 ……. dan cabang lain yang dibentuk di pulau Papua 501 Ternate

502 ……. dan cabang lain yang dibentuk di kepulauan Maluku

601 ……. dan cabang lain yang dibentuk di Bali dan kepulauan Nusa Tenggara

Sandi Tanggal Penomoran

22 Tanggal penomoran 03 Bulan penomoran 05 Tahun penomoran

Sandi Nomor Urut Anggota

(38)

PEDOMAN KEUANGAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillahirromanirrahiim

BAB I PENDAHULUAN

Dua bentuk gerakan Himpunan Mahasiswa diwujudkan dalam bentuk kaderisasi di dalam organisasi dan perjuangan organisasi dalam pembentukan masyarakat. Keberhasilan pembentukan individu yang Ulil Albab dan ketercapaian pembentukan tatanan masyarakat yang diridhoi oleh Allah SWT tergantung dari keseriusan HMI bergerak dalam lingkaran organisasi Himpunan Mahasiswa Islam. Keseriusan ini dapat dilihat dari sejauh mana kita telah berusaha untuk berjalan terus kedepan dan sejauh mana kelengkapan alat yang telah kita miliki dari perjalanan tersebut.

Dasar organisasi berupa asas, tujuan usaha dan identitas, akan menjadi suatu gambaran bagaimana Himpunan Mahasiswa Islam terus bergerak kedepan. Perangkat organisasi merupakan sebuah gambaran bagaimana Himpunan Mahasiswa Islam memiliki kelengkapan alat untuk bergerak dalam perjalanannya diatas. Salah satu kelengkapan yang harus di miliki oleh organisasi adalah unsur keuangan. Organisasi harus memiliki kekuatan dalam keuangan untuk menjaga keberlangsungan perjalanan yang mahal namun harus dijalani. Unsur keuangan yang harus dipersiapkan adalah Pedoman Keuangan bagi organisasi Himpunan Mahasiswa Islam.

Pedoman Keuangan yang tersusun saat ini merupakan sebuah pedoman pertama dalam HMI yang mengatur organisasi dalam hal keuangan secara menyeluruh utuh dan komprehensif. Sebagai pedoman yang disepakati bersama dalam kongres maka pedoman ini yang akan menjadi dasar bagaimana HMI memakai alat kelengkapannya berupa uang dan keuangan. Sebagaimana halnya sebuah pedoman yang disusun dan disepakati dalam kongres, pedoman ini juga harus mengalami penyempurnaan dari waktu kewaktu dimasa depan.

(39)

OTORITAS KEUANGAN

Otoritas keuangan merupkan sebuah pedoman awal yang menjelaskan berapa banyak otoritas yang harus berjalan dalam keorganisasian HMI. Otoritas keuangan yang dimiliki dalam satu struktur organisasi terdiri dari:

1. Otoritas Pengaturan 2. Otoritas Penerimaan 3. Otoritas Pengeluaran 4. Otoritas Pencatatan 5. Otoritas Pengesahan

Kelima otoritas ini harus dipegang dan dijalankan oleh pihak-pihak yang berbeda dalam satu struktur kepengurusan HMI. Pemisahan otoritas ini untuk menciptakan sebuah sistem keuangan yang berdasarkan dua prinsip yaitu: Prinsip transparansi, prinsip akuntabilitas dan prinsip keadilan.

Prinsip transparansi artinya sistem keuangan organisasi merupakan sebuah sistem yang mengatur berbagai aktivitas keuangan yang dapat dibuktikan keberadaannya, kesesuaian nilainya dan kepatuhan akan aturannya. Hal ini cukup penting menjadi dasar karena tanda ada transparansi maka sebuah pertanggungjawaban pengelolaan keuangan tidak dapat berjalan dengan baik dan benar. Tanpa ada transparansi maka sistem keuangan organisasi akan didasarkan pada manipulasi informasi. Oleh sebab itu untuk menghindari manipulasi informasi dan memegang teguh prinsip transparansi maka keberdaan bukti dan keakuratan pencatatan akan aktifitas keuangan dalam HMI merupakan sebuah hal yang sangat penting.

Prinsip akuntabilitas artinya sistim keuangan organisasi yang melaporkan kondisi keuangan organisasi dengan metode pencatatan keuangan yang bersifat transparan dengan data-data akurat, yang kemudian pada akhir kepengurusan, laporan keuangan tersebut akan dilaporkan dalam laporan pertanggungjawaban oleh pimpinan organisasi. Prinsip akuntabilitas tersebut bertujuan untuk mendapatkan pengakuan dari pihak lain yang akan menjadi pertimbangan dalam membangun kerjasama dalam hal keuangan.

Sistem yang adil artinya sistem keuangan Himpunan Mahasiswa Islam disusun dan dibentuk untuk menegaskan adanya hak dan kewajiban yang dimiliki oleh tiap pihak dalam satu struktur. Penjabaran hak dan kewajiban dalam otoritas-otoritas merupakan

(40)

Dengan demikian sistem keuangan dirancang dengan dasar kesesuaian kemampuan dan target yang harus dicapai. Tanpa ada pemisahan otoritas maka tidak ada pemisahan peran sehingga terjadi penumpukan kewajiban kewajiban pada satu pihak. Hal ini tentu akan memberatkan dan membuat sebuah posisi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.

1. Otoritas Pengaturan

Pemegang hak regulasi tertinggi dalam HMI adalah kongres HMI. Namun dalam struktur kepemimpinan pelakasanaan aturan keuangan di tiap lini struktur adalah Ketua Umum dan Bendahara Umum. Kedua pihak ini memiliki hak regulasi dalam keuangan organisasi di masing-masing strukturnya. Ia berhak membuat mekanisme kuangan organisasi di tingkatan strukturnya, baik itu pemasukan maupun pengelolaan keuangan. Hak lainnya yang dimiliki oleh Ketua Umum dan Bendahara Umum adalah Hak untuk memeriksa setiap aktifitas keuangan di HMI dan hak untuk menolak atau menunda setiap aktifitas keuangan dalam HMI.

Oleh sebab itu ketua Umum dan Bendahara Umum merupakan pihak yang dianggap mengetahui segala jenis aktifitas keuangan organisasi ditingkatan strukturnya. Tidak ada satu pihakpun yang berhak menutupi segala informasi keuangan yang ada dalam struktur HMI terhadap Ketua Umum dan Bendahara Umum. Namun demikian, Ketua Umum dan Bendahara Umum berhak menyimpan informasi keuangan terhadap anggota HMI kecuali dihadapan struktur kekuasaan HMI (Kongres, Konferensi, dan Rapat Anggota). Artinya Kedua pihak ini berhak menolak permintaan segala pihak atas informasi keuangan yang dimilikinya, baik itu dari pihak anggota, pihak struktur HMI dibawahnya ataupun pihak eksternal. Namun apabila struktur kekuasaan meminta kedua pihak ini membuka informasi keuangan yang disimpan maka wajib mkedua pihak ini memberikan informasi sesuai dengan yang diminta. Oleh sebab itu penanggungjawab keuangan yang paling kompeten adalah Ketua Umum dan Bendahara Umum HMI.

2. Otoritas Penerimaan

Pada tingkat struktur yang memiliki hak untuk menerima hal-hal yang berkaitan dengan keuangan dan menyimpannya adalah Bendahara I. Pada tingkat kepanitiaan dari aktifitas HMI yang memegang hak ini adalah Bendahara Umum Kepanitiaan dan

(41)

diusahakan tersimpan pada bank Syari’ah dan sebagian kecil lainnya disimpan oleh pemegang otoritas penyimpan sebagai kas kecil.

Tanda bukti penerimaan dan informasi nilai uang yang disimpan harus dilaporkan kepada Bendahara III. Bendahara I berhak menyimpan informasi ini kepada siapapun kecuali kepada Bendahara Umum, Bendahara III dan Ketua Umum. Bendahara I tidak berhak mempublikasikan nilai keuangan yang disimpan HMI kepada khalayak Umum di luar Struktur Kepengurusan, apalagi pihak ekstenal HMI. Bendahara I tidak berhak mengalihkan hak peyimpanan keuangan ini kepada siapapun keculi kepada bendahara Umum atas pengetahuan Ketua Umum dan Sekretaris Umum.

3. Otoritas Pengeluaran

Aktifitas yang berkaitan dengan pengeluaran keuangan HMI dari tempat penyimpanan Keuangan HMI harus dilakukan oleh bendahara II dimasing-masing struktur kepemimpinan HMI atau staf bendahara kepanitiaan atau staf bendahara bidang HMI. Pemegang hak untuk mengeluarkan sejumlah nilai keuangan ini tidak boleh sama orangnya dengan pemegang hak lainnya.

Tanda bukti pengeluaran sejumlah uang harus diberikan kepada Bendahara III di setiap waktu. Setiap pengeluaran sejumlah uang, baik itu dalam pengeluaran program atau pengeluaran non program, harus diketahui oleh Bendahara Umum. Bendahara II tidak berhak mengalihkan hak pengambilan uang ini kepada pihak lain kecuali kepada Bendahara Umum atas pengetahuan Ketua Umum dan Sekretaris Umum. Pengeluaran tanpa tanda bukti harus dibuat sebuah nota pengeluaran yang disetujui oleh Bendahara Umum sebagai pengganti tanda bukti pengeluaran.

4. Otoritas Pencatatan

Setiap aturan atau kebijakan harus tercatat secara tertulis yang dijadikan pedoman bagi aktifitas keuangan bagi pengurus dan anggota. Begitu juga dengan setiap aktifitas penerimaan dan pengeluaran harus memiliki pencatatan keuangan yang lengkap. Bendahara III memiliki hak untuk memastikan bahwa semua aktifitas keuangan HMI tercatat dengan baik dan benar, lengkap dengan para pengesahnya.

(42)

pengeluarannya setiap waktu. Informasi penerimaan dan pengeluaran yang diterima berupa sejarah transaksi tanda bukti atas kedua aktifitas tersebut. Oleh sebab itu ia berhak meminta informasi/tanda bukti tersebut ke Bendahara I dan Bendahara II. Informasi yang diterima kemudian dilaporkan ke Bendahara Umum.

5. Otoritas Pengesahan

Setiap aktifitas peneriman dan pengeluaran keuangan dalam struktur HMI harus disertai tanda bukti yang mencantumkan pengesah aktifitas tersebut, yaitu Bendahara Umum. Pada tingkat bidang kerja kepengurusan yang menjadi pengesah aktifitas tersebut adalah ketua bidang, sedangkan pada tingkat kepanitiaan yang menjadi pengesah adalah ketua panitia. Pengesahan aktifitas keuangan ini merupakan suatu bentuk atas pemberitahuan informasi keuangan terhadap pihak- pihak yang bertanggungjawab dalam struktur HMI. Sehingga segala aktifitas keuangan HMI memiliki penanggungjawabnya masing-masing.

BAB III

PERENCANAAN KEUANGAN

Perencanaan keuangan organisasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan sebagai sebuah gerak awal dalam wilayah keuangan. Perencanaan dilakukan minimal sekali di awal periode kepengurusan dalam satu peiode kepengurusan perencanaan berisi:

a. Asumsi asumsi dasar keuangan (internal dan eksternal)

b. Kuantitas dan kualitas aktifitas-aktifitas organisasi yang direncanakan c. Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan aktifitas tersebut d. Penentuan sumber-sumber keuangan yang harus diperoleh

e. Penetapan waktu untuk setiap aktifitas pengelolaan keuangan f. Pengaturan organisasi dalam menjalankan perencanaan keuangan

Tujuan dilakukannya perencanaan adalah untuk menghindari kesulitan keuangan dalam menjalankan organisasi. Perencanaan dilakukan dengan melibatkan seluruh Pengurus Harian dan stafnya. Kecuali ditingkat komisariat perencanaan keuangan harus dilakukan juga dengan melibatkan seluruh pimpinan HMI satu tingkat dibawahnya. Misalkan Perencanaan keuangan Pengurus Besar harus melibatkan pengurus harian dan

(43)

melibatkan pengurus harian di cabang tersebut dan para ketua komisariat dilingkungannya.

Bentuk dari hasil sebah perencanaan keuangan organisasi dalam HMI dikenal dengan Anggaran Kepengurusan. Anggaran Kepengurusan ini berlaku selama 2 tahun untuk tingkat Pusat dan 1 tahun untuk tingkat Cabang dan Komisariat. Anggaran kepengurusan di susun oleh pengurus HMI dan diajukan kepada para ketua cabang untuk tingkat pusat, kepada ketua komisariat di tingkat cabang dan pada para anggota di tingkat komisariat, untuk disetujui. Realisasi atas anggaran yang disepakati dipertanggungjawabkan di kongres untuk Pimpinan Pusat, di Konferca untuk Pengurus Cabang dan di Rapat Anggota untuk Pengurus Komisariat.

Perubahan realisasi isi Anggaran Kepengurusan harus diketahui pihak-pihak yang telah menyetujui Anggaran tersebut. Hal itu harus dilakukan pada tiap terjadinya perubahan dari realisasi Anggaran itu. Tuntutan untuk merubah anggaran dapat dilakukan oleh pengurus cabang terhadap pelaksanaan anggaran Pengurus Besar. Begitupun Pengurus Komisariat Terhadap Pengurus Cabang. Namun pihak pelaksana anggaran dapat memilih untuk tidak mememenuhi tuntutan tersebut tetapi harus dipertanggungjawabkan pada tingkat Struktur Kekuasaan. Pelaksana harus menjelaskan dasar-dasar kebijakan atas tindakannya yang tidak mau memenuhi tuntutan atas perubahan anggaran tersebut. Dasar-dasar kebijakan inilah yang menjadi dasar penilaian atas kemampuan mengelola keuangan.

BAB IV

SUMBER KEUANGAN

Sumber keuangan organisasi HMI adalah tempat-tempat atau pihak-pihak yang dapat memberikan pemasukan keuangan bagi organisasi HMI. Satu hal yang perlu diingat dalam menerima pemasukan keuangan dari sumber-sumber keuangan adalah “Independensi”. Artinya tuntutan atau sayarat yang menyertai suatu penerimaan keuangan bagi HMI tidak boleh bertentangan dengan visi, misi dan tujuan HMI. Tuntutan atau syarat itupun tidak boleh merubah keputusan organisasi HMI dalam menjalankan kebijakan organisasinya. Kerjasama dengan memberikan kompensasi- kompensasi harus bersifat wajar dan tidak mengganggu independensi organisasi.

Referensi

Dokumen terkait

1) Organisasi ini hanya dapat dibubarkan dengan keputusan Rapat Anggota KKG yang sengaja diadakan untuk maksud tersebut. 2) Rapat Anggota harus dihadiri sekurang-kurangnya

Sidang Pleno khusus presidium adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota presidium yang telah dipilih dan ditetapkan di dalam kongres nasional.. Sidang pleno

Rapat Umum Anggota (RUA) adalah forum tertinggi dalam Persekutuan yang diadakan secara berkala oleh Pengurus sedikit-dikitnya setiap 6 bulan dalam satu masa

Rapat Pleno Majelis Manifesto Regional Mancanegara adalah rapat yang dihadiri oleh Ketua; Wakil-Wakil Ketua; Sekretaris; Wakil-Wakil Sekretaris; Bendahara dan Wakil-Wakil

Perubahan  Anggaran  Rumah  Tangga  ini  hanya  dapat  dilakukan  oleh Rapat  Anggota  berdasarkan  keputusan  Rapat  Anggota   yang   dihadiri minimal   2/3  

Perubahan  Anggaran  Rumah  Tangga  ini  hanya  dapat  dilakukan  oleh Rapat  Anggota  berdasarkan  keputusan  Rapat  Anggota   yang   dihadiri minimal   2/3  

Pimpinan sidang memulai Sidang Pleno dengan memberitahukan terlebih dahulu bahwa Rapat Anggota Khusus (RAK) I Pembentukan Koperasi Syariah SIPITUNG dihadiri oleh

(4) Rapat Pleno Dewan Pimpinan Daerah adalah rapat yang dihadiri oleh Ketua; Wakil- Wakil Ketua; Sekretaris; Wakil-Wakil Sekretaris; Bendahara dan Wakil-Wakil