• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Populasi Republik Rakyat China Dan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Populasi Republik Rakyat China Dan Indonesia"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ii

Disusun Oleh : Disusun Oleh :

Dwi

Dwi Prasetyo Prasetyo Utomo Utomo 102110101103102110101103 Qorinatus

Qorinatus Zahroh Zahroh 102110101110211010117070

FAKULTAS KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATMASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER 

UNIVERSITAS JEMBER  2013

(2)
(3)

ii DAFTAR ISI... ii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang ... 1 Rumusan Masalah ... 2 Tujuan ... 2

GAMBARAN POPULASI RRC DAN INDONESIA... 3

Gambaran Populasi dan Pengendalian Penduduk di RRC ... 3

Gambaran Populasi dan Pengendalian Penduduk di Indonesia ... 9

KESIMPULAN... 14

(4)
(5)
(6)
(7)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Jumlah penduduk pada suatu Negara atau wilayah selalu mengalami perubahan atau dinamika penduduk yang disebabkan oleh faktor kelahiran „fertilitas‟, kematian ‟mortalitas‟, dan perpindahan penduduk „migrasi‟ yang mempengaruhi komposisi  perubahan penduduknya mengalami perubahan-perubahan sepanjang masa. Perubahan keadaan penduduk tersebut dinamakan dinamika penduduk. Dinamika penduduk ini merupakan keseimbangan yang dinamis antara menambah atau mengurangi jumlah  penduduk secara terus menerus yang akan di pengaruhi faktor dinamika penduduk. Dinamika perubahan penduduk fertilitas cenderung kepada pertumbuhan. Pertumbuhan  penduduk ialah perkembangan jumlah penduduk suatu daerah atau negara akan tetapi secara bersamaan pula akan di kurangi oleh jumah kematian yang terjadi pada golongan umur tertentu dan migrasi „imigran‟ (pendatang) akan menambah „emigran‟(pindah) akan mengurangi jumlah penduduk.

Di negara Republik Rakyat China dan Indonesia, laju pertumbuhan penduduk   pada tahun ke tahun selalu mengalami perubahan. Hal ini menyebabkan baik China maupun Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Berdasarkan hasil sensus dunia, populasi penduduk dunia telah mencapai 7 miliar jiwa  pada tahun 2011. China masih berada pada posisi puncak sebagai negara berpenduduk 

terbanyak didunia (1,3 miliar), disusul India (1,2 miliar jiwa), USA (0,3 miliar) dan Indonesia (0,2 miliar) (Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, 2011).

Pemerintah China dan Indonesia telah melakukan berbagai usaha sebagai upaya mengendalikan kepadatan dan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. China dikenal dunia dengan kebijakan “Satu Anak” dalam mengurangi pertumbuhan penduduk yang tinggi, sedangkan Indonesia melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Indonesia (BKKBN) meluncurkan program “2 anak lebih baik”.

Usaha-usaha tersebut tentunya membuahkan hasil namun tetap menghasilkan dampak jangka panjang. Banyak ahli mengatakan kebijakan satu anak China telah melanggar HAM dan hak reproduksi wanita. Selain itu, dampak jangka panjang dari kebijakan ini adalah ancaman penuaan populasi yang akan dihadapi pemerintah China,

(8)
(9)

dimana jumlah penduduk dengan lansia lebih besar daripada jumlah penduduk usia  produktif. Sebaliknya, Indonesia mempunyai dampak jangka panjang yang positif, dimana jumlah penduduk usia muda dan usia produktif yang lebih besar dari pada  jumlah penduduk lansia. Hal ini yang oleh beberapa peneliti dikatakan Indonesia akan

memperoleh peluang bonus demografi pada tahun 2020-2030 (Departemen Statistik  Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, 2011). Namun, bonus demografi ini memerlukan pengelolaan yang baik dalam mempersiapkan generasi unggul yang siap  bersaing dengan dunia.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap negara harus melakukan usaha dan mengeluarkan kebijakan kependudukan yang memberikan dampak positif baik jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu, kebijakan kependudukan yang dikeluarkan harus tetap memperhatikan hak asasi, harkat dan martabat setiap manusia.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus penulis adalah Bagaimana Gambaran Populasi dan Pengendalian Penduduk di Republik Rakyat China dan Indonesia?

Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis kami adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui gambaran populasi yang terdapat di Republik Rakyat China dan Indonesia

2. Mengetahui penyebab kepadatan penduduk yang terjadi di Republik Rakyat China dan Indonesia

3. Mengetahui dampak kepadatan penduduk terhadap kelangsungan hidup bangsa Republik Rakyat China dan Indonesia

4. Mengetahui solusi dan usaha yang pernah dilakukan serta akibat yang ditimbulkannya baik oleh Republik Rakyat China maupun Indonesia dalam upaya mengendalikan pertumbuhan dan kepadatan penduduk 

(10)
(11)

GAMBARAN POPULASI DI CHINA DAN INDONESIA

Gambaran Populasi Dan Pengendalian Penduduk Di China

Kependudukan merupakan masalah yang selalu mengalami dinamika. Setiap negara mempunyai permasalahan tersendiri terkait kependudukan. Permasalahan yang  banyak dialami beberapa negara di dunia adalah masalah overpopulasi atau kepadatan  penduduk.

Populasi penduduk dunia telah mencapai 7 miliar jiwa pada tahun 2011. China masih berada pada posisi puncak sebagai negara berpenduduk terbanyak didunia (1,3 miliar), disusul India (1,2 miliar jiwa), USA (0,3 miliar) dan Indonesia (0,2 miliar). Populasi tersebut akan diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 10,1 miliar   jiwa pada tahun 2100. Peningkatan jumlah penduduk diperkirakan berasal 39 negara di

Afrika, sembila di Asia, enam di Oceania dan empat di Amerika Latin. Pada 2100,  populasi India sebanyak sebanyak 1,6 miliar diperkirakan akan melampaui China (0,9 miliar). Indonesai akan menampati posisi ke tujuh sebagai negara terbanyak di dunia dengan total populasi sebanyak 0,6 miliar jiwa (Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, 2011).

(12)
(13)

Demografi China dikenali lewat populasi yang besar dengan proporsi remaja dan kanak-kanak yang relatif sedikit, akibat dari kebijakan satu anak yang ditentukan oleh  pemerintah Republik Rakyat China. Kebijakan-kebijakan kependudukan diterapkan di

China sejak tahun 1979 telah membantu mencegah beberapa juta kelahiran.

China menjadi negara berpenduduk terbanyak di dunia selama berabad-abad. Ketika China menjalankan sensus pertamanya sejak pasca-1949, yaitu pada 1953,  populasi China terhitung 582 juta jiwa, sedangkan pada sensus ke-5 pada tahun 2000,  populasi China berlipat dua, tepatnya 1,2 miliar jiwa.

Pada pertengahan dasawarsa 1950-an, pemerintah China memperkenalkan sejumlah program dan kampanye keluarga berencana atau pengendalian penduduk, dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi. Populasi China yang berkembang cepat adalah persoalan kebijakan primer para pemimpin China pada pertengahan abad ke-20, sehingga pada permulaan dasawarsa 1970-an, pemerintah menerapkan kebijakan satu anak (diberlakukan sejak tahun 1979). Di bawah kebijakan ini, dengan perbedaan  panduan terhadap suku-suku minoritas, pasangan yang menikah secara resmi hanya

diizinkan memiliki satu anak. Hasil dari kebijakan ini, China berhasil mencapai tujuannya, yakni tingkat kesuburan yang menurun dan relatif stabil. Pada tahun 1971  perempuan China rata-rata memiliki 5,4 anak, sedangkan pada tahun 2004 hanya 1,7

anak (wikipedia.com).

Dokumen penting tonggak sejarah Pemerintah China menyusun Program Aksi  family planning  adalah memaksimalkan hasil Konferensi Internasional tentang

kependudukan dan Pembangunan di Kairo, tahun 1994 sebagai suatu kekuatan mempengaruhi pengambil keputusan untuk melakukan perubahan yang fundamental, merubah filosofi kependudukan dan keluarga dengan tiga alasan utama, yaitu (1) alasan demografis, bahwa pertumbuhan penduduk mengurangi tingkat kesuburan dan memperlambat pembangunan Negara (2) alasan kesehatan, yang berfokus pada kesehatan ibu dan anak (3) hak asasi manusia bahwa individu dan pasangan memiliki hak untuk memutuskan reproduksi, termasuk jumlah dan waktu kelahiran dan disusunlah strategi program keluarga berencana dengan (Widyaiswara BKKBN, 2012):

(14)
(15)

1. Menetapkan prinsip- prinsip “penduduk adalah faktor utama dalam pembangunan atau di Indonesia disebut pembangunan manusia seutuhnya, dengan mengedepankan kepuasan pelanggan dan kontrol kualitas tanpa mengedepankan kuantitas. Aspek  sosial-ekonomi bergeser dari tradisional ke modern seperti pernikahan dini dan kelahiran awal, ke pendewasaan perkawinan dan penundaan kelahiran, nilai anak  laki-laki dan perempuan dibuang jauh dan pertolongan persalinan diprioritaskan sebagai dasar membentuk keluarga kecil bahagia, keluarga harmonis.

2. Hak asasi manusia dimaknai dengan mempromosikan keluarga berencana, dan memberi perhatian khusus untuk melindungi hak-hak dasar 10 klien, yaitu hak atas informasi, hak untuk memiliki akses ke layanan, hak untuk memilih, hak atas rasa aman, hak atas privasi, hak untuk kerahasiaan, hak untuk martabat, hak untuk  kenyamanan, hak untuk terus menggunakan jasa dan hak untuk mengekspresikan. 3. Mempromosikan Kualitas kesehatan reproduksi. “Kualitas kesehatan reproduksi”

dikembangkan diseluruh kabupaten dan kecamatan sampai ke desa karena telah dijadikan pusat kegiatan program KB karena langsung pada kebutuhan dasar  manusia untuk kesehatan reproduksi. Kekuatan kunci adalah penyediaan layanan teknis dan merupakan inovasi petugas keluarga berencana China untuk menuju situasi baru.

4. Menetapkan Mekanisme kerja yang komprehensif dan memperkuat reformasi mekanisme operasional ini dilakukan dengan cara : Menetapkan payung hukum yang menjadi landasan semua kebijakan operasional yakni “ satu anak dalam kel uarga “ 5. Menjaga kualitas pelayanan, kebijakan-driven solusi dan terpadu dalam rangka untuk 

memperdalam reformasi yang telah mencapai keberhasilan awal. Kelompok  masyarakat diberikan keleluasaan untuk ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan kegiatan KB karena urusan keluarga berencana harus transparan. Asosiasi keluarga  berencana dan LSM lainnya pada tingkat akar rumput diberikan peran penuh untuk 

menerapkan aturan hukum dan pembelaan hak-hak hukum dan kepentingan masyarakat .karena program keluarga berencana memfasilitasi peningkatan kualitas hidup masyarakat.

6. Melakukan kajian strategis dan meningkatkan sistem jaminan sosial yang terkait dengan kependudukan dan keluarga berencana. Beberapa tahun terakhir, pemerintah

(16)
(17)

China telah berupaya untuk menggabungkan pelaksanaan Program Aksi ICPD dengan Tujuan Pembangunan Milenium PBB, mencoba untuk membuka visi baru  bagi penduduk sebagai potensi pembangunan melalui reformasi dan inovasi. Dengan  pemusatan pada tiga matra: Kekuatan pembangunan berpusat pada manusia,  pengembangan potensi penduduk, penguatan koordinasi dan berkelanjutan, tren  populasi penduduk hubungannya dengan ekonomi, penduduk dengan sumber daya dan lingkungan; Melalui program pilot project ”pelatihan langsung pada keluarga,  promosi program peningkatan pendapatan” dengan slogan kelahiran lebih sedikit,

kemakmuran lebih cepat“

7. Mengembangkan kebijakan publik dan model layanan yang melibatkan pemerintah, LSM dan organisasi swasta. Organisasi non-pemerintah yang memainkan peran  penting dalam kependudukan dan keluarga berencana .

Usaha yang dilakukan China tentunya membuahkan hasil dan China dikatakan sebagai negara yang cukup pesat dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk.  Namun, predikat negara dengan jumlah penduduk terbanyak belum bisa dilepas dari China. China terus mengalami peningkatan penduduk dari tahun ke tahun. Kepadatan  penduduk lebih terpusat di kota-kota besar seperti Shanghai dan Beijing. Penduduk   perkotaan kini mencapai 51,27 persen dari keseluruhan penduduk China yang mencapai

hampir 1,35 milyar menurut Biro Statistik Nasional (NBS) (Johannes, 2012). Hal ini terjadi karena petumbuhan ekonomi yang cukup pesat di China sehingga angka urbanisasi baik oleh penduduk dalam maupun luar China juga meningkat.

(18)
(19)

Keterangan: warna merah = Pusat urbanisasi Kuning = kota tua

Biru = Inner suburbs Hijau = outer suburbs

Usaha pengendalian pertumbuhan penduduk melalui kebijakan “Satu Anak” memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap populasi penduduk China. Hal ini terbukti dengan penurunan jumlah kelahiran sesuai dengan penjelasan sebelumnya.

(20)
(21)

Akan tetapi, kebijakan ini mempunyai sisi negatif dengan beberapa dampak yang dapat ditimbulkan.

Akibat dari kebijakan ini, selama puluhan tahun lamanya terjadi kasus  pengguguran secara sadis hingga mencapai 13 juta janin setiap tahunnya. Selama 31

tahun lamanya, sekitar 400 juta janin telah dibunuh.

Kebijakan tersebut juga secara serius menyebabkan terjadinya ketidak-seimbangan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di China, fenomena penuaan usia masyarakat serta serangkaian masalah sosial lainnya pun bermunculan. Meskipun masyarakat internasional terus mengecam bahwa kebijakan ini sangat bertentangan dengan HAM, dan melanggar standar penerapan “kelahiran berencana” yang telah diakui oleh dunia internasional, namun hingga saat ini para penguasa masih tetap menolak untuk menghapus kebijakan tersebut.

Menurut angka statistik pemerintah, jumlah aborsi di China mencapai 13 juta  jiwa setiap tahunnya, dan menempati urutan pertama di seluruh dunia. Harian China Daily yang mengutip penjelasan dari pekerja medis dan survei kedokteran mengatakan,  jika termasuk kasus aborsi yang belum tercatat atau kasus keguguran karena pengaruh obat-obatan, maka angka keguguran tersebut pasti akan jauh lebih tinggi (Anonim, 2011).

Pasangan suami-istri yang membangkang aturan tersebut bakal didenda sebesar  gaji bulanan mereka selama beberapa tahun. Mereka juga tidak mendapatkan akses  pelayanan sosial. Dijebloskan ke penjara adalah ancaman serius dari otoritas. Anak 

yang dilahirkan karena pelanggaran kebijakan disebut “anak haram” karena tidak  memiliki status hukum di China (Hayati, 2012).

Selain dampak yang ditimbulkan di atas, menurut standar internasional, 10 tahun lalu populasi penduduk di China telah memasuki masyarakat usia tua, dan sekarang semakin bertambah parah. Dari hasil sensus penduduk ke-6 pada 2011 ini menunjukkan  bahwa penduduk yang berusia 60 tahun ke atas mencapai 13,26% atau meningkat 2,93% dibandingkan pada 2000, dan di antaranya yang berusia di atas 65 tahun mencapai 8,87% atau meningkat 1,91%. Sementara anak usia di bawah 14 tahun telah menurun sebanyak 6,29% dibandingkan dengan jumlah total penduduk China.

(22)
(23)

Pusat Riset Masalah Internasional dan Strategi Amerika belum lama ini menerbitkan laporan sensus penduduk yang diberi judul “Rambut Putih China: Analisa Populasi dan Ekonomi Terhadap Kebijakan Jompo China”, memaparkan potensi masalah yang akan terjadi akibat pertumbuhan sosial masyarakat dan ekonomi serta  peralihan komposisi populasi China, yang jika tidak dipersiapkan secara matang, maka  pada paruh akhir abad ini China diprediksi akan menghadapi masalah serius. Laporan tersebut menyatakan bahwa pada 35 tahun lalu perbandingan jumlah anak-anak dengan orang tua di China adalah 6:1, dan 35 tahun kemudian yakni sekarang ini, perbandingan tersebut telah berubah drastis menjadi 1:2.

GAMBARAN POPULASI DAN PENGENDALIAN PENDUDUK DI INDONESIA Gambaran populasi China telah banyak dijelaskan sebelumnya. Lalu bagaimana dengan gambaran populasi Indonesia. Sesuai dengan jumlah penduduk dunia, jumlah  penduduk Indonesia menempati urutan keempat setelah China, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk tersebut terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Sebagian besar jumlah penduduk tersebut terpusat di pulau Jawa sehingga ketidakseimbangan distribusi penduduk pun terjadi.

(24)
(25)

Jumlah penduduk Indonesia

Ketidakseimbangan kepadatan penduduk ini mengakibatkan ketidakmerataan  pembangunan baik fisik maupun non fisik yang selanjutnya mengakibatkan keinginan untuk pindah semakin tinggi. Arus perpindahan penduduk biasanya bergerak dari daerah yang agak terkebelakang pembangunannya ke daerah yang lebih maju, sehingga daerah yang sudah padat menjadi semakin padat.

Untuk memecahkan masalah ini dilaksanakan program pepindahan penduduk  dari daerah padat ke daerah kekurangan penduduk, yaitu program transmigrasi. Sasaran

(26)
(27)

utama program transmigrasi semula adalah untuk mengurangi kelebihan penduduk di Pulau Jawa.

Pemerintah Indonesia, selain program transmigrasi, telah berupaya untuk  mengendalikan permasalahan populasi penduduk Indonesia salah satunya adalah dengan membentuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana dengan program unggulan  berupa Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana (KB) telah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Pada dasarnya tujuan gerakan KB nasional mencakup dua hal, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Tujuan kuantitatif adalah menurunkan dan mengendalikan pertumbuhan penduduk. Sedangkan tujuan kualitatif adalah untuk  menciptakan atau mewujudkan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Slogan dan program unggulan K B ini adalah “2 anak cukup” kemudian mengalami perubahan menjadi “2 anak lebih baik”. Jumlah dua anak diharapkan akan menekan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di Indonesia dan menghasilkan generasi unggul yang siap bersaing dengan dunia.

Penduduk Indonesia didominasi oleh usia muda. Berdasarkan kelompok usia,  penduduk Indonesia masih tergolong penduduk muda. Ini terlihat dari persentase  penduduk pada kelompok usia muda (0-14 tahun) sebesar 28,9%, menurun dibandingkan kondisi sepuluh tahun sebelumnya sebesar 0,4%. Sementara persentase

(28)
(29)

kelompok usia tua (di atas 65 tahun) sebesar 5% meningkat dari kondisi 2000 sebesar  4,5% (Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, 2011)

Masalah-masalah yang dapat timbul akibat keadaan demikian adalah : 1) Aspek ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.

Banyaknya beban tanggungan yang harus dipenuhi biaya hidupnya oleh sejumlah manusia produktif yang lebih sedikit akan mengurangi pemenuhan kebutuhan ekonomi dan hayat hidup.

2) Aspek pemenuhan gizi.

Kemampuan ekonomi yang kurang dapat pula berakibat pada pemenuhan makanan yang dibutuhkan baik jumlah makanan (kuantitatif) sehingga dampak  lebih lanjut adalah adanya rawan atau kurang gizi (malnutrition). Pada gilirannya nanti bila kekurangan gizi terutama pada usia muda (0 -5 tahun). Akan mengganggu perkembangan otak bahkan dapat terbelakang mental (mental  retardation). Ini berarti mengurangi mutu SDM masa yang akan datang.

3) Aspek Pendidikan

Pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga diperlukan dukungan kemampuan ekonomi semua termasuk orang tua. Apabila kemampuan ekonomi kurang mendukung maka fasilitas pendidikan juga sukar untuk dipenuhi yang mengakibatkan pada kualitas pendidikan tersebut kurang

4) Lapangan Kerja

Penumpukan jumlah penduduk usia muda atau produktif memerlukan persiapan lapangan kerja masa mendatang yang lebih luas. Hal ini merupakan bom waktu  pencari kerja atau penyedia kerja. Apabila tidak dipersiapkan SDMnya dan

lapangan kerja akan berdampak lebih buruk pada semua aspek kehidupan.

Alternatif Pemecahan yang diperlukan : a) Pengendalian angka kelahiran melalui KB.  b) Peningkatan masa pendidikan.

(30)
(31)

Tren peningkatan persentase juga terlihat pada kelompok usia produktif (15-64 tahun) sebesar 65% (2000) menjadi 66,1% (2010). Dengan melihat komposisi penduduk  Indonesia yang didominasi oleh kelompok usia muda, maka terlihat bahwa piramida  penduduk Indonesia tahun 2010 termasuk tipe expansive, yakni bagian tengah pramida

cembung dan bagian atas cenderung meruncing.

Indonesia diperkirakan mendapat bonus demografi pada 2020-2030. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk di atas, United Nations dalam laporan World  opulation Prospect memprediksi bahwa Indonesia akan mendapat bons demografi pada  periode 2020-2030 yang menguntungkan dari sisi pembangunan (Departemen Statistik 

Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, 2011).

Kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belm banyak sering disebut dengan fenomena bonus demografi (the window opportunity). Bonus demografi membawa dampak sosial –  ekonomi, melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi  pembangunan. Jumlah tenaga kerja produktif yang tinggi akan menjadi dasar untuk 

meningkatkan produktivitas sekaligus memperbesar peluang tercapainya pasar di dalam negeri.

Akan tetapi, bonus demografi ini harus dipersiapkan denan baik dan dikelola dengan baik sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Usia  produktif yang tidak disertai dengan kemampuan cukup untuk besaing di dunia kerja hanya akan meningkatkan jumlah pengangguran dan jumlah pekerja kasar di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus mempersiapkan dan menggunakan peluang bonus demografi ini sebaik-baikya. Bonus demografi juga mempunyai beberapa tantangan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai pengendalian angka kelahiran melalui program keleurga berencana

 b. Kualitas dan daya saing sumber daya manusia Indonesia untuk bersaing di dunia kerja dan pasar internasional

c. Tingginya biaya pendidikan mendorong brlum meratanya pendidikan yang dapat dinikmati oleh penduduk Indonesia

(32)
(33)

KESIMPULAN

Berdasarkan dapat disimpulkan bahwa jumlah populasi dunia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Begitupun dengan Republik Rakyat China dan Indonesia yang selalu mengalami peningkatan jumlah penduduk. Oleh karena itu, setiap negara dengan permasalahan yang sama memerlukan suatu usaha pengendalian untuk  menekan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Salah satu contoh adalah kebijakan satu anak China dan program Keluarga Berencana yang diluncurkan oleh pemerintah Indonesia serta program transmigrasi.

Setiap kebijkan yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat menghasilkan dampak,  baik jangka panjang maupun jangka pendek. Akan tetapi, setiap kebijakan harus  berusaha mengambil kebijakan yang mendatangkan banyak keuntungan dan tetap memperhatikan harkat dan martabat manusia sehingga tidak terjadi banyak pelanggaran di kemudian hari.

(34)
(35)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia. 2011.  Informasi  Kependudukan Indonesia. [serial online] www.bi.go.id/ [9 Februari 2013]

Wikipedia.com

Widyaiswara BKKBN. 2012. China Tercepat Menekan Laju Pertumbuhan Penduduk . [serial online] http://sgmendung.wordpress.com [9 Februari 2013]

Johannes. 2012. Urbanisasi Tinggi, Penduduk Perkotaan China Capai 51,27 %. [serial online] http://jaringnews.com [9 Februari 2013]

Anonim. 2011. 31 Tahun Program 1 Anak Pkt, 400 Juta Janin Terbunuh . [serial online] http://www.epochtimes.co.id [9 Februari 2013]

Hayati, Suci Dian. 2013.  Dilema Kebijakan Satu Anak China. [serial online] http://www.jurnas.com [9 Februari]

(36)

Referensi

Dokumen terkait

Jadi sejak ditandatanganinya kontrak perwaliamanatan antara emiten (penerbitan obligasi) dan wali amanat, tersebut telah sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang

Dengan demikian studi ini secara jelas menghasilkan sebuah prekursor kondisi yaitu suatu kondisi tertentu (kondisi dimana keberadaan Bz IMF lemah yang cenderung

Rektor Universitas Muhammadiyah Jember menetapkan sasaran mutu untuk memenuhi persyaratan layanan tri dharma perguruan tinggi yang mengacu pada kepuasan pemangku

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia, seperti halnya yang disampaikan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan posisi Republik Rakyat China yang akan di ukur dengan kapabilitas ekonomi, militer Republik Rakyat China dan

Dalam dalam kesempatan ini, insya Allah saya akan menjelaskan seputar hadits maudhu', agar kita faham pembahasan yang berkaitan dengan hadits maudhu',

Apabila dihubungkan dengan nilai pengujian sampel air di Pantai Losari hampir seluruh titik menunjukkan nilai yang melebihi ambang batas yang ditentukan, maka

Warga negara China pemegang paspor diplomatik atau dinas yang berlaku yang ditugaskan sebagai anggota misi diplomatik atau konsuler Republik Rakyat China di Republik