• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK MASYARAKAT TAPAN DENGAN PT.CCI (CITALARAS CIPTA INDONESIA), DI KECAMATAN BASA AMPEK BALAI TAPAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONFLIK MASYARAKAT TAPAN DENGAN PT.CCI (CITALARAS CIPTA INDONESIA), DI KECAMATAN BASA AMPEK BALAI TAPAN KABUPATEN PESISIR SELATAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KONFLIK MASYARAKAT TAPAN DENGAN PT.CCI (CITALARAS CIPTA

INDONESIA), DI KECAMATAN BASA AMPEK BALAI TAPAN KABUPATEN

PESISIR SELATAN

Mimi Rinda Safitri

1

Firdaus M. Si

2

Dian Kurnia Anggreta M. Si

3

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Conflict between the local palm pil company of Tapan and PT. CCI was happened in Rawa Bubur. The conflivt is happened because Tapan’s villagers felt distempered with what PT. CCI have done. The aggrement have been made and was signed by the two of them, but why the conflict is still happened. So that, researcher want to do a research about the conflict between Tapan;s villagers and PT. CCI . The problem studied in this research are the factors caused the conflict, how as the conflict and the inpact happened because of the conflict Tapan’s villagers and PT. CCI. The aim of this research are to describe the cause of the conflict, how the conflict can happened is, and the impact happened because of the conflict between Tapan’s villagers and PT. CCI. This research uses the conflict theory by Karl Marx, explained that the conflict between two the classes namely bourgeoisie and proletariat whitch the proletariat against the bourgeoisie is intended that the proletariat can be generalized to the bourgeoisie and to get justice. The research methodology is a qualitative derctiptive approach. The results of this research shows that the causes of conflict between Tapan’s villagers is non compliance with treaties ever agreed. While the from of conflicts can be seen by the demos of Tapan’s, demands, and blockade the street. The impacts cause by the conflict is in mental and feeling, like hatred and distrust that view PT.CCI in negative way.

Keywords: Conflict, villagers, incorporated company (PT)

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2009 2Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

3Pembimbing II dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

(2)

PENDAHULUAN

Kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1911, dibawa oleh Adrien Hallet yang berkebangsaan Belgia. Empat pohon sawit pertama dibawa dari Congo, kemudian ditanam di kebun Raya Bogor untuk melihat kecocokannya dengan iklim dan tanah di Indonesia. Hasil perkembangbiakan dari tanaman induk inilah yang kemudian menjadi cikal bakal perkebunan sawit pertama di Sumatera (Yakub, 2011: 3).

Sesungguhnya perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada masa itu relatif lambat, baru pada tahun 1980an terjadi ’booming’ kelapa sawit hingga pada saat sekarang permintaan yang terus meningkat. Perkembangan perkebunan kelapa sawit sangat pesat, namun mencoba mencermati struktur dalam perkebunan kelapa sawit di Indonesia bahwa struktur yang dikembangkan sudah ada sejak masa kolonial dan relatif tidak berubah. Jika dahulu penjajah Belanda yang menguasai perkebunan-perkebunan di Indonesia, namun setelah Indonesia merdeka perusahaan-perusahaan swasta besar yang menguasai perkebunan. Jika dahulu penduduk dipulau Jawa dan Sumatera menjadi buruh paksa di perkebunan-perkebunan, dan sampai pada tahun 2011pun masih jutaan orang menjadi buruh di perkebunan-perkebunan. Sementara keluarga petani sawit hanya menjadi penyedia bahan baku industri dengan harga yang tidak bisa ditentukan (Yakub, 2011: 3).

Pemerintah (berbagai tingkatan) terutama dipulau Sumatera terus mengembangkan perkebunan kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh tingginya nilai ekonomis perkebunan tersebut. Menurut Afrizal karena tingginya nilai ekonomi tersebut pengembangan perkebunan kelapa sawit telah mendatangkan kesejahteraan kepada sekelompok penduduk setempat, mereka memperoleh kebun plasma dan yang lain terdorong untuk mengembangkan perkebunan berskala kecil yang mereka lakukan sendiri. Perkebunan kelapa sawit juga mendatangkan manfaat bagi pemerintah karena perkebunan tersebut memberikan revenue kepada pemerintah (Afrizal, 2007: 1).

Disisi lain, perkembangan perkebunan kelapa sawit berskala besar juga telah berdampak negatif terhadap penduduk setempat. Seperti timbulnya konflik antara perusahaan-perusahaan perkebunan dengan penduduk setempat. Konflik tersebut menimbulkan kerugian baik kepada penduduk setempat (mereka diintimidasi dan ditangkap oleh pihak keamanan) maupun perusahaan. Kebun yang mereka tanam dibakar adapun dipanen dan diakses kekebun yang dihalangi oleh penduduk, dari hasil berbagai penelitian terungkap bahwa penyebab konflik tersebut berkaitan dengan penguasaan lahan oleh perusahaan perkebunan (Afrizal, 2007: 1).

Konflik yang terjadi antara masyarakat dengan perusahaan diantaranya terjadi di Sumatera Barat, konflik masyarakat dengan perusahaan disebabkan karena penguasaan lahan yang dinyatakan sebagai hak ulayat bagi penduduk setempat. Komunitas nagari aktif melawan bisnis dan juga negara. Perlawanan memuncak dan bergulir pada pertengahan tahun 1998, konflik terjadi diberbagai kabupaten. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Afrizal menunjukkan bahwa perlawanan tersebut berlanjut sampai akhir tahun 2008, karena banyak yang belum diselesaikan.

Jumlah konflik agraria khususnya konflik mengenai perkebunan sawit yang terjadi di Sumatera Barat jauh lebih tinggi dari yang tercatat dalam berbagai sumber. Umpamanya, data-base KPA (Konsorsium Pembaharuan Agraria) hanya memuat 12 kasus konflik agraria di areal perkebunan besar di Sumatera Barat sampai tahun 2001, sedangkan di Kabupaten Pasaman Barat terdapat 16 buah perkebunan besar yang berkonflik dengan berbagai kelompok komunitas lokal (Afrizal, 2007: 2). Sedangakan pada tahun 2013 tercatat 13.898 Ha lahan bersengketa lahan sawit di Sumatera Barat dengan melibatkan 3.343 kepala keluarga.

Didaerah Kabupaten Pesisir Selatan juga telah terjadi permasalahan perkebunan sawit, konflik ini terjadi antara masyarakat Desa Tanjung Mulya dengan perkebunan sawit PT Rimba Kencana. Dalam situasi tersebut pesisir selatan telah memberikan hak guna usaha (Kompas). Selain dari itu akibat keberadaan dari perkebunan sawit telah banyak pekerja anak-anak dibawah umur yang dijadikan sebagai buruh diperkebunan sawit (Arfinal, 2012: 2).

Konflik perusahaan sawit dengan masyarakat juga terjadi didaerah Tapan dengan perusahaan PT.CCI dikampung Rawa Bubur. Konflik ini tejadi pada tahun 2007, PT.CCI merupakan perusahaan satu-satunya berdiri diderah Tapan. Perusahaan ini memiliki dua tempat penanaman lahan sawit yaitu di daerah Rawa Bubur dan di Kubu. Seharusnya dengan keberadaan perusahaan ini dapat menunjang perekonomian dan berdampak positif didaerah Tapan, perusahaan ini mengolah lahan sawit didaerah Tapan. Masyarakat melakukan tuntutan terhadap perusahaan kerana merasa dirugikan oleh perusahaan Masyarakat Tapan melakukan perlawanan aksi demo terhadap perusahaan dan memblokir jalan disekitar perkebunan sawit sehingga dapat mengganggu aktivitas perusahaan. Tujuan Penelitian dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan faktor penyebab konflik antara masyarakat Tapan dengan PT. CCI.

2. Mendeskripsikan bentuk konflik yang terjadi antaramasyarakat Tapan dengan PT. CCI.

3. Mendeskripsikan dampak konflik yang telah terjadi antara masyarakat Tapan dengan PT. CCI.

Penelitian yang relevan dengan penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh Mila Silvia

(3)

(2010) yaitu mengeanai Resolusi Konflik Antara Karyawan dengan Perusahaan Bunda Medical Center (BMC). Hasil penelitian diperoleh bahwa proses resolusi konflik ini dilakukan dengan musyawarah antara karyawan dengan pihak RSU BMC dan melibatkan pihak ketiga sebagai mediator yaitu Dinas sosial dan tenaga kerja kota Padang. Dalam proses resolusi konflik didapatkan beberapa kesepakatan yaitu pihak manajemen RSU BMC tetap tidak bisa memberikan pesangon terhadap karyawan yang dirumahkan, kemudian setelah itu karyawan akan dipekerjakan kembali setelah RSU BMC selesai diperbaiki.

Berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini ada keterkaitan permasalahan yang penulis lakukan yakni konflik masyarakat Tapan dengan PT.CCI (Citalaras Cipta Indonesia).

JENIS DATA DAN METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu mengumpulkan data berdasarkan kata-kata dan perbuatan manusia atau kelompok manusia, itulah sifat data yang dikumpulkan, cara analisanya mencari atau membangun pola, dilakukan mulai saat pengumpulan data saat penulisan laporan penelitian (Afrizal, 2008: 17). Jenis data yang digunakan yaitu berdasarkan sumbernya, data peneltian ini dapat dikelompokkan dalam dua jenis data yaitu data primer data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya seperti melakukan observasi, wawancara. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada seperti buku, laporan, dokumentasi dan lain-lain. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan tiga cara yaitu:

1. Obsevasi

Obsevasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat langsung pengalaman yang disaksikan selama penelitian (Iskandar, 2009: 214).

2. Wawancara

Merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan antara dua orang,melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari orang lain, dengan menggunakan pertanyaan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu (Yusuf, 2005: 278).

3. Dokumen

Dokumen yang dimaksud adalah dokumen pribadi, dokumen resmi, referensi-referensi, foto-foto, rekaman kaset. Data ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk penguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan jawaban dari fokus permasalahan penelitian (Iskandar, 2009: 219). Penelitian ini dilakukan pada kecamatan Tapan Basa Ampek Balai kampung Rawa Bubur.

HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Penyebab Terjadinya Konflik

A. PT. CCI tidak melaksanakan kesepakatan Adapun bentuk perjanjian yang disepakati antara pihak PT.CCI dengan masyarakat Tapan adalah:

1. Dalam hal penyediaan tenaga kerja, dimana 60% tenaga dibawah manejer, diambil dari putra daerah (masyarakat nagari) sesuai dengan keahlian secara disiplin ilmu yang dimiliki sesuai kebutuhan perusahaan

2. Perubahan manajemen dan alih pelaksanaan oleh investor kepada investor lain, agar diberitahukan kepada pihak penyerah tanah sama-sama ikut bertanggung jawab, terutama pengamanan dan operasional dilapangan.

3. Dalam hal pelepasan hak atas tanah dan ulayat kepada PT.CCI, pihak penyerah tanah sepakat tetap memakai istilah “adat diisi limbago dituang ” Adapun besarnya sebanyak Rp. 150.000,-ha, dengan demikian jumlah nilai “adat diisi limbago dituang” sebanyak 2000 ha × Rp 150.000 = Rp 300.000.000 ( tiga ratus juta rupiah).

4. Berdasarkan surat departemen kehutanan dan perkebunan propinsi Sumatera Barat no: 2798/Kwl 5/1999 tanggal 28 Desember 1999 perihal rekomendasi lahan perkebunan PT. Citalaras Cipta Indonesia seluas ± 3.100 ha di Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat. Bahwa tanah yang dimohon oleh PT. CCI seluas 2000 ha, ternyata seluas 1400 ha masuk areal hutan lindung dan 600 ha merupakan areal penggunaan lain (APL). Sehingga kekurangan lahan seluas 1.400 ha dialihkan lokasinya ketempat lain berdasarkan survei lapangan ninik mamak, KAN Tapan Pemkab Pesisir Selatan, BPN dan pihak PT.CCI.

5. Pekerjaan inti plasma dilakukan secara serentak, serta secara bersama-sama menyelesaikan masalah plasma, dan investor bertanggung jawab atas pekerjaan plasma.

6. Pada saat pengukuran dilapangan, Pemda Pesisir Selatan bersama investor tidak dapat semuanya menunjuk dan menentapkan lokasi inti, akan tetapi harus bersama-sama ninik mamak, Kerapatan Adat Nagari Tapan, Tujuan sejauh mungkin menghindari terjadinya korban pergusuran lahan yang telah diolah masyarakat. 7. Menyangkut dengan rencana pendapatan nagari

dari sektor perkebunan yang diinvestasikan PT. CCI sepakat untuk mengalokasikannya, dan besarnya dirumuskan bersama-sama dibelakang hari antara PT. CCI dengan pihak penyerah tanah.

8. Apa bila dalam jangka waktu 1 tahun semenjak tanggal surat pernyataan kesepakatan ini dibuat dan ditandatangani ternyata tanah tersebut belum juga diolah atau digarap untuk perkebunan

(4)

kelepa sawit, maka status tanah tersebut dengan sendirinya kembali menjadi tanah ulayat. 1. Penyediaan tenaga kerja tidak di ambil dari

putra putri masyarakat Tapan 60%

Sebelum perusahaan mendirikan perusahaan di Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan, antara masyarakat dengan perusahaan telah membuat suatu perjanjian. Perjanjian tersebut bertujuan dapat membantu antara masing-masing pihak. Setelah satu tahun kemudian pada awal tahun 2007, perusahaan kelihatannya tidak menjalan peraturan tersebut, terutama pada tenaga kerja, karena masih banyak tenaga kerja yang di ambil dari luar. Kesepakatan yang telah dibuat antara masayarakat Tapan dengan PT.CCI telah dilanggar. Sehingga bagi masayarakat Tapan merasa harus melakukan tuntutan terhadap perusahaan agar bisa mendapat hak yang seharusnya mereka miliki.

2. Pengalihan manajemen atau investor tidak diberitahukan pada masayarakat Tapan

Perubahan manajemen yang seharusnya diberitahukan kepada masyarakat ataupun perwakilan dari masyarakat. Tapi pada kenyataannya masyarakat sekali lagi dibohongi oleh perusahaan karena perusahaan tidak memberitahukan saat pengalihan manajemen. Perusahaan yang sekarang dikatakan oleh masyarakat Tapan yaitu PT.CCI sebenarnya sudah dialihkan ke pihak lain dan bukan atas nama CCI melainkan milik Bakri.

Berdasarkan alasan beberapa perjanjian tersebut maka masyarakat merasa kurang senang dan sakit hati terhadap perusahaan. Pada awalnya pihak masyarakat sudah mengajak pihak perusahaan untuk melakukan perundingan agar hal-hal yang dapat merugikan salah satu pihak tidak terjadi, tapi etikat baik masyarakat tidak didengarkan oleh perusahaan. Sehingga terjadilah konflik antara masyarakat Tapan dengan perusahaan PT.CCI.

3. Perdebatan Batas wilayah antara Masyarakat Tapan dengan PT.CCI

Penyerahan wilayah dilakukan oleh masyarakat Tapan kepada PT.CCI pada tanggal 29 november tahun 1993. Saat penyerahan dilakukan hanya didatangi oleh pihak-pihak tertentu (tokoh masyarakat Tapan) tanpa diberitahukan kepada masyarakat Tapan, sehingga proses penyerahan tanah Ulayat pada saat itu bersifat tertutup.

Penyerahan tanah ulayat berjumlah 2500 ha, penyerahan tanah tersebut bukan saja tanah daerah Tapan tetapi juga penyerahan tanah Inderapura, jumlah penyerahan Tanah Inderapura sebanyak 1.888 sedangkan daerah Tapan sebanyak 162 ha itupun hanya diplot melalui peta saja, tanpa adanya pengukuran langsung dilapangan. Penyerahan tanah ulayat tersebut dibandingkan dengan tanah nagari Inderapura lebih banyak Nagari Inderapura. Tapi dilihat pada kenyataannya tanah ulayat Tapan yang sangat banyak dipakai oleh PT. CCI.

Akibat penyerahan tanah tersebut secara tidak jelas maka dalam waktu yang panjang menjadi

pemicu konflik oleh masyarakat Tapan terhadap PT.CCI

Pihak yang berkonflik ini juga pernah mencari jalan penyelesaiannya. Dimana tempat musyawarah yang dilakukan pada saat itu bertempatan di Muaro Sako pada awal 2012. Hasil perjanjian memutuskan bahwa seandainya tanah tersebut milik masyarakat Tapan maka tanah tersebut akan diuruskan oleh pihak PT.CCI. Namun pada kenyataannya kesepakatan tersebut tidak dijalankan oleh pihak PT.CCI, kesepakatan tersebut lama kelamaan tidak ada artinya. Tindakan keduapun dilakukan oleh masyarakat Tapan dengan melakukan persidangan di Painan.

Tanah ulayat yang telah diserahkan oleh penghulu suku dengan perusahaan itu dilakukan diatas meja dengan peta buta yang telah dibuat oleh penghulu suku masyarakat Tapan. Dengan kecerobohan penghulu suku pada saat penyerahan tersebut maka efeknya dilapangan banyak tanah masyarakat Tapan yang terkena, sehingga kedudukan tanah tersebut tidak terlihat milik siapa dan batasnya dimana. Ini dikarenakan pada saat penyerahan tanah yang kurang teliti, tidak jelas dilaksanakan.

B. Bentuk Konflik yang Terjadi Antara

Masyarakat Tapan dengan PT. CCI

Apa bila dilihat dilapangan bentuk konflik yang terjadi antara masyarakat Tapan dengan PT. CCI yaitu:

1. Tuntutan

Melakukan tuntutan adalah tujuan utama bagi masyarakat Tapan, karena dengan masyarakat menuntut maka kendala yang mereka alami terhadap perusahaan akan dapat terselesaikan. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Tapan terhadap PT.CCI mereka menuntut agar pihak perusahaan menepati janji yang disepakati oleh perusahaan dengan masyarakat.

2. Melakukan aksi demo

Melakukan aksi demo merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk menyampaikan suatu maksud tertentu kepada pihak lain agar tercapainya suatu tujuan. Tindakan tersebut juga dilakukan oleh masyarakat Tapan kepada pihak perusahaan yaitu PT.CCI. Mereka melakukan demo didepan perusahaan bertujuan agar aspirasinya dapat didengar dan ditanggapi oleh perusahaan. Aksi demo ini terjadi pada akhir 2007 awal mulanya konflik terjadi. Dalam melakukan demo ini masyarakat melakukan beberapa tuntutan yaitu mengenai masalah ketenaga kerjaaan dari putra putri daerah tapan, batas wilayah. 3. Blokade jalan (Akses ke PT.CCI)

Melakukan blokade jalan yaitu masyarakat menutup jalan akses masuk kedalam perusahaan sehingga perusaahaan sempat berhenti sementara untuk melakukan kegiatan karena jalan untuk masuk perusahaan telah ditutup oleh masyarakat Tapan. Kejadian blokade jalan tersebut berlangsung dalam satu hari pas disaat melakukan aksi demo yang dilakukan oleh masyarakat.

(5)

Tujuan masyarakat melakukan blokade jalan tersebut agar perusahaan melihat bagaimana tindakan masyarakat. Kerana dengan menunjukkan tindakan terebut maka akan terlihat kekuatan masyarakat untuk bersatu dan kuat untuk menyerang perusahaan sangat tinggi sehingga perusahaan akan merasa takut dengan kedatangan masyarakat dengan memblokade jalan akses perusahaan.

Setelah blockade jalan dilakukan dan aspirasi masyarakat sudah disampaikan oleh masyarakat maka pihak perusahaan dan salah satu dari masyarakat melakukan perundingan dalam perusahaan tersebut sebagai mana tuntutan masyarakat disampaikan pada pimpinan melalui perundingan. Maka akses jalan mulai dibuka sehingga perusahaan mulai beroperasi lagi. Sambil mencari jalan keluarnya apa-apa saja yang dituntut oleh masyarakat. Setelah perusahaan telah memenuhi tuntutan tersebut maka konflikpun untuk sementara reda.

C. Dampak Konflik yang Terjadi Antara

Masyarakat Tapan denga PT. CCI

Kehidupan masyarakat sering terjadi pertentangan, karena masyarakat adalah makhluk sosial yang selalu berintraksi dengan lingkungannya. Setiap konflik yang terjadi dalam masyarakat akan membawa dampak, baik dampak secara langsung maupun dampak secara tidak langsung maupun dampak positif dan negatifnya.

konflik yang terjadi antara masayarakat Tapan dengan PT.CCI bila dilihat dampak yang dirasakan ditengah masyarakat tidak begitu jelas dan dikatakan dampak tidak langsung. Maka dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa dampak akibat konflik yang terjadi antara masyarakat Tapan dengan PT.CCI yaitu:

1. Dampak tidak langsung

Dampak tidak langsung merupakan dampak yang tidak dapat kita lihat ditengah masyarakat tapi hanya dapat kita ketahui melaui dari sikap dan tindakan dari seseorang dan dampak tidak langsung ini tidak bisa kita ukur melaui materi serta berapa banyak korban. Dampak tidak langsung akibat dari konflik yang terjadi antara masyarakat dengan PT.CCI adalah masyarakat masih menyimpan rasa benci dan marahnya ketika bila ditanyakan mengenai konflik tersebut. Dan masyarakat menganggap PT.CCI hanya memainkan uang yang mereka miliki dengan seenaknya membeli tanah masyarakat Tapan

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab terdahulu tentang konflik, maka dapat disimpulkan bahwa konflik tersebut disebabkan oleh PT.CCI tidak melaksanakan kesepakatan seperti penyediaan tenaga kerja tidak diambil dari putra-putri masyarakat Tapan 60%, pengalihan manajemen atau investor tidak diberitahukan pada masyarakat Tapan. Terjadinaya

perdebatan batas wilayah antara masyarakat Tapan dengan PT.CCI.

Bentuk konflik yang terjadi antara masyarakat Tapan dengan PT. CCI yaitu masyarakat melakukan tuntutan, aksi demo dan blockade jalan (akses ke PT.CCI) tindakan ini dilakukan oleh masyarakat bertujuan untuk bisa menuntut dan menyampaikan suatu maksud tertentu kepada pihak perusahaan. Sehingga tindakan tersebut dilakukan oleh masyarakat Tapan itu sendiri.

Dampak yang dirasakan ditengah masyarakat Tapan tidak begitu jelas karena pada konflik ini tidak adanya kerusakan seperti harta benda, luka-luka, adanya korban dari konflik tersebut . Melainkan masyarakat menyimpan rasa benci dan marah ketika ditanyakan mengenai konflik yang terjadi, sehingga memandang negatif terhadap keberadan PT. CCI.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, Edi. 2007. Konflik Perkebunan Dan Mekanisme Penguasaan Tanah Ulayat Oleh Investor Perkebunan Kelapa Sawit Berskala Besar: Kasus Provinsi Sumatra Barat Dan Riau. Diakses 26 Mei 2013. Afrizal. 2008. Pengantar Penelitian Kualitatif.

Padang: Laboratorium Sosiologi Fisik UNAND.

Arfinal, Jesefino. 2012. Perkebunan Di Sumatera Barat Peta Masalah, Pekerja Anak, Upah

Dan Bahasa Profesi. Diakses 12 Juni 2013. Henslin, James. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan

Membumi. Jakarta: Erlangga Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan

dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Selvia, Mila. 2010. Resolusi Konflik Antara Karyawan Dengan Perusahaan Bunda Medical Central. Universitas Andalas: Sosiologi.

Yusuf, A Muri. 2005. Metodologi Penelitian Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Padang: UNP Press.

Yakub, Ahmad. 2011. 100 Tahun Industri Dan Perkebunan Sawit Di Indonesia“Saatnya Memajukan Kepentingan Nasional dan Kemakmuran Rakyat Tani” Diakses 06 Juni 2013.

(6)

KONFLIK MASYARAKAT TAPAN DENGAN PT.CCI (CITALARAS CIPTA

INDONESIA), DI KECAMATAN BASA AMPEK BALAI TAPAN KABUPATEN

PESISIR SELATAN

Mimi Rinda Safitri

4

Firdaus M. Si

5

Dian Kurnia Anggreta M. Si

6

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Konflik perusahaan sawit masyarakat Tapan dengan perusahaan PT. CCI terjadi dikampung Rawa Bubur. Gerakan protes yang dilakukan oleh masyarakat Tapan karena masyarakat merasa kesal terhadap apa yang telah dilakukan oleh pihak PT CCI terhadap masyarakat Tapan. Padahal perjanjian sudah dibuat dan disetujui oleh kedua belah pihak. Tapi mengapa juga dapat terjadi konflik. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini mengenai Konflik Antara Masyarakat Tapan dengan PT. CCI. Permasalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah faktor penyebab terjadinya konflik, serta bagaimana bentuk konflik yang terjadi dan dampak yang terjadi akibat konflik tersebut antara masyarakat Tapan dengan PT.CCI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor penyebab konflik serta bentuk konflik yang terjadi dan dampak dari konflik antara masyarakat Tapan dengan PT.CCI. Penelitian ini menggunakan teori konflik yang dikemukakan oleh Karl Marx, teori Marx menjelaskan bahwa terjadinya pertentangan dua kelas yaitu kelas borjuis dan proletar, yang mana kelas proletar melakukan pertentangan terhadap kaum borjuis ini bertujuan agar kaum proletar bisa disama ratakan dengan borjuis dan untuk mendapatkan keadilan. Metodologi yang digunakan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa faktor penyebab konflik antara masyarakat Tapan yaitu ketidaksesuaian terhadap perjanjian yang pernah disepakati. Sedangkan bentuk konflik yang dilakukan oleh masyarakat Tapan yaitu demo, tuntutan, dan blockade jalan. Dampak yang dirasakan akibat konflik tersebut yaitu mental dan perasaan seperti adanya rasa benci, dan tidak percaya sehingga memandang negatif terhadap keberadan PT. CCI.

Keywords: Konflik, masyarakat, Perseroan Terbatas (PT)

4Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2009 5Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

6Pembimbing II dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

Referensi

Dokumen terkait

Teknik ini dipilih karena digunakan untuk mengkaji pengaruh tingkat pendidikan terhadap perilaku masyarakat dalam pengelolaan lahan rawan longsorlahan pada

Agar siswa dapat berperan aktif pada proses pembelajaran, maka guru harus melakukan inovasi dalam pembelajaran supaya siswa bisa lebih mencintai membaca

Setelah dilakukan pengendalian secara mekanik terjadi penurunan populasi dan secara berangsur-angsur hama penggerek batang padi merah jambu musnah, sehingga

Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional studi kasus, menggunakan variabel independen bekatul dan variabel dependen kadar kolesterol

Oleh karena itu bentuk kegiatan PKM ini adalah penyuluhan sebagai upaya memberikan pengetahuan umum kepada pengelola dan warga di lingkungan RPTRA Meruya

Panel juri independen Danamon Award 2008 terdiri dari para individu terkenal dengan latar belakang yang beragam, yaitu; Ade Suwargo Mulyo, Senior Project Manager

Hal tersebut tentunya dianggap kurang efektif dan efisien dikarenakan keputusan yang diambil bisa saja tidak memiliki hasil yang maksimal dalam penilaiannya, oleh karna

Pada masa ini muncul pemikiran bahwa Common School tidak hanya membekali siswanya dengan pendidikan dasar di bidang 3 R (reading, writing, aritmathic) dan pendidikan moral