• Tidak ada hasil yang ditemukan

TORTOR PARSAORAN PADA UPACARA ADAT PERNIKAHAN PARMALIM PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA MARIAH JAMBI KECAMATAN JAWA MARAJA BAH JAMBI TIMURAN KABUPATEN SIMALUNGUN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TORTOR PARSAORAN PADA UPACARA ADAT PERNIKAHAN PARMALIM PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA MARIAH JAMBI KECAMATAN JAWA MARAJA BAH JAMBI TIMURAN KABUPATEN SIMALUNGUN."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

TORTOR PARSAORAN PADA UPACARA ADAT PERNIKAHAN PARMALIM PADA MASYARAKAT BATAK TOBA

DI DESA MARIAH JAMBI KECAMATAN JAWA MARAJA BAH JAMBI TIMURAN

KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

RIRIS GEETHA MUNTHE

NIM 2103140040

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

RIRIS GEETHA MUNTHE, NIM 2103140040. Tortor Parsaoran Pada Upacara Adat Pernikahan Parmalim Pada Masyarakat Batak Toba di Desa Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Hambi Timuran Kabupaten Simalungun. Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Medan. 2015 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna simbol pada Tortor Parsaoran pada masyarakat Batak Toba, struktur gerak yang terdapat pada Tortor Parsaoran dan bentuk penyajian Tortor Parsaoran pada masyarakat Batak Toba.

Dalam pembahasan penulisan ini, digunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik penulisan, seperti teori makna, teori simbol, teori struktur, pengertian tortor serta pengertian upacara adat.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Untuk melengkapi data-data dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi lapangan, video, wawancara dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah masyrakat Batak Toba yang berada di Kabupaten Simalungun Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Timuran, seniman dan tokoh adat setempat.

Hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul dapat diketahui bahwa Suku Batak Toba pada zaman dahulu menganut kepercayaan Ugamo Malim sebagai sebuah aliran kepercayaan yang ada sejak nenek moyang masyarakat Batak Toba. Orang yang masuk dalam Ugamo Malim disebut Parugamo Malim (pengikut Ugamo Malim) atau biasa disingkat dengan kata Parmalim. Tortor Parsaoran dalam aliran kepercayaan ugamo malim (Parmalim) pada masyarakat Batak Toba bermakna persaudaraan, persekutuan antara sesama masyarakat, ragam gerak tortor ini sedikit dan mengalami pengulangan. Ragam gerak terdiri dari enam gerakan yaitu hohom, mangurdot somba, mangurdot manea, mangurdot mangorai, mangurdot manghorus, embas, yang masing-masing gerak memiliki makna simbol gerak. Struktur Tortor pada upacara adat pernikahan parmalim, yaitu diantaranya 1.Tortor mula-mula dilakukan oleh pihak hasuhuton (pihak penyelenggara pesta), kerabat semarga dan kedua pengantin. 2.Tortor somba dilakukan oleh pengantin penghormatan kepada hula-hula, tulang dan seluruh tamu. 3.Tortor mangaliat dilakukan oleh hula-hula yang memberi berkat kepada boru 4.Tortor hasahatan/sitio-tio dilakukan oleh kelompok orang yang dituakan di dalam desa. 5.Tortor Parsaoran dilakukan oleh seluruh pihak keluarga yang pesta. Tortor Parsaoran dalam pelaksanaan atau penyajiannya pada upacara adat pernikahan parmalim ini ditarikan oleh seluruh keluarga penyelenggarakan pesta. Sedangkan musik pengiring dalam tortor ini berupa gondang Idang-Idang, dimana gondang tersebut memiliki peran dari tortor yang merupakan musik pengiring.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

telah melimpahkan rahmat dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini dengan judul “Tortor Parsaoran Pada Upacara Adat Pernikahan

Parmalim Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Timuran Kabupaten Simalungun”. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 Jurusan

Sendratasik Program Studi Pendidikan Tari, Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan.

Banyak sudah dukungan dan bantuan yang penulis dapatkan dalam

menyelesaikan Skripsi ini. Tanpa bantuan, dukungan, dan kemudahanan yang

yang diperoleh, sulit kiranya penulis menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu, rasa

hormat dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, selaku Rektor Universitas Negeri Medan

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan

3. Uyuni Widiastuti. M.Pd Selaku Ketua Jurusan Sendratasik

4. Nurwani, S.S.T.M.Hum selaku Ketua Program Studi Pendidikan Tari

5. Drs. Inggit Prastiawan M.Sn selaku Pembimbing Skripsi I.

6. Dra. Dilinar Adlin, M.Pd selaku Pembimbing Skripsi II.

(8)

iii

8. Teristimewa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang

tua tercinta Ayahanda Ferry Munthe dan Ibunda Sutriani br. Manullang

terima kasih Bapak dan mamak yang telah banyak memberikan dukungan,

semangat, kesabaran, dan do’anya kepada penulis serta abang Jeffry

Munthe, adik Dian Munthe, serta keluarga yang selalu mendukung penulis.

9. Terima kasih kepada St. Roktur Panjaitan dan Enti Saragih S.Pd dan Putra

Jaya Panjaitan yang banyak memberi banyak bantuan dari awal hingga

akhir skripsi ini, doa dan dukungan dalam menyelesaikan Skripsi.

10. Pulungan Butarbutar, Jenni Manik, Desi Butarbutar, selaku narasumber

yang memberikan banyak informasi dan masukan mengenai Tortor

Parsaoran.

11. Ucapan terima kasih kepada seluruh sahabat “Sortali Dancer”, khususnya

Afrianty, Rosa, Nuri, Novia, Reysita, Launi dan semua teman-teman yang

membantu yang tidak bisa dituliskan satu per satu.

Penulis berharap semoga kebaikan yang telah mereka berikan

mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin

Penulis

Medan, Februari 2015

(9)

iv

B. Identifikasi Masalah... 6

C .Pembatasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah... 8

E. Tujuan Penelitian... ... 8

F. Manfaat Penelitian... 9

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL 10 A. Landasan Teoritis... 10

1. Teori Makna... 11

2. Teori imbol... 12

3. Teori Struktur... 13

4. Teori Bentuk... 14

5. Pengertian Tortor Parsaoran... 15

6. Pengertian Upacara... 16

7. Upacara Adat Pernikahan... 17

8. Pengertian Sistem kekerabatan... 18

B. Kerangka Konseptual... ... 19

BAB III METODELOGI PENELITIAN... 21

A.Metodologi Penelitian ... 21

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

1. Lokasi Penelitian ... 22

(10)

v

C.Populasi dan Sampel ... 23

1. Populasi ... 23

2. Sampel ... 23

D.Tehnik Pengumpulan Data ... 24

1. Kepustakaan... 24

2. Wawancara ... 26

3. Observasi... 27

4. Dokumentasi ... 27

E. Tehnik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A.Gambaran Umum ... 29

1. Masyarakat Batak Toba di Desa Mariah Jambi... 29

2. Sistem Kepercayaan Parmalim... 31

3. Sistem Kekerabatan pada masyarakat Batak Toba... 33

4. Upacara adat pernikahan parmalim pada masyarakat Batak Toba... 35

5. Upacara Mamasumasu... 37

a. Dasar Hukum Mamasumasu... 37

B.Struktur tortor dalam upacara adat pernikahan parmalim masyarakat Batak Toba... 39

1. Tortor Mula-mula... 39

2. Tortor Somba... 40

3. Tortor Mangaliat... 41

4. Tortor Hasahatan...……...……... 41

5. Tortor Parsaoran...………. ...…... 42

C. Makna Simbol Tortor Parsaoran...….. 42

D. Bentuk Penyajian Tortor Parsaoran ………..……... 45

1. Deskripsi gerak tortor parsaoran... 45

2. Musik Pengiring Tortor Parsaoran... 54

3. Busana dan Tata Rias dalam Tortor Parsaoran... 59

4. Tempat pelaksanaan Tortor Parsaoran... 61

(11)

vi

A.Kesimpulan………. ………...……..….. 62

B. Saran……….…...…………..… .… 63

DAFTAR PUSTAKA... 66

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Makna ragam gerak tortor Parsaoran... 43

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Peta Kabupaten Simalungun... 30

Gambar 4.2. Tortor mula-mula... 40

Gambar 4.3. Tortor somba... 40

Gambar 4.4. Tortor mangaliat... 41

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan yang beraneka

ragam. Kekayaan akan budaya ini tumbuh karena banyaknya suku atau etnis yang

ada di bumi nusantara. Keanekaragaman budaya ini membuat semaraknya

kekayaan bangsa indonesia. Bahkan dari budaya bangsa yang ada di Indonesia

beberapa masih dipertahankan keberadaannya sampai saat ini, walaupun zaman

teknoligi maju yang telah nyata di era globalisasi sekarang ini telah merubah

sebagian nilai-nilai budaya di berbagai pelosok nusantara.

Keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia yang senantiasa

dijaga dan dilestarikan secara turun temurun itu merupakan gambaran kekayaan

bangsa Indonesia menjadi modal dan landasan pembangunan dan pengembangan

kebudayaan nasional.Pengembangan kebudayaan nasional berarti memelihara,

melestarikan, menghadapkan, memperkaya, menyebarluaskan, memanfaatkan,

dan meningkatkan mutu serta daya guna kebudayaan.

Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau besar yang terdapat di

Indonesia yang memiliki khas tersendiri dalam masyarakatnya, hal ini disebabkan

karena banyaknya suku yang berbeda di pulau ini. Salah satu provinsi di Sumatera

yaitu provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari beberapa suku diantaranya yaitu

Batak Simalungun, Batak Karo, Pak-pak Dairi, Batak Mandailing, Pesisir Sibolga,

Melayu, Nias serta Batak Toba. Masing-masing suku memiliki bermacam

kebudayaan dan tradisi yang berbeda pula baik di bidang musik, tari, adat istiadat,

(15)

2

masing-masing mengungkapkan ciri khas mereka, salah satunya adalah Suku

Batak Toba, yang mempunyai adat dalam setiap upacara salah satunya upacara

pernikahan.

Suku Batak Toba pada zaman dahulu menganut kepercayaan Ugamo

Malim sebagai sebuah aliran kepercayaan yang ada sejak nenek moyang

masyarakat Batak Toba sejak dahulu. Sedangkan menurut istilah Ugamo Malim,

ugamo atau agama adalah jalan perjumpaan antara manusia dengan Debata

melalui sesaji yang bersih lagi suci (dibagas pardomuan ni hajolmaon tu Debata

marhite pelean na ias). Orang yang masuk dalam Ugamo Malim disebut

Parugamo Malim (pengikut Ugamo Malim) atau biasa disingkat dengan kata

Parmalim.Secara harfiah par- adalah awalan kata yang berarti “penganut atau orang

yang menganut ajaran” sedangkan malim dalam bahasa Batak adalah suci atau bersih

rohani tidak bernoda dan bermoral tinggi, maka Parmalim adalah pengikut ajaran

malim yang suci dan bermoral tinggi. Parmalim berarti orang yang menuruti ajaran

malim atau berkehidupan malim yang diwujudkan dengan pengumpulan

ramuan-ramuan benda-benda pelean (sesaji) berdasarkan pada ajaran Debata Mulajadi

Nabolon.

Dalam sistem kekerabatan pada suku Batak Toba terdapat ikatan yang

disebut Dalihan Natolu yang mengandung arti “ tungku yang tiga”. Dalihan na

tolusangat unik dan spesifik untuk dibahas. Begitu juga dengan bentuk upacara

religi maupun upacara adat yang selalu mewarnai bentuk kesenian atau sosial

kemasyarakatan dari suku Batak Toba tersebut. Dalihan na tolu terdiri dari

Hula-hula (pihak pemberi istri), Boru (pihak keluarga istri), Dongan Sabutuha (kerabat

(16)

3

Masyarakat Batak Toba adalah merupakan salah satu suku yang terdapat

di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak merupakan sebuah suku yang memiliki

bahasa kebanggaannya yaitu bahasa Batak Toba. Bahasa ini mempunyai kosakata

yang tersendiri dan tidak memiliki kosakata yang sama dengan bahasa suku yang

lain. Selain itu, dalam bidang bahasa tulis dan surat menyurat, suku Batak juga

memiliki sebuah aksara tersendiri yang digunakan dalam berkomunikasi secara

tertulis. Aksara yang dimaksudkan itu ialah aksara Batak yang lazim juga disebut

surat Batak. Kedua ciri kebudayaan Batak ini boleh dikatakan merupakan budaya

yang tertua dalam sejarah Batak. Sejak dahulu para orangtua warga Parmalim,

tidak lupa mewariskan pusaka nenek moyang itu secara turun-temurun walaupun

dengan cara pengajaran informal di rumah. Mengetahui aksara Batak dengan

sempurna adalah merupakan apresiasi secara tidak langsung kepada karya nenek

moyang dahulu. Alasan ini ialah karena peraturan yang termuat dalam pustaha

habonoron (kumpulan peraturan) itu adalah menggunakan bahasa Batak dan

beraksara Batak pula.

Dari segi kesenian, suku Batak juga memiliki kesenian yang spesifik baik

seni suara, seni ukir, seni musik (tradisional), maupun seni tari. Dalam bidang seni

ukir masyarakat Batak memang tidak begitu menonjol dibandingkan dengan suku

yang lainnya. Tetapi walaupun begitu ada juga ukiran khas Batak dengan

bermacam-macam ukiran, misalnya: tongkat tunggal panaluan dan gorga.

Sementara dalam bidang tenun, masyarakat Batak memiliki tradisi bertenun

khusus untuk membuat ulos. Jenis ulos ini beragam-ragam baik dari segi motif

(17)

4

dengan Tortor. Pada masyarakat Batak Toba Tortor mempunyai fungsi sebagai

pelengkap kegiatan-kegiatan adat. Adapun peristiwa-peristiwa adat yang ada pada

masyarakat Batak Toba dengan menyertakan Tortor antara lain, upacara adat

kematian, upacara mengangkat tulang belulang, upacara pengobatan, dan upacara

adat pernikahan.

Upacara adat saur matua (kematian), Tortor mempunyai makna sebagai

ungkapan rasa duka cita dan hormat terhadap orangtua yang telah mengantarkan

anak-anaknya menjadi orang-orang yang sukses. Upacara adat mangongkal holi

(mengangkat tulang-belulang orang yang telah lama meninggal dunia), Tortor

mempunyai makna untuk mengenang petuah dan jasa baik leluhur. Upacara ritus

mangobati (pengobatan), Tortor mempunyai makna sebagai media penyembuhan

dengan cara menyembah roh-roh nenek moyang agar diberi kesehatan dan

menolak segala bala.

Pada upacara adat pernikahan terdapat beberapa struktur Tortor

dilaksanakan sesuai dengan sistem kekerabatannya, yaitu diantaranya

1. Tortor mula-mula dilakukan oleh pihak hasuhuton (pihak penyelenggara pesta), kerabat semarga dan kedua pengantin.

2. Tortor somba dilakukan oleh pengantin penghormatan kepada hula-hula, tulang dan seluruh tamu.

3. Tortor mangaliat dilakukan oleh hula-hula yang memberi berkat kepada boru

4. Tortor hasahatan/sitio-tio dilakukan oleh kelompok orang yang dituakan di dalam desa.

(18)

5

Upacara adat mamasumasu (memberkati pernikahan), Tortor Parsaoran

mempunyai makna sebagai penyampai rasa sukacita untuk pengantin yang

biasanya dilaksanakan pada akhir upacara adat.

Tortor Parsaoran ini diadakan dalam upacara pernikahan dalam aliran

kepercayaan Parmalim. Salah satu yang tidak boleh diabaikan oleh penganut

Parmalim ialah mamasumasu. Istilahmamasumasudalam aliran kepercayaan

Parmalim dapat diartikan “pemberkatan pernikahan”. Upacaramamasumasu ini

biasanya dipimpin langsung oleh ihutan atau boleh juga diwakilkan kepada

ulupunguan (ketua cabang) setempat.

Tortor Parsaoran dalam aliran kepercayaan ugamo malim (Parmalim)

pada masyarakat Batak Toba bermakna persaudaraan, persekutuan antara sesama

masyarakat. Sehingga nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat Batak Toba yang

berupa kegembiraan, kesedihan, perjuangan hidup serta pengharapan dapat

diwujudkan melalui gerak tubuh, TortorParsaoran yang diiringi musik gondang

(Sinaga 1994:9). Perpaduan musik ini yang disebut Gondang Sabangunan yang

terdiri dari alat musik sarune bolon (sejenis alat tiup), taganing (terdiri dari lima

kendang), gordang (sebuah kendang besar yang menonjolkan irama ritme), empat

gong, hesek (alat perkusi) juga merupakan musik pengiring Tortor Parsaoran ini.

Ragam gerak dalam Tortor Parsaoran ini meliputi gerak siubeon, somba adat,

memikul beban, menolak bala, serta embas. Tortor ini dibawakan oleh laki-laki

dan perempuan. Ragam gerak dalam Tortor Parsaoran ini tidaklah sulit sehingga

dapat dengan mudah dipelajari para kaum muda mudi. Tortor Parsaoran ini

(19)

6

mengungkapkan rasa syukur kepada Mula Jadi Nabolon dan rasa gembira untuk

kedua pengantin karena upacara adat pernikahannya berjalan dengan lancar.

Makna dari Tortor Parsaoran ini adalah ucapan syukur kepada Mula jadi

Na Bolon atas segala penyertaanNya sehingga upacara adat pernikahan Parmalim

berjalan dengan lancar.Dalam bentuk penyajiannya Tortor ini tidak ditentukan

berapa jumlah penarinya, karena yang menjadi penari dalam Tortor ini adalah

pihak keluarga yang melaksanakan upacara adat pernikahan. Gerak dalam Tortor

Parsaoran memiliki makna dan simbol, namun terkadang banyak orang yang

tidak mengerti dan memahami maksud dari gerak yang ada pada Tortor tersebut,

bahkan penganut aliran kepercayaan parmalim sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik mengangkat tari ini

menjadi topik penelitian dengan judul “Tortor Parsaoran Pada Upacara Adat Pernikahan Parmalim Pada Masyarakat Batak Toba di Desa Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Timuran Kabupaten Simalungun

B. Identifikasi masalah

Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan

menjadi terarah, serta cakupan masalah tidak terlalu luas. Hal ini sejalan dengan

pendapat Hadeli (2006 :23 ) yang menyatakan bahwa : “Identifikasi masalah

adalah suatu situasi yang merupakan akibat interaksi dua atau lebih faktor ( seperti

kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan lain sebagainya ) yang menimbulkan

beberapa pertanyaan-pertanyaan.

Dari uraian di atas maka permasalahan penelitian ini dapat

(20)

7

1. Bagaimana asal usul Tortor Parsaoran pada upacara adat pernikahan

Parmalim pada masyarakat Batak Toba?

2. Bagaimana struktur Tortor pada upacara adat pernikahan Parmalim pada

masyarakat Batak Toba?

3. Bagaimana makna symbol gerak Tortor Parsaoran pada saat upacara adat

pernikahan Parmalim pada masyarakat Batak Toba?

4. Bagaimana bentuk penyajian Tortor Parsaoran pada upacara adat

pernikahan Parmalim pada masyarakat Batak Toba?

5. Bagaimana peranan instrument musik yang digunakan untuk mengiringi

Tortor Parsaoran pada upacara adat pernikahan Parmalim pada

masyarakat Batak Toba?

C. Pembatasan Masalah

Setelah di identifikasi masalah, maka arah penelitian ini harus dibatasi

agar tidak melebar dan meluas kemana-mana. Hal ini dilakukan sebagai upaya

dalam proses menganalisis dan penelitian. Berdasarkan identifikasi masalah di

atas maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana struktur Tortor pada upacara adat pernikahan Parmalim pada

masyarakat Batak Toba?

2. Bagaimana makna simbol gerak Tortor Parsaoran pada upacara adat

pernikahan Parmalim pada masyarakat Batak Toba?

3. Bagaimana bentuk penyajian Tortor Parsaoran pada upacara adat

(21)

8 D. Rumusan Masalah

Seperti yang telah di uraikan dalam latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, maka diperlukannya rumusan masalah dalam sebbuah penelitian agar semakin terarah dalam melaksanakan penelitian. Menurut pendapat M. Hariwijaya dan Triton P.B (2008:46) menyatakan bahwa “rumusan masalah disajikan secara singkat dalam bentuk kalimat tanya yang isinya mencerminkan adanya permasalahan yang perlu dipecahkan atau yang perlu dijawab”. Dari pendapat diatas penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimanakah Tortor Parsaoran Pada Upacara Adat

Pernikahan Parmalim Pada Masyarakat Batak Toba di Desa Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Timuran Kabupaten Simalungun?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam sebuah penelitian harus lebih terarah, menurut M. Hariwijaya dan Triton P.B (2008:50) mengemukakan bahwa “tujuan penelitian

memerlukan penelitian dan mengacu pada permasalahan”. Pendapat lain menurut Hendra Mahayana (2010:54) menyatakan, “tujuan penelitian merupakan sasaran

hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini, sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan”.

Dari beberapa pernyataan yang telah dijelaskan sebelumnya, sudah jelas bahwa seluruh penelitian selalu memiliki tujuan sebagai pusat orientasi. Dengan tujuan yang jelas, maka kegiatan penelitian semakin terarah. Adapun tujuan penelitian tersebut adalah untuk:

(22)

9

2. Mendeskripsikan struktur Tortor pada upacara adat pernikahan Parmalim pada masyarakat Batak Toba.

3. Mendeskripsikan bentuk penyajian Tortor Parsaoran pada upacara adat pernikahan Parmalim pada masyarakat Batak Toba.

F. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian pasti akan memperoleh hasil yang bermanfaat, manfaat

penelitian diharapkan dapat mengisi kebutuhan segala komponen masyarakat baik

dari instansi yang berkaitan dan lembaga-lembaga kesenian maupun praktisi

kesenian, serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat luas. Maka

manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai masukan bagi peneliti dalam menambah pengetahuan wawasan

mengenai Tortor Parsaoran.

2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat Batak Toba tentang Tortor

Parsaoran pada upacara adat pernikahan Parmalim pada masyarakat

Batak Toba.

3. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca yang menekuni atau

mendalami tari

4. Diharapkan dapat membangkitkan keinginan masyarakat untuk

melestarikan budaya Batak Toba

5. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lainnya yang hendak meneliti bentuk

kesenian ini lebih lanjut

(23)

62

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masyarakat Batak Toba memiliki adat istiadat perkawinan sebagai suatu

tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang dari generasi ke generasi, yaitu

upacara yang dilakukan untuk membuat sebuah ikatan sosial dan ikatan

kekeluargaan. Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian, Tortor Parsaoran

merupakan Tortor dalam konteks perkawinan parmalim. Pada pernikahan

Parmalim terdapat bagian penting yang disebut simasumasu yang artinya

memberkati pernikahan.Pada seluruh pelaksanaan upacara adat suku Batak Toba

dalihan na tolu pasti berperan. Tortor bagi orang Batak, bukan hanya berarti

gerakan yang indah semata, tetapi berlandaskan falsafah hidup yang merupakan

bagian dari ritus dan aturan adat yang memiliki makna religius serta digerakkan

secara simbolis.

Adapun kesimpulan yang dapat peneliti paparkan adalah sebagai berikut:

1. Tortor dalam Upacara Perkawinan merupakan tarian Batak

yangmempunyai keistimewaannya sendiri,selain mempunyai keunikan

menyampaikan makna dalam tarian,juga menjadi proses pemberian dan

penerimaan adat dalam sistem kekerabatan, yang menggunakan

simbol-simbol, tarian ini juga mempunyai keunikan di tiap makna simbol yang

sesuai dengan ketentuan adat istiadat batak Toba yang mempunyai arti

(24)

63

2. Pemahaman tentang pesan makna simbol sangat penting untuk dipahami

bukannya hanya sekedar menikmati keindahan estetika dalam tarian in

itetapi sebagai masyarakat Batak Toba khususnya, kita harus tetap

menjaga kelestarian budaya Batak yang turun temurun.

B.Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka peenliti dapat menyimpulkan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Tortor sebagai salah satu kebudayaan Batak toba seharusnya dapat

dipahamimasyarakat Batak Toba, bukan hanya gerakannya saja tetapi juga

makna yang terkandung pada tarian tortor disaatupacara perkawinan.

2. Masyarakat harus lebih peduli terhadap budaya Batak khususnya pada

tarian tortor dalam upacara perkawinan serta melestarikan dan

mempertahankan budaya Batak toba yang kita banggakan karena kita suku

Batak, agar nanti nya generasi selanjutnya dapat mengetahui dan terus

melestarikan budaya tradisional Batak toba yang mana tidak kalah bila

dibandingkan dengan tarian asing yang terus mengikjuti perkembangan

(25)

64

DAFTAR PUSTAKA

Anya, Peterson Royce. 2007. The Antropology of Dance. Terjemahan F.X Widaryanto. Bandung : STSI Press.

Devi, Kurnia. 2013. Makna dan simbol gerak tari resam berume pada masyarakat Gayo kabupaten aceh tengah, Medan : Universitas Negeri Medan

Dian, Saragih. 2013. Makna Simbolis Gerak Tortor Dalahi dan Daboru dalam Konteks Upacara Pernikahan Pada Masyarakat Simalungun di Desa Sipispis, Medan : Universitas Negeri Medan

Dra. RHD Nugrahaningsih, SST, M.Hum. Yusnizar Heniwaty, 2012. TARI: Identitas dan Resistensi. Medan: UNIMED PRESS.

Drs. Margono S. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju.

Ester, Debora. 2012. Gondang Sabangunan pada Tortor Sigale-gale di Desa Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Skripsi. Universitas Negeri Medan : Medan.

Fernandus, 2011. Struktur Tortor dalam upacara pernikahan masyarakat Batak toba di kecamatan siborong-borong, Medan : Universitas Negeri Medan.

Golda, Simarmata. 2013. Husip-Husip Dalam Tortor Hatasopisik Pada Masyarakat Batak Toba Kajian Interaksi Simbolik, Medan : Universitas Negeri Medan

Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang : Quantum Teaching.

Hadi, Sutrisno. 1997. Metodologi Research, Yogyakarta: Andy Offset

Hermin, Kusmayati. 1989. Makna Tari dalam Upacara di Indonesia. pidato Hutasoit, 1979. Komunikasi Batak, Jakarta : Bumi Aksara.

Ibrahim, Gultom. 2010.Agama Malim di Tanah Batak. Jakarta: Bumi Aksara Khabdul,Ibnu. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Rieneka Cipta. Koerantjraningrat, 2004. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta :

(26)

65

Kostan, Sirait. 2009. Pembelajaran Gondang Sabangunan dan Gondang Hasapi di SMK Negeri 11 Medan, Medan : Universitas Negeri Medan.

Mauly, Purba. 2012. Mengenal Tradisi Gondang dan Tortor Batak Toba. Medan : Universitas Sumatera Utara

Mardiana, Alita. 2013. Kajian Makna simbol gerak dasar tortor Batak Toba, Medan: Universitas Negeri Medan

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nurwani. 2007. Pengetahuan Tari, Diktat Jurusan Sendratasik, FBS Universitas Negeri Medan.

Panji, Suroso. 2012. Teori Interaksionisme Simbolik. Tugas Mata Kuliah. Universitas Airlangga.

Prof. Dr. Mr. Soekanto dan Dr. Soerjono Soekanto, S.H, M.A.1981.pokok-pokok hukum adat, Bandung : Penerbit Alumni

Rajamarpodang, DJ. Gultom, 1992. Dalihan Natolu Dan Prinsip Dasar Nilai Budaya Batak, Medan: CV Armada.

Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta: Rineka Cipta.

Richard, Kraus, 2000. History Of The Dance In Art and Aducation. Terjemahan Dwi Wahyudianto. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

Rutoto, Sabar. 2007. Pengantar Metodologi Penelitian, FKIP: Universitas Muria Kudus.

Sadar, Sibarani. 2006, Raja Batak, Jakarta : Partano Bato

Sarma, Sirait. 2008. Tor-tor Dalam Upacara Adat Pada Masyarakat Batak Toba Medan: Universitas negeri Medan.

Sedyawati,Edi. 1981, Tari :Tinjauan Seni Pertunjukan. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Sedyawati,Edi, 2007, Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Afabeta.

(27)

66

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Kependidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Surachmad, Winarno. 1995. Metode Penelitian, Bandung: Tarsito

Surachmad, Winarno. 1990. Penghantar Pendidikan Ilmiah, Bandung: Tarsito Suzanne, Langger. 1988.K. Problem of Art. Terjemahan Widaryanto. Bandung:

ASTIBandung

http:// statiskian. blogspot. com/2012/ 10/ populasi-dan-sampel html#

http:// ISI Denpasar/html#

http://pepenk26.blogspot.com/2012/09/pengantar-pengetahuan-tari.html.

http://id.wikipedia.org/wiki/TortorBatakTobahttp://sinaukomunikasi.wordpress.co

m/2011/08/20/interaksi-simbolik/

(28)

67

DAFTAR NARASUMBER

1. Nama : Pulungan ButarButar

Alamat : Huta Raya Timuran, Kabupaten Simalungun Kel / Desa : Mariah Jambi

Kecamatan : Jawa Marajabah Jambi Jenis Kelamin : Laki-laki

Profesi : Ulupunguan Parmalim ( Kepala cabang Parmalim ) Pekerjaan : Petani

Umur : 56 Tahun

2. Nama : Jenni Manik

Alamat : Huta Raya Timuran, Kabupaten Simalungun Kel / Desa : Mariah Jambi

Kecamatan : Jawa Marajabah Jambi Jenis Kelamin : Perempuan

Profesi : Pengikut Malim Pekerjaan : Pembuat Ulos Umur : 48 Tahun

3. Nama : Desi Andryani

Alamat : Huta Raya Timuran, Kabupaten Simalungun Kel / Desa : Mariah Jambi

Kecamatan : Jawa Marajabah Jambi Jenis Kelamin : Perempuan

Profesi : Panortor Parmalim Pekerjaan : Mahasiswa

(29)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel 4.1. Makna ragam gerak tortor Parsaoran.........................
Gambar 4.1. Peta Kabupaten Simalungun....................................................

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja makna dari Pohon hariara dalam sanggul marata pada upacara adat kematian Saur matua di Batak Toba, untuk

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat berbagai makna simbolik (tanda) pada “Parjambaron” Upacara Adat Kematian “Saur Matua” Batak Toba diantaranya

bagaimana fungsi tortOr dilal<sanakan dalant upacara kematian saur matua pada masyarakat Batak Toba sebelum mA:odapat peogaruh ajanm ke-Kristeoan dan pengarub

Penelitian ini merupakan bahasan tentang Tortor dalam Pesta Horja pada masyarakat Batak Toba4. Bagaimana bentuk penyajian Tortor dalam Pesta Horja, dan bagaimana makna maupun

Ada empat makna simbol yang terdapat pada gerak tortor dihar horbou sihalung yakni: Sombah mengandung makna simbol saling menghargai sesama manusia dan

Simbol yang dimaksud dalam upacara perkawinan adat Batak Toba.. ialah pada saat

Pada tahap pengolahan data memaparkan bagaimana struktur dan konstruksi yang terdapat pada masing-masing rumah adat batak Simalungun dan batak Toba. Pemaparan

Identitas masyarakat Batak Toba yang dibentuk oleh pola komunikasi pada marhata sinamot dapat ditunjukkan dengan penggunaan komunikasi verbal maupun nonverbal (yang merupakan