• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa laki-laki dan perempuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa laki-laki dan perempuan"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERBEDAAN TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Program Studi Psikologi. Disusun Oleh : Lucia Anindita Astasari NIM : 109114066. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. “Entah berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan anak-anak cerdas.” (Dian Sastrowardoyo). “Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun, sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita anggap tidak mungkin untuk dilakukan sekalipun.. Jangan berkata “tidak” sebelum Anda pernah mencobanya !!” (Collen Haskell). “Kesalahan yang paling besar bukanlah kegagalan, tetapi berhenti dan menyerah sebelum merasakan keberhasilan, jadi…. Menyerah ???. Angkat kepalamu Princess, nanti mahkota kamu jatuh….” (Anonim) iv.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Karya ini kupersembahkan untuk :. Tuhan Yesus dan Bunda Maria, Bapak dan Ibu yang tercinta, Kedua kakak dan keluarga besarku Serta semua sahabat dan teman seperjuangan Psikologi 2010. v.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERBEDAAN TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN Lucia Anindita Astasari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa laki-laki dan perempuan. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan berusia 18-24 tahun. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 160 orang yang terdiri 80 mahasiswa laki-laki dan 80 mahasiswa perempuan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa perempuan. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala prokrastinasi akademik dalam bentuk skala Likert. Reliabilitas yang diperoleh berdasarkan teknik Cronbach’s Alpha dalam skala prokrastinasi akademik adalah 0,925. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan teknik pengujian Independent Sample T-Test dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,217 (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa hipotesis dalam penelitian ini ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara prokrastinasi akademik mahasiswa laki-laki (n= 80; M= 94,6375; SD=11,79) dengan mahasiswa perempuan (n=80; M= 93,1125; SD= 12,78). Kata kunci : prokrastinasi, prokrastinasi akademik, jenis kelamin. vii.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. THE DIFFERENCE LEVEL OF ACADEMIC PROCRASTINATION LEVEL IN MALE AND FEMALE UNIVERSITY STUDENT Lucia Anindita Astasari ABSTRACT This research aimed to comprehend a significant difference of academic procrastination level in male and female students university. However, the subject of this research were male and female students aged 18 – 24 years old. The number of the research subject were 160 people consisting of 80 male students and and 80 female students. The hypothesis of this research was male students who had a lower level of academic procrastination rather than female students. The research data were obtained by using academic procrastination scale through Likert scale. The reliability was based on Cronbach’s Alpha technique which its scale procrastination academic was 0,925. The data of this research were analyzed by using Independent Sample T-Test technique and it obtained a number of significance value 0,217 (p>0,05). In this case, it meant that hypothesis in this research was rejected, so that was no significant level difference of academic procrastination in male (n= 80; M= 94,6375; SD=11,79) and female university students (n=80; M= 93,1125; SD= 12,78). Keywords : procrastination, academic procrastination, sex. viii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas penyertaan dan tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Perbedaan Tingkat Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan banyak pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku dekan Fakultas Psikologi. Terimakasih atas kesediaan bapak dalam mendampingi saya khususnya untuk masalah akademik dan membantu dalam administrasi akademik. 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si., selaku dosen pembimbing skripsi dan kepala program studi. Terimakasih atas bantuannya dalam kelancaran proses pembuatan skripsi ini. 3. Bapak TM. Raditya Hernawa, M.Psi., yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan semangat, nasehat, waktu, tenaga, pikiran, dan pelajaran hidup berharga selama penulis berjuang menyelesaikan skripsi. 4. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti M.S., selaku dosen pembimbing akademik. Terimakasih untuk waktu, tenaga, dan pelajaran hidup selama lima tahun ini.. x.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. Bapak, Ibu, dan kedua kakakku yang selalu memberikan doa, nasehat, dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Kalian adalah motivasiku dalam menyelesaikan skripsi ini dan karya luar biasa ini spesial untuk kalian. 6. Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat, doa dan mengingatkanku untuk tekun dalam mengerjakan skripsi agar tetap fokus pada tugas akhir ini. 7. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi, Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi’, Mas Mudji, dan Mas Donny yang senantiasa membantu saya ketika saya memerlukan bantuan. Pelayanan dan bantuan kalian sangat memuaskan, Tuhan memberkati. 8. Sahabat sepaket seperjuangan (Tista Dara, Esti Merry, Pudji Astuti, Aprilia Pinno, Sesilia Daning, Lolla Permatasari, Ghea Theresa, Fiona Damanik, dan Vienna Aniella) yang selalu menemani dan menjadi sahabat senasib seperjuangan. Terimakasih atas setiap kebersamaan dan menjadi pendengar yang baik cerita suka-duka ku selama lima tahun ini. Bersyukur bisa menjadi bagian dari kalian. 9. Teman-temanku (Fiona “Simbah”, Maya Kristine, Ariadne Tutut, Dyah Septiningtyas, Yovi “Koleti”, Gracia Hoyi, Nariswari, Vira Lidwina, Maria Krisna, Monica Dhani, Helena Dyah, Chatarina Puspa, Yovi “Chiripa”, dan Yohana Rida) yang selalu menjadi tempat berbagi cerita dan keceriaan selama masa bimbingan. 10. Teman-teman perpanjangan tangan dalam membagikan skala (Soge Mannuel, Chandarisma Dhanes, Fajar Wija, Gung Is, Sesilia Daning, dan Andreas Yanuar). Jasa kalian luar biasa, beribu terimakasih untuk waktu dan tenaga yang kalian xi.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. berikan sehingga proses pengambilan data dalam penelitian ini dapat berjalan cepat dan lancar. 11. Engger, Ayon Bayu, dan Anita Galuh selaku guru privat statistik dan bahasa Inggris selama mengerjakan skripsi. Terimakasih atas bantuan dan ilmunya. 12. Teman-teman seperjuangan “satu bimbingan” yang selalu memberikan semangat dan saling menguatkan. 13. Teman-teman kelas B Psikologi 2010, yang selalu menjadi tempat yang nyaman untuk ngobrol, bercanda dan berdinamika bersama. Terimakasih untuk semuanya, bahagia dan bersyukur bisa berdinamika dan berada diantara kalian. 14. Teman-teman mahasiswa yang menjadi subjek penelitian dan untuk orang-orang yang mungkin saya lupa atau tidak sempat saya sebutkan satu per satu, terimakasih untuk bantuannya, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga saya dapat terbantu dalam mengerjakan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini, baik dari segi metode maupun pelaporan penelitian. Oleh karena itu, penulis menerima segala masukkan yang membangun demi perbaikan penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak orang dan kiranya Tuhan senantiasa memberkati kita semua. Yogyakarta, Mei 2015 Penulis,. Lucia Anindita Astasari xii.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi ABSTRAK ......................................................................................................... vii ABSTRACT ....................................................................................................... viii LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... ix KATA PENGANTAR ....................................................................................... x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii BAB I:. PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 10. BAB II:. LANDASAN TEORI ........................................................................ 12. xiii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. A. Prokrastinasi Akademik ............................................................. 12 1. Pengertian Prokrastinasi ............................................................. 12 2. Pengertian Prokrastinasi Akademik ............................................ 13 3. Jenis Prokrastinasi Akademik .................................................... 15 4. Area Prokrastinasi Akademik .................................................... 16 5. Faktor-faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik ...................... 17 6. Aspek Prokrastinasi Akademik .................................................. 23 B. Mahasiswa .................................................................................. 25 C. Perbedaan Laki-laki dan Perempuan Dalam Hal Prokrastinasi Akademik ....................................................... 27 D. Perbedaan Tingkat Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan ........................................................... 31 E. Skema Perbedaan Tingkat Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan ......................................... 38 F. Hipotesis …………………………………………………….….39 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 40 A. Jenis Penelitian ........................................................................... 40 B. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................. 40 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................... 40 D. Subjek Penelitian ........................................................................ 42 E. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 42. xiv.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. F. Validitas, Reliabilitas dan Seleksi Item ..................................... 45 1. Validitas ..................................................................................... 45 2. Seleksi Item ................................................................................ 46 3. Reliabilitas ..…………………………………………………….49 G. Uji Asumsi ................................................................................. 49 1. Uji Normalitas ............................................................................ 49 2. Uji Homogenitas ......................................................................... 50 H. Uji Hipotesis .............................................................................. 50 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 51 A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 51 B. Deskripsi Subjek Penelitian ....................................................... 52 C. Deskripsi Data Penelitian ........................................................... 54 D. Uji Asumsi ................................................................................. 56 1. Uji Normalitas ............................................................................ 56 2. Uji Homogenitas ........................................................................ 57 3. Uji Hipotesis ……………………………………………………58 E. Pembahasan ................................................................................ 60 BAB V:. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 78. A. Kesimpulan ...................................................................................... 78 B. Saran ................................................................................................. 78. xv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1. Berkaitan Dengan Manfaat Penelitian ................................. 78 2. Berkaitan Dengan Penelitian Selanjutnya ............................ 79 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 81 LAMPIRAN ....................................................................................................... 85. xvi.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 1.. Skor Berdasarkan Kategori Respon Subjek .................................. 44. Tabel 2.. Distribusi Item Skala Prokrastinasi Akademik Sebelum Uji Coba ......................................................................... 45. Tabel 3.. Distribusi Item Skala Prokrastinasi Akademik Setelah Dilakukan Uji Coba .......................................................... 47. Tabel 4.. Distribusi Item Skala Prokrastinasi Akademik Yang Digunakan Dalam Penelitian................................................ 48. Tabel 5.. Reliabilitas Skala Prokrastinasi Akademik ................................... 49. Tabel 6.. Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Subjek………………………………….52. Tabel 7.. Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Asal Perguruan Tinggi ......... 53. Tabel 8.. Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Asal Suku…………………...54. Tabel 9.. Mean Empiris dan Mean Teoritis ................................................. 55. Tabel 10.. Uji Normalitas ............................................................................... 57. Tabel 11.. Uji Homogenitas ........................................................................... 57. Tabel 12.. Uji Hipotesis ................................................................................. 59. xvii.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1.. Skala Tryout ................................................................................ 85. Lampiran 2.. Reliabilitas Sebelum Seleksi Item ............................................... 101. Lampiran 3.. Reliabilitas Setelah Seleksi Item ................................................. 105. Lampiran 4.. Skala Penelitian .......................................................................... 108. Lampiran 5.. Mean Empirik .............................................................................. 120. Lampiran 6.. Uji Normalitas ............................................................................ 122. Lampiran 7.. Uji Homogenitas ......................................................................... 124. Lampiran 8.. Uji Hipotesis ............................................................................... 126. xviii.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk memperoleh berbagai disiplin ilmu yang dapat diperoleh secara formal dan informal. Memperoleh disiplin ilmu dalam pendidikan formal salah satunya dengan menjadi mahasiswa pada perguruan tinggi agar terbentuk individu yang tangguh, kreatif, dan bermartabat. Namun, untuk membentuk mahasiswa yang demikian tidaklah mudah, karena dalam prosesnya banyak pembelajaran yang harus diterima oleh mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa, tentu saja dalam kesehariannya tidak terlepas dari kegiatan belajar, mengerjakan tugas dari dosen, dan kegiatan akademik lainnya, sehingga diperlukan kesiapan dari mahasiswa agar kegiatannya dapat berjalan dengan baik dan lancar (Akmal, 2013). Bentuk-bentuk kesiapan yang dapat disiapkan mahasiswa dalam melaksanakan proses pembelajarannya yaitu kesiapan dalam segi mental, psikis, fisik, dan pengelolaan diri. Kesiapan fisik merupakan hal penting karena jika fisik mahasiswa lemas, mengantuk atau tidak bersemangat, maka mahasiswa tersebut tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar. Sedangkan. 1.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. kesiapan mental atau psikis penting karena sistem belajar di perguruan tinggi berbeda dengan sistem belajar di tingkat SMA (Saputri, 2013). Di lain pihak Hernawati (2006) mengatakan bahwa dewasa ini banyak mahasiswa yang belum mampu mengelola pikirannya secara maksimal sehingga banyak menunjukkan. perilaku. yang. tidak. seharusnya.. Misalnya,. menunda. mengerjakan tugas dari dosen, menjalankan “Sistem Kebut Semalam (SKS)” meskipun tahu cara belajar tersebut tidak efektif, tidak mampu membuat sintesa antara satu mata kuliah dengan mata kuliah lain, tidak datang kuliah tetapi menitip absensi pada teman, menyontek saat ujian berlangsung, dan tidak mampu mengaplikasikan materi kuliah pada kehidupan nyata. Sebagai seorang mahasiswa, perlu disadari bahwa kegiatan belajar di Perguruan Tinggi yang akan dilakukan berbeda dengan kegiatan belajar ketika masih di tingkat sekolah menengah. Dalam prosesnya, mahasiswa cenderung dituntut untuk mandiri dalam kegiatan belajarnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Guglielmino dan Guglielmino (dalam Islam, 2010), mahasiswa yang mampu melakukan kegiatan belajar mandiri tercermin dalam diri mahasiswa yang senang belajar dan berkecenderungan untuk memenuhi target yang telah direncanakan, mampu mengatur waktu, kecepatan belajar, dan rencana penyelesaian tugas. Oleh karena itu, mahasiswa yang memiliki kesiapan untuk belajar mandiri akan cenderung mampu melakukan hal seperti yang telah disebutkan di atas dengan tidak melakukan prokrastinasi akademik..

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Prokrastinasi akademik biasanya ditunjukkan dengan ciri yang bertolak belakang dengan hal yang disebutkan di atas. Individu yang melakukan prokrastinasi akademik, biasanya menunjukkan perilaku yang cenderung menunda memulai dan menyelesaikan pekerjaan, lamban dalam menyelesaikan tugas, tidak melaksanakan rencana yang telah dibuat, dan lebih memilih aktivitas yang menyenangkan (Schouwenberg, dalam Ferrari, 1995). Secara umum, prokrastinasi adalah kecenderungan individu untuk menunda dalam memulai, melaksanakan dan mengakhiri suatu aktivitas (Handayani, 2012). Sedangkan secara khusus, prokrastinasi akademik merupakan prokrastinasi yang terjadi dalam area akademik yang banyak dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa (Fibrianti dalam Ursia, dkk, 2013). Ferrari, dkk (dalam Melisa, 2012) juga menyebutkan bahwa prokrastinasi akademik merupakan jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, seperti tugas kuliah atau skripsi. Pengertian. yang. hampir. serupa. mengenai. prokrastinasi. akademik. dikemukakan oleh Solomon dan Rothblum, dimana prokrastinasi akademik diartikan sebagai prokrastinasi dalam area akademik yang biasanya terjadi dalam tugas mengarang, belajar dalam menghadapi ujian, membaca buku penunjang, tugas-tugas administratif penunjang proses belajar, menghadiri pertemuan, dan kinerja akademik secara keseluruhan (dalam Rumiani, 2006). Dewasa ini prokrastinasi akademik menjadi salah satu persoalan klasik dalam dunia pendidikan, termasuk dalam perguruan tinggi. Hal ini sesuai.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4. dengan pernyataan sejumlah ahli bahwa prokrastinasi akademik adalah fenomena umum yang terjadi pada mahasiswa di perguruan tinggi selama beberapa dekade (Zeenath, Orcullo, dan Jiao, dalam Kurniawan, 2013). Dalam penelitiannya, Ismai menjelaskan bahwa mahasiswa adalah kaum terpelajar dinamis yang penuh dengan kreativitas yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dan juga tidak luput dari kebiasaan “jam karet”, lebih suka menghindari atau menunda tugas, dan lebih mengutamakan hedonisme atau kesenangan jangka pendek (dalam Handayani, 2012). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa 90 persen mahasiswa dalam perguruan tinggi telah menjadi prokrastinator dan terdapat sebanyak 25 persen mahasiswa yang suka menunda-nunda kronis dan pada umumnya berakhir dengan mundur dari perguruan tinggi (Tondok dalam Tatan, 2012). Pada penelitian lain yang pernah dilakukan di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta, terlihat bahwa sekitar 20,38 persen mahasiswa telah melakukan prokrastinasi akademik (Rizvi dalam Tatan, 2012). Menurut Ghufron (dalam Mayasari, dkk, 2010), terdapat dua faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi akademik, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang terdapat dalam diri individu pelaku prokrastinasi, seperti kondisi fisik dan psikologis individu. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri individu yang memunculkan perilaku prokrastinasi akademik, misalnya gaya pengasuhan orang tua dan kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang.

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. rendah pengawasan dan memiliki stimulus reinforcement tertentu cenderung akan mendorong individu melakukan prokrastinasi akademik (Ghufron dalam Mayasari, dkk, 2010). Masalah sosial dan budaya dimana individu tinggal juga akan mempengaruhi berkembangnya perilaku prokrastinasi. Hal ini tampak sejalan dengan pendekatan perspektif sosiokultural dalam area psikologi yang mempercayai bahwa konteks sosial dan peraturan budaya mempengaruhi berbagai keyakinan dan perilaku individu (Wade dan Tavris, dalam Adi, 2012). Burka dan Yuen (dalam Adi, 2012) juga menjelaskan bahwa budaya merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi. Retnowulandari (2010) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa budaya patriarki merupakan salah satu budaya yang cukup berpengaruh dan masih mengakar di masyarakat hingga saat ini. Pada saat ini patriarki dapat dikatakan telah membudaya dalam segala sistem kehidupan masyarakat, baik dalam bidang sosial, budaya, keagamaan, dan muncul sebagai sebagai bentuk kepercayaan atau ideologi bahwa laki-laki lebih tinggi kedudukannya dibandingkan perempuan. Di Indonesia, konsep budaya patriarki masih terasa cukup kental di beberapa daerah, seperti Jawa, Bali, Batak, dll. Secara singkat, budaya patriarki merupakan budaya yang memiliki konsep pemikiran bahwa kaum laki-laki ditempatkan pada posisi utama. Aristoteles mengungkapkan bahwa laki-laki memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Laki-laki dianggap sebagai sosok.

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6. superior yang mengatur sosok inferior, dalam hal ini adalah perempuan (dalam Retnowulandari, 2010). Dari konsep inilah, maka muncul tugas yang berbeda di tengah masyarakat antara laki-laki dan perempuan. Dalam budaya patriarki, laki-laki dan perempuan memiliki tugas yang berbeda di masyarakat sehingga tuntutan yang dirasakan pun juga berbeda. Adanya pandangan dalam budaya patriarki yang menomorduakan perempuan dan tidak menuntut perempuan untuk mencari nafkah utama dalam keluarga, membuat tuntutan akademik pada kaum perempuan dirasa lebih rendah dibandingkan kaum laki-laki yang nantinya akan menjadi pencari nafkah utama atau sumber ekonomi utama dalam keluarga. Sebagai individu yang memasuki tahap dewasa awal, mahasiswa juga dituntut untuk belajar tanggung jawab terhadap tugasnya diluar bidang akademik, seperti mulai belajar melakukan tugas sesuai dengan yang diharapkan masyarakat dimana mereka tinggal. Misalnya, sebagai sosok yang nantinya memiliki tugas utama untuk memimpin keluarga, mengatur dan menghidupi keluarga, maka banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh kaum laki-laki. Dalam hal ini adalah mahasiswa laki-laki. Sebagai seorang yang kelak akan menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga, tidak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa laki-laki memiliki tuntutan pendidikan atau tuntutan akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa perempuan. Hal ini karena dalam urusan pekerjaan atau karier, latar belakang akademik atau pendidikan akan menjadi syarat penting dalam dunia kerja,.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7. terutama dalam bidang pekerjaan yang dianggap memiliki status sosial yang tinggi, misalnya menjadi seorang pegawai atau karyawan perusahaan. Anoraga (1992) menambahkan bahwa dalam dunia kerja, semakin tinggi gaji pekerjaan, maka banyak pula orang yang semakin tertarik dengan pekerjaan itu. Berdasarkan pandangan tersebut, dapat dikatakan bahwa apabila seorang laki-laki memiliki pandangan bahwa dirinya ingin mendapatkan gaji yang tinggi untuk menafkahi keluarganya, maka dirinya harus mampu bersaing dengan yang lain mengingat banyaknya orang yang tertarik dengan pekerjaan itu juga. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh laki-laki agar mampu bersaing dalam dunia kerjanya adalah dengan menyiapkan pendidikan atau berprestasi dalam bidang akademik. Hal ini diperkuat dengan pendapat Kurniawan (2013) yang menjelaskan bahwa kesuksesan dalam pendidikan tinggi menjadi salah satu faktor dalam mendapatkan pekerjaan yang baik. Persaingan yang cukup ketat dalam dunia kerja menuntut mahasiswa untuk lebih meningkatkan kompetensi dan kualitas diri agar mampu bersaing dengan sesamanya. Oleh karena itu, diperlukan adanya adanya kemandirian dan keaktifan dari dalam diri mahasiswa dalam proses belajarnya, dalam hal ini adalah mahasiswa laki-laki. Mahasiswa harus dapat belajar secara lebih mandiri dan tidak boleh hanya bergantung pada orang lain. Mahasiswa juga harus dapat mengerjakan tugas-tugas akademiknya dengan sebaik mungkin (Kurniawan, 2013)..

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8. Menyadari bahwa kesuksesan pendidikan adalah bekal untuk bersaing dalam dunia kerja untuk mencari nafkah nantinya, seharusnya mahasiswa lakilaki cenderung lebih berprestasi daripada mahasiswa perempuan. Akan tetapi, pada kenyataannya justru mahasiswa perempuan dapat dikatakan lebih beprestasi daripada mahasiswa laki-laki. Hal ini terlihat pada hasil survey wisuda kelulusan Universitas Sanata Dharma periode April 2015 yang menunjukkan bahwa mahasiswa perempuan cenderung lebih berprestasi daripada mahasiswa laki-laki. Hal ini tampak dari banyaknya jumlah mahasiswi yang lulus dengan predikat cumlaude atau Lulus Dengan Pujian ketika wisuda karena masa studi yang tepat waktu dan hasil IPK yang tinggi. Dari 962 mahasiswa yang lulus dalam periode tersebut, diketahui bahwa sebanyak 161 mahasiswa perempuan lulus dengan predikat cumlaude, sedangkan pada mahasiswa laki-laki tercatat hanya 48 orang. Godfrey mengemukakan bahwa pemanfaatan waktu yang tidak efektif menyebabkan lama studi yang seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu 4 tahun, terpaksa diperpanjang 7-10 tahun, sedangkan Solomon dan Rothblum mengungkapkan bahwa indikasi prokrastinasi akademik adalah masa studi 5 tahun atau lebih (dalam Rumiani, 2006). Berdasarkan uraian singkat tersebut, dapat dilihat bahwa indikasi pelaku prokrastinasi akademik adalah mahasiswa laki-laki apabila mengingat status cumlaude yang biasanya diberikan pada mahasiswa yang mampu menyelesaikan studi dalam waktu 4 tahun. Hal ini mungkin sependapat dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang.

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9. mengatakan bahwa mahasiswa laki-laki cenderung lebih sering menunda masa studinya adalah mahasiswa laki-laki (Huda; 2012 dan Akmal; 2013). Namun, disisi lain Rumiani (2006) menyebutkan bahwa sebenarnya fenomena prokrastinasi akademik dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, tanpa ada perbedaan derajat kecenderungan. Hasil penelitian Solomon dan Rothblum (1984) juga menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan berdasarkan perbedaan jenis kelamin pada beberapa area prokrastinasi akademik. Berdasarkan uraian perbedaan pendapat di atas dan perbedaan realita di lapangan dengan keadaan yang seharusnya terjadi, maka peneliti ingin membuktikan kembali dengan melihat apakah ada perbedaan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam pengaruh budaya patriarki. Peneliti beranggapan bahwa dalam masyarakat patriarki akan terdapat perbedaan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa laki-laki dan perempuan. Peneliti berasumsi bahwa mahasiswa perempuan akan memiliki tingkat prokrastinasi yang tinggi karena memiliki tuntutan akademik yang rendah karena nantinya tidak memiliki tuntutan yang tinggi sebagai pencari nafkah utama. Sedangkan mahasiswa laki-laki akan memiliki tingkat prokrastinasi yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa perempuan. Hal ini disebabkan karena kaum laki-laki memiliki pemikiran bahwa untuk mengejar tujuannya dalam hal berkarier dan menafkahi keluarga nanti, diperlukan latar belakang pendidikan atau prestasi.

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10. akademik yang baik agar mampu bersaing dalam mencari pekerjaan untuk kedepannya nanti.. B. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa laki-laki dan perempuan?. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat prokrastinasi akademik antara mahasiswa laki-laki dan perempuan.. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai penambah bahan kajian ilmu dalam psikologi pendidikan berkaitan dengan tugas perkembangan mahasiswa sebagai individu dewasa awal di tengah masyarakat dan prokrastinasi akademik.. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Para Mahasiswa Dengan penelitian ini diharapkan nantinya apabila ditemukan ada perbedaan bisa menjadi bahan masukan untuk para mahasiswa,.

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11. baik mahasiswa laki-laki dan perempuan untuk saling belajar dari kelompoknya masing-masing dengan tujuan untuk pengembangan diri yang lebih baik kedepannya.. b. Bagi Para Pendidik Penelitian diharapkan mampu menjadi masukan bagi para pendidik untuk segera memberikan penanganan yang tepat sesuai dengan karakter mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akademik, meskipun tingkat resiko dari prokrastinasi tidak secara langsung dirasakan oleh pelaku..

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A. PROKRASTINASI AKADEMIK 1. Pengertian Prokrastinasi Secara etiologis, istilah prokrastinasi berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu pro atau forward yang berarti maju atau bergerak maju dan crastinus atau tomorrow yang berarti keputusan hari esok. Jika kedua kata tersebut digabungkan, maka prokrastinasi memiliki arti yang sama dengan menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya (Ghufron dalam Mayasari, dkk, 2010). Pada dasarnya prokrastinasi dapat dilakukan dalam berbagai hal, tetapi secara garis besar Ferrari (1995) membedakan prokrastinasi menjadi dua, yaitu prokrastinasi sehari-hari (everyday procrastonation) dan prokrastinasi akademik (academic procratination). Steel mengatakan bahwa prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan, walaupun individu tersebut mengetahui bahwa perilaku penundaannya tersebut dapat menghasilkan dampak buruk. Steel juga menjelaskan bahwa prokrastinasi adalah suatu penundaaan sukarela yang dilakukan oleh individu terhadap tugas atau. 12.

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13. pekerjaannya, meskipun ia tahu bahwa hal ini akan berdampak buruk pada masa depan (dalam Ursia, dkk, 2013). Pada kalangan ilmuwan, istilah prokrastinasi digunakan untuk menujukkan suatu kecenderungan menunda-nunda dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan, tidak segera memulai dalam menghadapi suatu pekerjaan, baik dengan alasan yang jelas maupun tidak (Ahmaini, 2010). Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa prokrastinasi adalah bentuk penundaan yang dilakukan individu terhadap tugas atau pekerjaan yang dimilikinya, meskipun individu tersebut mengetahui perilakunya akan menimbulkan dampak buruk.. 2. Pengertian Prokrastinasi Akademik Secara umum prokrastinasi dapat terjadi dalam hal keseharian kegiatan individu, namun secara khusus. prokrastinasi akademik. merupakan aktivitas penundaan yang terjadi pada area akademik yang biasanya banyak dilakukan oleh pelajar ataupun mahasiswa (Fibrianti, dalam Ursia, dkk, 2013) Solomon dan Rothblum menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik diartikan sebagai prokrastinasi dalam area akademik yang biasanya terjadi dalam tugas mengarang, belajar dalam menghadapi ujian, membaca buku penunjang, tugas-tugas administratif penunjang proses belajar, menghadiri.

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14. pertemuan, dan kinerja akademik secara keseluruhan (dalam Rumiani, 2006). Ferrari,. dkk. (dalam. Melisa,. 2012). menyebutkan. bahwa. prokrastinasi akademik merupakan jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, seperti tugas kuliah atau skripsi. Ferrari dalam Ramdhani (2013), juga menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik dapat diartikan sebagai perilaku penundaan yang termanifestasi dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati. Ghufron (dalam Mayasari, dkk, 2010) menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik merupakan jenis penundaan yang dilakukan pada tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. Dari pendapat beberapa tokoh tersebut, peneliti menyimpulkan prokrastinasi akademik merupakan perilaku penundaan yang dilakukan secara sengaja dan sukarela oleh individu yang bersangkutan dalam memulai maupun menyelesaikan tugas akademik dengan melakukan aktivitas lainnya, meskipun individu tersebut mengetahui bahwa perilakunya tersebut akan menimbulkan dampak buruk..

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15. 3. Jenis Prokrastinasi Akademik Ferrari (1995) membedakan prokrastinasi akademik menjadi dua jenis, yaitu : a. Functional Procrastination Functional. Procrastination. adalah. bentuk. penundaan. dalam. mengerjakan tugas dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat yang berkaitan dengan tugas tersebut. b. Dysfunctional Procrastination Dysfunctional Procrastination adalah bentuk penundaan terhadap tugas tanpa memiliki alasan yang masuk akal, tidak bertujuan dan dapat. menimbulkan. masalah.. Dysfunctional. Procrastination. dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu (a) Decisional Procrastination adalah suatu penundaan dalam mengambil keputusan. Bentuk penundaan ini adalah menunda untuk mulai melakukan suatu tugas dalam situasi yang dipersepsikan penuh stres. Bentuk ini terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi tugas yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri individu sehingga akhirnya individu menunda untuk memutuskan masalah. Decisional Procrastination berhubungan dengan kelupaan dan kegagalan proses kognitif, tetapi tidak berkaitan dengan kurangnya tingkat intelegensi seseorang. (b) Avoidance Procrastination adalah suatu bentuk penundaan yang dilakukan.

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16. sebagai suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan atau sulit dilakukan.. 4. Area Prokrastinasi Akademik Menurut Solomon dan Rothblum (1984), ada enam area prokrastinasi akademik, yaitu : a. Tugas mengarang, meliputi penundaan melaksanakan kewajiban atau tugas-tugas menulis, misalnya menulis makalah, laporan, atau tugas mengarang lainnya. b. Tugas belajar menghadapi ujian, meliputi penundaan belajar untuk ujian, ujian tengah semester atau ulangan mingguan. c. Tugas. membaca,. meliputi. penundaan. untuk. membaca. yang. diwajibkan. d. Tugas administratif, meliputi menyalin catatan, mendaftarkan diri dalam presensi kehadiran, daftar peserta praktikum, dan sebagainya. e. Menghadiri pertemuan, yaitu penundaan maupun keterlambatan dalam meghadiri pelajaran, praktikum, dan pertemuan-pertemuan akademik lainnya. f. Penundaan kinerja akademik secara keseluruhan, yaitu menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik secara keseluruhan..

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17. 5. Faktor-faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik Bernard (dalam Catrunada, 2012) mengungkapkan bahwa terdapat sepuluh wilayah magnetis faktor yang menyebabkan individu melakukan prokrastinasi akademik, yaitu : a) Anxiety Anxiety diartikan sebagai kecemasan. Kecemasan pada akhirnya diartikan sebagai kekuatan magnetik yang berlawanan, dimana tugas yang diharapkan dapat terselesaikan justru berinteraksi dengan kecemasan yang tinggi sehingga seseorang cenderung menunda tugas tersebut. b) Self-Depreciation Self-Depreciation dapat diartikan sebagai pencelaan terhadap diri sendiri. Seseorang memiliki bentuk penghargaan yang rendah atas dirinya sendiri dan selalu siap menyalahkan diri sendiri apabila melakukan kesalahan dan juga merasa tidak percaya diri untuk mendapatkan masa depan yang lebih cerah. c) Low-Discomfort Tolerance Low-Discomfort Tolerance dapat diartikan sebagai rendahnya toleransi terhadap ketidaknyamanan. Adanya kesulitan dalam tugas yang dikerjakan oleh seseorang, membuat seseorang mengalami kesulitan dalam menoleransi rasa frustasi dan kecemasan, sehingga.

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18. mereka mengalihkan diri sendiri pada tugas yang dapat mengurangi rasa ketidaknyamanan dalam diri mereka. d) Pleasure-seeking Pleasure-seeking dapat diartikan sebagai pencari kesenangan. Seseorang. yang. mencari. kenyamanan. cenderung. tidak. mau. melepaskan situasi yang membuat dirinya merasa nyaman. Apabila seseorang memiliki kecenderungan yang tinggi dalam mencari situasi yang nyaman, maka seseorang tersebut akan memiliki hasrat yang kuat untuk bersenang-senang dan memiliki kontrol impuls yang rendah. e) Time Disorganization Time Disorganization dapat diartikan sebagai tidak teraturnya waktu. Mengatur waktu berarti mampu memperkirakan dengan baik berapa lama waktu yang dibutuhkan seseorang untuk menyelesaikan tugas tersebut. Aspek lain dari lemahnya pengaturan waktu adalah sulitnya seseorang memutuskan pekerjaan yang penting dan yang kurana penting untuk dikerjakan hari ini. Semua pekerjaan menjadi terlihat penting sehingga muncul kesulitan untuk menentukan apa yang seharusnya dikerjakan terlebih dahulu. f) Environmental Disorganization Environmental. Disorganization. dapat. diartikan. sebagai. berantakan atau tidak teraturnya lingkungan. Salah satu faktor prokrastinasi adalah kenyataan bahwa lingkungan disekitarnya.

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19. berantakan atau tidak teratur dengan baik. Tidak teraturnya lingkungan bisa dalam bentuk interupsi dari orang lain, kurangnya privasi, kertas yang bertebaran dimana-mana, dan alat-alat yang dibutuhkan dalam mengerjakan tidak tersedia. Adanya banyak gangguan dari lingkungan menyebabkan seseorang sulit untuk berkonsentrasi sehingga pekerjaan tidak dapat selesai tepat waktu. g) Poor Task Approach Poor Task Approach dapat diartikan sebagai pendekatan yang lemah. terhadap. tugas.. Seseorang. yang. pada. akhirnya. siap. mengerjakan, kemungkinan akan meletakkan kembali pekerjaannya karena tidak tahu darimana harus memulai pekerjaannya. Oleh karena itu, pekerjaan menjadi tertahan karena ketidaktahuan seseorang tentang darimana memulai dan menyelesaikan pekerjaan tersebut. h) Lack of Assertion Lack of Assertion dapat diartikan sebagai kurangnya memberi pernyataan yang tegas. Contohnya adalah seseorang mengalami kesulitan berkata tidak terhadap orang lain padahal banyak pekerjaan yang sudah terjadwal terlebih dahulu dan harus segera diselesaikan. Hal ini bisa disebabkan karena mereka kurang memberikan rasa kehormatan pada komitmen dan tanggungjawab yang dia miliki..

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20. i) Hostility with Others Hostility with Others diartikan sebagai permusuhan terhadap orang lain. Kemarahan yang terus menerus dapat menimbulkan dendam dan sikap bermusuhan terhadap orang lain sehingga bisa menuju sikap menolak atau menentang apapun yag dikatakan oleh orang tersebut. j) Stress and Fatigue Stress and Fatigue dapat dirtikan sebagai perasaan tertekan dan kelelahan. Stres adalah hasil dari sejumlah intensitas dari tuntutan negatif dalam hidup yang digabung dengan gaya hidup dan kemampuan mengatasi masalah pada diri seseorang. Semakin banyak tuntutan, semakin lemah sikap seseorang dalam memecahkan masalah, dan gaya hidup yang kurang baik, semakin tinggi stres seseorang.. Sedangkan Ghufron (dalam Mayasari, dkk, 2010) membagi faktorfaktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik menjadi dua, yaitu : 1. Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang terdapat dalam diri individu pelaku prokrastinasi. Faktor ini meliputi :.

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21. a. Kondisi fisik individu Salah satu faktor internal yang mempengaruhi individu melakukan prokrastinasi akademik adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu, misalnya kelelahan atau fatigue. b. Kondisi psikologis individu Millgram menyebutkan bahwa trait turut mempengaruhi individu melakukan prokrastinasi akademik. Misalnya, trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial (dalam Mayasari, dkk, 2010). Ellis dan Knaus (dalam Mayasari, dkk, 2010) menambahkan bahwa keyakinan irasional juga mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi akademik. Keyakinan irasional tersebut dapat muncul karena adanya kesalahan dalam mempersepsikan tugas sekolah. Misalnya, tugas sekolah dipandang sebagai suatu beban dan sesuatu yang tidak menyenangkan.. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat di luar diri individu yang memunculkan perilaku prokrastinasi. Faktor ini meliputi:.

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22. a. Gaya pengasuhan orang tua Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Ferrari dan Ollivete, gaya pengasuhan otoriter ayah akan menyebabkan munculnya kecenderungan prokrastinasi yang kronis pada subjek penelitian anak wanita. Sedangkan gaya pengasuhan otoritatif ayah akan menghasilkan anak wanita yang bukan prokrastinator (dalam Mayasari, dkk, 2010). b. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan yang mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik adalah lingkungan yang rendah pengawasan daripada lingkungan yang tinggi pengawasan. Prokrastinasi akademik juga dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tertentu. Kondisi yang menimbulkan stimulus reinforcement tertentu bisa memunculkan perilaku prokrastinasi akademik. Kondisi lingkungan yang rendah pengawasan. akan. mendorong. individu. untuk. melakukan. prokrastinasi akademik karena rendahnya pengawasan akan menjadi faktor pendorong individu untuk berperilaku tidak tepat waktu.. Selain faktor yang telah disebutkan diatas, Burka dan Yuen menambahkan bahwa budaya juga merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi. Masalah sosial dan.

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23. budaya dimana individu tinggal akan mempengaruhi berkembangnya perilaku prokrastinasi (dalam Adi, 2012). Menurut Wade dan Tavris (dalam Adi, 2012), dalam area psikologi, pendekatan perspektif sosiokultural mempercayai bahwa konteks sosial dan peraturan budaya mempengaruhi berbagai keyakinan dan perilaku individu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa budaya yang dihayati individu akan berpotensi memunculkan perilaku prokrastinasi akademik apabila budaya tersebut mendukung munculnya perilaku prokrastinasi. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa faktor yang penyebab muculnya perilaku prokrastinasi akademik secara garis besar adalah faktor internal dan faktor eksternal, dimana faktor internal adalah yang berasal dari dalam diri individu dan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu, seperti gaya pengasuhan, kondisi lingkungan, dan latar belakang budaya dimana mereka tinggal.. 6. Aspek Prokrastinasi Akademik Schouwenberg (dalam Ferrari, 1995) mengungkapkan ada beberapa indikator yang menunjukkan ciri-ciri prokrastinasi akademik, diantaranya adalah : a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24. Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya merupakan hal penting dan berguna yang harus segera diselesaikan. Akan tetapi, mereka cenderung menunda dalam memulai mengerjakannya. Apabila sebelumnya mereka sudah mengerjakan, mereka cenderung untuk menunda menuntaskan penyelesaian tugas tersebut terlebih dahulu. b. Keterlambatan atau kelambanan dalam mengerjakan tugas Mahasiswa. yang. melakukan. prokrastinasi,. cenderung. akan. membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengerjakan tugas. Mereka cenderung akan menghabiskan waktu untuk mempersiapkan segala sesuatunya secara berlebihan dan juga menghabiskan waktunya dengan melakukan hal yang tidak dibutuhkan penyelesaian tugas, tanpa memperhatikan keterbatasan waktu yang dimiliki untuk menyelesaikan tugasnya. Tindakan ini terkadang membuat mahasiswa tidak berhasil dalam menyelesaikan tugasnya dengan baik. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual Mahasiswa prokrastinator akan memiliki kesulitan untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Mereka cenderung sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan sebelumnya, baik yang ditentukan orang lain maupun rencana yang telah dia tentukan sendiri..

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25. d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi cenderung dengan sengaja tidak segera menyelesaikan tugasnya, tetapi menggunakan waktu yang dimiliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan memberikan hiburan bagi dirinya sehingga menyita waktu yang seharusnya dia gunakan untuk mengerjakan tugas.. B. MAHASISWA Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi (Poerwadarminta, 1989). Di Indonesia, rata-rata umur seorang mahasiswa adalah 18-24 tahun. Berdasarkan teori tahapan umur perkembangan menurut Santrock, usia mahasiswa termasuk dalam kategori dewasa awal, dimana Dariyo (dalam Iriani dan Ninawati, 2005) juga menyatakan bahwa secara fisik individu pada dewasa awal telah menampakkan profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak. Pada usia ini, mereka tampak memiliki daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif. Penampilan fisik yang dimiliki dinilai benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas seperti orang dewasa lainnya. Misalnya, bekerja, menikah dan mempunyai anak, bertindak.

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26. secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain. Dapat disimpulkan bahwa pada usia dewasa awal biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh seseorang, sesuai dengan norma sosialbudaya yang berlaku di masyarakat (Dariyo, dalam Iriani dan Ninawati, 2005). Jadi, mahasiswa sebagai individu yang termasuk dalam kategori dewasa awal adalah suatu tahap dimana mahasiswa tersebut sudah dapat membuat keputusan sendiri, misalnya dalam hal karir dan membentuk hubungan intim tanpa campur tangan orang tua. Pada tahap ini merupakan tahap dimana tahap perkembangan seseorang sedang berada pada puncaknya, dengan kondisi fisik dan intelektual yang baik (Iriani dan Ninawati, 2005). Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan mahasiswa adalah individu yang berumur 18-24 tahun atau telah memasuki tahap dewasa awal dimana dirinya telah siap melakukan hal seperti yang dilakukan orang dewasa lainnya, seperti mengambil keputusan, bekerja (berkarier), menikah, mempunyai anak, dan bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain..

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27. C. PERBEDAAN. LAKI-LAKI. DAN. PEREMPUAN. DALAM. HAL. PROKRASTINASI AKADEMIK Rueda menjelaskan bahwa masyarakat yang menganut sistem patriarki meletakkan laki-laki pada posisi dan kekuasaan yang dominan dibandingkan perempuan. Laki-laki dianggap memiliki kekuatan lebih dibandingkan perempuan. Di semua lini kehidupan, masyarakat memandang perempuan sebagai seorang yang lemah dan tidak berdaya (dalam Wardani, 2009). Menurut Masudi seperti yang dikutip dalam Wardani (2009), sejarah masyarakat patriarki sejak awal membentuk peradaban manusia yang menganggap bahwa laki-laki lebih kuat (superior) dibandingkan perempuan baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, maupun bernegara. Kultur patriarki ini secara turun-temurun membentuk perbedaan perilaku, status, dan otoritas antara laki-laki dan perempuan di masyarakat yang kemudian menjadi hirarki gender. Kata gender dalam istilah bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari bahasa Inggris, yaitu gender. Jika dilihat dalam kamus bahasa Inggris, tidak secara jelas dibedakan pengertian antara sex dan gender. Sering kali gender dipersamakan dengan seks (dalam Nugroho, 2011). Nugroho (2011) dalam bukunya menjelaskan bahwa untuk memahami konsep gender, maka harus dibedakan antara kata gender dengan seks (jenis kelamin). Seks (jenis kelamin) merupakan pembagian dua jenis kelamin (penyifatan) manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28. kelamin tertentu. Misalnya bahwa laki-laki memiliki penis, jakala (kala menjing), dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi, seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi sel telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat untuk menyusui. Hal tersebut secara biologis melekat pada manusia yang berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Artinya bahwa secara biologis alat-alat tersebut tidak dapat dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada laki-laki dan perempuan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai kodrat (ketentuan Tuhan). Istilah gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller (1968) untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat sosial budaya dengan pendefinisian yang berasal dari ciri-ciri fisik biologis. Sedangkan Ann Oakley mengartikan gender sebagai konstruksi sosial atau atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan manusia. Oakley juga menuturkan bahwa gender berarti perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis merupakan perbedaan jenis kelamin (sex) adalah kodrat Tuhan maka secara permanen berbeda dengan pengertian gender. Sedangkan gender merupakan behavioral differences (perbedaan perilaku) antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial, yakni perbedaan yang bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia (bukan kodrat) melalui proses sosial dan kultural yang panjang (dalam Nugroho, 2011)..

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29. Sementara itu, Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, mengartikan gender sebagai peran-peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat, serta tanggung jawab dan kesempatan lakilaki dan perempuan yang diharapkan masyarakat agar peran-peran sosial tersebut dapat dilakukan oleh keduanya. Sedangkan dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (dalam Nugroho, 2011). Selain itu, konsep lain mengenai gender yaitu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Ciri dari sifat itu merupakan sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya, ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, dan perkasa (Mansour Fakih dalam Nugroho, 2011). Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa gender adalah suatu konstruksi atau bentuk sosial yang sebenarnya bukan bawaan lahir sehingga dapat dibentuk atau diubah tergantung dari tempat, waktu / zaman, suku / ras / bangsa, budaya, status sosial, pemahaman agama, negara, ideologi, politik, hukum, dan ekonomi..

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30. Oleh karenanya, gender bukanlah kodrat Tuhan melainkan buatan manusia yang dapat dipertukarkan dan memiliki sifat relatif. Hal tersebut bisa terdapat pada laki-laki maupun perempuan (Nugroho, 2011). Menurut. Millet. (dalam. Wardani,. 2009),. ideologi. patriarki. disosialisasikan ke dalam tiga kategori. Pertama, temperament, merupakan komponen psikologi yang meliputi pengelompokan kepribadian seseorang berdasar pada kebutuhan dan nilai-nilai kelompok yang dominan. Hal itu memberikan kategori stereotype kepada laki-laki dan perempuan; seperti kuat, cerdas, agresif, efektif merupakan sifat yang melekat pada laki-laki, sedangkan tunduk (submissive), bodoh (ignorant), baik (virtuous), dan tidak efektif merupakan sifat yang melekat pada perempuan. Kedua, sex role, merupakan komponen sosiologis yang mengelaborasi tingkah laku kedua jenis kelamin. Hal ini membedakan gesture dan sikap pada setiap jenis kelamin. Sehingga terjadi pelekatan stereotype pada perempuan sebagai pekerja domestik (domestic service) dan laki-laki sebagai pencari nafkah. Ketiga, status yang merupakan komponen politis dimana laki-laki memiliki status superior dan perempuan inferior. Secara psikologis, stereotype perbedaan laki-laki dan perempuan juga terlihat adanya anggapan dimana laki-laki dikenal lebih rasional, lebih memegang prinsipnya, cepat mengambil keputusan dan lebih menguasai, sementara perempuan cenderung kurang rasional, manja dan lebih mudah memahami perasaan orang lain, penakut, dan inferior (Akmal, 2013)..

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31. Berdasarkan stereotype sifat-sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan seperti yang telah dijelaskan di atas, ada penelitian yang mengatakan bahwa bahwa perempuan memiliki kecenderungan prokrastinasi akademik yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini cenderung disebabkan karena adanya perbedaan pendekatan saat permasalahan datang. Perempuan berpikir bahwa pendekatan pasif terhadap suatu masalah adalah hal yang efektif, sebaliknya pada laki-laki berpikir bahwa menggunakan pendekatan aktif pada saat mengalami dan menghadapi masalah adalah jalan yang lebih efektif. Hal ini juga didukung dengan adanya karakteristik yang berhubungan dengan laki-laki seperti percaya diri, mandiri, agresif, ambisius, dominan, aktif, bersemangat, dan menyukai pengalaman baru. Sedangkan karakteristik perempuan adalah emosional, lemah, sensitif, pendiriannya berubah-ubah, patuh, dan sentimental (Matlin dalam Catrunada, 2012). D. PERBEDAAN. TINGKAT. PROKRASTINASI. AKADEMIK. MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN Menurut Ghufron (dalam Mayasari, dkk, 2010), salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi seseorang melakukan prokrastinasi akademik adalah kondisi lingkungan. Sedangkan menurut Burka dan Yuen (dalam Adi, 2012), budaya merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi. Hal ini sejalan dengan pendekatan perspektif sosiokultural dalam area psikologi yang mempercayai bahwa.

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32. konteks sosial dan peraturan budaya mempengaruhi berbagai keyakinan dan perilaku individu (Wade dan Tavris, dalam Adi, 2012). Mahasiswa sebagai makhluk sosial yang hidup ditengah-tengah budaya yang melatarbelakanginya tentu akan berperilaku berdasarkan latar belakang budaya yang diyakininya. Dalam hal ini perilaku mahasiswa banyak dipengaruhi. oleh. budaya. patriarki. yang. telah. mengakar. dan. melatarbelakanginya, termasuk perilaku sesuai peran gendernya sebagai lakilaki dan perempuan. Budaya patriarki dikatakan cukup berpengaruh karena budaya patriarki merupakan salah satu budaya yang cukup berpengaruh dan masih mengakar di masyarakat hingga saat ini (Retnowulandari, 2010). Dalam budaya patriarki tampak ada perbedaan peran gender pada lakilaki dan perempuan. Budaya ini dapat dikatakan sebagai budaya yang menganggap bahwa kaum laki-laki memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada perempuan sehingga tuntutan sosial dalam masyarakat pada akhirnya berpengaruh juga pada perbedaan peran yang seharusnya dilakukan oleh lakilaki dan perempuan. Nugroho (2011) dalam bukunya menjelaskan bahwa dalam setiap budaya muncul stereotype tertentu mengenai sesuatu yang pantas bagi perempuan maupun laki-laki dan stereotype tertentu yang membedakan peran antara laki-laki dan perempuan. Sebagai sosok yang dianggap nomor satu dan nantinya akan berperan dalam memimpin keluarga dan pencari nafkah, maka seorang mahasiswa laki-laki dituntut untuk mampu menjadi sosok pemimpin.

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33. yang bisa memimpin, mengatur dan mengambil keputusan dalam keluarga. Seorang mahasiswa laki-laki diharapkan kelak mampu menjalankan fungsinya sebagai kepala keluarga yang baik dengan cara menjadi sumber ekonomi utama keluarga, yaitu sebagai pencari nafkah utama, sedangkan perempuan tidak dituntut untuk menjadi pencari nafkah utama. Apabila nantinya perempuan juga bekerja mencari nafkah, statusnya hanya sebagai pencari nafkah tambahan untuk membantu suami (Budiati, 2010). Hal ini disebabkan karena dalam budaya patriarki, perempuan lebih memiliki peran dalam sektor domestik atau mengurus urusan rumah tangga. Berdasarkan uraian diatas, tampak terjadi ada perbedaan peran dalam keluarga antara kaum laki-laki dan perempuan. Kaum laki-laki dituntut untuk bekerja demi menafkahi keluarga, sedangkan perempuan tidak terlalu dituntut untuk menjadi pencari nafkah. Oleh karena itu, hal ini mengakibatkan adanya perbedaan tuntutan akademik antara kaum laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan. Mahasiswa laki-laki tentu saja memiliki tuntutan akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa perempuan. Misalnya dalam bentuk IPK tinggi atau lulus dengan tepat waktu. Hal ini disebabkan karena untuk menjadi pencari nafkah utama, seorang laki-laki harus memiliki pekerjaan yang tetap, dan untuk memiliki sebuah pekerjaan, latar belakang pendidikan seseorang akan menjadi salah satu syarat penting dalam dunia kerja..

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34. Sebagai seseorang yang nantinya akan menjadi sumber ekonomi utama dalam keluarga, tentu saja sebagai seorang mahasiswa laki-laki dituntut untuk lulus tepat waktu agar dapat segera mencari kerja setelah lulus kuliah. Hal ini disebabkan karena apabila mahasiswa, dalam hal ini adalah mahasiswa lakilaki dapat lulus tepat waktu, mereka tidak perlu merasa khawatir karena kesempatan untuk memilih pekerjaan yang terbaik terbuka lebar dan persaingan dalam mendapatkan pekerjaan tidak terlalu ketat. Hal ini tentu akan berbeda dengan mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akademik karena mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akan menyebabkan masa studinya terlalu lama yang mempengaruhi peluangnya untuk memilih pekerjaan yang terbaik semakin terbatas, tidak bisa mengambil peluang untuk ketika ada tawaran pekerjaan yang menurutnya baik dan harus menghadapi persaingan yang lebih berat daripada mahasiswa yang bisa lulus tepat waktu (Kurniawan, 2013). Hal ini selajan dengan pernyataan Ferrari, dkk (dalam Kurniawan,. 2013). yang. menyebutkan. bahwa. prokrastinasi. bisa. mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan dan peluang yang datang. Oleh karena itu, agar mampu bersaing dan mendapatkan pekerjaan yang terbaik, seorang mahasiswa, dalam hal ini mahasiswa laki-laki perlu memenuhi tuntutan akademiknya untuk lulus tepat waktu dengan cara tidak menjadi seorang prokrastinator. Menyadari bahwa latar belakang pendidikan sangat penting dalam mencari pekerjaan untuk menafkahi keluarganya nanti, maka hal ini.

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35. menjadikan para mahasiswa laki-laki termotivasi untuk berusaha memenuhi tuntutan akademiknya, misalnya dengan memperoleh IPK yang memuaskan atau lulus dengan tepat waktu. Usaha ini dilakukan demi memiliki prestasi dan hasil akademik yang memuaskan sebagai bekalnya untuk bersaing dalam mencari pekerjaan yang terbaik. Cara yang dapat dilakukannnya adalah dengan berusaha serius dan maksimal di bidang akademik, misalnya dengan mengerjakan tugas akademiknya secara maksimal dan tidak menunda-nunda ketika mendapatkan tugas akademik. Selain itu, mahasiswa laki-laki juga dapat mengasah ketrampilan dalam bidang kepemimpinan dan pengambilan keputusan dengan mengaplikasikan ilmu yang didapatnya dengan mengikuti kegiatan di luar bidang akademik, seperti mengikuti kegiatan dalam organisasi. Adanya pandangan dalam budaya patriarki seperti yang diungkapkan Budiati (2010) bahwa perempuan tidak dituntut untuk menjadi pencari nafkah utama, lebih banyak berperan pada sektor domestik dan sebagai pencari nafkah tambahan apabila nanti dirinya bekerja, maka tuntutan akademik pada mahasiswa perempuan dapat dikatakan tidak setinggi mahasiswa laki-laki. Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh budaya yang melatarbelakanginya. Misalnya pada budaya patriarki yang berkembang pada budaya Jawa jaman dahulu. Pada budaya ini, terdapat anggapan bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi, perempuan sebagai ibu rumah tangga, pendidik anak dan pendamping suami tidak memerlukan pendidikan tinggi. Perempuan tidak.

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36. perlu sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya akan ke dapur juga (dalam Budiati, 2010). Oleh karena itu, hal ini menyebabkan para perempuan kurang termotivasi dan usaha untuk memenuhi tuntutan akademiknya dapat dikatakan hanya mengalir begitu saja. Berdasarkan uraian tersebut, terlihat maksud secara implisit bahwa setinggi apapun latar belakang pendidikan yang dimiliki perempuan, pada akhirnya pekerjaannya akan kembali pada sektor domestik juga. Hasil lain dari budaya patriarki yang mengatakan bahwa perempuan tidak terlalu dituntut dalam hal mencari nafkah juga membuat para perempuan kurang termotivasi untuk memenuhi tuntutan akademiknya. Mahasiswa perempuan menjadi kurang bersemangat dan berpikir bahwa latar belakang pendidikan atau nilai akademiknya tidak akan terlalu berguna nantinya karena tidak memiliki tanggung jawab utama dalam mencari nafkah. Para mahasiswa perempuan setidaknya merasa sedikit aman karena memiliki pola pikir bahwa akan ada yang menjaminnya ketika hidup berkeluarga nantinya. Pandangan tersebut pada akhirnya akan membuat kaum perempuan pasrah. dan. terkadang. berpikiran. untuk. menyelesaikan. kewajiban. akademiknya dengan sekedar lulus tanpa prestasi yang menonjol. Dalam menyelesaikan tugas akademiknya pun mereka menjadi kurang termotivasi karena rendahnya tuntutan akademik. Mereka cenderung akan bersantai atau cenderung menunda-nunda ketika mengerjakan tugas akademiknya..

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37. Dari penjelasan diatas, tampak bahwa sebagai sosok nomor satu dalam budaya patriarki yang nantinya ketika berkeluarga memiliki tugas utama untuk memimpin, mengatur, dan sebagai sumber ekonomi keluarga. maka, mahasiswa laki-laki cenderung mempersiapkan diri agar nantinya benar-benar mampu menjadi sosok seperti yang diharapkan masyarakat terhadap dirinya. Mereka mulai mempersiapkan diri sejak dini dengan bertanggung jawab pada tuntutan akademiknya agar memiliki bekal yang maksimal untuk bekerja dan menafkahi keluarga. Salah satu cara yang dilakukannya adalah berusaha tidak menunda-nunda ketika mengerjakan tugas agar mendapatkan hasil yang maksimal. Sedangkan pada mahasiswa perempuan, mereka cenderung menunda-nunda karena memiliki tuntutan akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena nantinya mahasiswa perempuan tidak dituntut untuk menjadi pencari nafkah yang utama dan lebih berperan pada sektor domestik. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berasumsi bahwa mahasiswa laki-laki akan memiliki tingkat prokrastinasi yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa perempuan. Hal ini disebabkan karena mahasiswa laki-laki memiliki tuntutan akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa perempuan..

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38. Skema: Budaya Patriarki. Perbedaan Tuntutan Sosial Antara Laki-laki dan Perempuan. Perbedaan Peran Laki-laki dan Perempuan. Peran Laki-laki. Peran Perempuan. Pemimpin dalam Keluarga. Dipimpin dalam Keluarga. Pencari Nafkah Utama. Pencari Nafkah Tambahan. Tuntutan Akademik Lebih Tinggi. Tuntutan Akademik Lebih Rendah. Usaha Untuk Memenuhi Tuntutan Lebih Tinggi. Usaha Untuk Memenuhi Tuntutan Lebih Rendah. Cenderung Tidak Menunda. Cenderung Menunda. Prokrastinasi Rendah. Prokrastinasi Tinggi.

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39. D. HIPOTESIS Bertolak dari penjelasan sebelumnya, maka peneliti memiliki hipotesis bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa laki-laki dan perempuan, dimana mahasiswa laki-laki memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa perempuan..

(58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif atau penelitian perbandingan. Tujuan penelitian perbandingan yaitu untuk membandingkan antara dua atau lebih kelompok dalam satu variabel (Purwanto, 2012). Berdasarkan tujuan tersebut, peneliti ingin mengetahui perbedaan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa laki-laki dan perempuan.. B. Identifikasi Variabel Penelitian Pada penelitian ini, terdapat dua jenis variabel yang digunakan oleh peneliti, yaitu: 1. Variabel bebas. : Jenis Kelamin. 2. Variabel tergantung. : Prokrastinasi Akademik. C. Definisi Operasional 1. Variabel Tergantung Prokrastinasi akademik adalah perilaku yang dilakukan secara sengaja dan sukarela oleh individu yang bersangkutan dalam memulai maupun menyelesaikan tugas akademik dengan melakukan aktivitas. 40.

(59) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41. lainnya, meskipun individu tersebut mengetahui bahwa perilakunya tersebut akan menimbulkan dampak buruk. Kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik ditunjukkan dengan skala prokrastinasi akademik. Skala ini disusun berdasarkan empat aspek prokrastinasi akademik menurut Schouwenberg, yaitu : a. Melakukan penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. b. Mengalami keterlambatan atau kelambanan dalam mengerjakan tugas. c. Adanya kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan Tingkat prokrastinasi akademik individu nantinya akan terlihat dari hasil pengerjaan skala prokrastinasi akademik. Semakin tinggi skor prokrastinasi akademik yang dimilikinya berarti semakin tinggi pula prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh individu yang bersangkutan, begitu pula sebaliknya.. 2. Variabel Bebas Jenis kelamin adalah ciri fisik yang dimiliki individu yang akan mengelompokkan individu termasuk dalam kelompok kategori laki-laki atau perempuan. Pada penelitian ini, pengelompokkan jenis kelamin.

(60) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42. diperoleh dari pengisian identitas yang memuat pilihan jenis kelamin subjek pada skala penelitian.. D. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan yang berusia 18-24 tahun dengan alasan bahwa rata-rata usia mahasiswa di Indonesia adalah 18-24 tahun (Dariyo, dalam Iriani dan Ninawati, 2005) Teknik pemilihan subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode convenience sampling, dimana peneliti mengambil subjek berdasarkan pertimbangan kesediaan subjek menjadi responden dan sesuai dengan kriteria dari peneliti (Siregar, 2013). Kriteria yang dimaksud dalam penelitian ini adalah batasan atau rentang umur subjek.. E. Metode Pengumpulan Data 1. Skala Prokrastinasi Akademik Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner yang diberikan kepada subjek. Pada penelitian ini terdapat satu buah skala yang digunakan sebagai alat pengumpulan data, yaitu skala prokrastinasi akademik. Sedangkan jenis skala yang digunakan dalam penyusunan skala ini adalah jenis skala Likert. Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur sikap,.

(61) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43. pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011). Pada skala ini, subjek diminta untuk merespon pernyataan yang dibuat oleh peneliti. Subjek diminta untuk untuk menyatakan respon kesesuaian terhadap dirinya dalam sebuah kontinum yang terdiri atas empat respon: “Sangat Setuju (SS)”, “Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”, dan “Sangat Tidak Setuju (STS)”. Peneliti memilih empat respon dalam penyusunan skala ini dengan alasan untuk menghilangkan jawaban raguragu subjek dalam memilih respon. Alasan lainnya adalah dengan penggunaan jumlah genap opsi jawaban akan mendorong subjek untuk memilih antara jawaban favorable atau unfavorable. Artinya, peneliti tidak memberi kesempatan kepada subjek untuk memberikan jawaban netral (Anderson dalam Supratiknya, 2014).. 2. Penyusunan Item Pernyataan Dalam penelitian ini, peneliti menyusun sendiri item pada skala yang digunakan untuk mengukur prokrastinasi akademik. Penyusunan item pada skala disusun berdasarkan aspek yang telah diuraikan oleh Schouwenberg (dalam Ferrari, Johnson, & McCown, 1995). Sebelum melakukan uji coba, peneliti menyusun sejumlah 64 item yang terdiri atas 32 item favorable dan 32 item unfavorable..

(62) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44. 3. Pemberian Skor Skala Pemberian skor pada skala prokrastinasi akademik dilakukan berdasarkan sifat pernyataan. Apabila isi pernyataan bersifat favorable atau mendukung atribut yang diukur, maka masing-masing respon mulai dari “Sangat Setuju” sampai dengan “Sangat Tidak Setuju” akan diberi skor mulai 4 hingga 1. Apabila isi pernyataan bersifat unfavorable atau tidak mendukung atribut yang diukur, maka pemberian skor akan berlaku sebaliknya.. Tabel 1 Skor Berdasarkan Kategori Respon Subjek Skor. Respon. Favorable 4 3 2 1. Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS). Unfavorable 1 2 3 4. 4. Distribusi Item Sebelum Uji Coba Sebelum melakukan uji coba, peneliti menyusun sejumlah 64 item yang terdiri atas 32 item favorable dan 32 item unfavorable berdasarkan empat. aspek. prokrastinasi. akademik. yang. dikemukakan. oleh. Schouwenberg. Berikut ini adalah pembagian distribusi item yang dilakukan oleh peneliti sebelum mengadakan uji coba..

Gambar

Tabel 5  Tabel Reliabilitas  Cronbach’s  Alpha  N of Items  .925  40  G.  Uji Asumsi  1

Referensi

Dokumen terkait

WHO (2016) juga memaparkan bahwa hipoksemia akan mengakibatkan anak jatuh pada kondisi letargi, kejang yang berkepanjangan, bahkan koma. Kondisi penurunan saturasi

Kecepatan angin dan tinggi gelombang tertinggi berada di lokasi 15 (Pantai Pulau Bawal, Kab. Ketapang) kemudian kecepatan angin dan tinggi gelombang terendah

Suatu sistem basis data terdiri dari empat komponen yaitu Data, yang secara fisik menyimpan informasi-informasi; Data Base Management System (DBMS); Data

Berdasarkan penelitian ini sebagian besar SP berpendapat akibat jika memakai kontrasepsi sterilisasi akan beresiko tidak mempunyai keturunan lagi, SP mengevaluasi

Jagung Asian Honey menunjukkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat tongkol Isi dengan nilai yang lebih besar dari pada varietas yang lain, sedangkan

Dengan metode Muskingum dan dari data hidrograf inflow banjir (Gambar 11) hasil perhitungan data Q1, lengkung kapasitas debit outlet (Sungai Jaifuri) pada Gambar 14

Berdasarkan paparan hasil dan pembahasan, maka penelitian terkait dengan optimaslisasi budaya literasi.. mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan, Unesa dapat disimpulkan

Waktu panen dilakukan pada minggu ke tiga sesuai dengan konsentrasi maksimum Cd yang dapat diakumulasi oleh kangkung darat pada variasi waktu.. Hubungan antara [Cd] yang