KOMPETENSI KOMPETENSI
Setelah mempelajari ini mahasiswa akan dapat : Setelah mempelajari ini mahasiswa akan dapat :
1.
1. menjelaskan prinsip umum dan mekanisme kerja ACTHmenjelaskan prinsip umum dan mekanisme kerja ACTH 2.
2. menyebutkan klasifikasi ACTHmenyebutkan klasifikasi ACTH 3.
3. menjelaskan penggunaan klinis ACTHmenjelaskan penggunaan klinis ACTH 4.
4. menjelaskan efek & efek samping ACTHmenjelaskan efek & efek samping ACTH
Setelah dapat menjelaskan farmakokinetik dan farmakodinamik obat kemudian Setelah dapat menjelaskan farmakokinetik dan farmakodinamik obat kemudian mengetahui klasifikasinya maka yang paling penting bagi seorang dokter adalah mengetahui mengetahui klasifikasinya maka yang paling penting bagi seorang dokter adalah mengetahui bagaimana
bagaimana menerapkannnya pada pasienmenerapkannnya pada pasien, seperti memilih preparat yang akan diterapkan, seperti memilih preparat yang akan diterapkan pada pasien sesuai dengan latar belakang penyakit. Selain itu seorang dokter juga harus pada pasien sesuai dengan latar belakang penyakit. Selain itu seorang dokter juga harus mengetahui
mengetahui efek samping obatefek samping obat yang digunakan. Karena tugas seorang dokter adalah yang digunakan. Karena tugas seorang dokter adalah mendiagnosis dan memberikan terapi yang rasional bagi pasien. Maksudnya rasional disini mendiagnosis dan memberikan terapi yang rasional bagi pasien. Maksudnya rasional disini adalah terapi yang tepat.
adalah terapi yang tepat.
Selain kompetensi di atas seorang dokter juga harus mampu mengetahui
Selain kompetensi di atas seorang dokter juga harus mampu mengetahui interaksiinteraksi antarantar obat
obat karena biasanya kan pasien datang dengan berbagai keluhan dan berbagai penyakit, karena biasanya kan pasien datang dengan berbagai keluhan dan berbagai penyakit, untuk itu dokter kadang-kadang memberikan berbagai macam obat/obat kombinasi. Nah untuk itu dokter kadang-kadang memberikan berbagai macam obat/obat kombinasi. Nah dalam memberikan obat kombinasi, dokter juga harus mempertimbangkan interaksi obatnya. dalam memberikan obat kombinasi, dokter juga harus mempertimbangkan interaksi obatnya. Tapi perlu diingat, gimana c interaksi obat itu dengan yang lain ?? Saling merugikan atau Tapi perlu diingat, gimana c interaksi obat itu dengan yang lain ?? Saling merugikan atau malah menguntungkan. Yang pasti diinginkan tentunya interaksi obat yang menguntungkan malah menguntungkan. Yang pasti diinginkan tentunya interaksi obat yang menguntungkan bagi pasien =)
bagi pasien =)
Untuk ngingetin aja ni, dr. Wiwik ngejelasin tentang interaksi obat. Pertama-tama nih Untuk ngingetin aja ni, dr. Wiwik ngejelasin tentang interaksi obat. Pertama-tama nih kita harus tau kpan obat akan memberikan interaksi obat yang menguntungkan dan kapan kita harus tau kpan obat akan memberikan interaksi obat yang menguntungkan dan kapan interaksi obat merugikan. Interaksi itu sendiri ada interaksi dengan obat dan dengan makanan interaksi obat merugikan. Interaksi itu sendiri ada interaksi dengan obat dan dengan makanan atau bahan lain. Interaksi dapat terjadi pada
atau bahan lain. Interaksi dapat terjadi pada tahap farmakokinetiktahap farmakokinetik,, farmakodinamikfarmakodinamik dan dan farmasetik.
farmasetik. Penjelasan
Penjelasan lebih lebih lanjutnya lanjutnya :: 1.
1. Interaksi obat yang terjadi pada tahap farmakokinetikInteraksi obat yang terjadi pada tahap farmakokinetik ((absorbsi, distribusi, metabolismeabsorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi
dan ekskresi).).
Ex: seorang penderita maag dan mengalami infeksi, maka digunakan antara antasida Ex: seorang penderita maag dan mengalami infeksi, maka digunakan antara antasida dengan antibiotic(misalnya tetrasiklin). Kombinasi antara keduanya terjadi pada tahap dengan antibiotic(misalnya tetrasiklin). Kombinasi antara keduanya terjadi pada tahap farmakokinetik yang absorbsi. Tapi pada proses ini
farmakokinetik yang absorbsi. Tapi pada proses ini tetrasiklin ga bisatetrasiklin ga bisa diabsorbsidiabsorbsi karenakarena diikat oleh Mg dan Al
diikat oleh Mg dan Al yang dihasilkan oleh yang dihasilkan oleh antasida.antasida. Demikian juga kalo diminum sama Demikian juga kalo diminum sama susu. Susu kan mengandung Ca so tetrasiklin diikat juga sama Ca itu sehingga susu. Susu kan mengandung Ca so tetrasiklin diikat juga sama Ca itu sehingga komponennya tidak dapat bekerja.
komponennya tidak dapat bekerja.
Contoh lain misalnya pada tahap distribusi(peran aliran darah). Kita tau, dalam darah Contoh lain misalnya pada tahap distribusi(peran aliran darah). Kita tau, dalam darah terdapat protein plasma. Jika ada obat yang memiliki ikatan yang kuat dengan protein terdapat protein plasma. Jika ada obat yang memiliki ikatan yang kuat dengan protein plasma(misal 90%), nah obat lain yang secara bersamaan diberikan hanya akan sedikit plasma(misal 90%), nah obat lain yang secara bersamaan diberikan hanya akan sedikit
Dr. Wiwik Kusumawati
Dr. Wiwik Kusumawati (ACTH)(ACTH)
CORTICOSTEROID CORTICOSTEROID
berikatan dengan protein plasma. Akibatnya kadar bebas obat yang kedua ini akan meningkat sehingga efeknya(efek terapis ataupun efek samping)akan meningkat.
2. Interaksi obat yang terjadi pada tahap farmakodinamik (efek).
Ex: seorang pasien asma diberi obat teofilin yang memiliki efek stimulasi syaraf pusat sehingga g bisa tidur trus habis itu di minumi CTM yang mempunyai efek anti alergi dan menekan syaraf pusat/ sedatif. Efek keduanya saling bertolak belakang sehingga efeknya dapat dinetralisir. Kesimpulannya efeknya adalah menguntungkan.
3. Interaksi obat yang terjadi pada tahap farmasetik (sebelum obat diberikan pada pasien) Ex: pasien yang mau diberikan obat melalui infuse misalnya. Harus diketahui dulu gmn c interaksi antara obat itu dengan cairan infuse. Misalnya apakah akan terjadi penggumpalan ato yang lain.
Ehm langsung aja ya ke topic inti, itu tadi baru pembukaan ;))
PENDAHULUAN Corticosteroid (ACTH) → Mengapa Penting?
Dr. Wiwik tanya nih , preparat obat corticosteroid apa yang paling dikenal alias paling popular ??? Yap jawababnnya adalah dexametason. Inget kan ? Obat itu yang pling sering digunakan dipraktek.
Penggunaan obat corticosteroid sangat luas terutama yang golongan glukocortiroid. Efek sampingnya apa ya? Kadang kalo penggunaannya berlebih bisa-bisa jadi moonface.
Dr. wiwik kasih cerita nih jamu-jamu yang sering dijual tuh kadang-kadang ada obat kimianya loh, biasanya c antalgin (golongan dipiron) yang poten untuk analgesik. Tpi antalgin ini g bole digunakan sekarang. Karena efeknya waw ,, efeknya adalah diskresia darah, bisa sangat berbahaya kan . Selain itu juga ada kortikosteroidnya. Kadang-kadang
dexametason ini disebut dengan obat dewa. Kenapa? Soalnya obat ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
hipofisis sehingga pacuan terhadap cortex adrenal turun. Sebaliknya ketika kadar kortisol kurang/desifiensi maka akan terjadi feedback positif, terjadi pacuan di hipotalamus dan hipofisis untuk meningkatkan ACTH dan merangsang cortex adrenalin untuk memproduksi kortikosteroid.
Cortiksteroid diklasifikasikan dalam kelompok obat hormon ACTH(Adrenocorticotropin hormon). Pada proses sintesis dan pengendalian hormon secara umum melibatkan hipofisis dan hipotalamus. Hipotalamus akan mengeluarkan Cortikotropin Realizing Factor (CRF) untuk memacu hipofisis mengeluarkan ACTH. ACTH kemudian memacu cortex adrenal untuk mensisntesis cortikosteroid. Cortex adrenal terletak di kelenjar suprarenalis. Yang natural adalah hidrokortison dan aldosteron.
Penggunaan obat hormon apapun jika dikonsumsi lama maka akan terjadi atrofi pada organ yang memproduksi hormon secara natural karena organ tadi tidak bekerja/kerjanya digantikan oleh suplemen dari luar.
Klasifikasi kortikosteroid
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa corticosteroid dapat diklasifikasikan menjadi 2 homon yang dominan yaitu golongan glukokorticiod preparatnya adalah kortisol dan mineralo kortikoid preparatnya yang alamiah adalah aldosteron.
Sediaan GLUCOCORTICOID:
© Hidrocortison (cortisol/cortisone) merupakan hormone natural yang dapat disintesis tubuh. © Prednison © Prednisolon © Metil prednisolon © Betametason © Dexametason © Triamcinolon
Corticosteroid, Mekanisme Feedback pada beberapa Kondisi
Corticosteroid, Mekanisme dalam Menimbulkan Efek
Intinya disini adalah berpengaruh pada sintesis protein, sintesis protein inilah yang nantinya akan bertanggungjawab atas efek respon steroid.
Efek glucocorticoid
1. Efek Metabolik (metabolism karbohidrat dan protein ) Efek Metabolik (Karbohidrat)
© gluconeogenesis © output glukosa liver
© utilisasi glukosa pada jaringan perifer
Trus akibat dari 3 kejadian di atas apa c ?? efeknya adalah glukosa dalam darah yang berlebihan, tapi glukosa nya g bisa dipake ato kita sering nyebutnya hiperglikemi. Lama kelamaan akan beresiko terkena DM.
Efek Metabolik (Protein)
© katabolisme protein & tulang
© efek pada osteoblast dan osteoclast © absorbsi Ca di saluran cerna
© Bifosfonat
Hati-hati penggunaan untuk anak-anak karena obat corticosteroid meningkatkan katabolisme protein dan Ca sehingga terjadi osteoporosis dan mengganggu pertumbuhan. Pada tulang akan mengganggu kerja osteoblas(sel pembentuk tulang) dan naikkan osteoklas (yang merusak tulang). Sehingga kepadatannya berkurang trus terjadi osteoporosis. Secara tidak langsung disebabkan karena menurunnya absorbs Ca di saluran cerna. Nah kalo misalnya obat ini terpaksa harus diberikan maka disertai preparat bifosfonat agar efek sampingnya dapat dikurangi.
2. Efek Antiinflamasi (obat corticosteroid dikatakan sebagai obat dewa)
© Imunokompeten dan makrofag © Sintesis mediator inflamasi
© lipokortin , menekan gen ( Fosfolipase A2)
Peran imunitas seluler dan humoral dipengaruhi oleh corticosteroid dengan mempengaruhi sel-sel yang berperan dalam proses radang seperti mediator inflamasi. 3. Efek Immunosuppresan
© Fungsi monosit/makrofag © T helper cells (T4)
© Release IL1 & IL2
© Transpor limfosit dan produksi antibodi
Obat ini menekan system imun. Penggunaannya pada :
© Transplantasi
karena pada saat transplantasi akan terjadi resiko rejection sehingga digunakan obat corticosteroid dosis tinggi untuk menekan system imun.
© Leukemia
penyakit ini memiliki system imun yang berlebihan. Soalnya pada keganasan akan terjadi proliferasi sel-sel abnormal (blm matang) yang berlebihan sehingga menimbulkan mudahnya terjadi infeksi dan demam.
© Limpoma
hampir sama dengan leukemia
Mineralocorticoid
Yang merupakan mineralocorticoid natural adalah Aldosteron. Sedangkan yang sintetik adalah Fludrocortison (digunakan pada insufisiensi adrenal)
Efek mineralocorticoid
© Reabsorbsi Na © Ekskresi K & H
Pada pemberian obat corticosteroid golongan mineralocorticoid ini berperan pada keseimbangan cairan tubuh. Apa c akibat dari kedua efek ini ?? kalo terjadi peningkatan reabsorbsi Na akibatnya adalah terjadi edema, kemudian terjadi hipertensi karena volume plasma meningkat. Kalo terjadi peningkatan ekskresi kalium maka akan terjadi hipokalemi, efeknya bisa terjadi pada otot dan jantung.
Efek samping
© Dosis tinggi
© Metabolik (moon face, striae, hiperglikemia, weakness, osteoporesis) © Retensi cairan (hipokalemia, hipertensi)
© Supresi adrenal (atrofi adrenal) © Infeksi ( kepekaan)
© Komplikasi lain (psikosis, katarak, glaukoma, ulkus peptik, reaktivasi tbc)
Kasus
Forty eight years old woman who present to the clinic for her annual visit. She has been busy at work and is excited to go on a planned and well deserved vacation. She reports feeling continuously fatigued with bouts and nausea and anorexia for several months. She is worried she will not be well enough to prepare her trip. She repots a recent craving for salty food.
Gak usa di artiin y pada uda pada ngerti kan ? =)) Jawaban dari krisna
Krisna njelasin kenapa orang itu mengalami kelelahan. Menurut krisna wanita itu mengalami kecanduan garam sehingga terakumulasi banyak Na dan Cl dalm tubuh. Trus Na kan sifatnya meretensi air, tjd edema dan hipertensi. Trus hipertensi sebabin kelelahan juga.
Jawaban dari Fia sama safira
Jawabannya hampir sama nih. Menurut Fia jangan dikasi glukokortikoid karena akan terjadi hiperglikemi dan jangan dikasi mineralocorticoid karna nyebabin edema.
Trus penjelasan dari dr wiwik Pasien ini merupakan kasus defisiensi corticosteroid. Contohnya
adalah addison’s disease. Tanda -tandanya adalah kelelahan, anoreksia, tonus otot lembek, hipotensi, semangat berkurang.
Nahh di samping dapat kita
Sedangakan kebalikannya adalah cushing syndrome yang mengalami kelebihan corticosteroid. Terjadi disposisi lemak yang tidak merata. Kemudian kalo pada laki-laki terjadi ginekomasti wajahnya moonface. Gambarnya seperti yang dibawah ini
Pada addison’s disease pasien mengalami defisiensi corticosteroid, penyebanya adalah karena adanya proses auto imun, adanya proses infeksi yang merusak kelenjar adrenal, atau terjadi destruksi pada kelenjar ini. Juga terjadi pada penggunaan corticosteroid jangka panjang trus organnya atrofi, kaya yang uda dijelasin di atas.
Penggunaan klinis
Antiinflamasi (segala macam bentuk inflamasi)
© Arthritis rematoid © Ulcerative colitis
© Inflamasi pada mata, kulit
© Pada realitasnya banyak terjadi inflamasi yang terjadi pada pasien, sehingga obat
ini sangat sering digunakan dalam praktek. Antialergi
Asthma bronchial Supresi imun
© Transplantasi jaringan/organ © Leukemia/limfoma
PREPARAT nya adalah
© Hydrocortison: oral, injeksi iv, topical
© Prednisolon: oral, antiinflamasi & antialergi
© Betametason & dexametason: poten, tanpa efek retensi Na (oedem cerebri)
© Beclometason,dipropionat, budesonide: lebih aktif oral, aerosol (asma), topical (eksim) © Triamcinolon: asma berat, injeksi intra artikular
Note :
sebagai contoh nih, golongan obat baru budesonide yang dapat digunakan oleh penderita asma dalam bentuk aerosol, obat ini sangat poten dikombinasikan dengan broncodilater/ beta2 agonis. Triamsinolon selain untuk asma juga dipakai untuk penyakit reumatik yang diberikan secara injeksi.
Waktu paruh
© T ½ 8 – 12 jam : hidrokortison, kortisol
© T ½ 18 – 36 jam : prednison, metil prednisolon, triamcinolon © T ½ 36 – 54 jam : dexametason, betametason, parametason
Note :
dexametason waktu paruhnya panjang sehingga 1 hari dapat diberikan 1x sehari terutama pada pagi hari soalnya siklus sirkadiannya paling tinggi pada pagi hari.
ANTIHISTAMIN KOMPETENSI
Setelah mempelajari topik ini mahasiswa akan dapat : 1. menjelaskan tanggapan umum lokal alergi.
2. mendiskusikan peran histamin dalam respons alergi. 3. menjelaskan indikasi dalam menggunakan anti
histamin yang berhubungan dengan penyakit.
4. menjelaskan efek samping antihistamin umum, termasuk efek anti kolinergik.
Yang paling penting adalah mengetahui konsep alergi dan peran histamine serta indikasi pemberian antihistamin sesuai penyakit pasien.
Pendahuluan: HISTAMIN
Histamine adalah suatu mediator kimiawi yang berperan di pembuluh darah dan tersimpan di sel mast dan di sel basofil terutama di paru-paru, kulit dan otak serta saluran pencernaan. Histamine dibagi menjadi 3 yaitu H1, H2, H3. H3 berada di system syaraf pusat. H2 disaluran pencernaan. H1 di jaringan lain seperti paru-paru, kulit dsb. Histamine pertama kali ditemukan di ekstrasi dari jaringan hati dan paru. Karena dia berapa pada histon/jaringan maka dia disebut histamine. Histamine disintesis dari asam amino histidine. Tau g c ? Pasti tau kalo histamine itu berperan dalam proses alergi.
Mekanisme Reaksi Alergi
Setiap ada allergen (debu, obat, makanan) mempengaruhi sel mast dan basofil merespon antibody untuk merilis IgE pada kontak dengan allergen yang sama pada kedua kalinya maka akan terjadi ikatan allergen dengan IgE yang sudah menempel di sel basofil yang berubah menjadi plasma sel. Akibat interaksi ini histamine yang ada dalam bentuk granule akan lepas maka terjadi proses degranulasi. Histamine inilah yang berperan dalam proses respon reaksi alergi.
Histamine ada 3 tipe :
© Reseptor H1
© Reseptor H2 (GIT) © Reseptor H3 (SSP)
Dr. Wiwik bilang kalo yang H2 ini tidak dibicarakan disini karena terdapat di saluran pencernaan dan ini perannya pada obat anti ulkus.
Efek histamine pada tubuh
© Vasodilatasi : Ca – fosfolipase A2 – EDRF (NO)
Vasodilatasi terjadi ekstravasasi cairan , terjadi akumulasi cairan di jaringan, akibatnya terjadi edema. Vasodilatasi terjadi karena pacuan histamine terutama pada reseptor H1→menyebabkan peningkatan Ca. Peningkatan Ca ini juga mengakibatkan fosfolipase 2 dan menyebabkan EDRF atau nitrogen monoksid (NO) nya meningkat.
© Kontraksi otot polos : hidrolisis fosfoinositol dan Ca
Kontraksi otot polos di bronchus yang menyebabkan bronchokonstriksi sehingga sesak nafas, kontraksi otot polos di pencernaan yang menyebabkan nyeri. Kontraksi otot polos terjadi karena hidrolisis fosfoinositol dan kenaikan Ca otot.
© Sedasi : Ca
Terutama pada H3 yang merupakan antagonis dari H1 yaitu terjadi penurunan Ca. Manifestasi klinis :
© Urticaria
© Rhinitis (konka nasalis mengalami edema) © Purpura
© Eczema © Asthma
© Angioedema (edema disekitar pembuluh darah) © Anaphylaxis (paling berat)
Antihistamin
Mekanisme kerja antihistamin
© Memblok reseptor histamin (antagonis histamin). Histamine disini yang dominan buat di
blok adalah yang H1.
© Reseptor H1
© Reseptor H2 (GIT) sebagai obat anti ulkus © Reseptor H3 (SSP)
Klasifikasi penggolongan obat antihistamin GENERASI I
1. Etolamin (difenhidramin, doksilamin, dimenhidrinat) 2. Etilendiamin (pirilamin, antazolin, mepiramin)
3. Alkilamin (klorfeniramin, bromfeniramin) 4. Piperazin (hidroksizin, siklizin, meklizin)
5. Fenotiazin (prometazin, trimeprazin, mekuitazin)
Yang paling sering digunakan di praktek adalah defenhidramin. Efek samping antihistamin generasi 1 adalah mempunyai efek sedasi yang tinggi serta efek antikolinergiknya tinggi
pula. So,, harus hati2 pada pemakaian pada pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi kayak sopir.
GENERASI II
1. Alkilamin (akrivastin) 2. Piperazin (setirizin)
3. Piperidin (astemizol, loratadin, terfenadin, fleksofenadi) 4. Siproheptadin
Pada obat antihistamin generasi 2 efek sedasi dan antikolinergiknya minimal atau malah g ada kecuali gol siproheptadin. Obat2 ini juga memiliki lama kerja obat/waktu paruh yang cukup panjang, efek antialerginya lebih poten.
KASUS Kasus 1
Pilihan obat mana yang sesuai ????
Seorang wanita menikah usia 25 tahun sedang hamil muda (8 minggu) mengeluh pusing dan mual terasa mau muntah. Karena keluhan mual yang sangat, maka wanita ini datang berobat ke dokter.
Jawaban dari kosema
Menurut kosema janin pada ibu muda itu di anggapan sebagai alergen sehingga tubuh si ibu merespon dengan respon alergi.
Kalo dari dr wiwik
Untuk kasus ini terkait dengan penggunaan klinis obat anti histamine khususnya sebagai obat antiemesis pada wanita hamil yang biasa memiliki keluhan emesiskravidaru (keluhan berupa mual, muntah, pusing). Nah keluhan semacam ini bisa diatasi dengan antihistamin karena di dalamnya terdapat obat anti mual. Oia sebenarnya ada obat yang lebih aman
buat ibu hamil,, apa c obatnya ?? sabarr…. Penjelasannya sebentar lagi. Hehe Kasus 2
Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dibawa berobat ke praktik dokter oleh ibunya karena sering pilek dan tidak sembuh-sembuh. Keluhan pilek dirasakan terutama waktu cuaca dingin.
Jawaban dari wiki
Menurut wiki pilihan obat yang harus digunakan adalah obat antihistamin generasi 2 karena anti alerginya tinggi trus juga karna efek sedasi dan kolinergiknya minimal.
Obat antihistamin
© Chlorpheniramine maleat
Di luar negri obat ini menjadi pilihan untuk Hay fever, hives (paling efektif) Tidak untuk mencegah atau mengobati influenza dan juga asma
Anaphylaxis (emergency) – pilihannya bukan antihistamin ya tapi yang dipilih adalah epinephrine/adrenaline.
© Non sedating antihistamines (astemizole, cetirizine, fexofenadine, loratadine) © Sedative (pyrilamine, doxylamine succinate, diphenhydramine, hydroxyzine) © Antiemetic : prometazin (fenotiazin)
Penggunaan klinis
© Motion sickness(mabuk kendaraan) : scopolamin © Rhinitis alergi : klorfeniramin dan terfenadin © Conjunctivitis alergi : levokabastin
© Urtikaria kronik idiopatik : terfenadin © Urtikaria cuaca dingin : cetirizin
© Hiperemesis : doksilamin
Efek samping
© Antikolinegik – atropine like action
Efek ini sangat berbahaya pada anak terutama pada anak yang sedang mengalami demam. System parasimpatis neurotransmiternya adalah asetilkolin atau kolinergik, kalo antikolinergik berari antiparasimpatis/parasimpatolitik. Sebelumnya apa c efek parasimpatik untuk tubuh ?? Efeknya adalah meningkatkan produksi secret kelenjar. Trus kalo dikasi antiparasimpatis apa yang terjadi ? Kebalikannya aja kan ?? Secret kelenjar berkurang (ex : mulut kering). Pada anak demam keringatnya g bisa keluar sehingga menambah demamnya. Jadi hati hati memberikan antihistamin pada anak.
© Hambatan sekresi kelenjar, mata kabur, retensi urin, konstipasi, takikardi, dll (pada oto
polos)
© Insomnia, gelisah, iritabilitas (anak)
© Pemanjangan QT interval : terfenadin dan aztemizol (sitokrom P-450) terjadi karena enzim
pemetabolisme di hepar terganggu yaitu sitokrom p45.
© Aritmia : kombinasi dengan anti jamur atau antibiotika eritromisin.
Efek samping penggunaan antihistamin pada anak-anak dan dewasa berbeda. Kalo pada pasien dewasa terjadi penekanan syaraf pusat. Kalo pada anak-anak pasien menjadi gelisah dan insomnia.
Toksisitas
© Depresi SSP
© Stimulasi SSP (anak)
© Antikolinegik – atropine like action © Midriasis, demam tinggi, dll
© Tx : Induksi muntah(kurang dari 4 jam), bilas lambung (vomiting, kecuali derivat fenothiazin
– aspirasi). Induksi muntah tidak boleh dilakukan pada derivate fenothiazin(terutama pada anak) karena menyebabkan inkordinasi otot leher sehingga menimbulkan aspirasi.
Interaksi
© Hati2 interaksi dengan obat-obat sedative karena akan lebih menekan system syaraf pusat. © Glaukoma, hipertiroid, hipertensi, dll
[HALAMAN PLUS PLUS =))]
Obat ACTH : 1. Betametason
Deskripsi
- Nama & Struktur
Kimia :
Betamet, Flubenisolon, 9-fluoro-11beta,17,21-trihidraoksi-16 beta-metilpregna-1,4-diena-3,20 dion. Garam Valerat atau dipropionat.
- Sifat Fisikokimia :
Serbuk hablur, putih sampai hampir putih, larut dalam air, agak sukar larut dalam aseton, etanol, dioksan, dan metanol. Tidak dapat bercampur dengan alkali, logam berat, metabisulfit.
- Keterangan :
-Golongan/Kelas Terapi Obat Topikal untuk Kulit Nama Dagang
- Benczema - Betnovate - Betodermin - Betopic
- Celestoderm V - Cleniderm - Corsaderm - Diproson OV
- Mesonta - Metonate - Molason - Orsaderm
- Oviskin - Skizon - Vason - Alphacort
Indikasi
Terapi topikal pruritus eritema dan pembengkakan dikaitkan dengan dermatosis, dan sebagian lesi psoriasis.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Pemberian Topikal : Anak – anak :
< 12 tahun : penggunaannya tidak direkomendasikan.
> 13 tahun : gunakan seminimal mungkin untuk periode yang singkat untuk menghindari supresi aksis HPA.
Krim : gunakan sekali atau dua kali sehari,pemakaian jangan melebihi 2 minggu atau 45 mg/minggu.
Lotion : gunakan sekali atau dua kali sehari, pemakaian jangan melebihi 50 mL/minggu. Dewasa :
Krim : gunakan sekali atau dua kali sehari,pemakaian jangan melebihi 2 minggu atau 45 mg/minggu.
Lotion : gunakan sekali atau dua kali sehari, pemakaian jangan melebihi 50 mL/minggu.
Farmakologi
Betametason dapat diabsorpsi oleh saluran cerna, juga pada pemberian secara lokal. Saat digunakan secara lokal, khususnya pada penggunaan transdermal atau pada kerusakan kulit, sejumlah betametason dapat diabsorbsi dan selanjutnya memberikan efek sistemik.
Stabilitas Penyimpanan
Simpan dalam wadah kedap dan terhindar dari cahaya.
Efek Samping
Absorpsi melalui kulit dapat mensupresi adrenal dan sindrom cushing tergantung luas permukaan kulit dan lama pengobatan. Pada kulit dapat terjadi peningkatan lebar dan buruknya infeksi yang tidak diobati, penipisan kulit dan perubahan struktur kulit, dermatitis kontak, dermatitis perioral. Timbul jerawat atau memperparah jerawat, depigmentasi sedang dan hipertrikosis.
Interaksi
- Dengan Obat Lain : Tidak aktif dengan karbon aktif, asam salisilat.
- Dengan Makanan :
-Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Dosis tinggi dapat menyebabkan depresi adrenal pada janin.
- Terhadap Ibu Menyusui :
-- Terhadap Anak --anak : Anak-anak sering mengalami efek samping.
- Terhadap Hasil Laboratorium :
-Parameter Monitoring
Retensi cairan pada ibu hamil.
Bentuk Sediaan
Krim 0,1%
Peringatan
Penggunaan lebih dari 100 g, o,1 % seminggu dapat mensupresi adrenal. Hanya diberikan dibawah oengawasan spesialis. Penggunaan yang luas dapat menimbulkan efek sistemik.
Mekanisme Aksi
Mengontrol kecepatan sintesis protein, menekan migrasi leukosit polimorfonuklear, fibroblast, mengubah permeabilitas kapiler dan stabilisasi lisosomal pada level selular untuk mencegah atau mengontrol inflamasi.
2. Prednisone Nama dagang
- Erlanison - Kokosone - Pehacort - Predsil - Sohoson - Trifacort - Dellacorta
DOSIS
Prednison adalah kortikosteroid sintetik yang umum diberikan per oral, tetapi dapat juga diberikan melalui injeksi intra muskular (im, iv), per nasal, atau melalui rektal. Dosis awal sangat bervariasi, dapat antara 5 – 80 mg per hari, bergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit serta respon pasien terhadap terapi. Tetapi umumnya dosis awal diberikan berkisar antara 20 – 80 mg per hari. Untuk anak-anak 1 mg/kg berat badan, maksimal 50 mg per hari. Dosis harus dipertahankan atau disesuaikan, sesuai dengan respon yang diberikan. Jika setelah beberapa waktu tertentu hasil yang diharapkan tidak tercapai, maka terapi harus dihentikan dan diganti dengan terapi lain yang sesuai.
Indikasi
Gangguan endokrin
Insufisiensi adrenokortikal primer atau sekunder (hidrokortison atau kortison merupakan pilihan pertama, namun analog sintetisnya juga dapat digunakan)
Hiperplasia adrenal congenital/bawaan Hiperkalsernia terkait kanker
Tiroiditis nonsuppuratif Penyakit Rheumatoid
Sebagai terapi tambahan untuk penggunaan jangka pendek pada terapi penyakit-penyakit: Psoriatic arthritis
Rheumatoid arthritis, termasuk Rheumatoid arthritis pada anak Ankylosing spondylitis
Bursitis akut dan subakut Tenosynovitis nonspesifik akut Gouty arthritis akut
Osteoarthritis pasca-traumatik Synovitis of Osteoarthritis Epicondylitis
Penyakit-penyakit Kolagen
Apabila keadaan penyakit makin memburuk atau sebagai terapi perawatan pada kasus-kasus: Systemic lupus erythematosus
Systemic-dermatomyositis (polymyositis) Acute rheumatic carditis
Penyakit-penyakit kulit tertentu Pemphigus
Bullous dermatitis herpetiformis
Erythema multiforme parah (Stevens-Johnson syndrome) Exfoliative dermatitis
Mycosis fungoides Psoriasis parah
dermatitis seborrhea parah Penyakit-penyakit Alergi
Mengendalikan kondisi alergi yang parah yang tidak memberikan hasil yang memadai pada terapi konvensional:
Rhinitis yang disebabkan alergi Asma bronkhial
dermatitis kontak dermatitis atopik Serum sickness
Reaksi-Reaksi hipersensitivitas terhadap obat Penyakit-penyakit mata
Penyakit-penyakit mata akut atau kronis yang parah terkait proses alergi atau radang, seperti: Allergic cornea marginal ulcers
Herpes zoster ophthalmicus Radang segmen anterior
Diffuse posterior uveitis and choroiditis Sympathetic ophthalmia
Konjungtivitis alergik Keratitis
Chorioretinitis Optic neuritis
Iritis dan iridocyclitis
Penyakit-penyakit saluran pernafasan Symptomatic sarcoidosis
sesuai
Aspiration pneumonitis Penyakit-penyakit Hematologis
Trombositopenia purpura idiopatik pada orang dewasa Trombositopenia sekunder pada orang dewasa
Anemia hemolitik yang disebabkan Reaksi autoimmun Anemia sel darah merah (Erythroblastopenia)
Anemia hipoplastik congenital/bawaan (erythroid) Penyakit-penyakit keganasan (neoplastik)
Sebagai terapi paliatif untuk:
Leukemia dan limfoma pada orang dewasa Leukemia akut pada anak-anak
Edema
Untuk menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada sindroma nefrotik tanpa uremia, jenis idiopatik atau yang disebabkan oleh lupus eritematosus
Penyakit-penyakit sistem pencernaan
Untuk membantu pasien melewati periode kritis pada penyakit-penyakit: Kolitis ulseratif
Enteritis regional
Penyakit pada Sistem Syaraf
Multiple sclerosis akut yang makin parah Lain-lain
Tuberculous meningitis disertai penghambatan subarachnoid, tetapi harus diberikan bersama-sama dengan kemoterapi antituberculous yang sesuai
Trichinosis disertai gangguan syaraf atau gangguan miokardial
Kontraindikasi
Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau komponen-komponen obat lainnya.
Efek samping
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Retensi cairan tubuh
Retensi natrium Kehilangan kalium Alkalosis hipokalemia
Gangguan jantung kongestif Hipertensi
Gangguan Muskuloskeletal Lemah otot
Miopati steroid Hilangnya masa otot Osteoporosis
Putus tendon, terutama tendon Achilles Fraktur vertebral
Fraktur patologis dari tulang panjang Gangguan Pencernaan
Borok lambung (peptic ulcer) kemungkinan disertai perforasi dan perdarahan Borok esophagus (Ulcerative esophagitis)
Pankreatitis Kembung
Peningkatan SGPT (glutamate piruvat transaminase serum), SGOT (glutamate oksaloasetat transaminase serum), dan enzim fosfatase alkalin serum. Umumnya tidak tinggi dan bersifat reversibel, akan turun kembali jika terapi dihentikan.
Gangguan Dermatologis
Gangguan penyembuhan luka Kulit menjadi tipis dan rapuh Petechiae dan ecchymoses Erythema pada wajah Keringat berlebuhan Gangguan Metabolisme
Kesetimbangan nitrogen negatif, yang disebabkan oleh katabolisme protein Gangguan Neurologis
Tekanan intrakranial meningkat disertai papilledema (pseudo-tumor cerebri), biasanya setelah terapi
Konvulsi Vertigo Sakit kepala Gangguan Endokrin
Menstruasi tak teratur Cushingoid
Menurunnya respons kelenjar hipofisis dan adrenal, terutama pada saat stress, misalnya pada trauma, pembedahan atau Sakit
Hambatan pertumbuhan pada anak-anak Menurunnya toleransi karbohidrat
Manifestasi diabetes mellitus laten
Perlunya Peningkatan dosis insulin atau OHO (Obat Hipoglikemik Oral) pada pasien yang sedang dalam terapi diabetes mellitus
Katarak subkapsular posterior Tekanan intraokular meningkat Glaukoma
Exophthalmos Lain-lain
Urtikaria dan reaksi alergi lain, reaksi anafilaktik atau hipersensitivitas
Interaksi
Dengan Obat Lain :
Obat-obat yang menginduksi enzim-enzim hepatik, seperti fenobarbital, fenitoin, dan rifampisin dapat meningkatkan klirens kortikosteroid. Oleh sebab itu jika terapi kortikosteroid diberikan bersama-sama obat-obat tersebut, maka dosis kortikosteroid harus ditingkatkan untuk mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan.
Kortikosteroid dapat meningkatkan klirens aspirin dosis tinggi yang diberikan secara kronis. Hal ini dapat menurunkan kadar salisilat di dalam serum, dan apabila terapi kortikosteroid dihentikan akan meningkatkan risiko toksisitas salisilat. Aspirin harus digunakan secara berhati-hati apabila diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid pada pasien yang menderita hipoprotrombinemia. Efek kortikosteroid pada terapi antikoagulan oral bervariasi. Beberapa laporan menunjukkan adanya peningkatan dan laporan lainnya menunjukkan adanya penurunan efek antikoagulan apabila diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid. Oleh sebab itu indeks koagulasi harus selalu dimonitor untuk mempertahankan efek antikoagulan sebagaimana yang diharapkan.
Dengan Makanan : -Mekanisme Kerja
Sebagai glukokortikoid, bersifat menekan sistem imun, anti radang.
Bentuk Sediaan
Tablet 5 mg, Kaptab 5 mg parameter monitoring stabilitas penyimpanan
Informasi pasien
Pasien yang sedang mendapat terapi imunosupresan sedapat mungkin harus menghindari sumber-sumber infeksi, sebab sistem imunnya sedang tidak berjalan baik. Apabila mendapat infeksi, harus segera mendapat pertolongan medis tanpa tunda.
Pasien yang sedang dalam terapi imunosupresan sangat rentan terhadap infeksi, antara lain infeksi oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, dan lain-lain. Oleh sebab itu harus benar-benar dijaga agar terhindar dari sumber infeksi. Kortikosteroid dapat menutupi gejala-gejala infeksi atau penyakit lain, dan infeksi baru dapat saja terjadi dalam periode penggunaannya. Terapi kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan katarak subkapsular posterior, glaucoma, yang juga dapat merusak syaraf penglihatan, dan dapat memperkuat infeksi mata sekunder yang disebabkan oleh virus ataupun jamur.
Pemberian vaksin hidup ataupun vaksin hidup yang dilemahkan, merupakan kontraindikasi untuk pasien yang sedang mendapat terapi kortikosteroid dosis imunosupresan. Vaksin yang dibunuh atau diinaktifkan dapat saja diberikan, tetapi responnya biasanya tidak memuaskan. Pemberian kortikosteroid pada pasien hipotiroidism ataupun sirosis biasanya menunjukkan efek kortikosteroid yang lebih kuat. Kortikosteroid harus diberikan secara sangat berhati-hati pada pasien dengan herpes simpleks okular karena risiko terjadinya perforasi kornea.