• Tidak ada hasil yang ditemukan

budnus1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "budnus1"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN AJAR BUDAYA NUSANTARA

PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN

SPESIALISASI KEBENDAHARAAN NEGARA

WORO ARYANDINI DAN TIM

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

TAHUN 2011

(2)

2 | P a g e

2 | P a g e

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa, yang atas berkah-Nya sehingga buku Bahan Ajar Budaya Nusantara Jilid I ini dapat diterbitkan. Bahan Ajar yang dihasilkan ini akan digunakan sebagai salah satu acuan pembelajaran bagi seluruh dosen mata kuliah Budaya Nusantara sebagai bentuk standardisasi proses pendidikan dan pembelajaran dalam rangka menjaga mutu dan meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Tugas utama kita, dosen-dosen Budaya Nusantara, adalah mencoba membantu mendiskripsikan kebudayaan suku-suku bangsa dalam masyarakat yang majemuk. Kuliah Budaya Nusantara pada hakekatnya mempelajari suatu masyarakat yang multietnik secara komparatif, dan menganalisis dengan segala teori kualitatif maupun kuantitatif yang berkaitan dengan kajian masyarakat yang multietnik itu, akan sangat bermanfaat bagi para mahasiswa yang nantinya ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia.

Kebudayaan Suku-suku Bangsa Indonesia Indonesia, yang dalam

Ensiklopedi Suku-suku Bangsa Indonesia karya pakar antropologi Dr. Junus

Mellalatoa, terdiri atas 931 suku bangsa itu, sangat perlu dimengerti dan dipahami oleh kita semua. Buku Bahan Ajar ini yang hanya memuat ikhtisar 19 suku bangsa yang ada di Indonesia, diharapkan dapat merupakan langkah awal untuk memahami suku-suku bangsa di Indonesia pada umumnya.

Kami memandang proyek penulisan buku Bahan Ajar ini sebagai salah satu tugas yang diberikan oleh Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara kepada generasi pertama Dosen Budaya Nusantara di perguruan tinggi ini, dalam rangka menstabilisasi pendidikan Budaya Nusantara. Salah satu tugas itu adalah penulisan suatu buku Bahan Ajar yang dapat mengikhtisarkan menjadi satu bahan keterangan tentang sebanyak mungkin masyarakat dan adat–istiadat dari aneka warna suku bangsa di Indonesia.

(3)

1 | P a g e

1 | P a g e

Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar Bahan ajar ini memenuhi persayaratan, baik dari segi materi maupun penampilannya. Namun karena keterbatasan pengetahuan kami, tentu Bahan Ajar ini masih kurang sempurna. Oleh karenanya kami mohon kritik dan saran, untuk perbaikan pada cetakan beruikutnya.

Akhirnya kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Direktur STAN yang telah memberi kepercayaan kepada kami untuk membuat buku Bahan Ajar ini, dan kepada semua penulis yang dengan sumbangan bab yang ditulisnya memberi isi pada buku ini.

Tak lupa juga saya menyatakan penghargaan saya sebesar-besarnya kepada semua yang telah membantu dalam semua tahap menuju ke arah penyelesaian dan penerbitan buku ini, terutama Staf Program Studi Akuntasi STAN, yang telah membantu menyediakan peta untuk masing-masing kebudayaan, serta selalu membantu tersedianya keperluan untuk membuat Bahan Ajar ini.

Catatan:

Buku Bahan Ajar Budaya Nusantara Jilid I ini dimaksudkan untuk pemberian materi bahan perkuliahan tahap pertama setiap semester

Jakarta, Agustus 2011

(4)

2 | P a g e 2 | P a g e

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 2

PENDAHULUAN ... 3

BANGSA ... 4

A.

Konsep Suku Bangsa ... 4

B.

Pengertian Kemajemukan Bangsa ... 8

C.

Terbentuknya Bangsa Indonesia ... 9

D.

Simbol dan Slogan Bangsa Indonesia ... 10

KEBUDAYAAN ... 14

B.

Wujud Kebudayaan ... 15

C.

Kerangka Kebudayaan ... 15

(5)

3 | P a g e

3 | P a g e

PENDAHULUAN

Kepulauan Indonesia yang juga disebut Nusantara merupakan suatu gugusan pulau yang terpanjang dan terbesar di dunia. Ia terdiri atas ribuan pulau, yang diatasnya dihuni oleh ratusan suku bangsa dengan adat istiadatnya masing-masing, yang berbeda-beda. Adat istiadat atau kebudayaan suku bangsa itu dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain letak geografis, iklim - termasuk curah hujan - , keadaan tanah, jumlah penduduk, di samping masih ada faktor lainya. Sebagai daerah kepulauan yang terletak di antara benua Asia dan Australia, ia juga merupakan tempat persinggahan dan dilewati oleh lalu lalangnya orang dari Benua Asia yang mengunjungi Benua Australia, dan sebaliknya. Faktor ini juga mempengaruhi adat istiadat suatu suku bangsa, karena tentu ada jejak atau peninggalan dari manusia yang melewati suatu daerah. Oleh karenanya akan disinggung pula tentang persebaran bangsa-bangsa yang menjadikan bangsa Indonesia atau terjadinya bangsa Indonesia.

Untuk memahami budaya tiap suku bangsa di Nusantara bukanlah hal yang mudah, karena budaya mencakup gagasan, perilaku berpola dan kebudayaan fisiknya yang berupa hasil karya tiap suku bangsa. Karenanya dalam setiap bab yang berbicara tetang suatu suku bangsa, akan dianalisis sistem budayanya yang merupakan kompleks gagasan, sistem sosialnya yang merupakan wujud perilaku berpolanya, dan kebudayaan fisknya yang merupakan hasil karyanya, berupa unsur universal yang ada pada setiap kebudayaan suatu masyarakat.

Bahan Ajar Budaya Nusantara Jilid I terdiri atas delapan bab, Bab I, Bab II dan Bab III merupakan paparan tentang konsep dan teori yang berkaitan tentang bangsa maupun suku bangsa, kebudayaan dan dinamikanya.

Bab IV berbicara tentang pengaruh suatu kebudayaan yang masuk, dalam hal ini kebudayaan Hindu, Budha, Islam, dan Barat.

Bab V, Bab VI, Bab VII, dan Bab VIII secara utuh membicarakan suatu kebudayaan tiap suku bangsa.

(6)

4 | P a g e

4 | P a g e

BAB

BANGSA

A. Konsep Suku Bangsa

Kebudayaan atau culture adalah keseluruhan pemikiran dan benda yang dibuat atau diciptakan oleh manusia dalam perkembangan sejarahnya. Para ahli umumnya sepakat bahwa kebudayaan adalah perilaku dan penyesuaian diri manusia berdasarkan hal-hal yang dipelajari atau sering disebut dengan learning behavior Ki Hajar Dewantara mendefinisikan kebudayaan sebagai kemenangan atau hasil perjuangan hidup, yakni perjuangannya terhadap dua kekuatan yang kuat dan abadi, alam dan zaman. Kebudayaan tidak pernah mempunyai bentuk yang abadi, tetapi terus menerus berganti-gantinya.. Tiap-tiap kelompok masyarakat pada periode yang sama seringkali memiliki budaya yang berbeda-beda. Perbedaan budaya juga mungkin dalam satu kelompok masyarakat karena adanya perbedaan zaman atau masa.

Berbicara tentang Kebudayaan Nusantara tentu tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan suku bangsa yang hidup dan berkembang di Indonesia. Kelompok etnik atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis. Anggota suatu suku bangsa pada umumnya ditentukan menurut garis keturunan

1

Tujuan Instruksional Khusus :

Mahasiswa dapat menguraikan arti bangsa, suku bangsa, keanekaragaman budaya bangsa, terbentuknya bangsa Indonesia serta simbol dan slogan yang dimilikinya.

(7)

5 | P a g e

5 | P a g e

ayah (patrilinial) seperti suku bangsa Batak, menurut garis keturunan ibu (matrilineal) seperti suku Minang, atau menurut keduanya seperti suku Jawa.

Adapula suku bangsa yang ditentukan berdasarkan percampuran ras seperti sebutan "orang peranakan" untuk campuran bangsa Melayu dengan Tionghoa, "orang Indo" sebutan campuran bule dengan bangsa Melayu, "orang Mestis" untuk campuran Hispanik dengan bumiputera, "orang Mulato" campuran ras Negro dengan ras Kaukasoid, Eurosia, dan sebagainya. Adapula suku bangsa yang ditentukan menurut agamanya, seperti sebutan Melayu di Malaysia untuk orang bumiputera yang Muslim, orang Serani bagi yang beragama Nasrani (peranakan Portugis seperti orang Tugu), suku Muslim di Bosnia, orang Moro atau Bangsa Moro di Filipina Selatan, dan sebagainya.

Terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia. Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Orang Jawa kebanyakan berkumpul di Pulau Jawa, akan tetapi jutaan jiwa telah bermigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di Nusantara bahkan ke luar negeri seperti ke Malaysia dan Suriname. Suku Sunda, Suku Melayu, dan Suku Madura adalah kelompok terbesar berikutnya di negara ini. Banyak suku-suku terpencil, terutama di Kalimantan dan Papua, memiliki populasi kecil yang hanya beranggotakan ratusan orang.

Pembagian kelompok suku di Indonesia pun tidak mutlak dan tidak jelas akibat perpindahan penduduk, percampuran budaya, dan saling pengaruh; sebagai contoh sebagian pihak berpendapat orang Banten dan Cirebon adalah suku tersendiri dengan dialek yang khusus pula, sedangkan sementara pihak lainnya berpendapat bahwa mereka hanyalah sub-etnik dari suku Jawa secara keseluruhan. Demikian pula Suku Baduy yang sementara pihak menganggap mereka sebagai bagian dari keseluruhan Suku Sunda. Contoh lain percampuran suku bangsa adalah Suku Betawi yang merupakan suku bangsa hasil percampuran berbagai suku bangsa pendatang baik dari Nusantara maupun orang Tionghoa dan Arab yang datang dan tinggal di Batavia pada era kolonial.

Hal-hal yang menjadi unsur pembentuk suku bangsa meliputi hubungan darah, kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan religi, dan kesamaan mitologi.

(8)

6 | P a g e

6 | P a g e

Gambar 1.1

Unsur-Unsur Pembentuk Suku Bangsa

1. Hubungan Darah

Hubungan darah atau kekerabatan merupakan unsur utama pembentuk suku bangsa. Pada awalnya manusia berasal dari satu nenek moyang yang sama yaitu Adam dan Hawa. Kemudian dari mereka terlahir anak cucu yang tinggal bertebaran di bumi. Pada tiap-tiap wilayah yang mereka tinggali berkelompoklah masyarakat atau suku yang memiliki identitas yang spesifik dibanding dengan kelompok yang lain. Secara fisik adanya hubungan darah ini dapat dikenali dari kesamaan warna kulit, rambut, dan bentuk fisik yang lain.

Dari kesamaan hubungan darah ini muncullah suku-suku yang sangat beragam. Sebelum terbentuknya bangsa-bangsa dan negara-negara di Eropa, sesungguhnya Inggris, Prancis, Belanda, Portugis, Spanyol dan bangsa-bangsa di sekita Eropa merupakan suku bangsa tidak ubahnya suku Jawa, Sunda, Madura, Bugis dan suku-suku lainnya di Indonesia.

2. Kesamaan Bahasa

Bahasa merupakan unsur pembentuk suku bangsa yang mudah kita kenali. Dalam satu areal / pulau dapat terdiri dari beberapa suku. Contoh yang paling mudah adalah di

unsur-unsur suku

bangsa

hubungan

darah

Kesamaan

bahasa

Kesamaan

adat

istiadat

Kesamaan

religi

Kesamaan

mitologi

(9)

7 | P a g e

7 | P a g e

Pulau Jawa. Selain suku Jawa yang banyak mendiami Jawa Timur dan Jawa Tengah, juga terdapat suku Sunda yang mendiami Jawa Barat, suku Betawi yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Selain itu juga terdapat suku Madura yang tinggal di pulau Madura yang masih bagian dari propinsi Jawa Timur. Dapat juga ditambahkan di sini adanya suku Tengger yang mendiami Gunung Bromo di Jawa Timur.

Kalau kita perhatikan unsur pembentuk suku-suku di atas, terlihat dengan mudah yang menjadi penentunya adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat di tiap-tiap suku bersangkutan. Suku Jawa menggunakan bahasa Jawa, suku Sunda menggunakan bahasa Sunda, suku Betawi menggunakan bahasa Betawi, suku Madura menggunakan bahasa Madura dan suku Tengger menggunakan bahasa Tengger

3. Kesamaan Adat Istiadat

Kesamaan adat kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari merupakan unsur pembentuk suku bangsa yang sangat mudah dikenali. Dengan melihat adat istiadat seseorang sering kali kita dapat menduga dari seseorang berasal. Dalam pengertian sempit adat istiadat sering diknotasikan sebagai budaya masyarakat setempat, meskipun pada dasarnya budaya sesungguhnya lebih luas pengertiannya dari sekedar adat istiadat.

Cara berpakaian, rumah tinggal hingga dalam upacara perkawinan terlihat nyata perbedaan adat yang dimiliki antar suku di Indonesia. Pakaian khas orang Jawa berbeda dengan pakaian adat orang Dayak ataupun Papua. Rumah adat orang Minangkabau tentu berbeda dengan rumah adat orang Bugis ataupun orang Maluku. Dalam upacara perkawinan terlihat perbedaan yang nyata antara adat suku Aceh dengan suku Betawi ataupun orang Nusa Tenggara.

4. Kesamaan Religi

Kesamaan agama yang dianut suatu kelompok masyarakat sering menjadi unsur pembentuk suatu suku bangsa. Suku Aceh dan Madura identik dengan agama Islam sedangkan suku Toraja identik dengan agama Kristen. Sementara itu Bali diidentikkan dengan agama Hindu dan suku Tionghoa identik dengan agama Konghucu. Adanya kesamaan religi umumnya menjadi unsur pembentuk suatu suku bangsa, meskipun tidak seluruh anggota masyarakat suatu suku bangsa mempunyai keyakinan agama yang homogen. Sebagai contoh meskipun Bali mayoritas beragama Hindu namun cukup banyak juga masyarakat yang beragama Islam ataupun Kristen.

(10)

8 | P a g e

8 | P a g e

5. Kesamaan Mitologi

Mitologi adalah ilmu tentang mitos. Mitologi berkaitan dengan sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan makhluk halus di suatu kebudayaan. Mitologi terkait dekat dengan legenda maupun cerita rakyat. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, kehidupan makhluk halus dan sebagainya.Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.

Salah satu mitos yang terdapat pada suku Batak adalah keyakinan bahwa asal mula manusia di dunia ini adalah yang tinggal di tanah Batak tepatnya saat ini berada di pulau Samosir. Ada juga mitos di sebagian suku Jawa utamanya di Yogyakarta tentang Nyi Roro Kidul sebagai penguasa laut selatan. Mitos-mitos ini dapat menjadi unsur pembentuk suatu ikatan kesukuan meskipun dalam banyak hal mitos ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan atau bertentangan dengan keyakinan agama (syirik)

B. Pengertian Kemajemukan Bangsa

Menurut Prof. Dr. H. Nur Syam, Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel, kemajemukan atau multikulturalisme adalah seperangkat ide atau gagasan yang menghasilkan aliran yang berpandangan bahwa terdapat variasi budaya di dalam kehidupan masyarakat. Yang terjadi adalah adanya kesetaraan budaya, sehingga antara satu entitas budaya dengan budaya lainnya tidaklah berada di dalam suasana bertanding untuk memenangkan pertarungan.

Di dalam Kitab Suci Al Qur’an, disebutkan bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam berbagai penggolongan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Kitab-kitab suci yang lain pun juga menginformasikan hal yang sama tentang multikulturalitas tersebut. Secara empiris (kasat mata) tidak ada masyarakat yang bercorak monokultur. Secara empiris masyarakat terdiri dari berbagai penggolongan sosial, budaya, politik, agama, serta terdiri dari berbagai etnis dan suku.

Adanya realitas keragaman pada masyarakat dan bangsa harus mampu memunculkan kesadaran unity in diversity, berbeda-beda tetapi satu jua, yang dalam slogan bangsa Indonesia dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika. Kebhinnekaan bukan malapetaka tetapi rahmat yang perlu dijaga.

(11)

9 | P a g e

9 | P a g e

C. Terbentuknya Bangsa Indonesia

Nusantara merupakan istilah yang dipakai oleh orang Indonesia untuk menggambarkan wilayah kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Kata ini tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga ke-16), namun untuk menggambarkan konsep yang berbeda dengan penggunaan sekarang. Pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara sebagai nama alternatif untuk negara lanjutan Hindia-Belanda

.

Setelah penggunaan nama Indonesia disetujui untuk dipakai, kata Nusantara dipakai sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia. Malaysia memakai istilah ini namun dalam pengertian yang agak berbeda. Di Malaysia, istilah ini lazim digunakan untuk menggambarkan kesatuan geografi-antropologi kepulauan yang terletak di antara benua Asia dan Australia, termasuk Semenanjung Malaya namun biasanya tidak mencakup Filipina.

Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum bentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.

Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.

(12)

10 | P a g e

10 | P a g e

Selanjutnya kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok.

D. Simbol dan Slogan Bangsa Indonesia

Secara singkat bangsa dapat didifinisikan sebagai kumpulan masyarakat yang membentuk suatu negara karena dipersatukan oleh cita-cita yang sama. Dalam konteks negara kita, bangsa Indonesia terbentuk dari kumpulan suku-suku bangsa yang sangat beragam dari Sabang sampai Merauke yang berhimpun bersama dengan membentuk negara Indonesia dengan tujuan mencapai kemakmuran dan kejayaan bangsa dan negara.

Simbol bangsa dan negara Indonesia sejak masa perjuangan hingga saat ini meliputi rumusan falsafah bangsa yang tertuang dalam Pancasila, lambang Burung Garuda, dan Bendera Merah Putih.

1. Pancasila

Rumusan yang terinci dalam lima sila pada Pancasila merupakan ringkasan tata nilai yang berlaku dan hidup pada bangsa Indonesia khususnya pada saat Pancasila itu disepakati oleh para founding fathers negara Indonesia. Pada saat ini nilai-nilai luhur yang terangkum pada Pancasila mulai memudar dan berganti dengan nilai-nilai yang cenderung negatif milik bangsa lain karena adanya ilfiltrasi budaya dan pemikiran pada bangsa Indonesia

2. Burung Garuda

Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950

3. Bendera Merah Putih

Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Sang Merah Putih. Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan

(13)

11 | P a g e

11 | P a g e

ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama. Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna Kerajaan Majapahit. Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah putih sebagai lambang kebesaran.

Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji merah putih. Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih sebagai warna benderanya, bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII. Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang–pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran. Di zaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone. Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang. Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai panji-panji berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda.

Kemudian, warna-warna yang dihidupkan kembali oleh para mahasiswa dan para nasionalis di awal abad 20 sebagai ekspresi nasionalisme terhadap Belanda. Bendera merah putih digunakan untuk pertama kalinya di Jawa pada tahun 1928. Di bawah pemerintahan kolonialisme, bendera itu dilarang digunakan. Sistem ini diadopsi sebagai bendera nasional pada tanggal 17 Agustus 1945, ketika kemerdekaan diumumkan dan telah digunakan sejak saat itu pula.

Selain simbol-simbol bangsa dan negara, kita juga memiliki slogan-slogan yang menunjukkan jati diri bangsa dan negara Indonesia. Slogan bangsa Indonesia ketika masa perjuangan untuk meraih kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan adalah hidup atau mati. Kemudian untuk mempersatukan bangsa yang sangat beragam dari aspek agama, suku, bahasa, dan banyak perbedaan

(14)

12 | P a g e

12 | P a g e

lainnya kita memiliki slogan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu”.

Pada masa reformasi ini muncul slogan dari para pemimpin politik yang sering disampaikan dalam pertemuan umum dan kampanyenya yang kita dengar

Bersama Kita Bisa. Mungkin tidak ada salahnya kalau saat ini kita gunakan

slogan ini untuk membangkitkan semangat meraih kemajuan dan kejayaan bangsa dan negara dengan sedikit perubahan sehingga menjadi Indonesia Bisa.

RANGKUMAN

1) Kelompok etnik atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis. Hal-hal yang menjadi unsur pembentuk suku bangsa meliputi hubungan darah, kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan religi, dan kesamaan mitologi.

2) Kemajemukan atau multikulturalisme adalah seperangkat ide atau gagasan yang menghasilkan aliran yang berpandangan bahwa terdapat variasi budaya di dalam kehidupan masyarakat. Adanya realitas keragaman pada masyarakat dan bangsa harus mampu memunculkan kesadaran unity in diversity, berbeda-beda tetapi satu jua. Kebhinnekaan bukan malapetaka tetapi rahmat yang perlu dijaga. 3) Nusantara merupakan istilah yang dipakai oleh orang Indonesia untuk menggambarkan wilayah kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Kata ini tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga ke-16). Pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara sebagai nama alternatif untuk negara lanjutan Hindia-Belanda.Setelah penggunaan nama Indonesia disetujui untuk dipakai, kata Nusantara dipakai sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia.

4) Simbol bangsa dan negara Indonesia sejak masa perjuangan hingga saat ini meliputi rumusan falsafah bangsa yang tertuang dalam Pancasila, lambang Burung Garuda, dan Bendera Merah Putih. Slogan bangsa Indonesia ketika masa perjuangan untuk meraih kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan adalah hidup atau mati. Slogan Bhinneka Tunggal Ika, kita gunakan untuk mempersatukan bangsa yang beraneka budaya.

(15)

13 | P a g e

13 | P a g e

LATIHAN

1) Jelaskan apa pengertian suku bangsa!

2) Sebutkan unsur-unsur apa saja yang menjadi pembentuk suku bangsa! 3) Jelaskan proses terbentuknya bangsa Indonesia!

4) Berikan 3 (tiga) contoh kemajemukan suku bangsa! 5) Sebutkan simbol-simbol bangsa Indonesia!

(16)

14 | P a g e 14 | P a g e

BAB

KEBUDAYAAN

E. A. Definisi Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat (1980:195) kata ‘kebudayaan’ berasal dari kata ‘bhudayah’ (Bahasa Sansekerta), yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagi ‘hal-hal yang bersangkutan dengan akal’. Sedangkan kata ‘budaya’ merupakan perkembangan majemuk dari ‘budi daya’, yang berarti daya dari budi yang berupa cipta , rasa, dan karsa, dengan ‘kebudayaan’ yang berarti hasil dari cipta, rasa dan karsa. Namun dalam Bahan Ajar ini kebudayaan dan budaya diartikan sama.

Kebudayaan mencakup keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menginterprestaikan, memahami, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kebudayaan dapat diartikan secara luas mau pun secara sempit. Ahli Antriopologi menangkapnya secara luas, yang oleh Koentjaraningrat (198o:193) diberi definisi sebagai berikut:

“Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, tindakan berpola, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan manusia yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”

Cakupannya adalah bahasa, tatanan sosial, pencarian nafkah, pengetahuan, kesenian, teknologi, dan religi. Ketujuh unsur kebudayaan ini lazim disebut Cultural

Universal (unsur kebudayaan yang universal).

Tujuan Instruksional Khusus:

Mahasiswa dapat menguraikan makna definisi kebudayaan, wujud kebudayaan yang berupa sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik meliputi unsur-unsur kebudayaan yang universal

(17)

15 | P a g e

15 | P a g e

Kebudayaan yang diartikan secara sempit biasanya diberi arti terbatas kepada hal-hal yang indah seperti candi, tari-tarian, seni rupa, seni suara, dan kesusasteraan, yaitu yang membuat manusia lebih beradab, lebih halus, dan lebih berbudi

B. Wujud Kebudayaan

Kebudayaan yang diartikan secara luas mempunyai tiga wujud, yaitu:

1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, letaknya di dalam kepala masing-masing orang yang menganutnya. Disebut sistem budaya karena gagasan dan pikiran tersebut tidak merupakan kepingan-kepingan yang terlepas, melainkan saling berkaitan berdasar asas-asas yang sangat erat hubungannya, sehingga menjadi sistem gagasan dan pikiran yang relatif mantap dan kontinu. Jika masyarakat menyatakan gagasannya dalam bentuk tulisan, maka wujud sistem budaya itu berada dan dapat ditangkap dalam bentuk karangan-karangan, dalam buku-buku yang dihasilkan warga masyarakat itu. Sistem budaya ini berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan dan perbuatan manusia di dalam masyarakat . Ia disebut adat, tata kelakuan, atau adat istiadat.

2. Kompleks perilaku berpola, berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, sifatnya konkret, dapat diamati, atau diobservasi. Wujud ini disebut sistem sosial. Sistem ini tidak dapat dilepaskan dari sistem budaya. Apa pun bentuknya, pola-pola aktivitas tersebut ditentukan atau ditata oleh gagasan-gagasan yang berada di dalam kepala manusia. Karena manusia saling berinteraksi, maka pola aktivitas dapat pula menimbulkan gagasan, konsep dan pikiran baru.

3. Benda hasil karya manusia, disebut wujud kebudayaan fisik, misalnya arca , nyanyian, gedung, meja, dan yang semacam itu. Karena setiap kebudayaan memiliki paling sedikit tujuh unsur kebudayaan fisik ini, maka disebut juga sebagai cultural universal, unsur kebudayaan yang universal

C. Kerangka Kebudayaan

Kerangka Kebudayaan terdiri atas tiga lingkaran yang konsentris, sesuai dengan tiga wujud kebudayaan yang ada:

1. Lingkaran pertama, yang paling dalam disebut Sistem Budaya. Meskipun tidak terlihat (covert culture), karena berada di dalam otak masing-masing individu, merupakan jaringan dari beberapa sistem, yaitu :

(18)

16 | P a g e

16 | P a g e

a. Sistem nilai budaya b. Sistem norma c. Etika

d. Pandangan Hidup e. Ideologi Nasional

2. Lingkaran kedua, terletak lebih luar, disebut Sistem Sosial, yaitu perilaku berpola. Interaksi sosial yang berpola itu dapat diamati karena ia sudah tampak; dan kemudian makna interaksi itu dapat dianalisis, dapat dipotret, dan dapat difilmkan.

3. Lingkaran yang ketiga adalah yang paling luar, karenanya paling jelas terlihat. Lingkaran ini berisi tujuh unsur kebudayaan yang disebut unsur kebudayaan yang universal (Cultural Universal), karena selalu ada dalam setiap masyarakat. disebut juga Kebudayaan Fisik. Ketujuh unsur kebudayaan itu adalah:

a. Bahasa

b. Sistem Pengetahuan c. Sistem Teknologi

d. Sistem Organisasi Sosial e. Sistem Ekonomi

f. Sistem Religi g. Kesenian

Hubungan antara ketiga wujud kebudayaan tadi (termasuk ketujuh unsur kebudayaan yang disebut Cultural Universal), dapat dilihat dalam Bagan1 dan Bagan 2

(19)

17 | P a g e

17 | P a g e

Bagan II

<,---

Salah

Dalam Sistem Budaya terdapat :

a. Sistem nilai budaya b. Sistem norma c. Etika

d. Pandangan Hidup e. Ideologi nasional Kebudayaan fisik terdiri atas:

a. Bahasa

b. Sistem Pengetahuan c. Sistem Teknologi

d. Sistem Organisasi Sosial e. Sistem Ekonomi

f. Sistem Religi g. Kesenian

D. Sistem Nilai Budaya

Dalam kajian sosiologi, yang dimaksud dengan sistem nilai budaya adalah nilai inti (score value) dari masyarakat. Nilai inti ini diikuti oleh setiap individu atau kelompok individu yang jumlahnya cukup besar. Orang-orang ini betul-betul menjunjung tinggi nilai inti ini sehingga menjadi salah satu faktor penentu untuk berperilaku. Karena itu sistem nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem nilai budaya itu

(20)

18 | P a g e

18 | P a g e

demikian kuat menyerap dan berakar di dalam jiwa masyarakat sehingga sulit diganti atau diubah dalam waktu singkat. Sistem nilai budaya menyangkut masalah-masalah pokok bagi kehidupan manusia.

Bagian yang paling dalam dari sistem budaya dan yang menjadi pengendali dan pemberi arah pada kelakuan dan tindakan manusia adalah sistem nilai budaya. Sistem nilai budaya ini berkaitan dengan konsep nilai dan oreintasi nilai budaya.

1. Konsep Nilai

Nilai merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Dalam hidupnya manusia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai. Nilai adalah suatu hal tentang apa yang diinginkan atau tidak diinginkan, tentang apa yang boleh dikerjakan atau tidak boleh dikerjakan, tentang apa yang berharga atau yang tidak berharga.

Bidang yang berhubungan dengan nilai adalah etika (nilai yang berkaitan dengan tingkah laku manusia, berkaitan dengan moral) dan estetika (nilai yang berkaitan dengan seni, berkaitan dengan keindahan.

Nilai–nilai ini dalam masyarakat tercakup dalam tradisi dan adat kebiasaan, yang secara tidak sadar diterima dan dilaksanakan oleh anggota masyarakat tersebut

2. Orientasi Nilai Budaya

Secara universal orientasi nilai budaya ini telah disusun kerangkanya oleh seorang antropolog bernama C. Kluckhohn. Untuk memudahkan pemahaman tentang sistem nilai budaya ini secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Kerangka Kluckhohn mengenai lima dasar hidup yang menentukan Orientasi Nilai Budaya manusia.

Masalah Dasar

Dalam Hidup Orientasi Nilai Budaya

Hakikat hidup Hidup itu buruk Hidup itu baik

Hidup itu buruk, tetapi manusia wajib berikhtiar supaya hidupnya menjadi baik

Hakikat Karya Karya itu untuk nafkah hidup

Karya itu untuk kedudukan dan

Karya itu untuk menambah karya

(21)

19 | P a g e 19 | P a g e kehormatan Persepsi manusia tentang waktu Orientasi ke masa lampu Orientasi ke masa

kini Orientasi ke masa depan

Pandangan manusia terhadap alam

Manusia tunduk kepada alam yang dashyat Manusia berusaha menjaga keselarasan dengan alam Manusia berhasrat menguasai alam Hakikat hubungan antara manusia dengan sesama Orientasi vertical : rasa ketergantungan kepada tokoh atasan Orientasi Horizontal: Rasa ketergantungan kepada sesama (berjiwa gotong royong)

Individualisme, menilai tinggi usaha atas kekuatan sendiri

RANGKUMAN

1) Dalam Ilmu Antropologi, yang dimaksud dengan kebudayaan adalah dalam pengertiannya yang luas, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan manusia: gagasannya, perilakunya, dan hasil karya dalam kebudayaaan fisiknya. Hal ini berbeda dengan pengertian kebudayaan yang umumnya dibicarakan dalam lingkungan masyarakat umum, yaitu kebudayaan dalam arti sempit, yang hanya berkaitan dengan keindahan dan seni, yang umumnya dipakai pada waktu ada upacara adat atau untuk mendukung pariwisata.

2) Setiap masyarakat mempunyai kebudayaannya masing-masing. Kebudayaan masing-masing masyarakat itu unik, khas, dan menjadi ciri atau identitas dari sebuah masyarakat. Mungkin dua masyarakat atau lebih memiliki sebuah atau lebih unsur kebudayaan yang sama. Hal itu tidak menjadikan dua atau lebih masyarakat itu menjadi tidak mempunyai identitas. Mereka (hanya) termasuk dalam sebuah daerah kebudayaan.

3) Kebudayaan hanya dimiliki oleh manusia, karena manusia berakal budi. Oleh manusia kebudayaannya ditularkan ke generasi berikutnya atau ke kelompok lain dengan cara belajar. Berbeda dengan makhluk lain, terutama binatang, mereka tidak belajar, namun ‘keahliannya’ telah diprogram dalam otaknya ketika mereka masih dalam bentuk telur atau janin, jadi secara genetik. Jadi ‘kebudayaan’ atau ‘adat kebiasaan’ seekor itik akan tetap saja dari sejak menetas sampai dia mati. Sedangkan kebudayaan manusia selalu berubah, dari dia lahir, dewasa, sampai dia tua dan meninggal (Ini akan kta bicarakan dalam Bab III).

(22)

20 | P a g e

20 | P a g e

LATIHAN

4) Kebudayaan itu mempunyai wujud, baik wujud fisik maupun wujud non-fisik. Yang berupa wujud non-fisik tercakup dalam sistem budaya, adanya dalam pikiran seorang individu. Wujud kebudayaan fisik terdapat dalam sistem sosial, bagaimana masyarakat itu berinteraksi dan sudah dapat dilihat dan didengar. Yang lebih jelas lagi adalah wujud kebudayaan fisik yang terdapat dalam lingkaran paling luar dari kerangka kebudayaan, yang terdapat dalam cultural

universal atau unsur kebudayaan yang universal. Meskipun demikian, tidak

semua unsur dari cultural universal itu dapat dipegang atau diraba, meskipun dapat ditangkap dengan pancaindera. Misalnya religi, pengertian religi adalah non-fisik, tetapi penghayatannya ada bagian yang berupa fisik, misalnya seseorang bersembahyang, membuat sesajen, dan berdoa.

5) Hubungan antara ketiga wujud kebudayaan itu: wujud gagasan, wujud perilaku berpola dan wujud kebudayaan fisiks, dapat terlihat jelas dalam Kerangka Kebudayaan. Sebagai contoh, kita ambil sebuah juring dari Kerangka Kebudayaan. Bagian yang paling ujung, sebagai puncaknya adalah wujud gagasannya, kemudian yang di tengah adalah wujud perilaku berpolanya, dan yang paling bawah adalah wujud kebudayaan fisiknya.

6) Bila dalam gagasannya ia tidak menyukai seseorang, maka akan terlihat pada sistem sosialnya ia bermuka masam ketika melihat orang yang tidak disukainya, yang kemudian akan terlihat jelas ketika ia terpaksa berbicara dengan orang itu, ia akan mmpergunakan kata–kata yang kasar, yang merupakan bahasanya, ini merupakan kebudayaan fisiknya.

7) Sistem nilai budaya yang menjadi inti dari seluruh wujud gagasannya adalah pusat dari semua aktivitas seorang individu. Ia menjadi motor dari perilakunya, dan pendorong bagi kebudayaan fisiknya. Dalam sistem nilai budaya itu terdapat konsep nilai yang terdiri atas etika, sopan santun, moral dan estetika, yang berkaitan dengan keindahan, keindahan jasmaniah dan keindahan rohaniah. Hal ini akan menghasilkan orientasi nilai budaya seseorang.

8) Seseorang akan mengfokuskan perhatian dalam hidupnya kepada kelima masalah dasar hidup, yaitu berkaitan denga hakikat hidup manusia. Hubungannya dengan waktu, hubungannya dengan karya, hubungannya dengan alam, dan hubungannya dengan sesama.

9) Kita mengambil contoh seorang yang optimistik. Berkaitan dengan hakikat hidup, bila ia termasuk orang yang memandang hidup dengan perasaan yang optimis, meskipun suatu saat ia menderita, ia akan berusaha mengubah keadaannya yang kurang menguntungkan menjadi hidup yang menyenangkan.

(23)

21 | P a g e

21 | P a g e

Oleh Dr. Woro Aryandini , SS, MSi

1) Jelaskan apa perbedaan antara kebudayaan dalam arti luas dan kebudayaan dalam arti sempit.

2) Jelaskan bagaimana kebudayaan ditanggapi oleh manusia, dan instink ditanggapi oleh binatang.

3) Bila Anda naik bis kota atau KRL yang penuh sesak, apa antisipasi Anda bila ada seseorang atau beberapa orang yang seolah-olah ‘memepet’ Anda? 4) Jelaskan hubungan antara wujud-wujud kebudayaan yang tergambar dalam

Kerangka Kebudayaan. Ambillah contoh seperti yang diutarakan di atas, namun dengan topik yang berbeda.

5) Ketika sebuah gunung berapi meletus, ambil saja misalnya Gunung Merapi, bagaimana orientasi nilai budaya orang-orang di lereng Gunung Merapi itu? Uraikan sejelas mungkin!

Hubungannya dengan waktu, ia akan mengarahkan hidupnya untuk masa depan yang lebih baik daripada yang dialaminya sekarang. Hubungannya dengan karya, ia akan berusaha membuat lapangan kerja agar banyak orang dapat dibantu kehidupannya. Hubungannya dengan alam, ia akan menghormati alam dengan cara menyelaraskan diri dengan hukum-hukum yang telah dibuat oleh alam. Hubungannya dengan sesama, ia akan bergotong royong untuk kebaikan lingkungannya, kebaikan mayarakatnya.

10) Jadi tergantung kepada orientasi nilai budaya seseorang, bagaimana ia akan mengerjakan sesuatu atau berbuat sesuatu.

(24)

22 | P a g e

22 | P a g e

BAB

DINAMIKA KEBUDAYAAN

A. Penyebab Dinamika Kebudayaan

Kebudayaan itu tidaklah statis, kebudayaan selalu berubah, ia dinamis sebagaimana kehidupan manusia itu juga dinamis. Ia berubah karena adanya perubahan diri manusia yang menghasilkan kebudayaan. Perubahan itu dapat disebabkan karena jumlah manusia berubah, gagasannya berubah, mau pun komposisi penduduk dalam suatu daerah yang berubah.

Proses penumbuhan dan perubahan kebudayaan berjalan akumulatif, makin lama makin banyak terhimpun unsur-unsur kebudayaan baru. Ada unsur-unsur baru yang masuk, namun ada pula unsur-unsur lama yang sudah tidak diperlukan menghilang. Namun yang hilang tidaklah sebanyak yang muncul. Unsur baru yang muncul dapat membawa suatu perbaikan kualitatif, setidak-tidaknya dalam wujud kebudayaan fisik. Karenanya kebudayaan tidak pernah mundur. Mungkin unsur kebudayan lama yang pernah menghilang muncul kembali, melalui sebuah proses yang ada kalanya cukup panjang.

Proses perubahan kebudayaan tidaklah sama dalam semua kebudayaan. Dalam masyarakat yang terisoler perubahan kebudayaan berjalan lambat, sebaliknya dalam masyarakat yang terbuka, tidak terisoler, perubahan kebudayaan cenderung berjalan cepat. Perubahan kebudayan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga atau sejumlah warga dari suatu masyarakat yang bersangkutan. Perubahan itu mencakup aturan, norma, nilai-nilai, teknologi, selera, rasa keindahan, kesenian dan bahasa. Bila sistem budayanya berubah, maka sistem sosialnya juga akan

Tujuan Instruksional Khusus :

Mahasiswa dapat menguraikan dinamika yang terjadi dalam kebudayaan, penyebabnya, dampaknya, dan penanggulangannya terhadap dampak negatif dari dinamika kebudayaan

3

(25)

23 | P a g e

23 | P a g e

beruah, demikian pula kebudaayan fisiknya sebagai hasil karya. Bila kita mengacu kepada wujud kebudayaan, maka perubahan itu terjadi dalam ketiga wujud kebudayaan, yaitu pada tingkat sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisiknya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kebudayaan itu selalu dalam keadaan bergera. Perubahan itulah yang dinamakan dinamika kebudayaan.

Penyebabnya atau faktornya ada bermacam-macam, antara lain: 1. Dari Dalam Masyarakat Sendiri

a. Karena Perubahan Jumlah penduduk

Penduduk adalah populasi manusia yang tinggal di suatu tempat atau daerah. Dinamika penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu tempat. Perubahah jumlah penduduk ini disebabkan karena kelahiran, kematian, dan migrasi. Ini dinamakan perubahan alami. Dalam hal ini terlihat fertilitas dan mortalitas menunjang adanya peubahan kebudayaan.

Fertilitas adalah tingkat pertambahan anak yang dihitung dari jumlah kelahiran setiap 1000 penduduk. Tingkat kelahiran yang dihitung dari jumlah kelahiran per seribu penduduk dalam satu tahun disebut angka kelahiran rata-rata atau angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate, disingkat CBR).

Di samping itu ada tingkat kelahiran dari wanita umur produktif per tahun, yaitu:

Mortalitas adalah tingkat kematian yang dihitung dari jumlah kematian setiap 1000 penduduk. Tingkat kematian yang dihitung dari jumlah kematian per seribu penduduk dalam satu tahun disebut angka kematian kasar (Crude

Death Rate, disingkat CDR)

Karena kebudayaan itu adalah kumpulan dari gagasan anggota masyarakat, maka kalau anggota masyarakat itu berubah, maka kebudayaan juga akan

(26)

24 | P a g e

24 | P a g e

berubah. Dengan kelahiran, maka anggota suatu masyarakat itu bertambah. Dengan adanya kematian maka anggota masyarakat itu berkurang. Itu menyebabkan adanya gerak kebudayaan, pikiran dan gagasan dalam masyarakat itu berubah.

Demikian juga dengan adanya migrasi. Migrasi adalah perpindahan penduduk. Penduduk dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, pindah ke daerah baru untuk berbagai alasan. Alasannya mungkin ia berdagang ke tempat lain, seperti pedagang dari Jurangmangu yang berjualan ke Blok M, atau mahasiswa yang meninggalkan daerahnya dari berbagai pelosok tanah air untuk kuliah di STAN. Mereka yang meninggalkan tempatnya untuk pindah ke daerah lain ini yang dinamakan emigrasi, pergi ke luar dari daerahnya.

Sebaliknya orang yang memasuki daerah yang baru, sebagai contoh para mahasiswa yang kuliah di STAN dari berbagai daerah ini, bagi masyarakat yang dimasukinya, masyarakat Jurangmangu ia disebut sebagai imigran,. Bentuk dan sifat migrasi dapat bermacam-macam, antara lain:

1) migrasi primitif, yaitu perpindahan penduduk karena mencari makan, sebagai pemburu dan peramu

2) migrasi lambat, yaitu ketika sekelompok orang dari Benua Asia berjalan menuju ke Benua Amerika pada akhir Jaman Glasial e-4

3) migrasi cepat atau mendadak, yaitu perpindahan penduduk berupa pengungsian karena perang atau bencana alam

4) migrasi khusus, yaitu pelayaran orang-orang dari Eropa ke Amerika, Asia, dan Afrika, dan pelayaran orang-orang Cina ke Asia Tenggara 5) migrasi paksaan, yaitu perpindahan penduduk sebagai budak, kuli

kontrak, dan romusha

6) migrasi spontan, yaitu ketika banyak orang Jawa pindah ke Deli, ketika pada abad ke-20 di sana dibuka perkebunan tembakau

7) migrasi yang berupa transmigrasi dan urbanisasi pada masa sekarang a) Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari pulau yang padat

penduduknya ke pulau yang kurang padat penduduknya. Namun ada juga transmigrasi lokal, yaitu perpindahan orang dalam sebuah pulau.

(27)

25 | P a g e

25 | P a g e

b) Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota

b. Karena adanya inovasi (penemuan baru) , baik berupa discovery , mau pun

invention.

1) discovery adalah penemuan konsep atau gagasan baru, misalnya timbulnya hipotesa bumi bulat yang diutarakan pada abad ke-15.

2) invention adalah penemuan teknik baru berdasar konsep yang sudah ada, misalnya pembuatan rudal adalah perbaikan dari konsep sebuah panah. c. Dapat juga karena adanya revolusi dalam masyarakat itu sendiri, misalnya

adanya pembrontakan atau pertentangan dalam masyarakat, misalnya perubahan dari pemerintahan ORLA ke ORBA.

2. Dari luar masyarakat, yaitu karena perubahan lingkungan alam dan lingkungan masyarakat tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidup dalam lingkungan terbuka, yang berada pada jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain cenderung berubah secara cepat. Perubahan dapat berupa:

a. Difusi, yaitu menerima pancaran dari kebudayaan lain. Sebagai contoh masyarakat Tionghoa di Indonesia membawa kebudayaan leluhurnya berupa makanan antara lain bakmi, bakso, dan yang semacam itu, yang diterima oleh masyarakat Indonesia lainnya.

b. Asimilasi, yaitu dua masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda saling memancarkan kebudayaannya ke masyarakat yang lain. Sebagai contoh, masyarakat Tionghoa di Jawa Timur senang makan soto, sedangkan masyarakat Jawa di Jawa Timur senang makan bakso.

c. Akulturasi, bila kebudayaan luar yang masuk ke dalam suatu masyarakat disaring; yang sesuai dengan kebutuhan kebudayaan masyarakat yang dimasuki akan diterima menjadi kebudayaan masyarakat itu, sedangkan yang tidak sesuai ditolak. Sebagai contoh, kebudayaan Hindu yang berupa tulisan diadopsi oleh bangsa Indonesia, tetapi sistem perkawinan poliandri pada bangsa Hindu ditolak oleh bangsa Iindonesia.

d. Infiltrasi, yaitu masuknya kebudayaan luar ke dalam suatu masyarakat secara sembunyi-sembunyi, sehingga masyarakat yang dimasuki kebudayaan luar itu tidak menyadarinya. Sebagai contoh generasi muda di perkotaan lebih suka mengadakan acara ulang tahun di cafe atau di mal, menggantikan acara

(28)

26 | P a g e

26 | P a g e

ulangtahun yang biasanya diadakan di rumah masing-masing dengan melibatkan orangtua dan semua anggota keluarganya. Acara di cafe atau di

mal hanya melibatkan teman-teman dekatnya, sehingga hubungan dengan

orangtua dan keluarganya sendiri menjadi kurang akrab.

e. Penetrasi, yaitu kebudayaan luar yang memasuki suatu masyarakat secara paksa, masyarakat yang menerima kebudayaan luar itu tidak mampu menolaknya. Sebagai contoh, ketika Perang Dunia II selesai, Jerman yang kalah perang dibagi dua. Jerman Barat dikuasai Sekutu dengan kebudayaan yang kapitalistik, sehingga orang di Jerman Barat juga menadopsi budaya kapitaluistik. Sedangkan Jerman Timur dikuasai negara-negara Sosialis dengan kebudayaannya yang bersifat sosialistik, sehingga orang di Jerman Timur juga mengadopsi budaya sosialistik.

B. Dampak Dinamika Kebudayaan

Dinamika kebudayaan menimbulkan dampak. Dampak itu dapat bersifat positif dan juga dapat bersifat negatif. Dampak positif dari dinamika kebudayaan biasanya tidak menimbulkan gangguan pada masyarakat, namun dampak negatifnya yang justru harus diperhatikan.

Dampak negatifnya antara lain:

1. Cultural lag: yaitu perbedaan taraf kemajuan unsur-unsur kebudayaan suatu masyarakat. Pada waktu belum ada perubahan kebudayaan, ketujuh unsur kebudayaan itu dalam keadaan seimbang, posisinya sama. Namun begitu ada perubahan kebudayaan, masing-masing unsur dari ketujuh unsur kebudayaan itu meresponnya tidak sama. Ada unsur kebudaan yang lebih maju daripada unsur kebudayaan yang lain. Kemajuan unsur kebudayaan yang berupa teknologi saat ini demikian pesat, meninggalkan kemajuan pada unsur pengetahuannya. Akibatnya, kita ambil sebagai salah satu contoh, sering terjadinya kecelakaan Metromini di Jakarta disebabkan teknik atau cara pengedaraan bisnya yang kelihatan demikian dikuasainya, sedangkan sopir-sopir Metromini itu pengetahuan tentang permesinan kurang memadai, sehingga mereka tidak memadukan antara pengetahuan tentang permesinan dengan teknologi pengedaraan mobilnya.

2. Cultural survival: yaitu masih mampunya salah satu unsur kebudayaan bertahan, meskipun unsur-unsur kebudayaan lain telah hilang atau tidak berfungsi lagi.

(29)

27 | P a g e

27 | P a g e

Sebagai contoh, meskipun ada perubahan kebudayaan, kegiatan gotongroyong itu masih bertahan di desa-desa

3. Cultural conflict: yaitu pertentangan yang terjadi akibat adanya perubahan kebudayaan. Sebagai contoh, pertentangn dalam sebuah keluarga, karena orangtua menyukai musik yang lembut, seperti kroncong, namun anak-anaknya menyukai musik-musik keras, dan tidak menyukai musik jenis kroncong. Bila tidak ada toleransi dalam keluarga itu, maka dapat menimbulkan pertentangan.

4. Cultural shock: yaitu kecemasan yang diakibatkan karena anggota masyarakat itu kehilangan atau tidak mengenal lagi simbol-simbol dalam pergaulan sosial yang semula dikenalnya dengan baik. Misalnya, orangtua mengalami keterkejutan karena anak-anak gadisnya keluar rumah sampai jauh malam, meskipun dengan alasan yang dapat dimengerti, misalnya karena kerja lembur atau belajar bersama.

5. Future shock: keterkejutan menghadapi hari depan. Kemajuan teknologi yang demikian pesat, sulit diikutinya dengan imajinasi, yang akan menimbulkan masalah, anggota masyarakat ini kehilangan arah, kehilangan kepercayaan diri, bahkan dapat sampai kehilangan pegangan kepada nilai-nilai dan iman.

C. Penyesuaian Antarbudaya

Agar pengaruh perubahan kebudayaan ini tidak memberikan dampak negatif, maka perlu adanya penyesuaian antarbudaya. Penyesuaian itu dipengaruhi oleh faktor intern, yaitu faktor yang ada di dalam diri perorangan itu, dan faktor ekstern yaitu faktor yang datangnya dari luar diri seseorang.

1. Faktor intern, meliputi:

a. Watak, yaitu segala tabiat yang membentuk keseluruhan kepribadian seseorang (antara lain: emosional, pemberani, bertanggungjawab, senang bergaul, dan yang semacam itu)

b. Kecakapan, menyangkut segala sesuatu yang dapat dipelajari, terdiri atas bahasa, adat istiadat, tatakrama, kedaaan geografi, keadaan ekonomi, situasi politik, dan lain-lain

c. Attitude, yaitu kesiapan mental atau syaraf yang terbina melalui pengalaman yang memberikan pengaruh terhadap bagaimana seseorang menanggapi segala situasi yang dihadapi, misalnya optimis, pesimis, berprasangka, skeptis, toleran, atau moderat

(30)

28 | P a g e

28 | P a g e

2. Faktor ekstern, meliputi:

a. Besar kecilnya perbedaan antara kebudayaan semula yang dimilikinya dengan kebudayaan baru yang diterimanya

b. Apakah kebudayaan baru itu dapat diterima dengan latar kebudayaan semula

c. Lingkungan hidup yang terbuka mempermudah seseorang untuk menyesuaikan diri daripada lingkungan hidup yang tertutup.

D. Kebudayaan Nasional Indonesia

Sebelum membicarakan kebudayaan nasional Indonesia, kita perlu mengetahui kebudayaan lain yang pernah memberikan pengaruhnya terhadap bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia pernah mendapat pengaruh kebudayaan Hindu dan kebudayaan Cina, yang semuanya dikatakan sebagai kebudayaan Timur, dan juga kebudayaan yang dibawa oleh orang-orang Eropa dan Amerika, yang biasanya disebut kebudayaan Barat.

1. Kebudayaan Timur

Dalam kebudayaan Timur, pandangan hidup manusia lebih bersifat mistik, intuitif, serta bersifat religius, dengan menempatkan kehidupan yang berimbang antara dunia dan akhirat, kepuasan rohani dan jasmani.

Inti kebudayaan Timur tidak terletak pada intelektualitasnya, tetapi pada hatinya yang menyatukan akal budi, intuisi, inteligensia, dan perasaan. Ini dipandang sebagai puncak perkembangan rohani manusia, yaitu tertuju kepada tinjauan kesempurnaan. Pemikir Timur lebih menekankan segi kejiwaan; realitas di dunia empiris dianggap sebagai sesuatu yang hanya lewat dan bersifat khayalan (semu atau maya). Orang Timur lebih menekankan pada disiplin pengendalian diri, sederhana, tidak mementingkan dunia materi, bahkan menjauhinya.

Menurut pemikiran Timur, sesuatu yang baik itu tidak hanya terletak pada dunia kebendaan, tidak dengan memanipulasi alam, tidak dengan mengubah masyarakat dan mencari kesenangan bagi diri sendiri, melainkan diperoleh melalui pencarian Zat Yang Satu, dalam diri sendiri atau diluarnya. Mereka menghayati hidup yang meliputi keseluruhan eksistensinya. Orang Timur mencari keharmonisan dengan alam yang memberi kehidupan, makanan, peneduh, bahan untuk seni dan sains. Nasfu untuk memperoleh nikmat dan kerinduan akan keselamatan dan pembebasan dari penderitaan dunia cukup kuat, dan ide ini besar pengaruhnya

(31)

29 | P a g e

29 | P a g e

dalam membentuk mentalitas, teori dan praktek hidup. Cara memperolehnya bukan pada akal budi , tetapi melalui meditasi, tirakat (ascetic) dan mistik. Dalam menegakkan norma tidak hanya bersumber pada ajaran agama, tetapi memadukan pengetahuan, intuisi, pemikiran konkret, simbolik, dan kebijaksanaan

Sikap orang Timur terhadap alam tercermin dalam falsafah Hindu yang disebut Tri Hita Karana, yaitu adanya kesatuan antara Tuhan, manusia, dan alam , dan ketiganya adalah penyebab kebahagiaan. Untuk menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam, terkadang muncul ekspresi konkret dalam bentuk hubungan mistik antara manusia dengan alam. Orang Timur menginginkan kekayaan hidup, bukan kekayaan kebendaan, yaitu berupa ketenangan, ketenteraman, menyatu dengan alam. Selain filsafat Hindu dan Buddha, Konfusianisme dan Taoisme juga telah mempengaruhi bangsa-bangsa Asia sejak berabad-abad yang lampau. Hal-hal ini mengilhami sistem pendidikan seni, perundang-undangan dan organisasi, sosial, dan dalam tingkat yang lebih dalam telah membentuk ‘ketidaksadaran kolektif’ yang sadar dari bangsa-bangsa Asia 2. Kebudayaan Barat

Kebudayaan Barat memperlihatkan perbedaan dengan kebudayaan Timur. Kebudayaan Barat bersumber dari filsafat Yunani. Dalam kebudayaan Barat, manusia begitu sadar akan individualitasnya dan superioritas tekniknya, mereka lebih menekankan obyektivitas daripada perasaan, dan merasa berdiri sendiri sebagai penakluk alam semesta. Kepentingan individu terletak di atas kepentingan umum. Manusia merupakan aktor drama di mana ia aktif mengambil bagian dalam membentuk sejarah. Manusia adalah ukuran segalanya. Ia mempunyai kemampuan untuk menyempurnakan hidupnya dengan bertitik tolak dari rasio, intelek dan pengalaman.

Pemikiran demikian membuahkan sains dan teknologi (modern). Filsafat Barat yang berpangkal pada filsafat positivisme diwujudkan dalam dunia rasio. Pemikiran tentang nilai-nilai hidup yang meminta kepekaan hati dianggap sesuatu yang subyektif dan tidak bermutu. Bagi mereka waktu mempunyai arti yang positif. Dengan dinamika yang tak pernah kendor dan aktivitas yang penuh semangat, orang Barat mengubah alam dan masyarakat.

(32)

30 | P a g e

30 | P a g e

Dengan pandangan hidup bahwa manusia adalah pusat sesuatu yang mempunyai kemampuan rasional, kreatif dan estetik, mereka telah menghasilkan beberapa nilai dasar seperti demokrasi, lembaga sosial, dan kesejahteraan ekonomi.

Ada tiga nilai penting yang mendasari nilai Barat, yaitu martabat manusia, kebebasan dan teknologi. Manusia diukur dari kemampuannya, bukan dari kebijaksanaan hatinya. Gerakan sekularisme pemikiran berkembang meluas ke bidang estetika, moral dan agama. Orang Barat ingin membangun agama baru di Barat yang tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, sebab agama di Barat mengalami kemunduran melalui tekanan mentalitas ilmiah.

Di Barat kepuasan diperoleh melalui usaha dan perhatian terhadap benda dan kenikmatan duniawi. Yang menjadi ukuran adalah kultur orang, kuantitas (produksi yang melimpah-limpah), artifisial (kultur buatan), dan kontrol yang menyeluruh (kemaharajaan sistem). Kemajuan teknologi menghasilkan dinamika, perencanaan, organisasi, manajemen , keberanian berusaha, penguasaan materi, namun sekaligus menggerogoti kehidupan sosial dan pribadinya. Hal ini tercermin dalam bahasa: menaklukkan ruang angkasa, menaklukkan alam, menguasai hutan, dan menguasai banjir.

3. Reaksi atas sikap Budaya Timur dan Budaya Barat

Kebudayaaan Timur bersifat kolektif, sehingga tidak membiarkan seseorang mengurus dirinya sendiri. Sebaliknya kebudayaan Barat bersifat individual, akibatnya timbul rasa kesepian dan tertekan. Sekarang terjadi pergulatan. Timur ingin memperlihatkan ciri khas kebudayaannya dan sekaligus memberi corak pergaulan dunia, sebab tidak menghendaki kemajuan ilmu pengetahuan dan keberhasilan pengembangan rasio disertai wajah bengis, angkuh, dan kejam. Menurut Alfian (1988: 36), ada tiga corak reaksi dalam menghadapi tantangan Barat:

a. Menerima dan merangkul bulat-bulat kebudayaan Barat, dan menganggap kebudayaan Timur tidak relevan lagi.

b. Anti kebudayaan Barat dengan menganggap kebudayaan Barat kejam dan buas.

(33)

31 | P a g e

31 | P a g e

c. Melihat benturan secara kritis dan realistis, dan mengambil yang baik dari kebudayaan Barat dan mempertahankan yang baik dari kebudayaan Timur.

4. Pendapat-pendapat tentang Kebudayaan Nasional Indonesia

Menyadari bahwa bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa dengan masing-masing kebudayaannya, dan telah adanya pengaruh berbagai macam kebudayaan asing, maka dicoba mencari suatu bentuk kebudayaan yang dapat diterima oleh semua warga bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika.

Pada tahun 1936 diadakan polemik kebudayaan antara Sutan Takdir Alisyahbana dan kelompoknya sebagai wakil golongan Indonesia Muda, dengan Sanusi Pane, Ki Hadjar Dewantara, dan Dr. Sutama. Ki Hadjar Dewantara dan kelompoknya mengemukakan bahwa Kebudayaan Nasional Indonesia adalah puncak-puncak kebudayan daerah di Indonesia, dan didasarkan pada kebudayaan Timur (spiritualisme, perasaan, dan kolektivisme) yang dilengkapi dengan kebudayaan Barat (materialisme, intelektualisme, dan individualisme). Sedang Sutan Takdir Alisyahbana dan kelompoknya mengemukakan bahwa perlu dibangun kebudayaan nasional yang baru sama sekali dengan banyak mengambil pengaruh Barat.

Di samping pendapat kedua kelompok itu, Harsya Bachtiar berpendapat bahwa perlu dibangun kebudayaan ‘yang baru sama sekali, yang bebas dari feodalisme’.

Sedangkan Koentjaraningrat mengatakan, kebudayaan nasional perlu berorientasi kepada kejayaan nenek moyang dan masa kini. Identitas kebudayaan itu merupakan suatu kontinuitas. Kebudayan nasional adalah keseluruhan gagasan kolektif dari masyarakat Indonesia yang bhineka.

Berdasarkan fungsinya, kebudayaan nasional adalah:

a. Sistem gagasan dan perlambang yang memberi identitas Indonesia b. Dapat dipakai untuk seluruh warga Indonesia yang Bhineka

Syaratnya adalah:

a. Hasil karya bangsa Indonesia b. Mengandung cir-ciri khas Indonesia

c. Yang dinilai tinggi dan menjadi kebanggaan seluruh bangsa Indonesia Menurut UUD 1945 Pasal 32:

(34)

32 | P a g e

32 | P a g e

“Kebudayan bangsa Indonesia ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah hasil usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya”

Dari pendapat-pendapat di atas ditarik kesimpulan sementara bahwa kebudayaan nasional adalah puncak-puncak kebudayaan daerah ditambah unsur-unsur kebudayaan luar yang masuk yang positif. Formasi kebudayaan nasional dalam rangka pembuatan pola kehidupan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila ialah proses timbal-balik antara yang ideal dengan yang aktual, antara nilai-nilai, kelakuan individu, dan interaksi sosial. Melalui habitasi dan pembiasaan, dari proses pembudayaan akan dihasilkan etos kebudayaan yang merupakan sistem yang terdiri atas komponen ekonomi, sosial politik, dan unsur-unsur kebudayaan lainnya.

Kebudayan adalah kompleks, karena bersumber dari sifat biologis, lingkungan, psikologis, dan sejarah eksistensi manusia. Etos kebudayaan itu merupakan kompleks nilai yang koheren serta memberi watak dan identitas khusus pada kebudayaan yang diresapinya. Untuk bangsa Indonesia, Pancasila adalah etos kebudayaan nasional.

RANGKUMAN

1) Kebudayaan suatu masyarakat itu selalu berubah. Perubahannya dapat karena faktor-faktor di dalam masyarakat itu sendiri, mau pun dari unsur-unsur kebudayaan luar yang masuk.

2) Dinamika kebudayaan itu juga memberi dampak terhadap kehidupan masyarakat, baik berupa dampak yang positif, mau pun dampak yang negatif. Dampak positif tidak kita bicarakan, karena membawa masyarakat itu pada kemajuan, tetapi dampak negatiflah yang harus dianalisis dan dicarikan jalan keluarnya, agar dampak itu tidak merusak kehidupan bermasyarakat.

3) Untuk mengantisipasi dampak negatif, perlu adanya penyesuaian antar budaya, yang meliputi faktor intern, - berarti faktor yang ada pada individu dalam masyarakat itu sendiri, dan faktor ekstern yaitu faktor yang ditemui ketika individu atau kelompok individu itu bertemu dengan kebudayan masyarakat yang lain.

4) Untuk membicarakan Kebudayaan Nasional Indonesia perlu melihat kembali bagaimanakah kebudayaan asli Indonesia itu. Kemudian dengan masuknya bangsa asing ke Indonesia, mereka memberikan kontribusi yang menambah atau melengkapi kebudayaan asli

(35)

33 | P a g e

33 | P a g e

LATIHAN

1) Contoh bentuk perubahan kebudayaan yang berasal dari discovery, dan berasal dari

invention. Masing-masing dua buah.

2) Bagaiman cara mengatasi seringnya terjadi kecelakaan karena adanya cultural lag? 3) Bila Anda suatu saat dikirim untuk melanjutkan studi ke negara asing, misalnya ke

Amerika, apa yang harus Anda siapkan terlebih dahulu? Jelaskan kegunaannya hal-hal yang Anda persiapkan itu.

4) Apa perbedaan karakter orang yang hidup di lingkungan yang terbuka, yang sering bertemu dengan bermacam-macam orang dari berbagai kebudayaan, dengan karakter orang yang hidup di daerah yang terpencil, sehingga komunikasi antar budaya amat terbatas?

6) Mengetahui adanya ‘Polemik Kebudayaan’ pada tahun 1936, apakah konsep yang diajukan oleh para anggota polemik itu sekarang masih ada jejaknya?

5) Ada dua kelompok besar pengaruh asing yang diterima oleh masyarakat Indonesia, yaitu pengaruh dari Kebudayaan Timur – yaitu kebudayaan Hindu, Budha, Konfusianisme dan Taoisme, dan pengaruh dari Kebudayaan Barat yang dibawa oleh orang-orang Eropa dan Amerika. Saat ini terjadi pergulatan dalam proses pembentukan Kebudayaan Nasional Indonesia. Di satu fihak ada yang ingin tetap mempertahankan unsur-unsur kebudayaan Timur yang umumnya bersifat menyelaraskan diri dengan alam, namun demi mengikuti kemajuan jaman yang berasaskan teknologi canggih, maka banyak juga yang menginginkan bangsa Indonesia lebih banyak mengambil Kebudayaan Barat.

(36)

34 | P a g e

34 | P a g e

BAB

KEBUDAYAAN INDONESIA

A. Kebudayaan Asli Indonesia 1. Jaman Pra-Histori (Pra-Hindu)

a. Penduduk, Sistem Teknologi, dan Sistem Ekonomi 1) Pengaruh Ras Austro-Melanesoid

Manusia Indonesia yang tertua sudah ada kira-kira satu juta tahun yang lalu, waktu Paparan Sunda masih berupa daratan dan bersambungmenjadi satu dengan Benua Asia di bagian tenggara. Fosilnya diketemukan di lembah Bengawan Solo, dan oleh para ahli disebut Pithecantropus Erectus. Mereka dalam kelompok kecil, hidup dari berburu dan meramu. Alat berburunya berupa alat pemukul dari kayu, kapak dari batu yang dipertajam pada salah satu sisinya. Sejumlah fosil yang menunjukkan bentuknya yang telah berevolusi ditemukan di desa Ngandong, yang juga terletak di lembah Bengawan Solo, dan oleh para ahli disebut Homo Soloensis. Homo

Soloensis ini kemudian berevolusi menjadi manusia seperti sekarang, tetapi dengan

ciri-ciri yang banyak menyerupai penduduk pribumi Australia. Sisa-sisa fosilnya diketemukan di distrik Wajak (dekat Surabaya) dan disebut Homo Wajakensis.

Manusia dengan ciri-ciri Austro-Melanesoid yang merupakan nenek moyang manusia Wajak ini menyebar ke arah timur dan ke arah barat. Yang ke timur menduduki Irian (sebelum Kala Es Ke-4 berakhir). Di Irian mereka hidup dalam Tujuan Instruksional Khusus :

Agar mahasiswa dapat menguraikan terjadinya bangsa Indonesia dengan kebudayaannya, dari jaman dahulu sampai sekarang, yang berupa masayarakat Indonesia dengan kebudayaan aslinya, pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha, pengaruh kebudayaan Islam, dan pengaruh kebudayaan Barat

(37)

35 | P a g e

35 | P a g e

kelompok kecil di muara sungai, hidup dari menangkap ikan, berburu dan meramu. Peralatannya berupa kapak batu serpih bilah. Dinding gua tempat tinggal mereka dihiasi dengan gambar-gambar tangan atau binatang dengan warna merah. Bekas perkampungan mereka disebut abris sous roches (tempat perlindungan di bawah karang), diketemukan di daerah Kepala Burung di Papua, juga di Kepulauan Kai, Seram, dan Sulawesi Selatan. Mereka mengembangkan kebudayaan pantai dengn perahu lesung bercadik. Adanya abris sous roches di Flores Barat dan Timor Barat, menunjukkan bahwa manusia Wajak ini juga bermigrasi ke barat.

Yang bermigrasi ke barat rupa-rupanya suka makan kerang, dan kulitnya mereka buang di luar perkampungan mereka. Timbunan klit kerang ini disebut

kyokkkenmoddinger (sampah dapur), terdapat di Sumatera Timur dan Sumatar Utara

dekat Medan, dekat Langsa di Aceh, di Perak, Kedah, dan Pahang (Malaysia). Mereka juga mengembangkan peralatan berupa kapak genggam berbentuk diskus lonjong. Peralatan ini diketemukan selain di gua-gua Jawa Timur juga di Vietnam Utara, yang kemudian terkenal dengan nama kompleks alat-alat Bacson-Hoabin, berkat penggalian ahli arkeologi Perancis Ny. M. Colani di Vietnam. Jadi ada persebaran dari timur ke barat dari Ras Austro-Melanesoid yang berasal dari Jawa melalui Sumatera, Semenanjung Melayu dan Muangthai Selatan sampai Vietnam Utara.

2) Pengaruh Ras Mongoloid

Persebaran Ras Mongoloid kemungkinan melalui jalan yang dilalui oleh orang Austro-Melanesoid ketika bermigrasi ke barat. Namun ada juga pendapat, mereka melalui jalan dari Asia Timur, mungkin dari Jepang, kemudian menyebar ke arah selatan: melalui Kepulauan Riukyu, Taiwan, Filipina, Sangir, masuk ke Sulawesi.Di Gua Leang Cadang Sulawesi Selatan, ditemukan fosil yang menunjukkan ciri Paleo-Mongoloid. Ia diketemukn bersana alat-alat Toala. Juga terdapat gambar dinding dan fosil dengan ciri Austro-Melanesoid. Dengan demikian daerah itu adalah sebagai tempat perpaduan berbagai macam ras. Diperkirakan percampuran antar ras ini terjadi antara 10.000 sampai 2.000 SM

3) Pengaruh Kebudayaan Neolitik

Gelombang ketiga berasal dari Asia bagian tenggara. Bentuk fisiknya banyak mengandung ciri Mongoloid. Bahasa induknya adalah bahasa Proto-Austronesia.

Referensi

Dokumen terkait

Deduksi menggunakan proposisi universal sebagai premis, misalnya “Semua pahlawan adalah orang yang berjasa.” Dari premis itu, misalnya, dapat disimpulkan bahwa “Kartini adalah

E-mail address: yhju@mail.ntust.edu.tw (Y.-H. sulfur replenishment for living organisms [12,13]. Moreover, Nac can form coordination compounds with metal ions [11,14,15]. In this

Namun ternyata dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa orang siswa SMA “X” Cianjur didapatkan bahwa ada beberapa siswa yang menunjukan

Arahan: Pilih perkataan yang paling sesuai bagi setiap tempat kosong dalam petikan karangan di bawah ini.. Kemudian, tulis angka jawapan pilihan kamu di dalam kurungan (

Analisis hasil pemodelan nilai tanah model ARB dan JST dilakukan dengan cara membandingkan akurasi model ARB dan JST terpilih, pengaruh variabel bebas terhadap

Proses pemungutan pajak Restoran yang dilakukan oleh DISPENDA terhadap instasni pengguna jasa layanan makanan/minuman yang disediakan oleh Restoran, yang dimuat dalam DPA dan

PT', digunakan di sini sebagai sebuah #lm, men%egah bahan non-produksi dari sebagai sebuah #lm, men%egah bahan non-produksi dari menempel ke bagian ang sedang dibangun, ang

2. Apa saja resiko yang dihadapi dalam implementasi jual beli istishna’ pada usaha Yuni Catering di Desa Kijang Jaya Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar ?.. 3. Apakah