[ﺔﻔﻨﺼﳌﺍ ﺐﺘﻜﻟﺍ ﺢﺻﺃ ﺎﳘ ﻦﻳﺬﻠﻟﺍ ﺎﻤﻬﻴﺤﻴﺤﺻ ﰲ ﻱﺭﻮ
Dari Amirul Mukmini>n Abu> H{afs}, Umar bin Al-Khat}}t}a>b radhiyalla>hu ‘anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasu>lulla>h s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya.
Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya
itu kepada apa yang ditujunya”.(Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadis).
Melihat hadis dengan gambaran struktur hadis seperti tersebut diatas (baik yang dari S}ah}i>h} al-Bukha>ri> maupun dari Bulu>gh al-Mara>m), maka dapat difahami bahwa ruanglingkup kajian Ilmu hadis itu ada dua hal penting yang selalu berusaha untuk diteliti atau dikaji, yaitu penelitian atau pengkajian terhadap: (1) sanad hadis dan (2) matan hadis. Penelitian dan pengkajian tersebut, sebagai upaya agar hadis dapat ditentukan nilai kesahihan atau tidaknya.
Studi Hadis B.
Studi Hadis yang sering dikenal dengan Ulumul Hadis (ulu>m al-h}adi>th). Sedangkan ‘ulu>m al-h}adi>th jamak dari ‘ilmu al- hadit>h (ilmu hadis), banyak macam istilah yang digunakan para ulama untuk menyebut ilmu hadis. Di antaranya adalah ‘Ilmu Us}u>l al-Hadith, ‘Ilmu Mus}t}alah} H}adi>th, ‘Ilmu Mus}t}alah} ahli al- Athar, ‘Ilmu Mus}t}alah} Ahli al-H}adi>th.
Pengertian Studi Hadis atau Ulumul Hadis 1.
Hasbi al-Siddiqiey, sebagaimana dikutip Syuhudi Ismail dan Nur Sulaiman, mengartikan ilmu Hadis ulumul hadis sebagai segala pengetahuan yang berhubungan dengan hadis Nabi.26 Dari definisi ini, maka cakupan (obyek) ilmu hadis itu sangat luas. Ia tidak saja menyangkut matan dan sanad hadis, tetapi juga menyangkut setting social-budaya, pilitik dan social ekonomi yang melingkupi hadis Nabi.
Berangkat dari pengertian ini, maka Ulumul hadis mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan ilmu itu sendiri.
26 Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits ( Bandung : Angkasa, 1991), 61;
Bandingkan pula dengan M. Nur Sulaiman (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008) 76. Lihat pula Majma’ al-Lug}ah al-‘Arabiyyah, al-Mu’ja>m al-Wasi>t}, Juz I; (Kairo: Cet. 2, 1972), 160.
Misalnya ilmu sosiologi Hadis, Ilmu Pilitik Hadis dan sebagaimnya.
Sedang dalam definisi yang lain, Jala>l al-Di>n al- Suyu>t}i> (849 H.-911 H.) dalam Tadri>b al-Ra>wi>, memberi definisi sebagai berikut:27 “Ilmu yang membahas tentang cara- cara persambungan hadis sampai kepada Rasul s.a.w., dari segi ih}wa>l para perawinya, ke-d}abit-}an, ke-’a>dil-an dan segi cara bersambung dan terputusnya sanad dan sebagainya.” Ibnu H}
ajar al-‘Asqala>ni> (773-852 H.) mendifinisikan,28 “Mengetahui kaedah-kaedah untuk mengetahui persambungan antara keadaan perawi dan yang diriwayatkan”. Jadi jumlah cabang ilmu hadis tersebut menjadi puluhan, ratusan, atau bahkan tidak terhingga.29
Ruang Lingkup Ulumul Hadis 2.
Selanjutnya ulama belakangan (muta’akhkhiri>n) cabang-cabang ilmu tersebut dipecah menjadi dua, riwa>yah dan dira>yah. Pembagian tersebut dilakukan hanya untuk membedakan kapasitas ilmu hadis tersebut. Definisi yang dibuat oleh ulama’ klasik sebagaimana definisi di atas,ilmu hadis dimasukkan ke dalam definisi ilmu hadis dira>yah oleh ulama belakangan. 30
27 Jalālal-Dīn Abdal-Rahmān ibn Abū Bakral-Suyūt}ī>, Tadrībal-Rāwīfī Syarh Taqrībal-Nawāwī, Juz I(Kairo:Dāral-Hadīts,2002M.),5-6.
28 M. ’Ajja>j al-Kha>t}ib, Us}u>l al-Hadi>s| ‘Ulumu>h wa Must}ala>huh,(Beirut: Da>r al-Fikr,1989), 8. Al-Suyu>t}i>, Tadri>b al-Rawi> fi> Sharh} Taqri>b, Juz I, 41.
29 Menurutal-Hākim al-Naisābūrī(w. 405 H.) terdapat 52 cabang ilmu hadis..
Sedangkan menurut perhitungan Ibnal-S}alāh} (w.643H.), ada sekitar 65 cabang ilmu hadis. Disisi lain, al-Hāzimī (w.584H.) menyebutkan bahwa disiplin ilmu hadis mencapai 100 cabang.Sementara al-Suyūt}ī (w.911H.) menyatakan bahwa cabang ilmu hadis tidak lagi terhitung jumlahnya.
Lihat misalnya al-Suyūthī,Tadrībal-RāwīfīSharhTaqrīb, Juz I,36.
30 Ibid.,5.
Definisi Ilmu Hadis Dira>yah secara terminologi, menurut Shaih} ‘Izzu al-Di>n bin Jama>’ah, sebagaimana dikutip al-Suyu>t}i31> dan al-Tarmasy> dalam kitabnya, Manhaj Dhawi>
al-Naz}r ditulis dalam bentuk naz}m,32 “Ilmu Hadis (Dira>yah) ialah ilmu yang memiliki undang-undang atau kaedah- kaedah, dengannya untuk mengetahui keadaan matan dan sanad; cara menerima dan meriwayatkan, sifat-sifat perawi dan selain itu.”
Pendapat lain diterangkan Ibn al-Akfa>ni>, sebagaimana yang dikutip oleh Dr. M. ‘Ajja>j al-Kha>t}ib dan al-Suyu>t}i>,33
“Ilmu untuk mengetahui hakikat periwayatan,34 syarat- syarat,35 macam-macam,36 hukum-hukum37 serta keadaan para
31 Al-Suyu>t}i>, Tadri>b al-Rawi> fi> Sharh} Taqri>b, Juz I, 41.
32 Muh}ammad Mah}fu>dz ibn ‘Abd Allah al-Tirmisi>, Manhaj Dhawi> al-Nazar (Beirut: Da>r al-Fikr, 1974),7. Nuruddin ‘Itr dalam Nuruddin ‘itr, Manh}aj al- Naqd fi> ‘Ulu>m al-h}adi>th, Juz I (Damaskus : Da>r al-Fikr, Cet. 3, 1418 H/1997 M),16. Bandingkan:Ah}ya>’uddi>n Anwa>r, al-Mabadi> ( Padang Panjang: Maktabah Nurul Islam; Seribandung-Palembang dan al-Maktabah as-Sha’diyah Putra, Cet. 1, t.th.),9. Definisi yang diberikan oleh Ahya’uddin Anwar sama dengan at-Tarmasiy namun, dia lebih spesifik menjelaskan maksud dari mengetahui keadaan matan dan sanad’ yaitu apakah sanad atau matan tersebut dinyatakan s}ah}i>h}, h}asan, d}a’i>f, ‘ali, na>zil, marfu>’, mawqu>f, maqt}u>’.
33 Al-Suyu>t}i, Tadri>b ar-Rawiy fi Sharh Taqri>b, Juz I, 40. M. ’Ajaj al-Khat}i>b, Us}u>l al-Hadith, 7.. Subh}i al- S}ali>h, ‘Ulu>m al-Hadi>th| wa Must}ala>huh (Beirut:
Da>r al-‘Ilmi> li al-Mala>yi>n, 1988), 107.
34 Maksudnya, penukilan hadis dan penyandarannya kepada sumber hadis atau sumber berita. Al-Suyu>t}i, Tadri>b al-Ra>wi> fi> Sharh} Taqri>b, Juz I, 40.
35 Maksudnya, penerimaan perawi terhadap hadis yang akan diriwayatkan dengan ber-macam-macam cara penerimaan, seperti melalui as-sama’, al- qira>’ah, al-was}iyyah, al-ija>zah. Al-Suyu>t}i>, Tadri>b al-Ra>wi> fi> Sharh} Taqri>b, Juz I, 40.
36 Maksudnya, membicarakan sekitar bersambung dan terputusnya periwayatan dan lain-lain. Al-Suyu>t}i>, Tadri>b al-Ra>wi> fi> Sharh} Taqri>b, Juz I, 40.
37 Maksudnya, pembicaraan sekitar diterima (maqbu>l) atau ditolaknya sesuatu hadis (mardu>d).Al-Suyu>t}i>, Tadri>b al-Ra>wi> fi> Sharh} Taqri>b,, Juz I, 40.
perawi,38 syarat-syarat mereka, macam-macam periwayatan
39 dan persoalan-persoalan yang berkaitan dengannya. ”40 Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan, obyek ilmu dira>yah adalah perawi sebagai sumber penelitian. ‘Ilmu hadis dira>yah (dira>yah al-h}adi>th) nama lainnya yaitu ilmu mus}t}ala>h} al-hadi>th, mus}t}ala>h ahl al-athar,41 ‘ilmu us}u>l al-h}
adi>th dan ‘ulu>m al-h}adi>th. 42
Adapun faedah dan manfaat Ilmu h}adi>th Dira>yah:43 (1) mengetahui term-term yang disepakati ulama hadis dalam penelitian hadis, sehingga dapat mengenal kriteria mana yang hadis dan mana yang bukan hadis; (2) mengetahui kaedah- kaedah yang disepakati para ulama dalam menilai, menyaring (filterisasi) dan mengklasifikasikan ke dalam beberapa macam baik dari segi kuantitas, maupun kualitas sanad dan matan hadis, sehingga dapat menyimpulkan mana hadis yang diterima (maqbu>l) dan mana yang ditolak (mardu>d);
(3) mengetahui usaha-usaha dan jerih payah yang ditempuh para ulama dalam menerima dan menyampaikan periwayatan hadis, kemudian menghimpun dan mengkodifikasinya ke dalam berbagai kitab hadis; (4) mengenal tokoh-tokoh ilmu hadis, baik dira>yah maupun riwa>yah yang mempunyai peran penting dalam perkembangan pemeliharaan hadis sebagai sumber shari>’at Islam, sehingga hadis terpelihara
38 Maksudnya, pembicaraan sekitar keadilan, kecacatan para perawi dan syarat-syarat mereka dalam menerima dan meriwayatkan hadis.Al-Suyu>t}i>, Tadri>b al-Ra>wi> fi> Sharh} Taqri>b, Juz I, 40.
39 Maksudnya, yang diriwayatkan meliputi hadits-hadits yang dapat dihimpun pada kitab-kitab tashnif, kitab tasnid dan kitab mu’jam.
40 Maksudnya, mengetahui term-term ahli hadits.Al-Suyu>t}i>, Tadri>b al-Ra>wi> fi>
Sharh} Taqri>b,, Juz I, 41.
41 Ahya>’uddin Anwar, al-Maba>di>y, 9.
42 M. ’Aja>j al-Kha>t}ib, Us}u>l al-H}adi>th, 9. Al-Suyu>t}i>, Tadri>b al-Ra>wi> fi> Sharh}
Taqri>b,, Juz I, 5.
43 Ahya>’uddi>n Anwar, al-Maba>diy, 9.
dari pemalsuan tangan-tangan kotor yang tidak bertanggung jawab. Seandainya terjadi hal tersebut merekapun dapat mengungkap dan meluruskan yang sebenarnya; (5) mengetahui hadis yang sahih, hasan, da’if (mursal, munqati’, mu’dal, maqlu>b), mutawa>tir, Aha>d (mashhur, gha>rib, ‘aziz) dan seterusnya. 44
Sedangkan Ilmu Hadis Riwa>yah, beberapa pakar hadis yang mendefinisikan, di antaranya Dr. ‘Aja>j al-Kha>t}ib dalam kitabnya Us}u>l al-H}adi>th menyebutkan,45 “Ilmu yang mengkaji sesuatu yang disandarkan kepada Nabi s.a.w., baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat pembawaan atau sifat pribadi, dengan pengutipan secara cermat dan akurat.”Sedangkan menurut Ibn al-Akfa>ni>, yang dikutip oleh al-Suyu>t}i>,46 “Ilmu yang mencakup semua perkataan Nabi saw, dan perbuatan, periwayatannya, dan pemeliharaannya maupun penulisan atau pembukuan lafal-lafalnya.”
Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa objek kajian ilmu hadis riwa>yah adalah matan hadis yaitu tentang cara menerima, menyampaikan kepada orang lain dan memindahkan atau mendewankan (menuliskan atau mengkodifikasikan) matan hadis tersebut dan pada akhirnya pemahaman hadis sebagai sumber syari’at Islam.
44 Abdul Satta>r, Ilmu Hadits, (Semarang: Rasail Media Group, 2015), 238
45 Al-Kha>t}ib,Us}u>l al-Hadi>s| ‘Ulumu>h wa Must}ala>huh,7. Ah}ya>’uddi>n Anwa>r, al- Mabadi> ( Padang Panjang: Maktabah Nurul Islam; Seribandung-Palembang dan al-Maktabah as-Sha’diyah Putra, Cet. 1, t.th.), 8.
46 Al-Suyu>t}i>, Tadrībal-RāwīfīSyarhTaqrībal-Nawāwī, Juz I, 40.
-
Perbedaan Antara Ilmu Hadis Riwa>yah Dan Dira>yah No Aspek Ilmu hadits Riwa>yah Ilmu hadits Dira>yah 1. Obyek Pribadi Nabi
(perkataan,
perbuatan, ketetapan dan sifat-sifat Nabi)
Keadaan sanad dan matan hadis
2. Faedah Menjaga
pelaksanaan sunnah dan menghindari kesalahan penukilan hal-hal yang
berkenaan dengan Nabi.
Mengetahui kaidah-kaidah yang digunakan para ulama hadis dalam mengklasifikasikan hadis Nabi
3. Tujuan Meneladani perilaku Nabi
Mengetahui hadis yang diterima dan ditolak
Rangkuman
Hadis dan Macam dan Strukturnya A.
Pengertian Hadis:
1.
Secara bahasa, artinya baru (
a.
ﺪﻳﺪﺟ
), qari>b (ﺐﻳﺮﻗ
), dan bisa bermakna khabar (ﱪﺧ
), atau berita.Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, baik segi b.
ucapan, perbuatan, ketetapan dan lainnya yang sepadan dengan itu seperti sifat, cita-cita, silsilah (Jumhur ulama Muhaddisin)
Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, sahabat c.
dan tabi’i>n, baik ucapan, perbuatan dan ketetapannya (sebagian ulama hadis)
Macam-macam hadis:
2.
dilihat dari sisi bentuknya adalah: ucapan (qauliyah), a.
tindakan (fi’liyah), ketetapan (taqririyah), sifat, cita-cita dan lainnya (diambil dari pengertian khusus).
dilihat dari sisi sumbernya, adalah:
b. hadis qudsi>, hadis
marfu>’, mauqu>f dan maqt}u>’.
Struktur hadis terdiri dari: matan, sanad dan
3. ra>wi>
Istilah-istilah lain
4. (muradi>f) hadis adalah sunnah, athar dan khabar.
Studi hadis dan Ruang Lingkupnya B.
Pengertian 1.
Studi Hadis sama dengan Ulumul Hadis yaitu segala pengetahuan yang berhubungan dengan hadis Nabi.
Ruang Lingkupnya ada 2 yaitu:
2.
Ilmu Riwayah Hadis dan ilmu dirayah hadis. Ilmu Riwayah a.
Hadis adalah ilmu yang obyek kajiannya matan hadis yaitu tentang cara menerima, menyampaikan kepada orang lain dan memindahkan atau mendewankan (menuliskan atau mengkodifikasikan) matan hadis tersebut.
Ilmu Dirayah Hadis adalah ilmu yang obyek kajiannya b.
perawi sebagai sumber penelitian atau lebih spesifik masuk ke ranah keadaan matan, sanad dan rawi hadis.
Evaluasi Soal:
Jelaskan pengertian hadis baik dari arti bahasa dan istilah 1.
baik khusus maupun umum! dan mengapa muncul pengertian istilah umum? Jelaskan
Sebutkan macam-macam hadis, jika dikaitkan dengan 2.
pengertian hadis baik secara khusus maupun umum?
Jelaskan!
Hadis juga dapat disebutkan dengan istilah lainnya.
3.
Sebutkan!
Analisislah unsur-unsur dari struktur hadis dibawah ini 4.
(matan, rawi dan sanad)