1. Pengertian akad pola bagi hasil
Akad adalah janji ataupun kesepakatan tertulis antara Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yaitu Bank Syariah dengan pihak lain yang memuat hak Dan kewajiban bagi masing- masing pihak sesuai dengan prinsip syariah. Sedangkan Bagi Hasil adalah pergerakan dasar operational dalam konteks
24 Widyaningsih, Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, (Jakarta, Prenada Media, 2005),
hlm.59
25 Nurul Fatwa, (Penerapan Akad Al-Qord Wal Ijarah Pada Produk Talangan Haji Pada P.T Perbankan Syari‟ah Mandiri KCP Sungguminangsa Gowa, 2015), hlm. 57-59
keuntungan maupun kerugian perbankan syariah. Dimana keharaman bunga dalam perbankan syariah membawa konsekuensi adanya penghapusan bunga secara mutlak. Jadi, akad bagi hasil (profit and loss sharing) berarti perjanjian (kesepakatan) keuntungan maupun kerugian yang mungkin timbul dalam kegiatan ekonomi maupun bisnis yang ditanggung bersama.
Dalam sistem profit loss sharing harga modal ditentukan secara bersama dengan peran dari kewirausahaan yang mana adanya price of capital dan entrepreneurship merupakan kesatuan integrating yang secara bersama-sama harus diperhitungkan dalam menentukan harga faktor produksi. Dalam pandangan Syariah uang dapat dikembangkan hanya dengan suatu produktifitas nyata, tidak Ada tambahan atas pokok uang yang tidak menghasilkan produktifitas.
Dalam perjanjian bagi hasil yang disepakati adalah proporsi pembagian hasil (disebut nisbah bagi hasil) dalam ukuran persentase atas kemungkinan hasil produktifitas nyata.
Nilai nominal bagi hasil yang nyata-nyata diterima, baru dapat diketahui setelah hasill pemanfaatan dana tersebut benar-benar telah ada. Nisbah bagi hasil ditentukan berdasarkan kesepakatan pihak-pihak yang bekerja sama. Besarnya nisbah biasanya akan dipengaruhi oleh pertimbangan kontribusi masing-masing pihak dalam bekerja sama (share and partnership) dan prospek perolehan keuntungan (expected return) serta tingkat resiko yang mungkin terjadi (expected).
Sebenarnya dalam perekonomian modern pembiayaan dengan sistem PLS sudah biasa terjadi dalam berbagai kegiatan penyertaan modal (equty financing) bisnis.
Kepemilikan saham dalam suatu perseroan merupakan contoh populer dalam penyertaan modal. Pemegang saham akan
MANAJEMEN PENDANAAN dan JASA PERBANKAN SYARIAH
menerima keuntungan berupa deviden sekaligus menanggung resiko jika perusahaan mengalami kerugian.26
2. Macam-macam Akad Bagi Hasil
Secara umum akad Bagi Hasil dapat dibedakan menjadi Dua macam yaitu Mudharabah dan Musyarakah.
Adapun pemahaman tentang keduanya adalah :
a. Akad Mudharobah atau Qirad adalah penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelolah dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu dengan pembagian metode Bagi untung dan rugi berdasarkan nisbah yang telah disepakati. Atau dengan bahasa yang mudah dimengerti bahwa akad mudharabah adalah akad yang dilakukan antara pemilik modal dengan pengelolah modal dimana nisbah disepakati diawal untuk dibagi bersama sedangkan kerugian ditanggung oleh Lembaga (bank) kecuali jika pihak kedua melakakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi kesepakatan maka yang menanggung kerugian Adalah pihak pengelolah modal. Model mudharabah (Trust financing) Model ini disebut mudharabah karena pada saat akad kerjasama usaha satu pihak memberikan kontribusi permodalan sedangkan pihak lain memberikan kontribusi kewirausahaan dalam bentuk tenaga, pikiran atau manajemen. Pihak pertama disebut sahib al maal (financier), sedangkan pihak kedua disebut mudharib (enterpreneur). Dalam skema ini permodalan 100 % menjadi tanggungan sahib al maal. Sedangkan manajemen sepenuhnya menjadi tanggung jawab mudharib.
26 Muchlis Yahya dan Edi Yusuf Agunggunanto, Teori Bagi Hasil (Profit and Loss Sharing) dan Perbankan Syari‟ah dalam Ekonomi Syari‟ah, 2011, hlm.65-69
b. Akad musyarokah atau shirkah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Model Musyarakah (partnership) skema model musyarakah menunjukkan masing-masing pihak memberikan kontribusi dalam pemodalan. Mereka sepakat untuk melakukan profit loss sharing. Formula menentukan nisbah bagi hasil dapat dijelaskan sebagai nisbah bagi hasil di antara partner ditentukan berdasarkan porsi masing-masing dalam permodalan. Bila ada dua orang melakukan musyarakah dengan menyetor modal masing-masing 50%, maka nisbah bagi hasilnya juga 50 : 50. Pendapat ini banyak dianut kalangan madzhab Syafi‟i dan Maliki. Nisbah bagi hasil di antara partner ditentukan atas pertimbangan kontribusi dalam organisasi dan kewirausahaan.27
Seperti telah disampaikan pada pembahasan sebelumnya bahwa "Dalam perjanjian bagi hasil yang disepakati adalah proporsi pembagian hasil (disebut nisbah bagi hasil) dalam ukuran persentase atas kemungkinan hassil produktifitas nyata". artinya apa? Seperti ini, kesepakatan suatu tingkat nisbah terlebih dahulu harus memperhatikan tiga faktor .
1) Faktor pertama, share on partnership merupakan sesuatu yang telah nyata dan terukur. Oleh karenanya tidak memerlukan perhatian khusus.
2) Faktor expected return merupakan sesuatu yang telah nyata, terukur dan memerlukan perhatian khusus.
27 Rifqi Muhammad, (Akuntansi Keuangan Syari‟ah) Yogyakarta : P3EI Press, 2010, hlm.283
MANAJEMEN PENDANAAN dan JASA PERBANKAN SYARIAH
3) Faktor terakhir expected risk memelukan perhatian khusus. Oleh karenanya kemampuan untuk memperkirakan keuntungan maupun resiko yang mungkin terjadi dalam kerjasama yang berlandaskan PLS mutlak dibutuhkan, terutama pada aspek kemungkinan resiko.
Dalam batas-batas tertentu resiko dapat diperkirakan, sehingga penerimaan seseorang atas nisbah bagi hasil tidak melulu bersifat spekulatif.
Resiko adalah sebuah konsekuensi dari aktifitas produktif. Resiko yang perlu dihindari adalah yang tidak dapat diperkirakan, seperti pasive risk atau unknowables. Resiko seperti ini dalam terminologi fiqh mu‟amalah disebut gharar yang benar-benar bersifat spekulatif. Gharar terjadi karena seseorang sama sekali tidak (dapat) mengetahui kemungkinan terjadinya sesuatu, sehingga bersifat perjudian atau game of chance. Jika Satu pihak menerima keuntungan, maka pihak lain pasti mengalami kerugian. Hal ini berarti telah terjadi win lose solution. Transaksi syariah adalah mencerminkan positive sum game atau win-win solution sebagaimana dalam ajaran teori profit loss sharing.
c. Landasan Hukum Akad Bagi Hasi28
Dalam kajian Islam Model ekonomi syariah dibangun atas dasar filosofi religiusi, dan institusi keadilan, serta instrumen kemaslahatan. maka akad bagi hasil ini sendiri diciptakan karena untuk menghindari penghasilan ekonomi yang haram dimana kita menuju penghasilan ekonomi halal. Riba maupun bunga sangat ditolak dan tidak
28 Ibid, hlm.284
diperbolehkan dalam islam. Maka landasan untuk kita menghindari bunga maupun riba terdapat dalam Q.S. at- Takaatsur, an-Nuur, al-Hasyr, al-Baqarah, al-Maidah dan al-Muthaffifin. Filosofi religiusitas melahirkan basis ekonomi dengan atribut pelarangan riba/bunga. Institusi keadilan melahirkan basis teori profit and loss sharing (PLS) dengan menggantinya pada nisbah bagi hasil.
Instrumen kemaslahatan melahirkan kebijakan pelembagaan zakat, pelarangan israf, dan pembiayaan (bisnis) halal, yang semuanya itu dituntun oleh nilai falah (bukan utilitarianisme dan rasionalisme). Landasan dasar di atas, yakni filosofi religius, institusi keadilan, dan instrumen kemaslahatan merupakan aspek dasar yang membedakan Ekonomis Bank Syariah dengan Ekonomi Bank Kovensional.29
Berikut tabel perbedaan antara Bunga dengan Bagi Hasil :
Bunga Bagi Hasil
Tidak terdapat risk and return sharing.
Besarnya bunga ditentukan pada saat akad. Jadi, terdapat asumsi pemakaian
dana pasti
mendatangkan keuntungan.
Berdasarkan return and sharing. Besarnya nisbah bagi hasil di sepakati pada saat akad dibuat dengan pedoman pada kemungkinan adanya resiko untung rugi.
Besarnya bunga berdasarkan presentase atas modal (pokok
Besaran nisbah bagi hasil berdasarkan presentase atas keuntungan yang diperoleh.
29 Ibid, hlm.285
MANAJEMEN PENDANAAN dan JASA PERBANKAN SYARIAH
pinjaman). Besaran bunga biasanya lebih ditentukan berdasarkan tingkat bunga pasar (market interest rate).
Pembayaran bunga tetap sebagaimana dalam perjanjian, tidak terpengaruh pada hasil real dalam pendapatan dana.
Jumlah nominal bagi hasil akan berfluktuasi sesuai dengan keuntungan real dari pemanfaatan dana.
Eksistensi bunga diragukan oleh hampir semua agama samawi, para pemikir besar, bahkan ekonom.
Eksistensinya berdasarkan nilai-nilai keadilan yang bersumber dari syari‟ah islam.
Skema Transaksi Akad Mudharabah30
30 Rifqi Muhammad, (Akuntansi Keuangan Syari‟ah, Yogyakarta : P3EI Press, 2010), hlm.24
Nasabah Atau Mudharib 1. Negosiasi dan
Akad Mudharabah Bank
Syari’ah
4. Penerima Porsi Laba 5. Menerima
Kembalian Modal
4b. Menerima Porsi Laba
3. Membagi hasil Usaha
Keuntungan dibagi sesuai nisbah
Kerugian tanpa Kelalaian nasabah ditanggung oleh bank syari’ah
2. Pelaksana Usaha Produktif
Skema Transaksi Musyarakah31
D. Akad Pola Jual Beli