C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran
8. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai pergerakan/perubahan tubuh yang dilakukan oleh otot rangka yang membutuhkan energi expenditure untuk peningkatan kebugaran dan kesehatan latihan kebugaran adalah salah satu dari aktivitas fisik yang membutuhkan rencana, struktur dan pengulangan gerak tubuh untuk memelihara satu atau lebih komponen dari kebugaran seseorang (HoegerdanHoeger, 2011a). Aktivitas fisik yang sesuai dengan kriteria antara lain baik, benar dan kondisi jasmani seseorang dan terukur dinilai dapat mencegah terjadinya penyakit tidak menular serta mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003). Pengeluaran energi untuk aktivitas fisik harian ditentukan oleh jenis, intensitas dan durasi aktivitas fisik. Estimasi energi yang dikeluarkan dari berbagai aktivitas fisik dapat dihitung berdasarkan kategorinya seperti yang terlihat pada tabel berikut:
a. Untuk laki-laki: VC = 0,052T – 0,022U – 3,00 b. Untuk perempuan: VC = 0,041T – 0,018U – 2,69
Tabel 2.6
Kategori Tingkatan Aktivitas Fisik Kategori Tingkatan
Aktivitas Fisik
Koefisiensi Aktifitas Fisik Pria Wanita Sedentary >1.0 – <1.4 1.00 1.00 Low Active ≥ 1.4 – < 1.6 1.11 1.12 Active ≥ 1.6 – < 1.9 1.24 1.27 Very Active ≥ 1.9 – < 2.5 1.48 1.45 Sumber : (Williams, 2002)
Aktivitas fisik rutin dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran seseorang, diantaranya: 1) peningkatan kemampuan pemakaian oksigen dan curah jantung, 2) penurunan detak jantung, penurunan tekanan darah, peningkatan efisiensi kerja otot jantung, 3) mencegah mortalitas dan morbiditas akibat gangguan jantung, 4) peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik, 5) peningkatan metabolisme tubuh, 6) meningkatkan kemampuan otot dan 7) mencegah obesitas (Astrand, 1992).
Pada penelitian ini, responden harus mengisi PAR-Q (Physical Activity Readiness Questionnaire)test untuk memastikan apakah responden diijinkan untuk melakukan tes kebugaran. PAR-Q adalah instrumen yang berisikan sembilan pertanyaan meliputi kondisi jantung berdasarkan keterangan dokter, rasa pusing dan nyeri saat beraktivitas serta poin lainnya yang berhubungan dengan kesehatan (Society, 2011). Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa kondisi responden dalam keadaan sehat dan dapat mengikuti rangkaian penelitian hingga akhir. Sementara, penilaian aktivitas fisik menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). IPAQ adalah salah satu jenis kuesioner yang digunakan untuk mengukur aktivitas fisik seseorang.
Kuesioner ini berisikan pertanyaan tentang jenis aktivitas durasi dan frekuensi seseorang melakukan aktivitas fisik dalam jangka waktu tertentu misalnya dalam
7 hari terakhir (IPAQ, 2005). Berbagai aktivitas fisik tersebut dikelompokkan menjadi aktivitas ringan, aktivitas sedang, aktivitas berat. Pengukuran aktivitas fisik bisa dilakukan dengan mengukur banyaknya energi yang dikeluarkan/dibutuhkan pada setiap menit kegiatan (WHO, 2005). Kelebihan metode pengukuran aktivitas fisik dengan menggunakan metode IPAQ adalah memiliki ketelitian yang tinggi, mudah digunakan khususnya pada orang dewasa, perhitungannya berdasarkan jumlah energi yang dikeluarkan/dibutuhkan tubuh dari setiap bobot kegiatan fisik oleh tubuh/hari (HarikeduadanTando, 2012).
Sebagai standar adalah banyaknya energi yang dikeluarkan oleh tubuh dalam keadaan istirahat duduk yang dinyatakan dalam satuan METs. METs merupakan kelipatan dari resting metabolik rate (RMR) dimana 1 METs adalah energi yang dikeluarkan per menit/kg BB orang dewasa (1 METs = 1,2 kkal/menit aktivitas fisik dinyatakan dalam skor yaitu METs-min sebagai jumlah kegiatan setiap menit). IPAQ menetapkan skor aktivitas fisik berdasarkan rumus (2.5), seperti berikut (WHO, 2005):
(2.5)
Kategori aktivitas fisik menurut IPAQ (IPAQ, 2005):
1) Aktivitas ringan jika tidak melakukan aktivitas fisik tingkat sedang-berat <10 menit/hari atau <600METs-min/minggu
2) Aktivitas sedang terdiri dari 3 kategori :
a. ≥3 hari melakukan aktivitas fisik berat >20 menit/hari b. ≥5 hari melakukan aktivitas sedang/berjalan >30 menit/hari
METs-min/minggu = Aktifitas berjalan (METs x durasi x frekuensi hari/minggu) + Aktifitas sedang (METs x durasi x frekuensi hari/minggu) + Aktifitas berat (METs x durasi x frekuensi hari/minggu)
c. ≥5 hari kombinasi berjalan intensitas sedang, aktivitas berat minimal>600 METs-min/minggu
3) Aktivitas berat (2 kategori)
a. Aktivitas berat >3 hari dan dijumlahkan >1500 METs-min/minggu
b. .≥7 hari berjalan kombinasi dengan aktivitas sedang/berat dan total METs
>3000 METs-min/minggu.
Hasil penelitian yang dilakukan Hapsari (2007) pada atlet sebuah sepak bola juga menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kebugaran atlet tersebut. Menurut Sharkley (2013) aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dinilai mampu mengurangi beban kerja jantung yang berat.
Sehingga lebih efisien dalam menghasilkan kebugaran terutama pada ketahanan kardiorespiratori.Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Güvenç (2011) pada remaja turki juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang cukup pada masa anak-anak dan remaja membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan dan kebugaran fisik, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Aktivitas fisik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebugaran pada usia muda, usia dewasa dan lansia nantinya (Alpay Güvenç dkk., 2011).
Berdasarkan hasil review juga diperoleh bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan kebugaran seseorang. semakin sering seseorang melakukan aktivitas fisik, maka kondisi tubuhnya akan menjadi bugar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari (2014), yang menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran (P=0,0001).Hasil penelitian lain yang dilakukan Sugiarsih (2012) dengan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) antara kecukupan gizi besi, frekuensi olahraga terhadap kebugaran (Sugiarsi, 2012).
Intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kebugaran mahasiswa melalui peningkatan aktivitas fisik. Frekuensi yang dianjurkan adalah 1-3 kali/minggu dengan durasi 20-30menit seperti yang dilakukan mahasiswa IPB.
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa frekuensi olahraga 1-3 kali/minggu (aktivitas fisik) memiliki hubungan positif dengan daya tahan kardiorespirasi mahasiswa (PutradanAmalia, 2014).
Hasil ini juga didukung oleh penelitian Kay L Cox (2004) bahwa terjadi peningkatan daya tahan kardiorespirasi pada kelompok laki-laki dewasa yang melakukan olahraga atau aktivitas fisik secara rutin dibandingkan dengan kelompok yang tidak melakukannya (Kay L Cox dkk., 2004).