BAB III METODE PENELITIAN
3.6 Analisa Data
Hasil pengukuran setiap parameter dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA) untuk melihat perbedaan antara perlakuan kontrol dan
penambahan probiotik EM4 pada pakan dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Hasil pengukuran berpengaruh nyata sehingga dilanjutkan dengan uji tukey dengan menggunakan aplikasi SPSS.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Laju pertumbuhan harian (Spesifik)
Hasil penelitian tentang pengaruh penambahan probiotik EM4 dengan dosis yang berbeda pada pakan buatan terhadap laju pertumbuhan, sintasan dan konversi pakan benih ikan lele dumbo menunjukan peningkatan nilai pertumbuhan (bobot) setiap minggu pada semua perlakuan. Berdasarkan hasil pegamatan selama 4 minggu diperoleh data laju pertumbuhan harian yang dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 4 di bawah ini. Rata-rata laju pertumbuhan harian ikan lele dumbo dapat dilihat pada lampiran 1.
Tabel 3. Rata-rata laju pertumbuhan harian ikan lele dumbo Perlakuan Rata-rata (%)
Perlakuan A ( Probiotik EM4 5 ml) 0,13b
Perlakuan B ( Probiotik EM4 10 ml) 0,14a
Perlakuan C ( Probiotik EM4 15 ml) 0,15a
Perlakuan D ( Pakan Kontrol) 0,123b
Keterangan : Huruf Yang Sama di Belakang Angka Rata-rata Menunjukan Tidak Berbeda Nyata (P>0,05)
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa pemberian probiotik EM4 pada pakan berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan benih ikan lele dumbo (P<0.05).
RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN HARIAN (%)
0.16
0,13b 0.14a 0.15a
0.14
0.123b A: Dosis EM4 5mL
0.12
B: Dosis EM4 10mL
0.1
0.08
C: Dosis EM4 15mL
0.06
D: Pakan Kontrol
0.04
0.02
0
A B C D
Gambar 4. Rata-rata laju pertumbuhan harian
Hasil uji Tukey menunjukan bahwa rata-rata laju pertumbuhan harian selama 4 minggu pemeliharaan pada benih ikan lele dumbo tertinggi terdapat pada perlakuan C (15 mL) dengan rata-rata SGR yang diperoleh 0,15% hal ini karena jumlah bakteri yang menguntungkan lebih mendominasi pada saluran pencernaan ikan dan bakteri-bakteri pathogen akan berkurang sehingga ikan akan memanfaatkan bakteri baik tersebut untuk pertumbuhan. Hal ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Tania Serezova Augusta, dkk. (2017), Perlakuan pemberian pakan campuran probiotik EM4 pada perlakuan C dengan rata-rata SGR 0,15%
tidak berbeda nyata dengan perlakuan B (10 mL) sebesar 0,14% tetapi, berbeda nyata dengan perlakuan A (5 mL) sebesar 0,13% dan pada perlakuan D (pakan kontrol) yaitu sebesar 0,123%. Sedangkan laju pertumbuhan harian terendah terdapat pada perlakuan D (pakan kontrol).
Menurut Mansyur dan Tangko (2008), laju pertumbuhan bobot meningkat dengan semakin tingginya pemberian konsentrasi probiotik.
Adanya peningkatan laju pertumbuhan bobot pada benih ikan lele yang diberi pakan dengan penambahan probiotik diduga disebabkan oleh adanya peranan bakteri yang terdapat dalam probiotik dikonsumsi lebih efisien yang pada akhirnya dapat meningkatkan kecernaan dalam pakan dan dapat membantu proses penyerapan makanan, sehingga pakan yang dikonsumsi lebih efisien yang pada akhirnya dapat meningkatkan laju pertumbuhan berat benih ikan lele. Penambahan probiotik yang optimal dapat memperbaiki mutu pakan sehingga meningkatkan kecernaan pakan yang akhirnya meningkatkan pertumbuhan.
Pengaruh pemberian probiotik yang mengandung EM4 merupakan bakteri heterotrofik dengan volume yang berbeda melalui pakan terhadap laju pertumbuhan spesifik (SGR) benih lele yang di pelihara selama 4 minggu menunjukan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa selama pemeliharaan ikan lele mampu memanfaatkan pakan untuk tumbuh. Pertumbuhan ikan lele ini terlihat dari peningkatan bobot tubuh dan nilai laju pertumbuhan spesifik (SGR) selama 4 minggu masa pemeliharaan. Pertumbuhan ikan lele dumbo disebabkan oleh beberapa faktor terutama adanya pasokan energi dari pakan. Kelebihan energi yang dibutuhkan untuk pemeliharaan dan aktifitas tubuh dimanfaatkan untuk pertumbuhan.
Pertumbuhan merupakan proses biologi yang kompleks, dapat terjadi apabila ada kelebihan energi berasal dari pakan yang dikonsumsi.
Kuantifikasi untuk pertumbuhan dapat berupa bobot badan atau kandungan nutrien tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat berasal dari pakan dipergunakan untuk aktivitas metabolisme ikan. Kuantifikasi pertumbuhan tergantung pada kualitas pakan yang dikonsumsi oleh ikan lele. Hal ini seperti yang telah dilakukan oleh Handajani dan Widodo (2010) bahwa pertumbuhan ikan tergantung pada kualitas pakan yang diberikan sehingga dapat dilihat dari pertambahan bobot badan harian.
Perlakuan yang memberikan pengaruh SGR lele tinggi adalah pemberian probiotik EM4 (15 mL) dalam pakan dengan nilai SGR sebesar 0,15%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik EM4 (15 mL) dalam pakan benih lele dumbo terbukti memberikan respon yang baik untuk SGR. Hal ini karena jumlah bakteri yang masuk dalam saluran pencernaan ikan dan hidup didalamnya meningkat sejalan dengan dosis probiotik yang diberikan. Selanjutnya bakteri tersebut didalam saluran pencernaan ikan mensekresikan enzim-enzim pencernaan seperti protease dan amilase (Irianto, 2003).
Aktivitas bakteri dalam pencernaan akan berubah dengan cepat apabila ada mikroba yang masuk melalui pakan atau air yang menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan bakteri yang sudah ada dalam usus (saluran pencernaan) dengan bakteri yang masuk.
Adanya keseimbangan antara bakteri saluran pencernaan ikan
menyebabkan bakteri probiotik bersifat antagonis terhadap bakteri pathogen sehingga saluran pencernaan ikan lebih baik dalam mencerna dan menyerap nutrisi pakan (Gatesoupe, 1999 dalam Mulyadi, 2011).
4.2 Kelangsungan hidup (Sintasan)
Hasil penelitian tentang pengaruh penambahan probiotik EM4 dengan dosis yang berbeda pada pakan buatan terhadap laju pertumbuhan, sintasan dan konversi pakan benih ikan lele dumbo dapat dilihat pada gambar 5. Rata-rata kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo dapat dilihat pada table 4 berikut.
Tabel 4. Rata-Rata Tingkat Kelangsungan Hidup
Perlakuan Rata-rata (%)
Perlakuan A (Probiotik EM4 5mL) 87a Perlakuan B (Probiotik EM4 10mL) 87a Perlakuan C (Probiotik EM4 15mL) 90a Perlakuan D (Pakan Kontrol) 83a
Keterangan : Huruf Yang Sama di Belakang Angka Rata-rata Menunjukan Tidak Berbeda Nyata (P>0,05)
Hasil analisa ragam (ANOVA) menujukan bahwa pemanfaatan probiotik EM4 terhadap budidaya ikan lele dumbo pada setiap perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terrhadap tingkat kelangsungan hidup ikan lele dumbo yaitu 90% ikan yang hidup (P>0,05).
92 90 88 86 84 82 80 78
90a
87a 87a A: Dosis EM4 5mL
B: Dosis EM4 10mL
83a
C: Dosis EM4 15mL
D: Pakan Kontrol
A B C D
Gambar 5. Diagram rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan lele dumbo
Kisaran kelangsungan hidup ikan lele dumbo selama penelitian adalah 83-90%. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah pakan yang diberikan mencukupi, dan ikan mampu bertahan dengan keadaan lingkungan yang tidak menentu hal ini menunjukan bahwa ikan lele dumbo berada dalam kondisi kehidupan yang layak.
Pemberian probiotik EM4 pada perlakuan C (15mL) dalam pakan menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang tertinggi yaitu 90% hal ini karena lebih banyak bakteri yang menguntungkan sehingga peyerapan makanan dalam pencernaan ikan lebih bagus serta parameter kualitas air masih berada pada batas toleransi atau layak untuk kelangsungan hidup ikan lele sedangkan, pemberian probiotik EM4 pada perlakuan A (5mL) dan perlakuan B (10mL) lebih sedikit dibandingkan perlakuan C (15mL) sehingga menghasilkan tingkat kelangsungan yang cukup baik dengan
nilai rata-rata 87%, nilai kelangsungan hidup yang terendah dengan rata- rata 83% terdapat pada perlakuan D karena tidak ditambahkan probiotik EM4 sehingga populasi bakteri yang dapat mengoksidasi bahan organik sedikit. Peningkatan bahan organik pada media akan menjadi racun dalam air pemeliharaan, dampaknya akan memicu timbulnya penyakit dan kurangnya nafsu makan sehingga berakibat pada kematian ikan lele dumbo.
Menurut Effendi (2004), menyatakan bahwa derajat kelangsungan hidup dipengaruhi oleh faktor biotik yaitu persaingan parasit, umur, predator, kepadatan dan penanganan manusia, sedangkan faktor abiotik adalah sifat fisika dan kimia dalam perairan. Hal ini ditegaskan juga oleh Irianto et al. (2003) menyatakan bahwa penggunaan probiotik mampu memperbaiki kualitas air melalui penyeimbangan populasi mikroba dan mengurangi jumlah patogen dan secara bersamaan mengurangi penggunaan senyawa-senyawa kimia serta meningkatkan hewan air.
Seperti yang dinyatakan Iribarren et al. (2012) bahwa penggunaan probiotik dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan dan daya tahan tubuh ikan terhadap infeksi patogen serta mengurangi beban lingkungan karena akumulasi limbah di perairan. Dengan demikian penggunaan pakan yang diberi probiotik dapat mengurangi tingkat kematian yang disebabkan oleh patogen serta limbah perairan.
Menurut Susanto (1991), kelangsungan hidup ikan merupakan persentase jumlah ikan yang hidup selama masa pemeliharaan yang
nilainya berbanding terbalik dengan nilai mortalitas dan dikatakan bahwa jika makanan yang dikonsumsi kurang atau sedikit maka tubuh ikan akan kurus bahkan dapat menyebabkan kematian.
Tingginya sintasan ikan uji disebabkan oleh ketersedian pakan yang lebih baik untuk ikan lele dumbo paling tidak memiliki unsur- unsur seperti protein, lemek, karbohidrat, fosfor, mineral, dan serat kasar (Djangkaru, 2011). Holliday (1969), menyatakan bahwa kemampuan ikan untuk bertahan pada media bersalinitas tergantung pada kemampuan untuk mengatur cairan tubuh sehingga mampu mempertahankan tingkat tekanan osmotik yang mendekat normal.
4.3 Konversi Pakan
Rasio Konversi Pakan atau disebut dengan FCR (Feed Conversion Ratio) benih ikan lele digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi pakan pada masing-masing perlakuan pakan. Pakan yang memiliki nilai FCR paling rendah adalah perlakuan pakan terbaik yang menunjukkan efisiensi pakan tinggi. Nilai rata-rata konversi makanan masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.
Tabel 5. Rata-rata konversi pakan selama penelitian
PERLAKUAN RATA-RATA FCR (%)
Perlakuan A ( Probiotik EM4 5 ml) 1,86a Perlakuan B ( Probiotik EM4 10 ml) 1,90a Perlakuan C ( Probiotik EM4 15 ml) 1,55a Perlakuan D ( Pakan Kontrol) 2,32b
Keterangan : Huruf Yang Sama di Belakang Angka Rata-rata Menunjukan Tidak Berbeda Nyata (P>0,05)
Dari hasil analisis ragam (ANOVA). Menunjukan bahwa pemberian probiotik pada pakan komersial berpengaruh nyata terhadap konversi pakan benih ikan lele dumbo (P<0.05). Hasil uji lanjut dengan uji Tukey untuk mengetahui tingkat perbedaan antar perlakuan.
2.5 b
2.32
A: Dosis EM4 5mL
2 1.86a 1.90a B: Dosis EM4 10mL
1.55a
C: Dosis EM4 15mL
1.5
D: Pakan Kontrol
1
0.5
0
A B C D
Gambar 6. Diagram rata-rata konversi pakan ikan lele dumbo Hasil uji Tukey menunjukan bahwa rata-rata FCR terendah selama penelitian terdapat pada perlakuan C dengan menggunakan probiotik EM4
15mL dalam pakan yaitu sebesar 1,55%. Konversi pakan terendah didapat pada perlakuan C (15 mL) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A (5mL) sebesar 1,86% dan perlakuan B (10 mL) sebesar 1,90% tetapi berbeda nyata dengan perlakuan D (pakan kontrol) sebesar 2,32%, dengan konversi pakan tertinggi didapatkan pada perlakuan D (pakan kontrol).
Pemberian probiotik pada perlakuan C (15mL) dalam pakan menghasilkan nilai FCR paling rendah adalah yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian probiotik pada perlakuan C (15mL) sesuai dengan kebutuhan nilai sehingga pencernaan dan penyerapan pakan yang dicampur probiotik efektif diserap untuk meningkatkan berat ikan dan persentasi pakan yang diubah menjadi daging meningkat. Nilai FCR pakan tersebut berada pada kisaran yang baik. Hal ini didukung oleh Arif dkk. (2014) bahwa pemberian probiotik berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi dan kecepatan penyerapan makanan dalam saluran pencernaan ikan.
Perlakuan D (pakan kontrol) menunjukkan FCR yang masih layak digunakan untuk budidaya, hal ini disebabkan oleh kurangnya penyerapan pakan, tingginya FCR karena dipengaruhi aktivitas pencernaan yang tidak dibantu oleh adanya bakteri probiotik sehingga penyerapan energi untuk pertumbuhan ikan juga kurang sempurna.
Konversi pakan adalah nilai perubahan makanan menjadi daging ikan yang didapat dari hasil bagi jumlah makanan yang diberikan dengan
pertambahan berat pada interval waktu tertentu (Djajasewaka, 1985).
Besar kecilnya konversi pakan merupakan gambaran tentang tingkat efisiensi makanan yang dicapai. Makin kecil angka nilai konversi pakan maka makin baik mutu makanan yang diberikan (Mujiman, 1998). Kondisi kualitas pakan yang baik mengakibatkan energi yang diperoleh pada ikan lele dumbo lebih banyak untuk pertumbuhan, sehingga ikan dengan pemberian pakan yang sedikit diharapkan laju pertumbuhan meningkat.
Penggunaan pakan oleh ikan menunjukkan nilai presentase pakan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ikan. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai konversi pakan adalah jenis sumber nutrisi dan jumlah dari masing-masing komponen sumber nutrisi dalam pakan tersebut. Jumlah dan kualitas pakan yang diberikan pada ikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Semakin besar nilai FCR maka semakin banyak pakan yang dibutuhkan, Effendy (2004).
4.4 Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu dan derajat keasaman (pH). Kisaran parameter kualitas air dapat dilihat pada Tabel 6.
Table 6. Kisaran parameter kualitas air media pemeliharaan pada setiap perlakuan.
Perlakuan Parameter
Suhu (oC) pH
A 27-29 7,8-8,4
B 27-28 7,9-8,3
C 27-28 7,7-8,4
D 26 -28 7,9-8,5 Kisaran Normal 25-30 6,5-8,5
(Effendy, 2003) (Effendy, 2003)
Pada Tabel 6 terlihat kisaran parameter kualitas air untuk suhu dan pH semua perlakuan masih dalam batas kelayakan dan mendukung kehidupan serta pertumbuhan hewan uji. Kisaran kenaikan suhu berkisar 27-29 oC dan pH berkisar 7,7-8,5. Apabila suhu pemeliharaan berada diluar batas kisaran normal, mengakibatkan aktivitas ikan menjadi rendah dan nafsu makan berkurang, sehingga akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi terhambat. Suhu perairan merupakan salah satu faktor eksternal yang berpengaruh terhadap aktifitas ikan, terutama untuk pertumbuhan dan reproduksi (Huet, 2006). Suhu perairan harus diperhatikan dengan baik, untuk kelangsungan organisme yang mendiaminya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yulinda (2012), untuk pembesaran benih ikan lele didapat bahwa laju pertumbuhan ikan lele akan baik pada suhu 25º-33ºC dan suhu optimum 30 ºC.
Hasil pengukuran pH yang dihasilkan selama penelitian berkisar 7,7-8,5. Hasil pengukuran ini menunjukan bahwa pH air dalam kisaran normal. Menurut Basahudin (2009), ikan lele hidup dalam pH kisaran 6-9.
Walaupun demikian ikan air tawar tetap dapat mentolerir pH air dengan kisaran 4-10 (Wahyuningsih, 2004). Perubahan pH dapat menyebabkan ikan menjadi stres sehingga dapat terserang penyakit dan secara tidak
langsung rendahnya pH dapat menyebabkan kerusakan pada kulit sehingga memudahkan infeksi oleh pathogen.
Jenis bakteri yang terkandung dalam probiotik EM4 yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Lactobacillus sp.. Menurut Yulinery et al.,(2006) Lactobacillus sp. tumbuh optimal pada kisaran pH 5,5-6,5 dan suhu 30- 37oC. Hasil penelitian Hardiningsi et al.,(2005) menunjukan bahwa pH 6,5 merupakan pH optimum untuk pertumbuhan bakteri Lactobacillus sp.
sedangkan hasil penelitian Malaka (1997) menunjukan bahwa Lactobacillus sp. tumbuh optimum pada suhu 37oC. Hal tersebut menunjukan bahwa pH dan suhu merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan karena jika berada kondisi diluar nilai tersebut maka bakteri tidak dapat bekerja optimal sehingga efektifitas dari probiotik tersebut akan menurun.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
a. Pengaruh penambahan probiotik EM4 dengan dosis yang berbeda pada pakan buatan berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan benih ikan lele dumbo.
b. Kisaran kelangsungan hidup ikan lele dumbo selama penelitian adalah 83-90%. Tingkat Kelangsungan hidup ikan lele dumbo tertinggi pada perlakuan C dengan rata-rata 90%, serta diikuti perlakuan B dan perlakuan A sebesar 87% dan tingkat kelangsungan hidup terendah pada perlakuan D sebesar 83%.
c. Nilai konversi pakan yang didapat selama penelitian dengan nilai yang terendah adalah perlakuan C (15mL) sebesar 1,55% dan yang tertinggi terdapat pada perlakuan D (pakan kontrol) yaitu 2,32%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitan disarankan bahwa perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengidentifikasi jumlah bakteri yang ada dalam saluran pencernaan ikan lele dumbo.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013https://docplayer.info/50319660-I-pendahuluan-ikan-lele- sangkuriang-c-gariepinus-merupakan-salah-satu-komoditas- perikanan.html diakses pada tahun 2013.
Anonim, 2017 https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92289 pada tahun 2017.
Arief, M., Fitriani, N. dan Subekti, S. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda Pada Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan Lele Sangkuriang (Clarias Sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, .6(1): 49-53. April 2014.
Ardita, N., Budiharjo, A., Sari S.L.A. 2015. Pertumbuhan dan rasio konversi pakan ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan penambahan probiotik. Bioteknologi, 12(1): 16-21.
Asmawi,S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Jakarta: Gramedia.
82 hal.
Bramasta. 2009. Pembenihan Dan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang.
Aneka Ilmu. Semarang
Boyd, C.E. 1987. Water Quality Management in Pond Fish Culture.
International Centre For Aquaculture, Auburn University.
Cahyo B. 2009. Budidaya Lele dan Betutu (Ikan langka bernilai tinggi).
Jakarta: Pustaka Mina.
Darmawangsa, G. M. 2008. Pengaruh Padat Tebar 10,15 Dan 20 Ekor/L Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus Goramy Lac. Ukuran 2 Cm (Skripsi).
Program Studi Teknologi Dan Manajemen Akuakultur. Institut Pertanian Bogor.
De Schryver, P., Crab, R., Defoirdt, T., Boon, N. and Verstraete, W. 2008.
The Basics Of Bioflocs Technology: The Added Value For Aquaculture. Aquaculture., 277:125-137.
Dhingra, M. M. 1993. Probiotic In Poultry Diet Livestock Production And Management. India: Sania Enterprises Indore 452001.
Effendi, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Effendie, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius. 258 hal.
Effendy, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Faizullah, M., Rajagopalsamy, C.B.T., Ahilan. B And Francis, T. 2015.
Impact Of Bofloc Technology On The Growth Of Goldfish Young Ones. Indian Journal Of Science And Technology, Vol 8(13), DOI: 10.17485/ijst/2015/v8i13/54060, July 2015. ISSN (Print) : 0974-6846.
Fourie, JJ. 2006. A Practical Investigation Into Catfish (Clarias gariepinus) Farming in The Vaalharts Irrigation Scheme. Dissertation.
Department of Zoology and Entomology, University of the Free State.112pp.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Fuller, R. 1989. Probiotics In Man And Animals. Jurnal Application Bacterial: 66 (365-378).
Gunawan, R.G.B dan Bagus. H. 2011. Dongkrak Produksi Lele Dengan Probiotik Organik. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Halver JE and RW Hardy. 2002. Fish Nutrition. Third Edition. California USA : Academy Press Inc. 822 pp. p:712-713.
Handajani dan Widodo, 2010. Nutrisi Ikan. Malang: UMM Press.
Hariyadi, B., Haryono, A. dan Untung Susilo. 2005. Evaluasi Efesiensi Pakan dan Efisiensi Protein Pada Ikan Karper Rumput (Ctenopharyngodon idella Val) yang Diberi Pakan dengan Kadar Karbohidrat dan Energi yang Berbeda. Purwokerto:
Fakultas Biologi Unseod.
Hermawan, AT., Iskandar dan Subhan U. 2012. Pengaruh Padat Tebar Terhadap Kelangsungan Hidup Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burch.) Di Kolam Kalimenir Indramayu.
Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 3 No. 3 : 85-93
Indriani, Y.H. 1999. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta : Penebar Swadaya.
Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Irianto, A. 2007. Potensi Mikroorganisma: Diatas Langit Ada Langit.
Ringkasan Orasi Ilmiah Di Fakultas Biologi Universitas Jendral Sudirman Tanggal 12 Mei.
Kordi M.G. dan Tancung A. B. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Jakarta : Rineka cipta
Lovell, T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. New York: Auburn University. Published by Van Nostrand Reinhold. 260 pp. p:20- 112.
Miller, B.S. 1989. Reproduction and Early Life History of Fishes. Hunt Publishing Company. p 135-146.
Mudjiman, A. 1998. Makan Ikan. Jakarta: PT. Penebar. Swadaya, hlm 14- 17, 49-51
Mulyanto. 1992. Lingkungan Hidup Untuk Ikan. Jakarta: Depdikbud. 138 Halaman.
Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Nafiati, A., Hardaningsih dan Murwantoko. 2009. Poliploidisasi dengan Kejutan Suhu Tinggi pada Lele Dumbo (Clarias sp.) Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada:
Prosiding.
Pillay, T. V. R. 1990. Aquaculture, Principles and Practices. Fishing News Books, Oxford, London, Edinburgh, Cambridge, Victoria.
Purba, RM. 2001. Pemanfaatan Silase Limbah Jeroan Ikan Nila sebagai Bahan Subtitusi Tepung Ikan dalam Pakan Ikan Nila Gift Oreochromis sp. Skripsi. Bogor: Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian.
Puspowardoyo, H. dan Djarijah, A. 2002. Pembenihan Dan Pembesaran Lele Dumbo Hemat Air. Yogyakarta: Kanisius. Hal 59.
Rika. 2008. Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan dan Kelulus Hidupan Ikan Hasil Strain GIFT dengan Strain Singapura. Skiripsi, Universitas Diponogoro. Semarang
Rohaedi, 2002. Pengelolaan Kualitas Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Santoso.1994. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Lele Dumbo Dan Lokal.
Yogyakarta: Kanisius.
Sewaka, HD. 1990. Pakan Ikan. Jakarta : CV. Yasaguna
Shafrudin, D., Yuniarti dan M. Setiawati. 2006. Pengaruh Kepadatan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Terhadap Produksi Pada Sistem Budidaya dengan Pengendalian Nitrogen Melalui Penambahan Tepung Terigu. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5 (2):137-147.
SNI : 01- 6484.4 – 2000. Produksi Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus X Clarias fuscus) Kelas Benih Seba
Spotte, S . H . 1970. Fish and Invertebrata Culture. Willey Interscience, A Division of John and Son. New York. 145 p
Sunarma, A. 2004. Peningkatan Produktifitas Usaha Lele Sangkuriang (Clarias sp.). Sukabumi: Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya BBAT.
Supriyanto. 2010. Pengaruh pemberian probiotik dalam pelet terhadap pertumbuhan lele sangkuriang. Semarang: Universitas Negeri.
Susanto. 1988. Usaha Budi Daya Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).
Susanto, H. 1991., Budidaya Ikan di Perkarangan. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Department of Aquatic Biosciences. Tokyo University of Fisheries. JICA. 233 pp
Wididana, G. N., M. S. Dan T. Higa. 1993. Aplication of Effective Microorganime (EM) and Bokashi On Natural Farming. Bull.
Kyusei Nature Farming. Jakarta
Wididana, G.N. 1996. Penerapan Effective Mikroorganisms Dalam Bidang Pertanian Indonesia. Jakarta: Koperasi Departemen Kehutanan.
Winedar, H., S. Listyawati, Sutarno.2006. Daya Cerna Protein Pakan, Daging Dan Pertambahan Berat Badan Ayam Boiler Setelah Pemberian Pakan Yang Di Fermentasi Dengan Effective Microorganism 4 (EM4). Bioteknologi 3 (1): 14-19.
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data hasil penelitian Laju pertumbuhan harian (SGR)
Perlakuan Ulangan Rata-Rata Waktu Pertumbuhan SGR Berat Berat Penelitian mutlak (%) Awal Akhir
A1 1 1,8 6 31 hari 4,2 0,135
A2 2 1,9 6,11 31 hari 4,2 0,135
A3 3 2,1 6,11 31 hari 4,01 0,129
Rata-rata 0,13
B1 1 2,2 6,55 31 hari 4,35 0,140
B2 2 2 6,33 31 hari 4,33 0,139
B3 3 2 6,375 31 hari 4,375 0,141
Rata-rata 0,14
C1 1 2,1 6,77 31 hari 4,67 0,150
C2 2 2 6,88 31 hari 4,88 0,157
C3 3 2,2 6,66 31 hari 4,46 0,143
Rata-rata 0,15
D1 1 1,9 5,87 31 hari 3,97 0,128
D2 2 2 5,87 31 hari 3,87 0,125
D3 3 2,1 5,75 31 hari 3,65 0,117
Rata-rata 0,123
SGR = − ( ) %
−
SGR = Laju Pertumbuhan Harian (%) w1 = Berat Awal Ikan
w2 = Berat Akhir Ikan
t = waktu pemeliharaan ikan (hari)
44
sintasan (SR)
PERLAKUAN TEBAR AWAL TEBAR AKHIR
A1 10 EKOR 8 EKOR
A2 10 EKOR 9 EKOR
A3 10 EKOR 9 EKOR
JUMLAH 30 EKOR 26 EKOR
SR =87 %
PERLAKUAN TEBAR AWAL TEBAR AKHIR
B1 10 EKOR 9 EKOR
B2 10 EKOR 9 EKOR
B3 10 EKOR 8EKOR
JUMLAH 30 EKOR 26 EKOR
SR = 87%
PERLAKUAN TEBAR AWAL TEBAR AKHIR
C1 10 EKOR 9 EKOR
C2 10 EKOR 9 EKOR
C3 10 EKOR 9 EKOR
JUMLAH 30 EKOR 27 EKOR
SR = 90%
PERLAKUAN TEBAR AWAL TEBAR AKHIR
D1 10 EKOR 8 EKOR
D2 10 EKOR 8 EKOR
D3 10 EKOR 9 EKOR
JUMLAH 30 EKOR 25 EKOR
SR= 83%
SR= %
SR = kelangsungan hidup hewan uji Nt = jumlah ikan pada akhir penelitian No = jumlah ikan pada awal penelitian
45