PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK EM4 DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PAKAN BUATAN TERHADAP LAJU
PERTUMBUHAN, SINTASAN DAN KONVERSI PAKAN BENIH IKAN LELE DUMBO
(Clarias gariepinus)
SKRIPSI
OLEH:
LAURENSIUS LOAR 45 13 034 002
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2019
PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK EM4 DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PAKAN BUATAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN, SINTASAN DAN KONVERSI PAKAN
BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
SKRIPSI
LAURENSIUS LOAR 45 13 034 002
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar sarjana Pada Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan
Universitas Bosowa Makassar
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas Rahmat-Nya, yang telah memberikan hikmat berupa kesehatan dalam menyelesaikan penelitian ini hingga waktu yang telah ditentukan. Pada kesempatan ini tak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih atas segala arahan dan motifasi dan dukungan moral dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada.
1. Dr.Ir.Hj.Hadijah,M.Si selaku pembimbing utama 2. Ibu Mardiana, S.Pi, M.Si selaku pembimbing anggota
3. Ibu Dr.Ir.Erni Indrawati, M.P selaku ketua Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa Makassar.
4. Bapak Dr.Syarifuddin, S.Pt, M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Univeritas Bosowa Makassar.
5. Ayah dan Ibu tercinta, yang telah banyak membantu saya lewat Doa dan dukungan dalam menempuh pendidikan.
6. Sahabat-sahabat perikanan angkatan 2013 yang telah memberikan bantuan dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena Keterbatasan kemampuan penulis sebagai manusia biasa. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini.
Makassar, Februari 2019
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vii
Daftar Gambar... viii
Abstrak ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo ... 4
2.2 Habitat ... 6
2.3 Kebiasaan Makan ... 6
2.4 Probiotik ... 7
2.5 Effective Microorganism 4 (EM4) ... 9
2.6 Pertumbuhan ... 11
2.7 Sintasan ... 12
2.8 Konversi Pakan ... 13
2.9 Kualitas Air... 14
2.9.1 Suhu ... 15
2.9.2 pH ... 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat ... 19
3.2 Alat dan Bahan ... 19
3.3 Prosedur Kerja ... 21
3.3.1 Prosedur Pembuatan Pakan ... 21
3.3.2 Prosedur Penelitian... 21
3.4 Parameter Uji ... 22
3.4.1 Laju Pertumbuhan Harian (Spesifik) ... 23
3.4.2 Kelangsungan Hidup ... 23
3.4.3 Konversi Pakan ... 23
3.5 Rancangan Percobaan ... 24
3.6 Analisa Data ... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian ... 26
4.2 Kelangsungan Hidup ... 30
4.3 Konversi Pakan ... 33
4.4 Kualitas Air ... 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 39
5.2 Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Alat Yang Digunakan Selama Penelitian ... 19
2. Bahan Yang Digunakan Selama Penelitian ... 20
3. Rata-rata Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Dumbo ... 25
4. Rata-rata Tingkat Kelangsungan Hidup ... 29
5. Rata-rata Konversi Pakan ... 32
6. Kisaran Parameter Kualitas Air ... 35
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Morfologi Ikan Lele Dumbo ... 5
2. Probiotik EM4 ... 10
3. Tata Letak Wadah Percobaan ... 24
4. Diagram Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Dumbo ... 26
5. Diagram Rata-rata Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo 30 6. Diagram Rata-rata Konversi Pakan Ikan Lele Dumbo ... 33
ABSTRAK
LAURENSIUS LOAR (45 13 034 002), dibawah bimbingan Ibu Hadijah selaku pembimbing utama dan Ibu Mardiana selaku pembimbing anggota.
Pengaruh Penambahan Probiotik Em4 dengan Dosis yang Berbeda pada Pakan Buatan Terhadap Laju Pertumbuhan, Sintasan dan Konversi Pakan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus).
Penggunaan probiotik secara langsung akan meningkatkan efektifitas mikroba pada usus ikan yang pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan. Untuk itu diperlukan suatu kegiatan yang perlu dilakukan guna meningkatkan efektifitas probiotik dan mengurangi kendala kelangkaan bahan baku pakan ikan serta sekaligus meningkatkan kualitasnya. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui Pengaruh Penambahan Probiotik Em4 dengan dosis yang Berbeda pada Pakan Buatan Terhadap Laju Pertumbuhan, Sintasan dan Konversi Pakan Benih Ikan Lele Dumbo.
Penelitian dilaksanakan selama 8 minggu bertempat di Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa Makassar. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Sebagai perlakuan adalah pemberian probiotik EM4 dengan dosis yang berbeda, yaitu perlakuan A dengan dosis 5 ml/100 g pakan, perlakuan B dengan dosis 10 ml/100 g pakan, perlakuan C dengan dosis 15 ml/100 g pakan dan perlakuan D (pakan kontrol). Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan benih ikan lele dumbo dilakukan analisis ragam (ANOVA) dan jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji tukey.
Hasil analisa ragam (ANOVA) menunjukan bahwa pengaruh penambahan probiotik EM4 dengan dosis yang berbeda pada pakan buatan berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan harian dan konversi pakan benih ikan lele dumbo, sedangkan pada tingkat kelangsungan hidup tidak berpengaruh nyata. Hasil dari data menunjukan bahwa perlakuan C dengan campuran probiotik EM4 (15 mL) dalam pakan memberikan angka laju pertumbuhan harian dan konversi pakan lebih baik dibandingkan perlakuan B (10 mL), perlakuan A (5 mL) dan perlakuan D (pakan kontrol).
Kata kunci : Ikan lele dumbo, Dosis EM4, Pertumbuhan, sintasan, FCR
ABSTRACT
LAURENSIUS LOAR (45 13 034 002) under the guidance of Mrs. Hadijah as the main counselor and Mrs. Mardiana as a member supervisor. The effect of EM4 Probiotic Addition with Different Doses on Artificial feed against growth rate, survival and conversion of feed of dumbo catfish (clarias gariepinus).
The use of probiotics directly increases the effectiveness of microbes in the intestine, which in turn increases growth. For this reason, and activity is needed to improve the effectiveness of probiotics and reduce the constraints of scarcity of fish feed raw materials and improve their quality. The purpose of this study was to determine the effect of the addition of EM4 probiotics with different doses on artificial feed on growth rates, survival rate and feed conversion.
The research was carried out for 8 weeks at the laboratory of the faculty of social sciences, Bosowa University Makassar. Research conducted using a completely randomized design of (RAL) with 4 treatments and 3 replications. As a treatment is the administration of EM4 probiotic with different doses, namely treatment A with a dose of 5 mL/100 g of feed, treatment B with dose of 10 mL/g of feed, C treatment with a dose of 15 mL/100 g of feed and treatment of D (control feed). To find out the effect of perfection on the growth of dumbo catfish seeds, analysis of variance was carried out (ANOVA) and if real anchor followed by Tukey test.
The results of variance analysis (ANOVA) showed that the effect of probiotic EM4 ingredients with different doses on artificial feed significantly affected the daily growth rate and feed conversion of African catfish seeds, whereas the survival rate did not significantly affect African catfish seeds.
The data result showed that treatment of C with a mixture of probiotic EM4 (15 mL) in feed gave a better rate of daily growth and feed conversion than treatment B (10 mL), treatment A (5 mL) and treatment D (control feed).
Key Word : catfish dumbo, Doses EM4, Growth, Survival, FCR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas yang hidup di air tawar Indonesia yang bernilai ekonomis. Ikan ini sangat potensial untuk dibudidayakan secara komersial karena pertumbuhannya yang cepat. permintaan ikan lele dumbo menunjukan peningkatan setiap tahunnya. Menurut data statistik Kemenetrian Kelautan dan Perikanan (KKP), tahun 2010, permintaan terhadap ikan lele dumbo sebesar 270.600 ton, pada tahun 2014 permintaan terhadap ikan lele dumbo diperkirakan mencapai 840.000 ton (Anonim, 2013). Hal ini menunjukan bahwa ikan lele dumbo merupakan salah satu komoditas yang dapat dibudidayakan dengan intensif karena permintaan pasar yang sangat tinggi.
Budidaya lele secara intensif banyak dilakukan dengan pemberian pakan dalam pakan jumlah banyak. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budidaya lele yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya. Pakan komersil (pellet) dalam usaha budidaya ikan berpengaruh besar terhadap peningkatan produksi, namun harga pellet yang mahal menjadi kendala besar dalam budidaya lele karena biaya produksi untuk pakan sekitar 60-70% yang harus dikeluarkan dari total biaya produksi. Dampak dari budidaya lele secara intensif adalah sisa pakan dan sisa hasil metabolisme banyak terakumulasi di perairan budidaya sehingga kualitas perairan budidaya
menurun bahkan dapat mengakibatkan kematian bagi lele akibat banyaknya amoniak, nitrat dan nitrit. Agar pakan tersebut dapat memberikan pengaruh secara maksimal dan menghasilkan bobot biomassa ikan yang lebih besar juga dapat menekan biaya pakan serta dapat memperbaiki kualitas perairan budidaya, maka perlu dicarikan solusi dengan cara melakukan pemberian pakan di perairan budidaya dengan probiotik.
Menurut Gunawan dan Bagus (2011), salah satu pengelolaan pakan yang saat ini menjadi perhatian para pembudidaya lele adalah dengan penambahan probiotik. Probiotik bekerja dengan cara mengontrol perkembangan dan populasi mikroba yang merugikan sehingga menghasilkan lingkungan tumbuh yang optimal bagi mikroba yang menguntungkan, hingga akhirnya mikroba tersebut akan mendominasi dan membuat habitat lebih sesuai untuk pertumbuhan makhluk hidup di lingkungan tersebut. (Dhingra, 1993; De Schryver dkk., 2008; Faizullah dkk, 2015), probiotik bermanfaat untuk mengatur lingkungan mikroba dalam usus ikan dan menghalangi mikroba patogen usus serta dapat memperbaiki efisiensi pakan
Anonim, (2017). Pemberian Probiotik Dalam Pakan Untuk Budidaya Ikan Lele dalam Stigma Journal of science 10 (1): 31-35; April 2017 ISSN:
1412 – 1840 © 2017 Prodi Biologi FMIPA UNIPA Surabaya didapatkkan suhu perairan budidaya 26,5-28,7oC dan pH berkisar antara 6,5-7,4. Data kualitas air dalam penelitian ini dapat dikatagorikan normal. Pemberian
probiotik mengandung EM4 ini dapat mematikan bakteri patogen yang ada di air budidaya dan dapat memutus mata rantai penyakit. Oleh karena itu, penelitian terhadap Probiotik EM4 perlu dilakukan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan probiotik jenis EM4 dengan dosis yang berbeda terhadap laju pertumbuhan, sintasan, dan konversi pakan ikan lele dumbo.
Sedangkan kegunaannya adalah sebagai bahan acuan dan informasi dalam pemberian probiotik jenis EM4 pada petani khususnya petani ikan lele dumbo dan dengan ditambahkan probiotik jenis EM4 dalam pakan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan lele dumbo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Dan Morfologi
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell) berasal dari Benua Afrika dan pertama kali di datangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Jenis ikan lele ini termasuk hibrida dan pertumbuhan badannya cukup spektakuler baik panjang tubuh maupun beratnya. Lele dumbo memiliki pertumbuhan empat kali lebih cepat.(Santoso, 1994).
Ikan Lele digemari semua lapisan masyarakat sebagai protein hewani alternatif yang harganya murah. Ikan lele mudah diolah, bergizi tinggi dan rasanya enak. Ikan Lele Dumbo mudah dipelihara, disimpan dan dipasarkan baik berupa ikan hidup maupun ikan segar (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002). Adapun klasifikasi ikan lele dumbo sebagai berikut :
Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Animalia : Chordata : Pisces : Ostariophysi : Claridae : Clarias
: Clarias Gariepinus Burchell
Gambar 1. Morfologi Ikan Lele Dumbo
Menurut Puspowardoyo dan Djarijah (2002), Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell) memiliki morfologi yang mirip dengan lele lokal (Clarias batrachus). Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng dan batok kepalanya keras, tidak bersisik dan berkulit licin, mulut besar, warna kulit badannya terdapat bercak-bercak kelabu seperti jamur kulit manusia (panu). Ikan lele dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish.
Ciri-ciri morfologis Lele Dumbo lainnya adalah sungutnya, letak sungut berada di sekitar mulut berjumlah delapan buah atau 4 pasang terdiri dari sungut nasal dua buah, sungut mandibular luar dua buah, mandibular dalam dua buah, serta sungut maxilar dua buah. Ikan lele mengenal mangsanya dengan alat penciuman, lele dumbo juga dapat mengenal dan menemukan makanan dengan cara rabaan (tentakel) dengan menggerak-gerakan salah satu sungutnya terutama mandibular (Santoso, 1994).
Lele Dumbo mempunyai lima buah sirip yang terdiri dari sirip pasangan (ganda) dan sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada (pectoral) dan sirip perut (ventral), sedangkan yang tunggal adalah
sirip punggung (dorsal), ekor (caudal) serta sirip dubur (anal). Sirip dada Ikan Lele Dumbo dilengkapi dengan patil atau taji tidak beracun. Patil Lele Dumbo lebih pendek dan tumpul bila dibandingkan dengan Lele Lokal (Santoso, 1994)
2.2 Habitat
Ikan Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin.
Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air, semua perairan tawar dapat menjadi lingkungan hidup atau habitat lele dumbo misalnya waduk, bendungan, danau, rawa, dan genangan air tawar lainnya. Di alam bebas, lele dumbo ini memang lebih menyukai air yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat. Aliran air arus yang deras lele dumbo kurang menyukainya (Santoso, 1994).
Lele Dumbo asal Afrika ternyata sangat toleransi terhadap suhu air yang cukup tinggi yaitu 20–35ºC, disamping Itu lele dumbo dapat hidup pada kondisi lingkungan perairan yang jelek. Kondisi air dengan kandungan oksigen yang sangat minim ikan lele dumbo masih dapat bertahan hidup, karena lele dumbo memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut organ arborescent (Santoso, 1994).
2.3 Kebiasaan Makan
Pada siang hari lele dumbo kurang menampakkan aktivitasnya dan lebih menyukai tempat yang bersuasana sejuk dan gelap. Ikan lele dumbo bersifat nokturnal (aktif pada malam hari) dan biasa mencari makan pada
malam hari, namun, pada kolam-kolam budidaya lele dumbo dapat dibiasakan diberi pakan pada siang hari (Santoso, 1994).
Lele dumbo terkenal rakus, karena mempunyai ukuran mulut yang cukup lebar hingga mampu menyantap makanan alami di dasar perairan dan buatan misalnya pellet. Ikan ini sering digolongkan pemakan segala (omnivora), makanannya berupa daging seperti ayam, bebek, angsa, burung, dan bangkai unggas lainnya dilahap hingga tulang belulangnya.
Lele dumbo juga dikenal sebagai pemakan bangkai atau scavenger.
(Santoso, 1994).
2.4 Probiotik
Probiotik adalah makanan tambahan berupa sel-sel mikroba hidup, dan bukan merupakan senyawa kimia. Memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroba intestinalnya. Prosedur pemberian probiotik pada pakan yaitu pemberian probiotik lewat makanan atau pakan tambahan berupa mikroba hidup yang berpengaruh positif bagi hewan (inang) dengan cara memperbaiki keseimbangan flora ususnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan fungsi fisiologi ikan, terutama kemampuannya dalam mencerna pakan adalah dengan menambahkan probiotik dalam pakan (Fuller, 1989).
Probiotik bermanfaat dalam mengatur lingkungan mikroba pada usus, menghalangi mikroorganisme patogen usus dan memperbaiki efisiensi pakan dengan melepas enzim-enzim yang membantu proses
pencernaan makanan. Secara dasar ada tiga model kerja probiotik yaitu, menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan memproduksi senyawa-senyawa anti mikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di dinding intestinum, merubah metabolisme mikrobial dengan meningkatkan aktivitas enzim dan menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar antibodi (Irianto, 2003).
Probiotik menurut Elumalai et al. (2013) adalah mikroorganisme hidup dalam budidaya ikan yang dapat mencegah penyakit, sehingga meningkatkan produksi dan dapat menurunkan kerugian ekonomi. Aplikasi probiotik dalam sistem akuakultur memainkan peran penting yang menentukan tingkat keberhasilan budidaya. Probiotik ketika dikonsumsi oleh ikan dalam jumlah yang cukup, memberikan manfaat kesehatan untuk ikan.
Menurut Irianto (2007), pemberian organisme probiotik dalam akuakultur dapat diberikan melalui pakan, air maupun melalui perantaraan pakan hidup seperti rotifera atau artemia. Pemberian probiotik dalam pakan, berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi pakan dalam saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan dalam pencernaan ikan. Fermentasi pakan mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan, dan sejumlah mikroorganisme mampu mensistesa vitamin dan asam-asam amino yang dibutuhkan oleh larva hewan akuatik.
Penggunaan Probiotik telah dilakukan pada ikan lele dan hasilnya menunjukan bahwa probiotik jenis EM4 yang bagus. Probiotik ini mengandung bakteri Lactobacillus sp., Acetobacter sp., Streptomycetes sp., dan Yeast. Dalam EM4 terdapat berbagai mikroorganisme yang bermanfaat, yaitu Laktobacillus yang bermanfaat untuk memfermentasi bahan organik menjadi senyawa asam laktat, bakteri photosyntetic yang berfungsi menyerap gas-gas beracun dan panas dari proses fermentasi, ragi (yeast) yang mempunyai peran dalam memfermentasi bahan organik menjadi senyawa alkohol, gula dan asam amino dan Actinomycetes yang berfungsi untuk menghasilkan senyawa antibiotik yang bersifat toksik terhadap bakteri pathogen dan mampu melarutkan ion-ion fosfat dan ion- ion mikro lainnya (Wididana, 1993).
2.5 Effective Microorganism 4 (EM4)
Teknologi EM4 (Effective Microorganism 4) adalah teknologi fermentasi yang dikembangkan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari University of Ryukyus, Okinawa Jepang sejak tahun 1980. EM4 merupakan kultur campuran dari beberapa mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme alami yang terdapat dalam EM4 bersifat fermentasi (peragian) yang terdiri dari 4 kelompok mikroorganisme yaitu bakteri Fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), jamur fermentasi (saccharomyces sp.), bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.), dan Actinomycetes (Winedar dkk, 2006). EM4 merupakan biofertilizer yang diaplikasi sebagai inokulan untuk
meninggkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme didalam tanah.
Selain itu, EM4 juga dapat digunakan untuk membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada tambak ikan dan udang ( Indriani, 1999).
Gambar 2. Effective Microorganism 4
Bakteri fotosintetik merupakan bakteri yang dapat mensitesis senyawa nitrogen dan gula. Jamur fermentatif berfungsi untuk memfermentasi bahan organik menjadi senyawa-senyawa organik (dalam bentuk alkohol, gula dan asam amino ) yang siap diserap oleh perakaran tanaman. Bakteri asam Laktat terutama golongan Lactobacillus sp.
berfungsi untuk memfermentasi bahan organik menjadi senyawa-senyawa asam lactat yang dapat diserap oleh tanaman. Actinomycetes merupakan bakteri yang tumbuh dalam bentuk miselium (filamen berbentuk jalinan benang). Actinomycetes berfungsi mengambil asam amino dan zat yang dihasilkan oleh jamur fermentatif dan mengubahnya menjadi antibiotik yang bersifat toksik pada patogen atau penyakit serta dapat melarutkan
ion-ion fosfat dan ion-ion mikro lainnya. Streptomyces sp. Menghasilkan enzim streptomicyn yang berguna bagi tanaman (Wididana dkk, 1996, dalam Nengsih, 2002).
2.6 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan bentuk baik berat, panjang.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor genetik, hormon, dan lingkungan.
Meskipun secara umum, faktor lingkungan yang memegang peran penting adalah zat hara dan suhu lingkungan, zat hara tersebut meliputi makanan, air, oksigen (Fujaya, 2004 dalam Rahmali, 2015).
Pertumbuhan didefenisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas (Mudjiman, 1998 dalam Rahmalia, 2015).
Menurut Mudjiman (1998) dalam (Helmi 2012) Menyatakan bahwa Pertumbuhan didefenisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada saat populasi organisme yang menyebabkan berkurangnya jumlah individu di populasi tersebut (Effendi, 2002 dalam Rahmalia, 2015).
Dua faktor yang paling penting dalam hubungannya dengan pertumbuhan adalah temperatur dan makanan. Ikan yang hidup dalam
temperatur rendah tidak mau makan, meskipun diberi makanan yang banyak sehingga tidak tumbuh. Sebaliknya ikan yang hidup dalam kisaran suhu optimum juga tidak dapat tumbuh jika kekurangan makanan (Alabaster dan Lioyid, 1980). Selanjutnya Gerking (1987) menerangkan bahwa pertumbuhan ikan tergantung dari tersedianya dan perbandingan makanan yang dapat dicerna, karena tidak semua makanan yang dimakan dapat dicerna.
2.7 Sintasan
Sintasan merupakan presentase banyaknya ikan yang hidup selama penelitian dari jumlah ikan yang ditebar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan adalah kondisi lingkungan, umur, kepadatan populasi, pakan, predator dan penyakit (Djarijah, 2002).
Sedangkan faktor dari dalam tubuh ikan adalah kemampuan ikan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Salah satu masalah dalam budidaya ikan adalah tingginya tingkat kematian ikan.
Sintasan (kelangsungan hidup) merupakan perbandingan antara jumlah individu pada akhir percobaan dengan jumlah individu pada awal percobaan. Faktor biotik yang mempengaruhi sintasan yaitu pakan, parasit, kompetitor, predasi, umur, kemampuan adaptasi, penanganan manusia dan kepadatan populasi. Faktor abiotik yang mempengaruhi sintasan yaitu sifat fisik dan kimia dari suatu lingkungan air (Rika, 2008).
Peningkatan padat tebar akan mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat
menurunkan kondisi kesehatandan fisiologis sehingga pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mengalami penurunan (Darmawangsa, 2008).
2.8 Konversi Pakan
Konversi pakan dan efisiensi pakan merupakan indikator untuk menentukan efektivitas pakan. Konversi pakan dapat diartikan sebagai kemampuan spesies akuakulture mengubah pakan menjadi daging sedangkan efisiensi pakan adalah bobot basah daging ikan yang diperoleh per satuan berat kering pakan yang di berikan (Watanabe, 1988).
Nilai konversi pakan menunjukan bahwa sejauh mana makanan efisien dimanfaatkan oleh ikan peliharaan. Oksigen secara tidak langsung mempengaruhi besar kecilnya konversi pakan (Soetomo, 1987). Pakan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan budidaya, karena pakan diperlukan ikan untuk pemeliharaan kondisi tubuh, aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi. Pakan yang diberikan pada spesies kulture ada 2 macam yaitu pakan alami dan pakan buatan. Hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian pakan adalah frekuensi pemberian pakan dan konversi pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan daging atau berat ikan. Pakan alami ikan lele berupa jasad hewani yaitu crustacea kecil, larva serangga (kutu air, jentik nyamuk), cacing dan molusca (Susanto, 1988). Semua itu menunjukan bahwa ikan lele bersifat omnivor cenderung karnivor (Pillay, 1990).
2.9 Kualitas Air
Dalam pemeliharaan ikan lele tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau mengalir seperti ikan-ikan lainnya. Meskipun demikian, para ahli perikanan menyebutkan syarat dari kualitas air, baik secara kimia maupun fisika yang harus dipenuhi jika ingin sukses membudidayakan lele (Bramasta 2009).
Salah satu kemudahan dalam memelihara ikan lele dumbo adalah ikan ini dapat hidup pada kondisi air yang kurang baik, bahkan pada kondisi air yang hanya mengandung sedikit oksigen (Hernowo, 2008).
Meskipun demikian dalam budidaya ikan, kualitas air harus diperhatikan karena kualitas air yang baik akan meningkatkan selera makan ikan sehingga ikan dapat tumbuh dengan baik (Mudjiman,2004).
Air merupakan faktor terpenting dalam budidaya ikan, tanpa air ikan tidak akan dapat hidup. Karenanya kualitas dan kuantitas air harus diperhatikan agar budidaya ikan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Kualitas air merupakan jumlah air yang tersedia, sedangkan kuantitas air merupakan variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan. Variabel tersebut dapat berupa sifat fisika, kimia dan biologi air (khairuman, 2008). Walaupun budidaya ikan lele dumbo mudah, kualitas air dalam budidaya ikan lele harus disesuaikan dengan kondisi optimal bagi kehidupan ikan lele dumbo. Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kualitas air adalah suhu, Oksigen terlarut dan pH (djarijah, 2002).
Baik buruknya kualitas air juga dipengaruhi oleh banyaknya zat terlarut dalam air baik faktor dari dalam maupun dari luar tubuh ikan.
Pakan yang dikonsumsi oleh ikan sebagian akan diserap oleh tubuh ikan dan sebagian lagi akan dibuang sebagai feses. Pakan yang diabsorbsi sebagian akan diubah menjadi daging dan sebagian lagi digunakan dalam proses metabolisme, ekskresi karbon dioksida (CO2) dan amonia dalam perairan. Pakan yang tidak dimakan dan feses akan terakumulasi di dasar perairan dengan karbon dioksida, amonia, fosfat dan bahan organik tanaman yang masuk dalam perairan (Yoo dan Boyd, 1993 dalam Purba, 2001).
2.9.1 Suhu
Suhu merupakan salah satu parameter penting yang perlu diperhatikan pada saat penebaran ikan. Jika suhu air lebih dingin atau lebih panas, harus segera dilakukan penyesuaian. Suhu air yang lebih dingin umumnya disebabkan oleh lokasi kolam yang tertutup pohon rimbun dan musim. Selain itu, kedalaman air juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya suhu (Khairuman, 2008).
Suhu optimum air untuk pemeliharaan ikan lele dumbo adalah 25- 30℃. Apabila suhu diluar batasan kisaran tersebut maka dapat mengurangi selera makan ikan lele dumbo. Jika suhu air yang sesuai maka akan meningkatkan aktivitas makan ikan sehingga menjadikan ikan lele dumbo cepat tumbuh (Soetomo, 2007).
15
Kisaran suhu yang optimal bagi kehidupan ikan adalah 28-320c.
Sedangkan menurut (Amonia 2010), Khairuman dan Amri (2011) menyatakan suhu yang cocok untuk memelihara ikan lele dumbo adalah 25–300 c (Kordi dan Tancung,2007).
Ikan lele dumbo mudah beradaptasi dengan lingkungan yang tergenang air, dan bila sudah dewasa dapat diadaptasikan pula dengan lingkunga perairan yang mengalir (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).
Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju metabolism dan kelarutan gas dalam air (Zonneveld et al., 1991). Suhu yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele dumbo adalah 25-30ºC, diatas suhu tersebut nafsu makan ikan lele dumbo akan berkurang. Selain itu, tingginya temperatur air akan menyebabkan meningkatnya aktivitas metabolisme dari organisme yang ada. Dengan tingginya aktivitas metabolisme ini, kandungan gas terlarut akan berkurang.
Rendahnya kandungan gas terlarut dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan ikan lele dumbo lemas, bahkan mati. Oleh sebab itu perlu adanya tingkat pengaturan kepadatan benih ikan lele dumbo dalam wadah pemeliharaan, agar sesuai dengan laju metabolisme komponen perairan yang terjadi.
Suhu air sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dan laju konsumsi pakan oleh hewan air. Catfish umumnya diberi pakan dua kali sehari saat suhu air di atas 25°C, diikuti dengan laju konsumsi
pakan yang lebih tinggi dan laju pertumbuhan yang lebih cepat (Halver dan Hardy, 2002).
2.9.2 pH
Nilai pH merupakan ukuran konsentrasi ion H+ di dalam air (Forteath et. al 1993). Keasaman adalah kapasitas air untuk menetralkan ion-ion hidroksi (OH-). Nilai pH disebut asam bila kurang dari 7, pH 7 disebut netral dan pH diatas 7 disebut basa (Forteath et. al 1993).
Akumulasi bahan kimia terlarut dalam system resirkulasi menyebabkan pH mengalami depresi (asam), kecuali kalau sistem adalah buffer sehingga pH dapat stabil. Pada saat air lebih asam, ikan menjadi stress dan jika pH menjadi terlalu rendah maka kematian ikan akan terjadi.
Pada saat air dalam keadaan basa, maka toksisitas ammonia meningkat.
Nilai pH air mempunyai nilai efek yang sangat besar pada kesehatan organisme akuatik yang ada dalam sistem resirkulasi air tersebut (Forteath et. al 1993).
Jika pH terlalu tinggi (lebih dari 8) maka toksisitas amoniak meningkat. Jadi penting untuk menjaga pH air dalam system resirkulasi sekitar 7,2 dalam air tawar dan 7,8-8,2 di air laut (Forteath et. al 1993).
Nilai pH yang baik untuk sistem intensif adalah 6,5-9 (Wedemeyer 1996).
Nilai pH yang kurang dari 6,0 dan lebih dari 9,0 untuk waktu yang cukup lama akan mengganggu reproduksi dan pertumbuhan (boyd 1982).
pH yang baik untuk pertumbuhan ikan lele dumbo yaitu 6,0 dan 9,0.
pH kurang dari 6,0 sangat buruk bagi kehidupan ikan lele dumbo, karena
dapat menyebabkan pengumpulan lender pada insang dan dapat menyebabkan kematian. Sedangkan pH diatas 9,0 dapat menghambat pertumbuhan karena menimbulkan nafsu makan yang berkurang bagi ikan lele dumbo (Murhananto, 2002). Ishio dalam Wardoyo (1997), mengatakan bahwa pH 4 dan 11 merupakan titik lethal (death point) bagi ikan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan mulai dari Bulan Juli sampai September 2018 bertempat di Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa.
3.2 Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang digunakan selama penelitian adalah sebagai berikut.
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut :
No Nama Alat Kegunaan
1. Timbangan Digital Menimbang Pakan dan Bobot ikan
2. Mistar Geser Mengukur panjang ikan
3. Thermometer Mengukur suhu air
4. Pisau Mengiris pakan
5. Toples plastic Sebagai wadah penelitian
6. Gelas ukur Untuk mengukur jumlah probiotik yang
akan digunakan
7. Refraktometer Alat untuk mengukur salinitas
8. Serok Untuk mengambil ikan dari kolam
9. Ember Wadah ikan saat pengambilan sampel
10. pH Meter Mengukur pH air Media
11. Kamera Dokumentasi
12. Baskom Menyimpan pakanyang sudah ditimbang
13. Blender Menghaluskan bahan baku pakan 14. Pengilingan Menggiling bahan baku pakan
15. Selang Untuk menyipon
16. Mixer Untuk mencampur pakan
Tabel 2. Bahan yang digunakan selama penelitian adalah sebagai berikut.
Adapun bahan yang digunakan selama penelitian ini adalah sebagai berikut:
No Bahan Kegunaan
1. Benih ikan Lele Dumbo
berumur 1 bulan, panjang Hewan uji
benih 5-7 cm.
2. Probiotik EM4
3. Tepung ikan
4. Tepung kepala udang
5. Dedak halus
Bahan Formulasi Ikan 6. Tepung terigu
7. Tepung Kanji
8. Minyak ikan
9. Polar
10. Vitamin mix
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Prosedur Pembuatan Pakan
1. Menyiapkan pakan lalu timbang semua bahan yaitu, tepung ikan, tepung kepala udang, dedak halus, tepung terigu, tepung kanji, minyak ikan, polar, vitamin mix.
2. Semua bahan tersebut ditimbang sesuai dengan perlakuannya dan setelah itu disatukan kedalam baskom kemudian mencampur bahan mulai dari yang kecil sampai ke yang besar lalu di aduk hingga rata dengan menggunakan mixer.
3. Aduk hingga merata dan benar-benar padat dan setelah itu masukkan kedalam mesin pencetak pellet untuk dicetak sehingga menghasilkan bentuk bulat panjang.
4. Jemur pelet yang sudah dicetak hingga kering ± 7 hari (1 minggu).
3.3.2 Prosedur Penelitian
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan toples yang sudah steril, berukuran tinggi 18 cm dan berdiameter 8 cm dengan kapasitas air 3 liter/wadah. Media pemeliharaan adalah air tawar yang sebelumnya sudah di aerasi ± 2 hari. Air tersebut di tempatkan di dalam toples berbentuk silinder yang berjumlah 12 buah yang sudah dilengkapi dengan pipa U. Masing- masing toples diisi 10 ekor ikan benih lele Dumbo (Arie, 2007). Suhu air media selama penelitian berkisar antara 28-30 0c dan pH 6-8.
2. Mengisi air pada toples dengan kapasitas 3 liter/wadah.
3. Memberi aerasi pada masing-masing media untuk mensuplai oksigen.
4. Memilih ikan lele dumbo yang sehat dan tidak cacat serta aktif bergerak.
5. Penebaran dilakukan ke dalam wadah penelitian sebanyak 10 ekor per wadah.
6. Waktu pemberian Pakan yaitu pada pagi dan sore hari yaitu jam 07.00 dan 18.00 dengan komposisi 5% dari berat tubuh ikan, dengan cara menggerus terlebih dahulu, lalu menyemprotkan probiotik EM4 ke pakan yang sudah diberikan.
7. Pergantian air dilakukan sekali seminggu sebanyak 50% sebelum pemberian pakan.
8. Penyiponan dilakukan setiap hari yaitu pada waktu pagi hari pukul 06.00 dan sore hari pukul 15.00.
9. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi suhu dan pH. Pengukuran dilakukan pada pagi hari dan sore hari yaitu pukul 07.00 dan 18.00.
10. Sampling dilakukan setiap minggu sekali bertujuan untuk mengetahui berat dan panjang tubuh ikan.
3.4 Parameter Uji
Adapun parameter uji yang dilakukan selama penelitian meliputi
3.4.1 Laju Pertumbuhan Harian (Spesifik)
Pengamatan pertumbuhan harian dilakukan 7 hari sekali menimbang bobot total ikan uji. Laju pertumbuhan spesifik benih ikan lele dapat dihitung berdasarkan rumus De Silva dan Anderson (1995), sebagai berikut :
SGR = − ( ) %
−
Keterangan :
SGR = Laju Pertumbuhan Harian (%) w1 = Berat Awal Ikan (gr)
w2 = Berat Akhir Ikan (gr)
t = waktu pemeliharaan ikan (hari) 3.4.2 Kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendi, 1979) :
SR= %
SR= kelangsungan hidup hewan uji (%) Nt = jumlah ikan pada awal penelitian (ekor) No = jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor) 3.4.3 Konversi pakan (FCR)
Konversi pakan (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi (g) dengan pertumbuhan bobot ikan (g) yang dihasilkan.
Adapun rumus untuk menghitung FCR (Effendie,1979) adalah:
23
Keterangan :
F : Jumlah pakan yang diberikan selama penelitian (gr) Wo : Bobot rata-rata awal penelitian (gr)
Wt : Bobot rata-rata akhir penelitian (gr) 3.5 Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun tata letak setiap perlakuan dapat dilihat dibawah ini :
1. Perlakuan A Dosis EM4 yang diberikan sebanyak 5 ml/100 gr pakan 2. Perlakuan B Dosis EM4 yang diberikan sebanyak 10 ml/100 gr pakan 3. Perlakuan C Dosis EM4 yang diberikan sebanyak 15 ml/100 gr pakan 4. Perlakuan D menggunakan pakan komersil ( Kontrol )
Tata letak wadah
A1 B2 A2 D1
A3 C3 D2 B3
C1 D3 B1 C2
3.6 Analisa Data
Hasil pengukuran setiap parameter dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA) untuk melihat perbedaan antara perlakuan kontrol dan
penambahan probiotik EM4 pada pakan dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Hasil pengukuran berpengaruh nyata sehingga dilanjutkan dengan uji tukey dengan menggunakan aplikasi SPSS.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Laju pertumbuhan harian (Spesifik)
Hasil penelitian tentang pengaruh penambahan probiotik EM4 dengan dosis yang berbeda pada pakan buatan terhadap laju pertumbuhan, sintasan dan konversi pakan benih ikan lele dumbo menunjukan peningkatan nilai pertumbuhan (bobot) setiap minggu pada semua perlakuan. Berdasarkan hasil pegamatan selama 4 minggu diperoleh data laju pertumbuhan harian yang dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 4 di bawah ini. Rata-rata laju pertumbuhan harian ikan lele dumbo dapat dilihat pada lampiran 1.
Tabel 3. Rata-rata laju pertumbuhan harian ikan lele dumbo Perlakuan Rata-rata (%)
Perlakuan A ( Probiotik EM4 5 ml) 0,13b
Perlakuan B ( Probiotik EM4 10 ml) 0,14a
Perlakuan C ( Probiotik EM4 15 ml) 0,15a
Perlakuan D ( Pakan Kontrol) 0,123b
Keterangan : Huruf Yang Sama di Belakang Angka Rata-rata Menunjukan Tidak Berbeda Nyata (P>0,05)
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa pemberian probiotik EM4 pada pakan berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan benih ikan lele dumbo (P<0.05).
RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN HARIAN (%)
0.16
0,13b 0.14a 0.15a
0.14
0.123b A: Dosis EM4 5mL
0.12
B: Dosis EM4 10mL
0.1
0.08
C: Dosis EM4 15mL
0.06
D: Pakan Kontrol
0.04
0.02
0
A B C D
Gambar 4. Rata-rata laju pertumbuhan harian
Hasil uji Tukey menunjukan bahwa rata-rata laju pertumbuhan harian selama 4 minggu pemeliharaan pada benih ikan lele dumbo tertinggi terdapat pada perlakuan C (15 mL) dengan rata-rata SGR yang diperoleh 0,15% hal ini karena jumlah bakteri yang menguntungkan lebih mendominasi pada saluran pencernaan ikan dan bakteri-bakteri pathogen akan berkurang sehingga ikan akan memanfaatkan bakteri baik tersebut untuk pertumbuhan. Hal ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Tania Serezova Augusta, dkk. (2017), Perlakuan pemberian pakan campuran probiotik EM4 pada perlakuan C dengan rata-rata SGR 0,15%
tidak berbeda nyata dengan perlakuan B (10 mL) sebesar 0,14% tetapi, berbeda nyata dengan perlakuan A (5 mL) sebesar 0,13% dan pada perlakuan D (pakan kontrol) yaitu sebesar 0,123%. Sedangkan laju pertumbuhan harian terendah terdapat pada perlakuan D (pakan kontrol).
Menurut Mansyur dan Tangko (2008), laju pertumbuhan bobot meningkat dengan semakin tingginya pemberian konsentrasi probiotik.
Adanya peningkatan laju pertumbuhan bobot pada benih ikan lele yang diberi pakan dengan penambahan probiotik diduga disebabkan oleh adanya peranan bakteri yang terdapat dalam probiotik dikonsumsi lebih efisien yang pada akhirnya dapat meningkatkan kecernaan dalam pakan dan dapat membantu proses penyerapan makanan, sehingga pakan yang dikonsumsi lebih efisien yang pada akhirnya dapat meningkatkan laju pertumbuhan berat benih ikan lele. Penambahan probiotik yang optimal dapat memperbaiki mutu pakan sehingga meningkatkan kecernaan pakan yang akhirnya meningkatkan pertumbuhan.
Pengaruh pemberian probiotik yang mengandung EM4 merupakan bakteri heterotrofik dengan volume yang berbeda melalui pakan terhadap laju pertumbuhan spesifik (SGR) benih lele yang di pelihara selama 4 minggu menunjukan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa selama pemeliharaan ikan lele mampu memanfaatkan pakan untuk tumbuh. Pertumbuhan ikan lele ini terlihat dari peningkatan bobot tubuh dan nilai laju pertumbuhan spesifik (SGR) selama 4 minggu masa pemeliharaan. Pertumbuhan ikan lele dumbo disebabkan oleh beberapa faktor terutama adanya pasokan energi dari pakan. Kelebihan energi yang dibutuhkan untuk pemeliharaan dan aktifitas tubuh dimanfaatkan untuk pertumbuhan.
Pertumbuhan merupakan proses biologi yang kompleks, dapat terjadi apabila ada kelebihan energi berasal dari pakan yang dikonsumsi.
Kuantifikasi untuk pertumbuhan dapat berupa bobot badan atau kandungan nutrien tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat berasal dari pakan dipergunakan untuk aktivitas metabolisme ikan. Kuantifikasi pertumbuhan tergantung pada kualitas pakan yang dikonsumsi oleh ikan lele. Hal ini seperti yang telah dilakukan oleh Handajani dan Widodo (2010) bahwa pertumbuhan ikan tergantung pada kualitas pakan yang diberikan sehingga dapat dilihat dari pertambahan bobot badan harian.
Perlakuan yang memberikan pengaruh SGR lele tinggi adalah pemberian probiotik EM4 (15 mL) dalam pakan dengan nilai SGR sebesar 0,15%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik EM4 (15 mL) dalam pakan benih lele dumbo terbukti memberikan respon yang baik untuk SGR. Hal ini karena jumlah bakteri yang masuk dalam saluran pencernaan ikan dan hidup didalamnya meningkat sejalan dengan dosis probiotik yang diberikan. Selanjutnya bakteri tersebut didalam saluran pencernaan ikan mensekresikan enzim-enzim pencernaan seperti protease dan amilase (Irianto, 2003).
Aktivitas bakteri dalam pencernaan akan berubah dengan cepat apabila ada mikroba yang masuk melalui pakan atau air yang menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan bakteri yang sudah ada dalam usus (saluran pencernaan) dengan bakteri yang masuk.
Adanya keseimbangan antara bakteri saluran pencernaan ikan
menyebabkan bakteri probiotik bersifat antagonis terhadap bakteri pathogen sehingga saluran pencernaan ikan lebih baik dalam mencerna dan menyerap nutrisi pakan (Gatesoupe, 1999 dalam Mulyadi, 2011).
4.2 Kelangsungan hidup (Sintasan)
Hasil penelitian tentang pengaruh penambahan probiotik EM4 dengan dosis yang berbeda pada pakan buatan terhadap laju pertumbuhan, sintasan dan konversi pakan benih ikan lele dumbo dapat dilihat pada gambar 5. Rata-rata kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo dapat dilihat pada table 4 berikut.
Tabel 4. Rata-Rata Tingkat Kelangsungan Hidup
Perlakuan Rata-rata (%)
Perlakuan A (Probiotik EM4 5mL) 87a Perlakuan B (Probiotik EM4 10mL) 87a Perlakuan C (Probiotik EM4 15mL) 90a Perlakuan D (Pakan Kontrol) 83a
Keterangan : Huruf Yang Sama di Belakang Angka Rata-rata Menunjukan Tidak Berbeda Nyata (P>0,05)
Hasil analisa ragam (ANOVA) menujukan bahwa pemanfaatan probiotik EM4 terhadap budidaya ikan lele dumbo pada setiap perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terrhadap tingkat kelangsungan hidup ikan lele dumbo yaitu 90% ikan yang hidup (P>0,05).
92 90 88 86 84 82 80 78
90a
87a 87a A: Dosis EM4 5mL
B: Dosis EM4 10mL
83a
C: Dosis EM4 15mL
D: Pakan Kontrol
A B C D
Gambar 5. Diagram rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan lele dumbo
Kisaran kelangsungan hidup ikan lele dumbo selama penelitian adalah 83-90%. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah pakan yang diberikan mencukupi, dan ikan mampu bertahan dengan keadaan lingkungan yang tidak menentu hal ini menunjukan bahwa ikan lele dumbo berada dalam kondisi kehidupan yang layak.
Pemberian probiotik EM4 pada perlakuan C (15mL) dalam pakan menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang tertinggi yaitu 90% hal ini karena lebih banyak bakteri yang menguntungkan sehingga peyerapan makanan dalam pencernaan ikan lebih bagus serta parameter kualitas air masih berada pada batas toleransi atau layak untuk kelangsungan hidup ikan lele sedangkan, pemberian probiotik EM4 pada perlakuan A (5mL) dan perlakuan B (10mL) lebih sedikit dibandingkan perlakuan C (15mL) sehingga menghasilkan tingkat kelangsungan yang cukup baik dengan
nilai rata-rata 87%, nilai kelangsungan hidup yang terendah dengan rata- rata 83% terdapat pada perlakuan D karena tidak ditambahkan probiotik EM4 sehingga populasi bakteri yang dapat mengoksidasi bahan organik sedikit. Peningkatan bahan organik pada media akan menjadi racun dalam air pemeliharaan, dampaknya akan memicu timbulnya penyakit dan kurangnya nafsu makan sehingga berakibat pada kematian ikan lele dumbo.
Menurut Effendi (2004), menyatakan bahwa derajat kelangsungan hidup dipengaruhi oleh faktor biotik yaitu persaingan parasit, umur, predator, kepadatan dan penanganan manusia, sedangkan faktor abiotik adalah sifat fisika dan kimia dalam perairan. Hal ini ditegaskan juga oleh Irianto et al. (2003) menyatakan bahwa penggunaan probiotik mampu memperbaiki kualitas air melalui penyeimbangan populasi mikroba dan mengurangi jumlah patogen dan secara bersamaan mengurangi penggunaan senyawa-senyawa kimia serta meningkatkan hewan air.
Seperti yang dinyatakan Iribarren et al. (2012) bahwa penggunaan probiotik dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan dan daya tahan tubuh ikan terhadap infeksi patogen serta mengurangi beban lingkungan karena akumulasi limbah di perairan. Dengan demikian penggunaan pakan yang diberi probiotik dapat mengurangi tingkat kematian yang disebabkan oleh patogen serta limbah perairan.
Menurut Susanto (1991), kelangsungan hidup ikan merupakan persentase jumlah ikan yang hidup selama masa pemeliharaan yang
nilainya berbanding terbalik dengan nilai mortalitas dan dikatakan bahwa jika makanan yang dikonsumsi kurang atau sedikit maka tubuh ikan akan kurus bahkan dapat menyebabkan kematian.
Tingginya sintasan ikan uji disebabkan oleh ketersedian pakan yang lebih baik untuk ikan lele dumbo paling tidak memiliki unsur- unsur seperti protein, lemek, karbohidrat, fosfor, mineral, dan serat kasar (Djangkaru, 2011). Holliday (1969), menyatakan bahwa kemampuan ikan untuk bertahan pada media bersalinitas tergantung pada kemampuan untuk mengatur cairan tubuh sehingga mampu mempertahankan tingkat tekanan osmotik yang mendekat normal.
4.3 Konversi Pakan
Rasio Konversi Pakan atau disebut dengan FCR (Feed Conversion Ratio) benih ikan lele digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi pakan pada masing-masing perlakuan pakan. Pakan yang memiliki nilai FCR paling rendah adalah perlakuan pakan terbaik yang menunjukkan efisiensi pakan tinggi. Nilai rata-rata konversi makanan masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.
Tabel 5. Rata-rata konversi pakan selama penelitian
PERLAKUAN RATA-RATA FCR (%)
Perlakuan A ( Probiotik EM4 5 ml) 1,86a Perlakuan B ( Probiotik EM4 10 ml) 1,90a Perlakuan C ( Probiotik EM4 15 ml) 1,55a Perlakuan D ( Pakan Kontrol) 2,32b
Keterangan : Huruf Yang Sama di Belakang Angka Rata-rata Menunjukan Tidak Berbeda Nyata (P>0,05)
Dari hasil analisis ragam (ANOVA). Menunjukan bahwa pemberian probiotik pada pakan komersial berpengaruh nyata terhadap konversi pakan benih ikan lele dumbo (P<0.05). Hasil uji lanjut dengan uji Tukey untuk mengetahui tingkat perbedaan antar perlakuan.
2.5 b
2.32
A: Dosis EM4 5mL
2 1.86a 1.90a B: Dosis EM4 10mL
1.55a
C: Dosis EM4 15mL
1.5
D: Pakan Kontrol
1
0.5
0
A B C D
Gambar 6. Diagram rata-rata konversi pakan ikan lele dumbo Hasil uji Tukey menunjukan bahwa rata-rata FCR terendah selama penelitian terdapat pada perlakuan C dengan menggunakan probiotik EM4
15mL dalam pakan yaitu sebesar 1,55%. Konversi pakan terendah didapat pada perlakuan C (15 mL) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A (5mL) sebesar 1,86% dan perlakuan B (10 mL) sebesar 1,90% tetapi berbeda nyata dengan perlakuan D (pakan kontrol) sebesar 2,32%, dengan konversi pakan tertinggi didapatkan pada perlakuan D (pakan kontrol).
Pemberian probiotik pada perlakuan C (15mL) dalam pakan menghasilkan nilai FCR paling rendah adalah yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian probiotik pada perlakuan C (15mL) sesuai dengan kebutuhan nilai sehingga pencernaan dan penyerapan pakan yang dicampur probiotik efektif diserap untuk meningkatkan berat ikan dan persentasi pakan yang diubah menjadi daging meningkat. Nilai FCR pakan tersebut berada pada kisaran yang baik. Hal ini didukung oleh Arif dkk. (2014) bahwa pemberian probiotik berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi dan kecepatan penyerapan makanan dalam saluran pencernaan ikan.
Perlakuan D (pakan kontrol) menunjukkan FCR yang masih layak digunakan untuk budidaya, hal ini disebabkan oleh kurangnya penyerapan pakan, tingginya FCR karena dipengaruhi aktivitas pencernaan yang tidak dibantu oleh adanya bakteri probiotik sehingga penyerapan energi untuk pertumbuhan ikan juga kurang sempurna.
Konversi pakan adalah nilai perubahan makanan menjadi daging ikan yang didapat dari hasil bagi jumlah makanan yang diberikan dengan
pertambahan berat pada interval waktu tertentu (Djajasewaka, 1985).
Besar kecilnya konversi pakan merupakan gambaran tentang tingkat efisiensi makanan yang dicapai. Makin kecil angka nilai konversi pakan maka makin baik mutu makanan yang diberikan (Mujiman, 1998). Kondisi kualitas pakan yang baik mengakibatkan energi yang diperoleh pada ikan lele dumbo lebih banyak untuk pertumbuhan, sehingga ikan dengan pemberian pakan yang sedikit diharapkan laju pertumbuhan meningkat.
Penggunaan pakan oleh ikan menunjukkan nilai presentase pakan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ikan. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai konversi pakan adalah jenis sumber nutrisi dan jumlah dari masing-masing komponen sumber nutrisi dalam pakan tersebut. Jumlah dan kualitas pakan yang diberikan pada ikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Semakin besar nilai FCR maka semakin banyak pakan yang dibutuhkan, Effendy (2004).
4.4 Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu dan derajat keasaman (pH). Kisaran parameter kualitas air dapat dilihat pada Tabel 6.
Table 6. Kisaran parameter kualitas air media pemeliharaan pada setiap perlakuan.
Perlakuan Parameter
Suhu (oC) pH
A 27-29 7,8-8,4
B 27-28 7,9-8,3
C 27-28 7,7-8,4
D 26 -28 7,9-8,5 Kisaran Normal 25-30 6,5-8,5
(Effendy, 2003) (Effendy, 2003)
Pada Tabel 6 terlihat kisaran parameter kualitas air untuk suhu dan pH semua perlakuan masih dalam batas kelayakan dan mendukung kehidupan serta pertumbuhan hewan uji. Kisaran kenaikan suhu berkisar 27-29 oC dan pH berkisar 7,7-8,5. Apabila suhu pemeliharaan berada diluar batas kisaran normal, mengakibatkan aktivitas ikan menjadi rendah dan nafsu makan berkurang, sehingga akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi terhambat. Suhu perairan merupakan salah satu faktor eksternal yang berpengaruh terhadap aktifitas ikan, terutama untuk pertumbuhan dan reproduksi (Huet, 2006). Suhu perairan harus diperhatikan dengan baik, untuk kelangsungan organisme yang mendiaminya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yulinda (2012), untuk pembesaran benih ikan lele didapat bahwa laju pertumbuhan ikan lele akan baik pada suhu 25º-33ºC dan suhu optimum 30 ºC.
Hasil pengukuran pH yang dihasilkan selama penelitian berkisar 7,7-8,5. Hasil pengukuran ini menunjukan bahwa pH air dalam kisaran normal. Menurut Basahudin (2009), ikan lele hidup dalam pH kisaran 6-9.
Walaupun demikian ikan air tawar tetap dapat mentolerir pH air dengan kisaran 4-10 (Wahyuningsih, 2004). Perubahan pH dapat menyebabkan ikan menjadi stres sehingga dapat terserang penyakit dan secara tidak
langsung rendahnya pH dapat menyebabkan kerusakan pada kulit sehingga memudahkan infeksi oleh pathogen.
Jenis bakteri yang terkandung dalam probiotik EM4 yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Lactobacillus sp.. Menurut Yulinery et al.,(2006) Lactobacillus sp. tumbuh optimal pada kisaran pH 5,5-6,5 dan suhu 30- 37oC. Hasil penelitian Hardiningsi et al.,(2005) menunjukan bahwa pH 6,5 merupakan pH optimum untuk pertumbuhan bakteri Lactobacillus sp.
sedangkan hasil penelitian Malaka (1997) menunjukan bahwa Lactobacillus sp. tumbuh optimum pada suhu 37oC. Hal tersebut menunjukan bahwa pH dan suhu merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan karena jika berada kondisi diluar nilai tersebut maka bakteri tidak dapat bekerja optimal sehingga efektifitas dari probiotik tersebut akan menurun.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
a. Pengaruh penambahan probiotik EM4 dengan dosis yang berbeda pada pakan buatan berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan benih ikan lele dumbo.
b. Kisaran kelangsungan hidup ikan lele dumbo selama penelitian adalah 83-90%. Tingkat Kelangsungan hidup ikan lele dumbo tertinggi pada perlakuan C dengan rata-rata 90%, serta diikuti perlakuan B dan perlakuan A sebesar 87% dan tingkat kelangsungan hidup terendah pada perlakuan D sebesar 83%.
c. Nilai konversi pakan yang didapat selama penelitian dengan nilai yang terendah adalah perlakuan C (15mL) sebesar 1,55% dan yang tertinggi terdapat pada perlakuan D (pakan kontrol) yaitu 2,32%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitan disarankan bahwa perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengidentifikasi jumlah bakteri yang ada dalam saluran pencernaan ikan lele dumbo.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013https://docplayer.info/50319660-I-pendahuluan-ikan-lele- sangkuriang-c-gariepinus-merupakan-salah-satu-komoditas- perikanan.html diakses pada tahun 2013.
Anonim, 2017 https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92289 pada tahun 2017.
Arief, M., Fitriani, N. dan Subekti, S. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda Pada Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan Lele Sangkuriang (Clarias Sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, .6(1): 49-53. April 2014.
Ardita, N., Budiharjo, A., Sari S.L.A. 2015. Pertumbuhan dan rasio konversi pakan ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan penambahan probiotik. Bioteknologi, 12(1): 16-21.
Asmawi,S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Jakarta: Gramedia.
82 hal.
Bramasta. 2009. Pembenihan Dan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang.
Aneka Ilmu. Semarang
Boyd, C.E. 1987. Water Quality Management in Pond Fish Culture.
International Centre For Aquaculture, Auburn University.
Cahyo B. 2009. Budidaya Lele dan Betutu (Ikan langka bernilai tinggi).
Jakarta: Pustaka Mina.
Darmawangsa, G. M. 2008. Pengaruh Padat Tebar 10,15 Dan 20 Ekor/L Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus Goramy Lac. Ukuran 2 Cm (Skripsi).
Program Studi Teknologi Dan Manajemen Akuakultur. Institut Pertanian Bogor.
De Schryver, P., Crab, R., Defoirdt, T., Boon, N. and Verstraete, W. 2008.
The Basics Of Bioflocs Technology: The Added Value For Aquaculture. Aquaculture., 277:125-137.
Dhingra, M. M. 1993. Probiotic In Poultry Diet Livestock Production And Management. India: Sania Enterprises Indore 452001.
Effendi, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Effendie, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius. 258 hal.
Effendy, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Faizullah, M., Rajagopalsamy, C.B.T., Ahilan. B And Francis, T. 2015.
Impact Of Bofloc Technology On The Growth Of Goldfish Young Ones. Indian Journal Of Science And Technology, Vol 8(13), DOI: 10.17485/ijst/2015/v8i13/54060, July 2015. ISSN (Print) : 0974-6846.
Fourie, JJ. 2006. A Practical Investigation Into Catfish (Clarias gariepinus) Farming in The Vaalharts Irrigation Scheme. Dissertation.
Department of Zoology and Entomology, University of the Free State.112pp.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Fuller, R. 1989. Probiotics In Man And Animals. Jurnal Application Bacterial: 66 (365-378).
Gunawan, R.G.B dan Bagus. H. 2011. Dongkrak Produksi Lele Dengan Probiotik Organik. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Halver JE and RW Hardy. 2002. Fish Nutrition. Third Edition. California USA : Academy Press Inc. 822 pp. p:712-713.
Handajani dan Widodo, 2010. Nutrisi Ikan. Malang: UMM Press.
Hariyadi, B., Haryono, A. dan Untung Susilo. 2005. Evaluasi Efesiensi Pakan dan Efisiensi Protein Pada Ikan Karper Rumput (Ctenopharyngodon idella Val) yang Diberi Pakan dengan Kadar Karbohidrat dan Energi yang Berbeda. Purwokerto:
Fakultas Biologi Unseod.
Hermawan, AT., Iskandar dan Subhan U. 2012. Pengaruh Padat Tebar Terhadap Kelangsungan Hidup Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burch.) Di Kolam Kalimenir Indramayu.
Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 3 No. 3 : 85-93
Indriani, Y.H. 1999. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta : Penebar Swadaya.
Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Irianto, A. 2007. Potensi Mikroorganisma: Diatas Langit Ada Langit.
Ringkasan Orasi Ilmiah Di Fakultas Biologi Universitas Jendral Sudirman Tanggal 12 Mei.
Kordi M.G. dan Tancung A. B. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Jakarta : Rineka cipta
Lovell, T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. New York: Auburn University. Published by Van Nostrand Reinhold. 260 pp. p:20- 112.
Miller, B.S. 1989. Reproduction and Early Life History of Fishes. Hunt Publishing Company. p 135-146.
Mudjiman, A. 1998. Makan Ikan. Jakarta: PT. Penebar. Swadaya, hlm 14- 17, 49-51
Mulyanto. 1992. Lingkungan Hidup Untuk Ikan. Jakarta: Depdikbud. 138 Halaman.
Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Nafiati, A., Hardaningsih dan Murwantoko. 2009. Poliploidisasi dengan Kejutan Suhu Tinggi pada Lele Dumbo (Clarias sp.) Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada:
Prosiding.
Pillay, T. V. R. 1990. Aquaculture, Principles and Practices. Fishing News Books, Oxford, London, Edinburgh, Cambridge, Victoria.
Purba, RM. 2001. Pemanfaatan Silase Limbah Jeroan Ikan Nila sebagai Bahan Subtitusi Tepung Ikan dalam Pakan Ikan Nila Gift Oreochromis sp. Skripsi. Bogor: Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian.
Puspowardoyo, H. dan Djarijah, A. 2002. Pembenihan Dan Pembesaran Lele Dumbo Hemat Air. Yogyakarta: Kanisius. Hal 59.
Rika. 2008. Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan dan Kelulus Hidupan Ikan Hasil Strain GIFT dengan Strain Singapura. Skiripsi, Universitas Diponogoro. Semarang
Rohaedi, 2002. Pengelolaan Kualitas Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Santoso.1994. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Lele Dumbo Dan Lokal.
Yogyakarta: Kanisius.
Sewaka, HD. 1990. Pakan Ikan. Jakarta : CV. Yasaguna
Shafrudin, D., Yuniarti dan M. Setiawati. 2006. Pengaruh Kepadatan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Terhadap Produksi Pada Sistem Budidaya dengan Pengendalian Nitrogen Melalui Penambahan Tepung Terigu. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5 (2):137-147.
SNI : 01- 6484.4 – 2000. Produksi Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus X Clarias fuscus) Kelas Benih Seba
Spotte, S . H . 1970. Fish and Inverteb