• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Prebiotik Mannanoligosakarida Dengan Dosis Berbeda Melalui Pakan Pada Ikan Mas Cyprinus Carpio Yang Diinfeksi Aeromonas Hydrophila

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Prebiotik Mannanoligosakarida Dengan Dosis Berbeda Melalui Pakan Pada Ikan Mas Cyprinus Carpio Yang Diinfeksi Aeromonas Hydrophila"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI PREBIOTIK MANNANOLIGOSAKARIDA

DENGAN DOSIS BERBEDA MELALUI PAKAN PADA IKAN

MAS

Cyprinus carpio

YANG DIINFEKSI

Aeromonas hydrophila

FADHILATUN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Aplikasi Prebiotik Mannanoligosakarida dengan Dosis Berbeda Melalui Pakan pada Ikan Mas Cyprinus carpio yang Diinfeksi Aeromonas hydrophila” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

FADHILATUN. Aplikasi Prebiotik Mannanoligosakarida dengan Dosis Berbeda Melalui Pakan pada Ikan Mas Cyprinus carpio yang Diinfeksi Aeromonas hydrophila. Dibimbing oleh WIDANARNI dan SUKENDA.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pemberian prebiotik mannanoligosakarida (MOS) dengan dosis berbeda melalui pakan terhadap kinerja pertumbuhan, respon imun, dan kelangsungan hidup ikan mas yang kemudian diinfeksi A. hydrophila. Sebanyak 15 ekor ikan mas dengan bobot rata-rata 4,25±0,13 g dipelihara dalam akuarium berukuran 65x42x40 cm3 dengan ketinggian air 31 cm. Perlakuan yang diberikan yaitu kontrol, prebiotik 0,1% (A), prebiotik 0,2% (B), dan prebiotik 0,4% (C) dengan masing-masing 3 ulangan. Setelah 30 hari pemeliharaan, setiap perlakuan (kecuali K-) diuji tantang dengan injeksi A. hydrophila sebanyak 0,1 ml/ekor pada konsentrasi 104 CFU/ml secara intramuskular kemudian diamati mortalitasnya selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian prebiotik MOS melalui pakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan respon imun ikan mas. Penambahan prebiotik 0,2 % memberikan hasil terbaik dengan laju pertumbuhan harian (1,65%), rasio konversi pakan (1,77), dan kelangsungan hidup pascauji tantang (91,67%), serta gambaran darah ikan mas yang lebih baik pada pasca injeksi A. hydrophila.

Kata kunci: Aeromonas hydrophila, hematologi, ikan mas, prebiotik MOS.

ABSTRACT

FADHILATUN. Application Prebiotic Mannan Oligosacrides at different dosages in Fish Feed of Common Carp Cyprinus carpio Against Aeromonas hydrophila Infection. Supervised by WIDANARNI dan SUKENDA.

This study aimed to determine the effects of dietary prebiotics mannan oligosaccharides (MOS) at different dosages on growth, immune responses, and survival of common carp infected by A. hydropila. A total of 15 common carps with average weight of 4,25±0,13 g were reared in 65x42x40 cm3 sized aquarium with height water of 31 cm. Treatments in the recent study consisted of control (K), 0,1% prebiotics (A), 0,2% prebiotics (B), and 0,4% prebiotics (C) with 3 replicates for each treatments. After 30 days of maintenance, all treatments (except K-) were challenged with A. hydrophila injection with total volume of 0,1 ml/ fish and concentration of 104 CFU/ml with inter-muscular injection method. Mortality rate were observed for 7 days after injection. The results showed that prebiotics MOS increased the growth and immune responses of common carp. Dietary prebiotics with a dose of 0,2% showed the best daily growth rate (1,65%), feed conversion ratio (1,77), and survival after the injection of A. hydrophila (91,67%), with showed better blood profile of common carp after the injection of A. hydrophila.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

APLIKASI PREBIOTIK MANNANOLIGOSAKARIDA

DENGAN DOSIS BERBEDA MELALUI PAKAN PADA IKAN

MAS

Cyprinus carpio

YANG DIINFEKSI

Aeromonas hydrophila

FADHILATUN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Aplikasi Prebiotik Mannanoligosakarida dengan Dosis Berbeda Melalui Pakan pada Ikan Mas Cyprinus carpio yang Diinfeksi Aeromonas hydrophila

Nama : Fadhilatun

NIM : C14110070

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr. Ir. Widanarni M.Si Pembimbing I

Dr. Ir. Sukenda M.Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr .Ir. Sukenda M.Sc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala limpahan, berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Juli 2015 dengan judul “Aplikasi Prebiotik Mannanoligosakarida dengan Dosis Berbeda Melalui Pakan pada Ikan Mas Cyprinus carpio yang Diinfeksi Aeromonas

hydrophila”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada beberapa pihak di bawah ini, yaitu

1. Ibu Dr. Ir. Widanarni M.Si dan Bapak Dr. Ir. Sukenda M.Sc selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran

2. Ibu Dinamella Wahjuningrum selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan arahan selama studi di Departemen Budidaya Perairan. 3. Bapak Wawan Setiawan dan Ibu Tuti Mulyati selaku orangtua tercinta yang selalu

memberikan dukungan yang kuat dalam mengerjakan penelitian ini.

4. Bapak Elang dan Ibu March Mada selaku orangtua angkat dari beasiswa ISOC yang sudah memberikan dukungan keuangan dalam mengerjakan penelitian ini. 5. Kak Dendy, kak Ike, Kak Ezy, Bapak Ricky, dan Bapak Ranta selaku keluarga

Laboratorium Kesehatan Ikan (LKI) yang tidak bosan memotivasi penulis dalam mengerjakan penelitian ini.

6. Dian Novita Sari, May Silvani, Iqbal Wijaya, Mulyati Hasanah, Dyah AP, Hanna Nafisah, Kiki Amalia, Hesti Irisanti, Fenti Nurul, dan Risma Suryani selaku teman-teman seperjuangan penulis di Laboraturium Kesehatan Ikan (LKI) yang sudah berbagi canda dan tawa serta kebahagian.

7. Farida Fitriani, Lussy Anggrainy, Yulia Pratamy, Raden Rini Y, Hilda KP, dan teman-teman BDP 48 yang telah peduli kepada penulis dan selalu memberikan dukungan yang kuat dalam menyelesaikan penelitian ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

PENDAHULUAN ... Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

METODE ... Persiapan Wadah dan Ikan Uji ... 2

Persiapan Pakan Uji ... 2

Rancangan Percobaan ... 2

Parameter Uji ... 3

Tingkat Kelangsungan Hidup ... 3

Laju Pertumbuhan Harian ... 3

Konversi Pakan ... 3

Total Eritrosit ... 4

Total Leukosit ... 4

Hematokrit ... 4

Hemoglobin ... 4

Indeks Fagositik ... 4

Total Bakteri di Usus ... 5

Kualitas Air ... 5

Prosedur Analisis Data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

Hasil ... 5

Tingkat Kelangsungan Hidup pada Akhir Pemeliharaan dengan Perlakuan Prebiotik ... 5

Laju Pertumbuhan Harian ... 6

Konversi Pakan ... 6

Hematologi Ikan ......... 7

Total Bakteri di Usus ... 8

Tingkat Kelangsungan Hidup Pascauji Tantang ... 8

Kualitas Air ... 8

Pembahasan ... 9

DAFTAR PUSTAKA ... 13

LAMPIRAN ... 16

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rancangan percobaan pada pemeliharaan ikan mas selama 30 hari ... 2

2 Rancangan percobaan pascauji tantang pada ikan mas ... 3

3 Parameter kualitas air ... 5

4 Hematologi ikan mas setelah pemeliharaan 30 hari dan pascauji tantang .. 7

5 Total bakteri di usus pada ikan mas ........ 8

6 Kualitas air selama pemeliharaan ikan mas ... 8

DAFTAR GAMBAR

1 Tingkat kelangsungan hidup ikan mas setelah diberi prebiotik MOS dengan dosis berbeda ... 6

2 Laju pertumbuhan harian ikan mas setelah diberi prebiotik MOS dengan dosisberbeda ... 6

3 Konversi pakan ikan mas setelah diberi prebiotik MOS dengan dosis berbeda ... 7

4 Tingkat kelangsungan hidup ikan mas pascauji tantang dengan A. hydrophila …... 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 ANOVA dan hasil uji Duncan tingkat kelangsungan hidup... 16

2 ANOVA dan hasil uji Duncan laju pertumbuhan harian ... 16

3 ANOVA dan hasil uji Duncan konversi pakan ... 17

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan mas merupakan salah satu komoditas unggulan akuakultur di Indonesia. Produksi ikan mas meningkat setiap tahunnya, seperti pada tahun 2013 jumlah produksi sebesar 412.703 ton menjadi sebesar 484.110 ton pada tahun 2014 (KKP 2014). Adanya peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh para pembudidaya yang sudah mulai mengaplikasikan sistem budidaya intensif untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal dengan luas lahan yang minimal. Akan tetapi berkembangnya sistem budidaya tersebut banyak pula permasalahan yang dihadapi, salah satunya adalah wabah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, maupun parasit.

Penyakit motile aeromonad septicemia (MAS) merupakan penyakit yang yang disebabkan oleh adanya infeksi bakteri A. hydrophila dan sering menyerang ikan mas. Penyakit MAS dicirikan dengan adanya tanda tukak pada tubuh ikan. Infeksi bakteri A. hydrophila bersifat akut dengan menyerang bagian organ penting seperti ginjal dan hati (Cipriano 2001). Berbagai upaya pencegahan maupun pengobatan telah dilakukan dengan menggunakan antibiotik. Namun aplikasi antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan bakteri resisten di lingkungan budidaya dan terjadi transmisi bakteri resisten ke dalam tubuh manusia (Cabello 2006). Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyakit adalah dengan aplikasi prebiotik.

Prebiotik merupakan bahan pangan yang tidak dapat dicerna oleh inang, yang secara selektif dapat merangsang pertumbuhan dan aktivitas beberapa bakteri menguntungkan di dalam usus (Akrami et al. 2013). Prebiotik dalam pakan dapat berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan dengan menjaga keseimbangan populasi bakteri, dapat mengaktifkan strain bakteri yang bermanfaat dalam saluran pencernaan (growth promotore) dan meningkatkan sistem imun pada inang (Mazurkiewicz et al. 2008). Prebiotik pada umumnya berbahan oligosakarida yang mudah difermentasikan di dalam usus. Beberapa jenis prebiotik diantaranya inulin, fruktooligosakarida, galaktooligosakarida, dan jenis lainnya seperti laktosa, xylooligosakarida, dan mannanoligosakrida (Delgado et al. 2011). Prebiotik yang sudah diuji cobakan pada ikan salah satunya adalah mannanoligosakarida (MOS).

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pemberian prebiotik dengan dosis berbeda melalui pakan terhadap pertumbuhan, respon imun, dan kelangsungan hidup ikan mas Cyprinus carpio yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila.

METODE

Persiapan Wadah dan Ikan Uji

Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium berukuran 65x42x40 cm3 sebanyak 15 buah. Sebelum digunakan, akuarium dicuci bersih dan dikeringkan selama satu hari, kemudian diisi dengan air sebanyak 85 liter dan dilakukan desinfeksi air dengan klorin 30 ppm selama 24 jam. Akuarium dikeringkan selama satu hari dan diisi kembali dengan air tandon. Setiap akuarium diberi aerasi dan dipasang plastik hitam untuk mengurangi stress pada ikan. Bagian atas akuarium ditutup dengan kasa agar ikan tidak keluar dari wadah.

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan mas yang diperoleh dari petani ikan di Ciseeng Parung Bogor, dengan bobot rata-rata 4,25±0,13 gram. Sebelum perlakuan ikan diadaptasikan terlebih dahulu dengan pakan komersil di dalam wadah pemeliharaan selama 1 minggu dengan tiga kali pemberian pakan yaitu pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB, kemudian ikan dipuasakan selama satu hari untuk diberi pakan perlakuan.

Persiapan Pakan Uji

Pakan yang digunakan adalah pakan komersil berbentuk pellet. Prebiotik (Bio-Mos®, Alltech Inc, USA) ditimbang sebesar 0,1%, 0,2%, dan 0,4% dari pakan yang diberikan, kemudian dilarutkan dalam air dan dicampurkan dengan 2% putih telur. Bahan tersebut dicampurkan ke dalam pakan. Setelah merata dikering anginkan selama 5-10 menit, kemudian disimpan pada suhu 4ºC dan siap diberikan kepada ikan uji.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama berupa pemberian prebiotik melalui pakan kepada ikan mas selama 30 hari (Tabel 1). Tahap kedua berupa uji tantang dengan A. hydrophila sebanyak 0,1 ml/ekor pada konsentrasi 104 CFU/ml secara intramuskuler. Pengamatan pascauji tantang dilakukan selama 7 hari. Penelitian ini dilakukan dengan 4 perlakuan pada masa pemeliharaan dan 5 perlakuan pascauji tantang dengan masing-masing 3 ulangan (Tabel 2).

Tabel 1 Rancangan percobaan pada pemeliharaan ikan mas selama 30 hari

Perlakuan Keterangan

K Pakan tanpa prebiotik

A Pakan prebiotik 0,1%

B Pakan prebiotik 0,2%

(13)

3

Tabel 2 Rancangan percobaan pascauji tantang pada ikan mas

Perlakuan Keterangan

K- Pakan tanpa prebiotik dan tanpa uji tantang

K+ Pakan tanpa prebiotik dan uji tantang dengan A. hydrophila

A Pakan prebiotik 0,1% dan uji tantang dengan A. hydrophila

B Pakan prebiotik 0,2% dan uji tantang dengan A. hydrophila

C Pakan prebiotik 0,4% dan uji tantang dengan A. hydrophila

Parameter Uji

Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)

Kematian ikan diamati setiap hari selama pemeliharaan dengan perlakuan prebiotik hingga setelah injeksi A.hydrophila. Kelangsungan hidup dihitung dua kali yaitu pada akhir pemeliharaan dengan perlakuan prebiotik dan pascauji tantang, dengan berdasarkan rumus Effendie (1997) :

TKH % = � Keterangan :

TKH : Tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt : Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) No : Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Laju pertumbuhan harian digunakan untuk mengetahui pertumbuhan bobot ikan selama masa pemeliharaan. Laju pertumbuhan harian dihitung dengan berdasarkan rumus Huissman (1987), yaitu sebagai berikut :

LPH % = √�

� − Keterangan :

LPH : Laju pertumbuhan harian (%)

Wt : Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (gr/ekor) Wo : Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaaan (gr/ekor) t : Waktu pemeliharaan (hari)

Konversi Pakan (KP)

Konversi pakan didefinisikan sebagai banyaknya pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging. Konversi pakan dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Goddard (1996), yaitu sebagai berikut :

KP = [ � + �∑ �

− � ] Keterangan :

Bt : Biomasa ikan pada akhir pemeliharaan (gr) Bo : Biomasa ikan pada awal pemeliharaan (gr) Bm : Biomasa ikan mati (gr)

(14)

4

Total Eritrosit (TE)

Darah dihisap dengan menggunakan pipet pasteur (dengan bulir merah) sampai dengan skala 0,5 kemudian ditambahkan dengan larutan Hayem’s sampai skala 101, lalu dihomogenkan selama 3-5 menit. Dua tetes pertama larutan dibuang dan kemudian diteteskan ke alat haemocytometer dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x (Blaxhall dan Daisley 1973). Hasil perhitungan total eritrosit dihitung berdasarkan rumus berikut :

∑ TE = Jumlah sampel kotak Vol. kotak Faktor pengencerJumlah darah

Total Leukosit (TL)

Darah dihisap dengan menggunakan pipet pasteur (dengan bulir putih) sampai dengan skala 0,5. Darah ditambahkan dengan larutan Turk’s sampai dengan skala 11, lalu dihomogenkan selama 3-5 menit. Dua tetes pertama dibuang. Lalu diamati dibawah mikroskop perbesaran 400x (Blaxhall dan Daisley 1973). Hasil perhitungan total leukosit dihitung berdasarkan rumus berikut:

∑ TL = Jumlah sampel kotak Vol. kotak Faktor pengencerJumlah darah

Hematokrit (Hc)

Darah dimasukan ke dalam tabung mikrohematokrit sebanyak ¾ bagian, kemudian ditutup dengan crytoceal sedalam 1 mm pada bagian ujung tabung. Tabung mikrohematokrit disentrifuge dengan kecepatan 5000 rpm selama 15 menit. Nilai hematokrit diukur menurut Anderson dan Siwicki (1993), dengan rumus sebagai berikut :

Hc ∶ Jumlah endapan darahTotal cairan darah %

Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin diukur dengan menggunakan metode Sahli. Darah dihisap dengan pipet sahli sampai skala 20 mm3 atau pada skala 0,2 ml, lalu ujung pipet dibersihkan dengan kertas tisu. Kemudian darah dipindahkan dari pipet ke dalam tabung HB-meter yang telah berisi HCl 0,1 N sampai skala 10 (merah). Darah diaduk dengan batang pengaduk dan didiamkan 3-5 menit. Darah ditambahkan dengan aquades sampai warna larutan sama seperti warna standar pada HB-meter. Skala yang terdapat pada skala jalur g% (berwarna kuning) dibaca untuk menunjukan nilai hemoglobin (Hartika et al. 2014).

Indeks Fagositik (IF)

(15)

5

Total Bakteri di Usus

Usus ikan uji sebanyak 0,1 gram digerus dan dimasukan pada larutan PBS 0,9 ml, lalu dihomogenisasi dengan vortex. Berikutnya campuran larutan sebanyak 0,1 ml dipipet dan dilakukan pengenceran berseri. Sebanyak 0,05 ml campuran tersebut dipipet dan disebar merata pada media TSA (tryptic soy agar). Populasi bakteri yang tumbuh dapat diketahui dalam colony forming unit (CFU) dan dihitung dengan rumus yang berdasarkan Madigan et al. (2003), yaitu sebagai berikut :

Total bakteri = Jumlah koloni x � � x �

Kualitas Air

Kualitas air diukur pada awal dan akhir pemeliharaan. Parameter kualitas air yang diukur terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3 Parameter Kualitas Air

Parameter Satuan Alat Ukur

Suhu ºC Termometer

pH unit pH meter

DO mg/L DO meter

Amonia (TAN) mg/L Spektofotometer

Prosedur Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dianalisis dengan Microsoft Excel 2013 dan software SPSS versi 17,0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tingkat Kelangsungan Hidup pada Akhir Pemeliharaan dengan Perlakuan Prebiotik

(16)

6

Keterangan :

* Huruf superscript yang sama pada grafik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) ** K (kontrol), A (penambahan prebiotik 0,1%), B (penambahan prebiotik 0,2%), dan C

(penambahan prebiotik 0,4%)

Gambar 1 Tingkat kelangsungan hidup ikan mas setelah diberi prebiotik MOS dengan dosis berbeda

Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian pada perlakuan C memiliki nilai tertinggi yaitu 1,68% yang berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan K sebesar 1,27%, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan B (1,65%) dan A (1,52%). Laju pertumbuhan harian ikan mas setelah pemeliharaan dengan perlakuan prebiotik disajikan pada Gambar 2 dan Lampiran 2.

Keterangan :

* Huruf superscript yang berbeda pada grafik menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) ** K (kontrol), A (penambahan prebiotik 0,1%), B (penambahan prebiotik 0,2%), dan C (penambahan

prebiotik 0,4%)

Gambar 2 Laju pertumbuhan harian ikan mas setelah diberi prebiotik MOS dengan dosis berbeda

Konversi Pakan

Konversi pakan setelah pemeliharaan dengan perlakuan prebiotik dapat dilihat pada Gambar 3 dan Lampiran 3. Nilai konversi pakan terendah terdapat pada perlakuan C sebesar 1,64, selanjutnya diikuti oleh perlakuan B (1,77), A (1,80), dan K (1,87) namun tidak berbeda nyata (P>0,05) antar setiap perlakuan.

(17)

7

Keterangan :

* Huruf superscript yang sama pada grafik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) ** K (kontrol), A (penambahan prebiotik 0,1%), B (penambahan prebiotik 0,2%), dan C (penambahan

prebiotik 0,4%)

Gambar 3 Konversi pakan ikan mas setelah diberi prebiotik MOS dengan dosis berbeda

Hematologi Ikan

Nilai hematologi diukur pada akhir pemeliharaan dengan perlakuan prebiotik dan pascauji tantang. Hasil penelitian terhadap parameter hematologi ikan mas selama pemeliharaan dan pascauji tantang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hematologi ikan mas setelah pemeliharaan 30 hari dan pascauji tantang

Parameter

Hc (%) 25,91±0,02 26,35±0,06 30,83±0,06

Hb (gr%) 7,33±0,12 5,73±0,42 7,07±0,70 Hb (gr%) 5,40±0,40 4,07±0,31 3,87±0,76 4,73±0,42 4,60±0,20

IF 2,07±0,12 2,17±0,29 1,67±0,58 1,71±0,21 1,83±0,29

Ket: K: kontrol, K-: kontrol negatif, K+: kontrol positif, A: MOS 0,1%, B: MOS 0,2%, dan C: MOS 0,4%. TE: total eritrosit, TL: total leukosit, Hc: hematokrit, Hb: hemoglobin, IF: indeks fagositik.

Nilai hematologi ikan mas selama pemeliharaan terdapat pada kisaran normal yang terdiri dari total eritrosit (1,18-1,30 x106 sel/mm3), total leukosit (5,02-5,11 x104 sel/mm3), hematokrit (25,45-30,83%), hemoglobin (5,73-7,33gr%), dan indeks fagositik (1,24-2,00). Namun pada pascauji tantang, nilai hematologi ikan mas terjadi perubahan. Pada parameter total eritrosit dan hematokrit terendah pascauji tantang terdapat pada perlakuan K+ yaitu sebesar 0,84 x106 sel/mm3 dan 18,22%. Kadar hemoglobin terendah pascauji tantang terdapat pada perlakuan A (3,87gr%). Nilai indeks fagositik dan total leukosit tertinggi pascauji tantang terdapat pada perlakuan K+ yaitu sebesar 2,17 dan 5,92 x104 sel/mm3.

(18)

8

Total Bakteri

Hasil penghitungan total bakteri yang terdapat di usus ikan mas setelah pemeliharaan dengan perlakuan prebiotik disajikan pada Tabel 5. Total bakteri di usus ikan mas pada awal pemeliharaan berkisar 8,60 x 107 cfu/g hingga 5,86 x 108

cfu/g, sedangkan pada akhir pemeliharaan total bakteri tertinggi terdapat pada perlakuan C yaitu 6,71 x 1012 cfu/g.

Tabel 5 Total bakteri di usus pada ikan mas

Perlakuan Awal (cfu/g) Akhir (cfu/g)

K 1,41 x 108 7,05 x 108

A 4,11 x 108 8,08 x 1011

B 8,60 x 107 4,06 x 1012

C 5,86 x 108 6,71 x 1012

Tingkat Kelangsungan Hidup Pascauji Tantang

Tingkat kelangsungan hidup pascauji tantang disajikan pada Gambar 4 dan Lampiran 1. Nilai kelangsungan hidup pada perlakuan B dan C memiliki nilai yang sama sebesar 91,67%, selanjutnya diikuti oleh perlakuan A (83,33%). Semua perlakuan menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan K+ sebesar 61,11%.

Keterangan :

* Huruf superscript yang berbeda pada grafik menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) ** K- (kontrol negatif), K+ (kontrol positif), A (penambahan prebiotik 0,1%), B (penambahan prebiotik

0,2%), dan C (penambahan prebiotik 0,4%)

Gambar 4 Tingkat kelangsungan hidup ikan mas pascauji tantang dengan A.hydrophila

Kualitas Air

Kualitas air diukur pada awal dan akhir pemeliharaan. Kualitas air selama pemeliharaan ikan mas terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kualitas air selama pemeliharaan ikan mas

Parameter K- K+ A B C SNI

Kualitas air pada media pemeliharaan ikan mas yang meliputi suhu, DO, pH, dan amonia (TAN) tersebut pada semua perlakuan terdapat pada kisaran normal yang sesuai dengan SNI 01-6494.1-2000 (SNI 2000) tentang produksi ikan mas.

(19)

9

Pembahasan

Tingkat kelangsungan hidup ikan mas pada penelitian ini diamati sejak awal pemeliharaan dengan aplikasi prebiotik hingga akhir pascauji tantang dengan A. hydrophila. Hasil pengamatan kelangsungan hidup ikan mas setelah pemeliharaan dengan perlakuan prebiotik prebiotik MOS (Gambar 1) tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0,05) antar perlakuan, dengan kisaran nilai antara 95,56-100%. Tingginya nilai kelangsungan hidup pada masing-masing perlakuan diduga bahwa ikan selama pemeliharaan dengan pakan kontrol maupun dengan pakan yang ditambah prebiotik berada dalam kondisi sehat dengan dibuktikan dari data nilai hematologi ikan mas yang terdapat pada kisaran normal selama pemeliharaan (Tabel 4). Pascauji tantang, prebiotik MOS mampu meningkatkan kelangsungan hidup ikan mas terhadap infeksi A. hydrophila. Kematian hingga 40% terjadi pada perlakuan kontrol positif. Pada perlakuan B dan C setelah uji tantang memberikan nilai yang sama sebesar 91,67% dan selanjutnya diikuti perlakuan A sebesar 83,33%. Semua perlakuan menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan kontrol positif (61,11%) (Gambar 4). Hal ini diduga prebiotik dengan dosis 0,1-0,4% dapat berperan menstimulus sistem imun ikan dan meningkatkan pertumbuhan bakteri baik yang dapat bersaing untuk menghambat jumlah patogen di dalam tubuh ikan, sehingga dapat meningkatkan kelangsungan hidup. Komponen gula mannosa dari MOS mempengaruhi sistem kekebalan dengan cara merangsang sekresi protein pengikat mannosa (mannose binding lectin) yang disintesa di hati dan disekresikan ke dalam serum untuk mengikat karbohidrat dari dinding sel bakteri yang masuk (Krisnan 2010). Hasil ini dibuktikan oleh penelitian Liu et al. (2013) yang menyatakan bahwa dengan mengkonsumsi 240-480 mg/kg MOS dapat menghasilkan tingkat kematian yang rendah dan meningkatkan sistem imun pada ikan allogynogenetic crucian carp setelah diinfeksi dengan A. hydrophila .

(20)

10

mannanase untuk pertumbuhan dan replikasi bakteri tersebut (Nayak et al. 2010). Selain itu, penambahan MOS juga dapat meningkatkan panjang lipatan usus dan kepadatan mikrovili usus sehingga meningkatkan area penyerapan dan kemampuan penyerapan nutrisi pada usus serta mengatur populasi bakteri di dalam usus (Dimitroglou et al. 2009).

Keberhasilan dari pemberian prebiotik juga dapat dilihat melalui penghitungan total bakteri di usus. Hasil perhitungan total bakteri di usus ikan mas pada awal pemeliharaan berkisar 8,60 x 107 hingga 5,86 x 108 cfu/g usus, sedangkan pada akhir pemeliharaan total bakteri tertinggi terdapat pada perlakuan C yaitu 6,71 x 1012 cfu/g usus. Namun apabila dilihat dari total bakteri pada awal pemeliharaan sebelum diberikan perlakuan prebiotik, peningkatan total bakteri di usus pada perlakuan B lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain yaitu dari 8,60 x 107 cfu/g usus menjadi 4,06 x 1012 cfu/g usus. Hal ini diduga dengan pemberian prebiotik 0,2% dapat optimal meningkatkan pertumbuhan bakteri di usus dan mempengaruhi mikroflora di dalam usus, sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan, sistem imun, dan kelangsungan hidup ikan mas. Menurut Soleimani et al. (2011), prebiotik memiliki mekanisme secara langsung maupun tidak langsung terhadap sistem imun untuk meningkatan kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan pada ikan. Secara langsung, prebiotik MOS dapat bekerja dengan cara berinteraksi dengan reseptor mannosa pada makrofag yang kemudian dapat meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag (Song et al. 2014). Sedangkan secara tidak langsung, prebiotik MOS yang difermentasi dalam usus ikan dapat menyebabkan adanya peningkatan asam laktat dan asam lemak rantai pendek atau short chain fatty acids (SCFA) serta menurunkan pH dalam usus untuk menciptakan kondisi optimal bagi pertumbuhan bakteri baik yang dapat bersaing dan menghambat jumlah patogen di dalam tubuh (Akrami et al. 2012a). Suplemen MOS juga dapat mengikat bakteri gram negatif tertentu dan mencegah peradangan usus, sehingga mengurangi bakteri patogen di dalam usus dan dapat mengaktivasi respon imun (Spring et al. 2000).

Status kesehatan ikan dan respon imun pada ikan dapat dievaluasi dari pengukuran hematologi pada ikan. Darah merupakan cairan tubuh yang berfungsi mengedarkan zat makanan, oksigen, hormon dan enzim ke beberapa organ penting yang membutuhkan serta mengeluarkan hasil metabolisme atau bahan asing yang tidak diperlukan oleh tubuh ke organ ekskresi melalui saluran vaskuler. Parameter hematologi yang dapat memperlihatkan kondisi tubuh ikan dalam penelitian ini terdiri dari total eritrosit, total leukosit, hematokrit, hemoglobin, dan indeks fagositik.

(21)

11

inangnya (Cipriano 2001).

Hemoglobin merupakan protein dalam darah yang terdiri atas protein globin yang tidak berwarna dan pigmen heme, yang berfungsi untuk mengikat oksigen. Setelah pemeliharaan dengan perlakuan prebiotik kadar hemoglobin berkisar antara 5,73–7,33 gr%, sedangkan pascauji tantang hemoglobin pada semua perlakuan mengalami penurunan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Bahariansyah (2014) yang menunjukkan bahwa kadar hemoglobin ikan mas mengalami penurunan pasca diinfeksi A. hydrophila. Kadar hemoglobin ikan yang rendah dapat dijadikan sebagai indikator ikan terkena anemia (Blaxhall 1972). Berdasarkan hasil penelitian, kadar hemoglobin pada perlakuan penambahan prebiotik B (4,73 gr%) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif (4,07 gr%). Hal ini diduga bahwa kadar hemoglobin yang tinggi pada perlakuan B sesuai dengan tingginya kadar total eritrosit pada perlakuan B pascauji tantang. Kadar hemoglobin berhubungan dengan nilai total eritrosit dalam tubuh ikan. Semakin rendah jumlah eritrosit, maka semakin rendah pula konsentrasi hemoglobin di dalam darah (Rejeki dan Haditomo 2014).

Hematokrit merupakan perbandingan eritrosit dengan plasma darah yang dinyatakan dalam persen. Kadar hematokrit setelah pemeliharaan dengan perlakuan prebiotik berkisar antara 25,45-30,83 %, dan pascauji tantang semua perlakuan mengalami penurunan berkisar antara 18,22-23,97 %. Hal ini diduga adanya infeksi A.hydrophila menyebabkan terjadinya luka pada tubuh ikan sehingga nafsu makan ikan menjadi menurun. Menurut Blaxhall (1972), nilai hematokrit darah ikan akan menurun apabila nafsu makan ikan menurun dan terkena infeksi. Selain itu nilai hematokrit dapat dipengaruhi juga oleh jenis kelamin, ukuran tubuh, dan masa pemijahan (Jawad et al. 2004). Berdasarkan hasil penelitian, kadar hematokrit pada perlakuan penambahan prebiotik B (23,97 %) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif (18,22 %). Seperti dengan hemoglobin, kadar hematokrit juga memiliki nilai yang berbanding lurus dengan total eritrosit.

Leukosit merupakan sel darah yang berperan membantu membersihkan tubuh dari benda asing termasuk invasi patogen melalui sistem tanggap kebal non spesifik di dalam tubuh ikan. Berdasarkan ada atau tidaknya granula pada sitoplasma, leukosit dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu agranulosit dan granulosit. Pada akhir pemeliharaan dengan perlakuan prebiotik, total leukosit berkisar antara 5,02 –5,15 x 104 sel/mm3. Pascauji tantang, total leukosit mengalami peningkatan pada semua pelakuan dan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol positif (5,92 x 104 sel/mm3 ). Peningkatan tersebut diduga akibat terjadinya infeksi bakteri A.hydrophila. Menurut Sukenda et al. (2008), peningkatan jumlah leukosit disebabkan karena leukosit berfungsi sebagai pertahanan dalam tubuh yang bereaksi cepat akibat masuknya antigen dalam tubuh ikan. Leukosit memiliki kemampuan yang berbeda dengan eritrosit yang dapat bergerak bebas dan mampu keluar dari pembuluh jaringan dalam melakukan fungsinya (Hernawati et al. 2013). Faktor yang mempengaruhi jumlah leukosit adalah kondisi dan kesehatan tubuh ikan tersebut (Rejeki dan Haditomo 2014). Menurut Moyle and Cech (2004), ikan yang sakit akan menghasilkan banyak leukosit untuk memfagosit bakteri dan mensintesa antibodi.

(22)

12

fagositosis terdiri dari beberapa tahap yaitu kemotaksis, perlekatan, penelanan, dan pencernaan. Berdasarkan hasil penelitian, nilai indeks fagositik setelah pemeliharaan dengan perlakuan prebiotik berkisar antara 1,24-2, akan tetapi pascauji tantang nilai indeks fagositik meningkat. Peningkatan nilai indeks fagositik terjadi pada perlakuan C sebesar 1,83 dan perlakuan kontrol positif (2,17). Peningkatan tersebut diduga adanya peningkatan terhadap kekebalan tubuh yang terjadi akibat bertambahnya total leukosit. Menurut Amrullah (2004), peningkatan indeks fagositik merupakan fungsi dari peningkatan total leukosit yang masing-masing terdiri dari monosit, limfosit, dan neutrofil.

Kualitas air selama pemeliharaan yang meliputi suhu, DO, pH, dan amonia (TAN) pada semua perlakuan terdapat pada kisaran optimal untuk menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan mas sesuai dengan SNI 01-6494.1-2000 (SNI 2000).

KESIMPULAN

(23)

13

DAFTAR PUSTAKA

Agung LA. 2015. Aplikasi mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 dan prebiotik mannanoligosakarida untuk pencegahan streptococcosis pada ikan nila [tesis]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Ahmad MH, Amani E, Somayah MMA, dan Asmaa SE. 2014. Evaluation of Bio-Mos as a feed additive on growth performance, physiologi, and immune responses of nile tillapia, Oreochromis niloticus (L). Journal of Applied Sciences Research. 9(10): 6441-6449.

Akrami R, Chitzas H, Hezarjaribi A, Ziaei R. 2012a. Effect of dietary mannan oligosaccharide (MOS) on growth performance and immune response of gibel carp juveniles (Carassius auratus gibelio). J Anim Sci Adv. 2(10): 507-513.

Akrami R, Razeghi MM, Chitzas H, Ziaee R, Ahmadi Z. 2012b. Effect of dietary mannan oligosaccharide on growth performance, survival, body composition and some hematological parameters of carp juvenile, Cyprinus carpio. J Anim Sci Adv. 2(11): 879-885.

Akrami R, Yousef I, Hosseinali KR, Majid RM. 2013. Effect of dietary supplement of fructooligosaccharidhe (FOS) on growth performance, survival, lactobacillus bacterial population and hemato-immunological parameters of stellate sturgeon (Acipenser stellatus) juvenile. Fish and shellfish Immunology. 35: 1235-1239.

Amrullah. 2004. Penggunaan immunostimulan Spirulina platensis untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan koi (Cyprinus carpio) terhadap virus herpes [tesis]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Anderson DP, Siwicki AK. 1993. Basic hematology and serology for fish health programs. Aquatic Animal Health and the Evironment. 4:24-342.

Bahariansyah FF. 2014. Aplikasi prebiotik melalui pakan terhadap gambaran darah ikan mas (cyprinus carpio) yang diinfeksi Aeromonas hydrophila [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Blaxhall PC. 1972. The haematological assessment of the health of fresh water fish. A review of selected literature. J Fish Biology. 4(4):593-604.

Blaxhall PC, Daisley KW. 1973. Routine haematological methods for use with fish blood. J Fish Biology. 5(6):771-781

Cabello FC. 2006. Heavy use of prophylactic antibiotics in aquaculture: a growing problem for human and animal health and for the environment. Environ Microbial. 8(7): 1137-1144.

Campbell TW. 1988. Fish cytology and hematology. Veterinary Clinics of North America: Small Animal Practice. 8(2):349-364

Cipriano RG. 2001. Aeromonas hydrophilla and motile aeromonad septicemia of fish. Fish Disease leaflet of the US fish and wildlife sevice. US: Departemen of the Interion. 68:1-24

Delgado GTC, Tamashiro WSC, Mario RMJ, Yara MFM, Glaucia MP. 2011. The putative effects of prebiotics as immunomodulatory agents. Food research international. 44(10): 3167-3173.

(24)

14

intestinal microbial ecology and improves gut morphology of rainbow trout, Oncorhynchus mykiss (Walbaum). J Anim Sci. 87(10): 3226-3234.

Effendie MI. 1997. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri Bogor.

Gultepe N, Salnur S, Hossu B, Hisar O. 2011. Dietary supplementation with mannan oligosaccharides (MOS) from Bio-Mos enhances growth parameters and digestive capacity of gilthead sea bream (Sparus aurata). Aquaculture Nutrition. 17(5):482-487.

Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. New York (US): Chapman and Hall.

Hartika R, Mustahal, Putra AN. 2014. Gambaran darah ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan penambahan dosis prebiotik yang berbeda dalam pakan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 4(4):259-267.

Hernawati RD, Triyanto, Murwantoko. 2013. Studi pengaruh karboksimetil kitosan terhadap sistem pertahanan tubuh non-spesifik pada ikan mas (Cyprinus carpio). Jurnal Sain Veteriner. 31(1):66-78.

Huissman EA. 1987. Principles of fish culture production. Departement of Fish Culture and Fisheries Aquaculture. Wageningen Agricultural University, The Netherland.

Jawad LA, Al-Mukhtar MA, Ahmed HK. 2004. The relationship between haematocrit and some biological parameters of the Indian shad, Tenualosa ilisha (Family Clupeidae). Animal Biodiversity and Conservation. 27(2):47-52.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Kelautan dan Perikanan Dalam Angka Tahun 2014. Jakarta (ID):Kementrian Kelautan dan Perikanan

Krisnan R. 2010. Ekstraksi dan Produksi Mannan-Oligosakarida (MOS) dari Bungkil Inti Sawit Sebagai Antimikroba (Enterobacter) dan Immunostimulan untuk Menekan Angka Kematian Sebesar 20-30%. Laporan hasil termin II. Badan Litbang Pertanian.

Liu B, Lei X, Xianping G, Jun X, Pao X, Qunlan Z, Liangkun P, Yuanyuan Z. 2013. Effects of mannan oligosaccharide on the physiological responses, HSP70 gene expression and disease resistance of Allogynogenetic crucian carp (Carassius auratus gibelio) under Aeromonas hydrophila infection. Fish and Shellfish Imunology. 34(2013): 1395-1403.

Madigan MT, Martinko JM, Parker J. 2003. Brock Biology of Microorganisms. Tenth Edition. USA: Prentice-Hall Inc.

Mazurkiewicz J, Przybyl A, Golski J. 2008. Usability of fermacto prebiotic in feeds for common carp (Cyprinus carpio L.) fry. Nauka Przyr Technol. 2(3):1-9. Moyle PB, Cech JJ. 2004. Fishes: An Introduction to Ichtiology. Second edition.

New York (US): Prentice Hall.

Nayak SK. 2010. Probiotics and immunity: a fish prespective review. Fish and Shellfish Imunology. 29(1): 2-14.

Rejeki FRS, Haditomo AHC. 2014. Pengaruh salinitas yang berbeda terhadap profil darah ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal of Aquaculture Management Technology. 3(2):109-117.

(25)

15

Sang HM, Fotedar R. 2010. Effects of mannan oligosaccharide dietary supplementation on performances of the tropical spiny lobster juvenile (Panulirus ornatus, Fabricius 1798). Fish and Shellfish Immunology. 28(3):483–489.

Soleimani N, Seyed HH, Daniel LM, Mohsen B, Zohreh HA. 2011. Dietary suplementation of fructooligosaccharide (FOS) improves the innate immune response, stress resistance, digestive enzyme activities and growth performance of Caspia roach (Rutilus rutilus) fry. Fish and Shellfish Imunology. 32 (2012): 316-321.

Song SK, Bo RB, Daniel K, John K, Jungjoon K, Hyun DK, Einar R. 2014. Prebiotics as immunortimulants in aquaculture: a review. Fish and Shellfish Imunology. 40(1): 40-48.

Spring P, Wenk C, Dawson KA, Newman KE. 2000. The effects of dietary mannan oligosaccharideson cecal parameters and the concentrations of enteric bacteria in the ceca of Salmonella-challenged broilers chicks. J. Poultry Science. 79(2):205–211.

Staykov Y, Spring P, Denev S. 2007. Influence of dietary Bio-Mos on growth, survival, and immune status of rainbow trout (Salmo gairdneri irideus G.) and common carp (Cyprinus carpio L).Aquaculture International. 15:333– 343.

Sukenda, Jamal L, Wahjuningrum D, Hasan A. 2008. Penggunaan kitosan untuk pencegahan infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp. Jurnal Akuakultur Indonesia. 7(2):161-171.

(26)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1 ANOVA tingkat kelangsungan hidup setelah pemeliharaan dengan perlakuan prebiotik dan pasca uji tantang

Jumlah

Hasil uji Duncan tingkat kelangsungan hidup setelah pemeliharaan dengan perlakuan prebiotik

Hasil uji Duncan tingkat kelangsungan hidup pasca uji tantang

Perlakuan N Untuk alpa = 0.05

(27)

17

Lampiran 3 ANOVA dan hasil uji Duncan konversi pakan setelah pemeliharaan dengan perlakuan prebiotik

Lampiran 4 Hasil LD50 untuk menentukan dosis uji tantang

Kepadatan

(28)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 02 April 1993. Penulis merupakan anak ke-3 dari pasangan Wawan Setiawan dan Tuti Mulyati. Pendidikan formal yang dilakukan penulis yaitu SDN 01 Cirendeu-Tangerang Selatan (1999-2005), SMP Negeri 86 Jakarta Selatan (2005-2008), SMA Negeri 46 Jakarta Selatan (2008-2011), dan penulis melanjutkan studi sarjana srata 1 di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tertulis dengan memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Gambar

Tabel 2 Rancangan percobaan pascauji tantang pada ikan mas
Gambar 1 Tingkat kelangsungan hidup ikan mas setelah diberi prebiotik
Gambar 3 Konversi pakan ikan mas setelah diberi prebiotik MOS dengan
Tabel 6 Kualitas air selama pemeliharaan ikan mas

Referensi

Dokumen terkait

Apabila Anda masih melakukan pelanggaran dengan tingkat keparahan yang sama selama 180 hari ke depan, Anda akan dikenakan Suspend 7 hari. Info lengkap mengenai jenis

Selain sebagaimana tersebut point 4, bagi Tim yang terkait dengan pelaksanaan pemungutan dan peningkatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bendahara Pengeluaran dan Penerimaan

Giro adalah simpanan dari pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mempergunakan CekIBilyet Giro (BG), atau dengan cara

Disamping itu motivasi belajar juga mampu berguna sebagai Feed Back (umpan balik) bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kegiatan penerapan teknologi online monitoring kualitas air untuk DAS prioritas di Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane adalah

Dari data di atas dapat peneliti sampaikan bahwa jumlah sampel yang akan peneliti ambil (teliti) adalah sebanyak 61 orang wanita tani yang bekerja sebagai

Namun dengan upaya ditetapkannya kurikulum 2013 yang setiap guru harus menggunakan pembelajaran secara tematik adalah upaya yang sangat cerdas karena seimbang dengan

memiliki motivasi tinggi. Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung untuk selalu berusaha mencapai apa yang diinginkan walaupun mengalami hambatan