III. METODE PENELITIAN
3.6 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SWOT untuk menyusun strategi pemasaran kopra. Sebelum strategi dirumuskan, terlebih dahulu untuk menganalisis lingkungan eksternal dan internal yang kemudian dimasukkan ke dalam Eksternal Factor Analisis Summary (EFAS) dan Internal Factor Analisis Summary (IFAS).
Matrix faktor eksternal disusun, hasilnya kemudian dimasukkan ke dalam matriks SWOT untuk dirumuskan menjadi suatu strategi.
Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS), Eksternal (EFAS) dan Matriks SWOT
Tabel 4. Matriks Faktor Strategi Eksternal
Faktor-faktor Bobot Rating Skor
Strategis Pembobotan
Eksternal (Bobot x
Rating) Peluang
(Opportunities/O) Bobot peluang 1 Rating peluang 1 Peluang 1 Bobot peluang 2 Rating peluang 2 Peluang 2
Jumlah A B
Ancaman
(Threats/T) Bobot ancaman 1 Rating ancaman 1 Ancaman 1 Bobot ancaman 2 Rating ancaman 2 Ancaman 2
Jumlah C D
Total (a+c) = 1 (b+d)
Sumber : Rangkuti 2016
Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor Strategi Eksternal (EFAS). Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).
1. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2. Mulai dari 1.0 (sangat penting) sampai dengan 0.0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1.0 dengan keterangan sebagai berikut :
0,05 = Dibawah rata-rata
0,10 = Rata-rata
0,15 = Diatas rata-rata
0,20 = Sangat kuat
2. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberiaan nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1). Misalnya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4. Dengan keterangan sebagai berikut :
1 = Dibawah rata-rata
2 = Rata-rata
3 = Diatas rata-rata
4 = Sangat bagus
3. Dikalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
4. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan
untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.
Tabel 5. Matriks Faktor Strategi Internal Faktor-faktor
Strategis Internal
Bobot Rating Skor Pembobotan
(Bobot x Rating)
Kekuatan (Streght/S) Kekuatan 1
Kekuatan 2
Bobot kekuatan 1 Bobot kekuatan 2
Rating kekuatan 1 Rating kekuatan 2
Jumlah A B
Kelemahan (Weaknes/W) Kelemahan 1
Kelemahan 2
Bobot kelemahan 1
Bobot kelemahan 2
Rating kelemahan 1
Rating kelemahan 2
Jumlah C D
Total (a+c) = 1 (b+d)
Matriks Total
(a+c) = 1 (b+d)
Sumber : Rangkuti 2016
Adapun tahapan pembuatan matriks faktor strategis internal adalah sebagai berikut :
1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1.
2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Semua
bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0 , jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0 dengan keterangan sebagai berikut :
0,05 = Dibawah rata-rata
0,10 = Rata-rata
0,15 = Diatas rata-rata
0,20 = Sangat kuat
3. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikanya. Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di bawah rata-rata industri, nilainya adalah 4. Dengan keterangan sebagai berikut :
1 = Dibawah rata-rata
2 = Rata-rata
3 = Diatas rata-rata
4 = Sangat bagus
4. Dikalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai 0,1 (poor).
5. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.
3.7 Konsep Operasional
Untuk mengidentifikasikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, maka definisi operasional yang dikemukakan adalah :
1. Kelapa (Cocos Nucifera L) merupakan salah satu tanaman yang bernilai ekonomis tinggi, tanaman kelapa juga disebut tanaman serbaguna dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia sehingga tanaman ini disebut pohon kehidupan (Tree Of Life).
2. Kopra merupakan buah kelapa bagian dalam yang segar dapat dikeringkan dengan menggunakan metode konvensional, menggunakan sinar matahari ( Sun Drying), pengasapan, atau mengeringkan diatas api terbuka ( Smoke Drying or Over an Open Fire).
3. Jenis-jenis kopra terdiri dari, Kopra Asalan, Kopra edible, dan Kopra regular
4. Proses pembentukan kopra, memecahkan cangkang, dan mengeringkanya biasanya dilakukan ketika pohon kelapa tumbuh
besa. Kopra dapat dibuat dengan mengeringkan kelapa menggunakan matahri, asap, maupun tempat pembakaran khusus.
5. Strategi pemasaran ialah suatu rencana yang memungkinkan perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan perusahaan.
6. Strategi pengembangan adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dalam pengembangan usaha untuk merealisasikanya.
7. SWOT (Strengths, Weaknesess, Opportunities, dan Threaths) adalah pendekatan analisis untuk menentukan formulasi strategi pemasaran usaha kopra di masa mendatang.
a. Strength (Kekuatan) adalah faktor-faktor internal usaha kopra yang mendukung atau mempunyai keunggulan untuk pencapaian perkembangan pasaran.
b. Weaknesess (Kelemahan) adalah faktor-faktor internal usaha kopra yang menghambat atau membatasi perkembangan.
c. Opportunities (Peluang) adalah faktor-faktor di luar lingkungan usaha kopra yang menguntungkan dalam perkembangan.
d. Threaths (Ancaman) adalah faktor-faktor di luar lingkungan usaha kopra yang merupakan ancaman bagi usaha kopra sehingga menghambat perkembangan.
Alambuana Manunggal
Kertoraharjo
Margomulyo BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis
Kecamatan Tomoni Timur yang mencakup Desa Kertoraharjo, Margomulyo. Manunggal, dan Desa Alambuana adalah dataran rendah dan sebagian daerah gunung untuk pemukiman dan perkebunan rakyat. Iklim Kecamatan Tomoni Timur yang mencakup Desa Kertoraharjo, Margomulyo, Manunggal dan Alambuana sebagiamana dengan Kecamatan lain di wilayah Indonesia beriklim tropis dengan dua musim, yakni kemaru dan penghujan. Adapun batas-batas wilayah administrasi Kecamatan Tomoni Timur adalah :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Mangkutana b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Angkona c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Wotu d. Sebelah Barat berbatasan dengan kec. Tomon
Gambar 1. Peta Kecamatan Tomoni Timur
4.2. Luas Wilayah
Kecamatan Tomoni Timur yang mencakup Desa Kertoraharjo, Margomulyo, Manunggal dan Alambuana. Yang memiliki penduduk terbanyak terletak di Desa Manunggal jika dibandingkan dengan Desa- Desa lain yang berada di Kecamatan Tomoni-Timur dengan luas Desa Manunggal sekitar 6,5 Km2. Sebagian besar lahan di Kecamatan Tomoni- Timur digunakan sebagai tempat pemukiman dan perkebunan rakyat.
4.3. Jumlah Penduduk
Penduduk di Kecamatan Tomoni-Timur yang mencakup Desa Kertoraharjo, Margomulyo, manunggal dan Alambuana berdasarkan data penduduk Tahun 2022 yaitu
Tabel 6. Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Empat Desa Pada Kecamatan Tomoni-Timur, 2022
No Desa
Jenis Kealmin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Kertorahajo 893 49,86 898 50,13 1.791 100 2 Margomulyo 1.276 49,36 1.322 50,64 2.598 100 3 Manunggal 1.002 49,61 1.037 50,39 2.039 100
4 Alambuana 327 54,85 272 45,15 599 100
Sumber: Diolah Dari Monografi Kecamatan Tomoni-Timur, 2022
Informasi dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumah penduduk yang paling besar terdapat di desa Margomulyo dengan presentase 49,36%, pada penduduk laki-laki, sedangkan pada penduduk perempuan dengan presentase 50,64%. Sedangkan jumlah penduduk paling rendah terdapat pada desa Alambuana dengan presentase 54,85% untuk
penduduk laki-laki sedangkan untuk penduduk perempuan dengan presentase 45,15%.
4.4. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu factor atau variable penentu untuk melihat tingkat kemajuan suatu wilayah, tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan penduduk dalam menerima informasi dan inovasi ( Yunita, 2018 ). Pada table berikut ini dapat dilihat tingkat pendidikan yang ada di Kecamatan Tomoni-Timur, Kabupaten Luwu Timur.
Tabel 7. Penduduk Menurut Pendidikan Di Empat Desa Pada Kecamatan Tomoni-Timur, 2022
No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)
1 SD 1.495 34,51
2 SMP 1.106 25,53
3 SMA 1.254 28,97
4 D3-S1 476 10,99
Jumlah 4.331 100
Sumber: Diolah Dari Monografi Kecamatan Tomoni-Timur, 2022
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa keadaan penduduk Kecamatan Tomoni-Timur yang berpendidikan menengah (SMP,SMA) menempati angka tertinggi dengan presentase sebesar (54,52%), sedangkan penduduk yang berpendidikan tinggi hanya (10,99%).
4.5. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Tomoni Timur
Jumlah tanggungan keluarga merupakan aspek yang sangat berpengaruh. Menurut lestari (2016) jumlah tanggungan anggota keluarga dalam suatu kehidupan rumah tangga dapat mempengaruhi tingkat komsumsi yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga yang bersangkutan
karena berhubungan dengan kebutuhan yang semakin banyak. Adapun jumlah tanggungan keluarga responden yaitu :
Tabel 8. Mata Pencaharian Pendudu Di Empat Desa Pada Kecamatan Tomoni-Timur, 2022
Mata
Pencaharian
Desa
Kertoraharjo Margomulyo Manunggal Alambuana Presentase Presentase Prsentase Presentase
Petani 35,96 49,14 34,73 52,79
Pedagang 3,11 2,26 3,59 3,10
Peternak 12,24 2,21 2,99 0
PNS 2,06 2,21 1,55 2,17
Wiraswasta 2,17 2,81 2,39 5,90
Dll 43,96 41,34 54,70 36,02
Presentase 100 100 100 100
Jumlah 1.788 1.809 1.677 322
Sumber: Diolah Dari Monografi Kecamatan Tomoni-Timur, 2022
Pada Tabel 8 terlihat bahwa mata pencaharian yang paling tinggi di 4 desa adalah petani dengan proporsi 52,79% di Desa Alambuana, kemudian disusul oleh Desa manunggal yang merupakan petani terendah dengan proporsi 34,73%. Setelah petani ada sektor lain yaitu sektor peternakan yang merupakan mata pencaharian dari 4 desa, diantara lain yang paling tinggi yaitu di Desa Kertoraharjo dengan jumlah proporsi 12,24. Kemudian ada juga yang terendah yang terletak di Desa Alambuana dengan jumlah proporsi mencapai (0%).
4.6. Sarana dan Prasarana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan.
Sedangan prasarana adaah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses,(usaha, Pembangunan, proyek, dan sebagainya).
Tabel 9. Sarana Dan Prasarana di Empat Desa Pada Kecamatan Tomoni Timur
No Sarana Dan Prasarana Jumlah
1 Posyandu/Pustu 4
2 SD 4
3 SMP 2
4 SMA 1
5 TK 4
6 Pasar 2
7 Bank 1
8 Pura 6
9 Masjid 3
10 Gereja 2
11 Puskesmas 1
Jumlah 30
Sumber : Dioleh Dari Monografi Kecamatan Tomoni-Timur, 2022
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Pengusaha
Pengusaha kopra yang berada pada Kecamatan Tomoni Timur yang Mencakup Desa, Kertoraharjo, Margomulyo, Manunggal, Alambuana yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik yang dimaksud adalah umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusaha dan jumlah produksi kopra.
5.1.1 Umur
Umur sangat mempengaruhi kemampuan dalam bekerja dan berfikir, sehingga secara langsung akan mempengaruhi usaha kopra. Pada umumnya umur pengusaha muda dalam pengambilan tindakan atau keputusan dalam usahanya lebih agresif baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang lain, berebeda halnya dengan umur pengusaha yang tua, dimana dalam penerapan teknologi yang baru akan sangat berpengarut terhadap usaha, dan dalam penerapan teknologi yang modern pengusaha yang umurnya tua akan sedikit lebih lama prosesnya dalam penerapan teknonologi yang modern.
Tabel 10. Klasifikasi Umur Pengusaha Kopra Di Empat Desa Pada Kecamatan Tomoni-Timur Tahun 2022.
No Umur (Tahun) Jumlah (orang) Presentase (%)
1 <42 2 33,33
2 >42 4 66,67
Jumlah 6 100
Sumber : Diolah Dari Data Primer, 2022
Pada Tabel 9 diatas menjelaskan bahwa untuk umur pengusaha kopra yang terletak di Kecamatan Tomoni-Timur yang mencakup Desa Kertoraharjo, Margomulyo, Manunggal, dan Alambuana, Kabupaten Luwu Timur yang terbanyak berkisar >42 ( Keatas) dengan presentase 66, 67%, untuk usia 42 keatas termasuk kedalam usia lanjut akan tetapi tidak menurunkan minat usahanya. Hal ini didasarkan pada semakin tinggi umur pengusaha maka semakin banyak penglaman dibidang usaha yang dijalankanya. sedangkan usia pengusaha kopra pada usia <42 tahun dengan presentase 33,33%.
5.1.2 Tingkat Pendidikan
Kemampuan dan keahlian pengusaha kecil menengah sangat ditentukan oleh pendidikan, oleh pendidikan formal yang pernah ditempuh. Pendidikan formal yang rendah ( tingkat pendidikan sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah umum ) pemilik usaha dalam penerimaan inovasi dan informasi sangat rendah, berbeda halnya dengan tingkat pendidikan yang tinggi dalam penerimaan inovasi dan informasi akan lebih cepat diserap.
Tabel 11. Tingkat Pendidilkan Pengusaha Kopra Di Empat Desa Pada Kecamatan Tomoni-Timur, 2022
No Tingkat ( Pendidikan ) Jumlah ( Orang ) Presentase ( % )
1 SD 2 33,33
2 SMA 3 50
3 S-1 1 16,67
Jumlah 6 100
Sumber : Diolah Dari Data Primer, 2022
Pada Tabel 11 menunjukan bahwa persentase tingkat pendidikan pengusaha kopra di Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur yang paling tinggi adalah tingkat pendidikan menengah dengan presentase sebesar 50 %, Namun keberhasilan pengusaha kopra tidak banyak ditunjang dari pendidikan formalnya saja melainkan pengalaman serta keuletan dalam berusaha. Dengan demikian bisa dikatakan pengalaman dan pendidikan non-farmal tersebut dapat diharapkan para pengusaha dapat mengelola usahanya dengan baik.
5.1.3 Pengalaman Berusaha Kopra
Pengalaman merupakan salah satu faktor panunjang keberhasilan suatu usaha, pengalaman usaha kopra dalam menjalankan usahanya dibidang pengususaha kopra merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilanya karena pengalaman erat hubunganya dalam mengantisipasi kegagalan dalam berusaha. Pengalaman disini dapat dilhat dari berapa lamanya berusaha menjalan usahanya. Semakin lama ber usaha semakin banyak pengalaman yang didapatnya, berikut adalah gambaran pengalaman ber usaha kopra.
Tabel 12. Lamanya Usaha Kopra Di Empat Desa Pada Kecamatan Tomoni-Timur, 2022
No Pengalaman Berusaha Kopra (Tahun)
Jumlah ( Orang ) Presentase ( % )
1 <12 4 66,67
2 >12 2 33,33
Jumlah 6 100
Sumber : Diolah Dari Data Primer, 2022
Tabel 12 menunjukan bahwa pengusaha kopra dengan pengalaman ber-usaha kopra <12 tahun dengan presentase 66,67 % . Sedangkan
pengusaha yang menjalankan usahanya lebih dari >12 tahun dengan presentase 33,33 %. Pengusaha yang memiliki pengalaman berusaha kopra tentunya lebih berpengalaman dalam mengatasi resiko kegagalan dalam usahanya di bandingkan pengusaha yang baru memulai usaha yang dijalankan.
5.1.4 Jumlah Produksi Kopra
Produksi adalah kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa.
Biasamya kegiatan ini dilakukan dalam rangka menambah nilai kegunaan atau manfaat suatu barang dan jasa. Dan nantinya barang atau jasa tersebut diperjualbelikan. Adapun jumlah kopra yang diproduksi dapat disajikan pada tabel 13.
Tabel 13. Jumlah Produksi Kopra Di Empat Desa Pada Kecamatan Tomoni-Timur, 2022
No Jumlah Produksi/hari ( Kg ) Jumlah ( Orang ) Presentase ( % )
1 <2.600 4 66,67
2 >2.600 2 33,33
Jumlah 6 100
Sumber : Diolah Dari Data Primer, 2022
Presentase pada Tabel 13 menunjukan jumlah produksi/hari yang di produksi oleh pengusaha kopra di Kecamatan Tomoni Timur Kabupaten Luwu Timur yakni dimana tingkat presentase produksi kopra >2.600 kg dengan presentase 66,67, dan produksi kopra paling banyak diproduksi dengan jumlah produksi sebnyak <2.600 kg dengan presentase 33,33 %.
Banyak sedikitnya jumlah produksi yang dihasilkan suatu perusahaan dapat dilihat dari berapa besar modal yang dikeluarkan.
pengusaha Jual Ke
industri Empat hari
penjemuran sapai menjadi kopra
Penjemuran Kelapa Yang
SudahDicungkil(9000/kg) Petani
Jual kepengusaha
Penjemuran Beli kelapa dipohon 1500/200/butir
Petani 5.2 Proses Produksi Kopra
Untuk produksi kopra, diperlukan kelapa yang sudah mengalami kematangan fisiologis yang cukup yakni sekitar 300 hari dengan berat kelapa sekitar 3-4 kg/butir. Hal ini didasarkan pada semakin tua kelapa yang digunakan untuk bahan baku kopra maka semakin bagus kualitas kopra yang akan dihasilkan. Untuk produksi kopra di Kecamatan Tomoni- Timur. Berikut adalah tahap-tahapan produksi kopra di Empat desa pada kecamatan Tomoni-Timur.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipastikan bahwa dikecamatan Tomoni-Timur terdapat dua cara penjualan kelapa/kopra yang dimana cara pertama yaitu petani menjual hasil panenya dengan cara
Industri
Empat hari penjemuran sampai menjadi kopra
kelapa yang sudah dicungkil dan dibersihkan dari kulitnya kemudian hasil panen tersebut dijual ke pengusaha kopra yang terletak kecamatan Tomoni-Timur. Kemudian pada cara penjualan kedua petani menjual hasil panen kelapanya langsung dari pohonya, kemudian untuk pengolahan lebih lanjutnya dikerjakan pengusaha dengan menyewa tenaga kerja yang terampil mulai dari pemetikan kelapa, pengupasan kulit, sampai ke pencugkilan buah kelapa.
Dari dua penjualan tersebut terdapat perbedaan harga yang diamana pada penjualan kelapa yang sudah dicungkil dibandrol harga yang lebih mahal yaitu (9000/10.000/kg), dari pada penjualan kelapa langsung dari pohonya dengan harga (1.500/200/butir). Ketika bahan baku sudah terkumpul maka proses selanjtnya yaitu pengusaha kopra melakukan penjemuran kelapa dari hasil penjualan petani, untuk proses penjemuran sendiri dilakukan oleh tenaga kerja yang dimliki oleh pengusaha, untuk penjemuranya sendiri dibutuhkan waktu sekitar 2-3 hari ketikan cuaca mendukung, sedangkan ketika cuaca tidak mendukung dibutuhkan waktu 4-5 hari hal ini disebabkan karena pengusaha kopra yang terletak dikecamatan Tomoni-Timur masih menggunakan metode konvensional.
Untuk proses selanjutnya kopra yang sudah kering kemudian dikemas dalam karung yang berkisar bobot 90-100 kg. dari hasil pengemasan tersebut maka kopra siap dikirim ke industry.
5.3 Analisis SWOT
Analsis SWOT adalah identifikasi berbagi faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memmaksimalkan kekuatan ( Strenghts ) dan peluang ( Opportunities ), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelamahan ( Weaknesses ) dan ancaman ( Threats ).
5.3.1 Faktor Internal
Faktor internal ini, mempengaruhi terbentuknya Strenghts and waeknesses ( S and W ), Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi yang terjadi dalam perusahaan, yang mana ini turut mempengaruhi terbentuknya pembuatan keputusan ( decisius making ) perusahaan. ( Irham Fahmi, 2013 ).
Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal
Identifikasi faktor strategi internal berupa berupa kekuatan dan kelemahan pada Strategi Pengembangan Pengusaha kopra Di Kecamatan Tomoni Timur Yang Mencakup Desa Kertoraharjo, Tampak Siring, Manunggal Dan Alambuana Kabupaten Luwu Timur dapat dilihat pada tabel Berikut ini.
Tabel 14. Identifikasi kekuatan dan Kelemahan
No Kekuatan ( Strenghts ) No Kelemahan ( Weakness ) 1 Kualitas kopra yang baik 1 Kurangnya bantuan dari
pemerintah 2 Tersedianya tenaga kerja
yang terampil
2 Proses pengeringan yang masih menggunkan metode konvensionl ( Bagi Pengepul skala kecil ) 3 Modal usaha kopra yang
memadai
3 Penyusutan bahan baku 4 Adanya kerjasama antara
petani dan pengepul
4 Lamanya proses produksi 5 Adanya dukungan dari
pihak keluarga
5 Bahan baku tidak tahan lama Sumber : Diolah Dari Data Primer, 2022
5.3.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya Opportunities and Threats (O and T) dimana faktor ini yang menyangkut dengan kondisi- kondisi yang terjadi di luar perusahaan. Faktor ini mencakup lingkungan industri dan lingkungan bisnis makro, ekonomi, politik, kependudukan dan sosial budaya ( Irham Fahmi, 2013 ).
Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal
Identifikasi faktor ekesternal berupa peluang dan ancaman pada Strategi Pengembanagan Usaha Kopra Di kecamatan Tomoni Timur Yang Mencakup Desa Kertoraharjo, Tampak Siring, Manunggal Dan Alambuana Kabupaten Luwu Timur dapat dilihat pada tabel berikut ini;
Tabel 15. Identifikasi Peluang dan Ancaman eksternal
Sumber : Diolah Dari Data Primer, 2022
No Peluang No Ancaman
1 Permintaan pasar terhadap bahan baku kopra selalu ada
1 Pengaruh iklim
2 Bahan baku selalu tersedia 2 Jika harga kopra naik petani langsuang menjual kelapa belum siap panen/masih muda
3 Persaingan antar usaha tidak terlalu ketat
3 Harga tidak stabil
4 Potensi jangka panjang masih bagus
4 Turunya minat terhadap usaha kopra
5 Kerjasama antar
pengusaha(Pengepul) dan industry
5 Pembatasan penjualan kopra dalam industri
5.4 Matriks Analisis Strategi SWOT
Rangkuti ( 2016 ) Matriks SWOT adalah alat yang dipakai untuk menyusun Faktor-faktor strategis suatu perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman ekesternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
1. Strategi SO
Strategi ini dapat dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarny. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal.
2. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari dampak ancman eksternal.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman.
Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.
Selanjutnya adalah menyususn faktor internal dan fakto eksternal startegi perusahaan dengan menggunakan Matriks Analisis Startegi SWOT, dengan menggunakan metode ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan strategi yang dapat di terpakan dalam Strategi Pengembanagan Usaha Kopra Di Kecamatan Tomoni-Timur Yang Mencakup Desa Kertoraharjo, Tampak Siring, Manungal, dan Alamabuana Kabupaten Luwu Timur adalah sebagai berikut;
Tabel 16. Matriks Analisis Strategi SWOT FAKTOR
INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
STRENGHT (S) KEKUATAN 1. Kualitas kopra yang baik 2. Tersedianya tenga kerja
yang terampil
3. Modal usaha kopra yang memadai
4. Adanya kerjasama antara petani dan pengusaha 5. Adanya dukungan dari
pihak keluarga
WEAKNESSES (W) KELEMAHAN
1. Kurangnya bantuan dari pemerintah
2. Proses pengeringan masih menggunakan metode konvensional(skala kecil) 3. Penyusutan bahan baku 4. Lamanya proses produksi 5. Bahan baku tidak tahan lama
OPPORTUNITIES (O) PELUANG
1. Permintaan pasar terhadap bahan baku kopra selalu ada
2. Bahan baku selalu tersedia 3. Persaingan antar pengusaha tidak terlau ketat
4. Potensi jangka panjang
STRTEGI S-O
1. Kualitas yang baik membuat tingginya permintaan bahan baku terhadap produsen
2. Potensi jangka panjang terkait dengan SDA masih
mempuni dalam
penyediaan bahan baku 3. Banyaknya bahan baku
STRATEGI W-O 1. Kurang bantuan dari
pemerintah sehingga tidak menghambat produsen mengolah bahan baku.
2. Aadanya kerjasama antar produsen dan idustri mengurangi bahan baku
digudang produsen
menumpuk karena selalu