• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

D. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini yaitu menggunakan analisis data deskriptif yaitu dengan menganalisis data laporan keuangan bank BNI menggunakan metode RGEC sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan bank berbasis resiko serta menganalisis potensi adanya financial distress dengan menggunakan rasio ROA dan CAR kemudiam memaparkan hasil analisis rasio dan ditarik kesimpulan. Data yang dikumpulkan kemudian dikaji dan diolah menggunakan rumus yang sesuai dengan kajian teori.

Langkah-langkah yang digunakan untuk masing-masing faktor dan komponennya dalam menilai tingkat kesehatan bank dan potensi financial distress yaitu :

39

1. Mengumpulkan data-data laporan keuangan yang bersumber dari laporan tahunan Bank BNI yang berkaitan dengan variabel penelitian.

2. Melakukan pemeringkatan pada faktor masing-masing rasio seperti NPL, LDR, GCG, ROA dan CAR.

3. Menganalisis potensi adanya financial distress menggunakan rasio ROA dan CAR.

Penilaian Peringkat Tingkat Kesehatan Bank :

a. Peringkat komposit 1 (PK-1) menggambarkan bahwa kondisi bank secara umum sangat sehat sehingga bank dinilai sangat mampu untuk menghadapi pengaruh negatif yang signifikan terjadi karena perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya seperti faktor penilaian risk profile, good corporate governance, earning dan capital. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut dinilai tidak signifikan.

b. Peringkat komposit 2 (PK-2) menggambarkan bahwa kondisi bank secara umum sehat dan dinilai mampu untuk menghadapi pengaruh negatif yang signifikan terjadi karena perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya seperti faktor penilaian risk profile, good corporate governance, earning dan capital. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut dinilai kurang signifikan.

c. Peringkat komposit 3 (PK-3) menggambarkan bahwa kondisi bank secara umum cukup sehat dan dinilai cukup mampu untuk menghadapi pengaruh negatif yang signifikan terjadi karena perubahan kondisi

bisnis dan faktor eksternal lainnya seperti faktor penilaian risk profile, good corporate governance, earning dan capital. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut dinilai cukup signifikan dan dapat mengganggu kelangsungan bank jika tidak berhasil diatasi dengan baik.

d. Peringkat komposit 4 (PK-4) menggambarkan bahwa kondisi bank secara umum kurang sehat dan dinilai kurang mampu untuk menghadapi pengaruh negatif yang signifikan terjadi karena perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya seperti faktor penilaian risk profile, good corporate governance, earning dan capital. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut dinilai signifikan dan dapat mengganggu kelangsungan bank jika tidak dapat diatasi dengan baik.

e. Peringkat komposit 5 (PK-5) menggambarkan bahwa kondisi bank secara umum tidak sehat dan dinilai tidak mampu untuk menghadapi pengaruh negatif yang signifikan terjadi karena perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya seperti faktor penilaian risk profile, good corporate governance, earning dan capital. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut dinilai sangat signifikan dan untuk mengatasi hal tersebut membutuhkan dukungan dan sumbangan dana dari pemegang saham atau sumber dana pihak lainnya.39

39 Surat Edaran Bank Indonesia No 13/24/DPNP Tahun 2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Bank BNI

Bank Negara Indonesia (BNI), atau yang dikenal juga sebagai Bank, awalnya didirikan di Indonesia dengan nama Bank Negara Indonesia sebagai bank sentral. Hal ini dilakukan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946.

Kemudian, BNI ditetapkan sebagai Bank Umum Milik Negara dengan nama Bank Negara Indonesia 1946 berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 1968. Peran BNI sebagai Bank yang memiliki tugas untuk memperbaiki perekonomian rakyat dan berkontribusi dalam pembangunan nasional juga ditegaskan oleh Undang-Undang No. 17 tahun 1968 tentang Bank Negara Indonesia 1946.

Pada tahun 1996, BNI menjadi Bank BUMN pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, menjadikannya perusahaan publik. Seiring dengan kompetisi industri perbankan nasional yang semakin ketat, BNI melakukan beberapa aksi korporasi untuk memperkuat struktur keuangan dan daya saingnya. Aksi korporasi tersebut mencakup proses rekapitalisasi oleh Pemerintah pada tahun 1999, divestasi saham Pemerintah pada tahun 2007, serta penawaran umum saham terbatas pada tahun 2010.

Dalam rangka memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Undang- Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, BNI melakukan penyesuaian pada Anggaran Dasarnya. Penyesuaian ini diatur dalam Akta No. 46 tanggal 13 Juni 2008 yang dibuat di hadapan notaris Fathiah Helmi, S.H., di Jakarta. Penyesuaian ini disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada tanggal 28 Mei 2008 dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-AH.01.02-50609 pada tanggal 12 Agustus 2008. Penyesuaian tersebut kemudian diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 103 tanggal 23 Desember 2008 Tambahan No. 29015.

Pada tahun 2021, Anggaran Dasar Bank Negara Indonesia (BNI) mengalami perubahan terakhir yang dikukuhkan dengan Akta Notaris No.

23 tanggal 20 April 2021 yang dibuat oleh Notaris Fathiah Helmi, S.H.

Perubahan tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan No. AHU- AH.01.03.0264697 tanggal 26 April 2021.

Pada tahun 2022, Bank Negara Indonesia (BNI) terus berupaya untuk memantapkan posisinya sebagai "agen pembangunan" melalui transformasi yang berkelanjutan untuk memberikan kinerja maksimal pada masa pemulihan ekonomi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah transformasi digital dengan mengakuisisi bank swasta nasional, PT Bank Mayora, pada tanggal 18 Mei 2022 dengan kepemilikan saham sebesar 63,92%, sementara

43

36,08% dimiliki oleh PT Mayora Inti Utama (MIU). Akuisisi ini dilakukan dalam rangka mendukung transformasi perusahaan menjadi bank digital yang terintegrasi dan diharapkan memberikan dampak positif terhadap kinerja BNI di masa depan.

Selain mengakuisisi Bank Mayora, BNI juga membentuk anak usaha baru di bidang modal ventura, yaitu PT BNI Modal Ventura. Akta pendirian ditandatangani pada tanggal 12 April 2022, di mana BNI memiliki 99,98%

saham, sedangkan 0,02% sisanya dimiliki oleh PT BNI Asset Management.

Pendirian dan penyertaan modal pada PT BNI Modal Ventura ini merupakan bagian dari strategi BNI dalam menjawab potensi pengembangan digital banking di masa depan dengan menjadikannya sebagai kendaraan strategis grup BNI dalam mendukung pengembangan inovasi teknologi di internal perseroan sekaligus memperkuat ekosistem yang sehat di industri modal ventura dan startup.

Saat ini, sebanyak 60% saham BNI dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia dan 40% dimiliki oleh masyarakat, baik individu maupun institusi, domestik dan asing. BNI didukung oleh sejumlah perusahaan anak dalam rangka memperkuat layanan finansial secara terpadu, meliputi PT BNI Multifinance, PT BNI Sekuritas, PT BNI Life Insurance, BNI Remittance Ltd., PT Bank Mayora, dan PT BNI Modal Ventura. BNI menawarkan layanan penyimpanan dana maupun fasilitas pinjaman pada segmen bisnis korporasi, bisnis menengah, maupun bisnis kecil. Produk dan layanan BNI disesuaikan dengan kebutuhan nasabah dari usia kanak-kanak

hingga pensiun. BNI kini menjadi salah satu bank nasional terbesar di Indonesia dari segi total aset, total kredit, dan total dana pihak ketiga. 40 2. Visi dan Misi PT. Bank Negara Indonesia (BNI)

Berikut visi dan misi yang dimiliki oleh PT. Bank Negara Indonesia (BNI) berdasarkan web resmi bank BNI.41

Visi BNI : Menjadi Lembaga Keuangan yang terunggul dalam layanan dan kinerja secara berkelanjutan.

Misi BNI :

a. Memberikan layanan prima dan solusi digital kepada seluruh Nasabah selaku Mitra Bisnis pilihan utama.

b. Memperkuat layanan internasional untuk mendukung kebutuhan Mitra Bisnis Global.

c. Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi Investor.

d. Menciptakan kondisi terbaik bagi Karyawan sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi.

e. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab kepada lingkungan dan Masyarakat.

f. Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik bagi industri.

40 BNI. “Sejarah”. https://www.bni.co.id/id-id/perseroan/tentang-bni/sejarah. Diakses pada tanggal 5 Mei 2023.

41 PT. Bank Negara Indonesia. Laporan Tahunan 2022. “BNI Untuk Indonesia Lebih Tangguh”. . Hal: 103-104

45

B. Hasil Penelitian

Kesehatan suatu bank merujuk pada kemampuan bank tersebut untuk menjalankan operasi perbankan dengan lancar dan memenuhi kewajibannya sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.42 Hasil penilian kesehatan bank merupakan hal yang sangat penting menjadi perhatian umum karena dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2023, dengan mengacu pada laporan keuangan bank BNI tahun 2018 hingga tahun 2021. Laporan keuangan tahunan bank BNI diperoleh dari mengunduh laporan pada web/situs resmi milik bank BNI yaitu www.BNI.com. Sehingga seluruh data yang dipergunakan dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana seharusnya.

Adapun hasil data laporan keuangan bank BNI dari tahun 2018 hingga 2021 adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Posisi Laporan Keuangan Bank BNI Berdasarkan Laporan Keuangan Tahunan Bank BNI (diolah Penulis).

Uraian 2021 2020 2019 2018

Total Aset 964,838.00 891,337.00 845,605.00 808,572.00 Modal 125,616.00 103,145.00 118,095.00 104,254.00 Total Kredit 532,141.00 541,979.00 539,862.00 512,778.00 Dana Pihak Ketiga 729,169.00 647,572.00 582,541.00 552,172.00 Laba Sebelum Pajak 12,551.00 5,112.00 19,369.00 19,821.00 Pendapatan Operasinal 55,865.00 49,152.00 52,012.00 48,771.00 Beban Operasional 24,801.00 22,088.00 23,687.00 21,783.00 Laba Bersih 10,898.00 3,280.00 15,384.00 15,015.00 kredit bermasalah 15,068.00 11,819.00 7,225.00 5,001.00 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank BNI tahun 2018-2021.

42 Zhafirah, N.F. dan Yuniningsih. 2021. “Analisis tingkat kesehatan bank umum dan konvensional (Pendekatan RGEC) yang terdaftar di BEI”. Jurnal Manajemen. 15(2): 237-250.

Berdasarakan tabel 4.1 diatas total asset yang dimiliki oleh bank BNI mengalami peningkatan setiap tahunnya, terbaca pada tahun 2018 aset yang dimiliki bank BNI sebesar Rp. 800M berakhir pada tahun 2021 sebesar Rp.

960M. Akun modal pada bank BNI mengalami kenaikan hingga tahun 2021, pada tahun 2018 modal yang dimiliki bank BNI adalah sebesar Rp.100M dan berakhir pada tahun 2021 total modal akhir yang dimiliki sebesar Rp. 125M.

Nilai dana pihak ketiga (DPK) yang diperoleh bank BNI meingkat pula setiap tahunnya, dari 2018 DPK yang diterima bank BNI sebesar Rp. 500M dan pada akhir tahun 2021 sebesar Rp. 700M. Laba sebelum pajak dari tahun 2018 hingga tahun 2021 cenderung menurun, terutama penurunan signifakn terjadi pada tahun 2020 yaitu hanya sebesar Rp. 5,1M dari sebelumnya seebsar Rp. 19.3M yaitu pada tahun 2019. Kemudian terjadi peningkatan laba sebelum pajak pada tahun 2021 seebesar Rp. 12.5M. Hal ini disebabkan adanya peraturan pemerintah untuk menanggulangi Covid-19 yang terjadi sepanjang tahun 2020 yang mengakibatkan masyarakat banyak yang terdampak kehilangna pekerjaan dan berkurangnya perputaran ekonomi ditengah masyarakat.

1. Profil Resiko (Risk Profile)

Pada pendekatan profil resiko, penelitian menggunakan dua indikator pengukuran, yaitu Non erforming Loan (NPL) dan Resiko Likuiditas menggunakan rumus Loan to Deposit Ratio (LDR).

47

a. Resiko Kredit / NPL (Non Performing Loan)

NPL (Non Performing Loan) adalah indikator yang digunakan untuk mengukur risiko kredit, yaitu kondisi ketika pihak debitur tidak dapat membayar kewajiban kepada kreditur tepat waktu, baik pada saat jatuh tempo maupun setelah jatuh tempo, sesuai dengan kesepakatan dan aturan yang berlaku.43 Berikut data perhitungan rasio Non Performing Loan (NPL) pada bank BNI tahun 2021-2018.

Tabel 4.2 Tabel data Non Performing Loan (NPL) bank BNI periode 2018-2021 (diolah Penulis).

Tahun Kredit

Bermasalah Total Kredit NPL Keterangan

2021 15,068.00 532,141.00 3% Sehat

2020 11,819.00 541,979.00 2% Sehat

2019 7,225.00 539,862.00 1% sangat sehat 2018 5,001.00 512,778.00 1% sangat sehat Sumber : Laporan keuangan tahunan bank BNI tahun 2018-2021.

Berdasarkan Tabel diatas hasil perhitungan NPL Bank BNI termasuk dalam kualitas bank sehat, dimana pada tahun 2020 dan 2021 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan 2 tahun sebelumya yakni 3% dan 2% dengan predikat akhir sehat. Sedangkan pada 2 tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2019 dan 2018 mendapat predikat sangat sehat yang memperoleh hasil nilai NPL sebesar masing-masing 1%.

b. Resiko Likuiditas / Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah perhitungan yang digunakan untuk menghitung likuiditas dari sebuah bank. LDR menghitung dengan

43 Pratikto, dan Afiq. 2021. “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dan Potensi Financial Distress Menggunakan Metode Rgec Dan Zmijewski Pada Bank Bni Syariah Tahun 2015-2019”.

Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan. 8(5):570-581

membandingkan antara pinjaman yang diberikan dengan jumlah dana yang diterima oleh bank dari pihak ketiga yang biasa disingkat dengan DPK.

Berikut tabel data perhitungan LDR bank BNI pada periode 2021-2018.

Tabel 4.3 Tabel Data Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank BNI Periode 2021-2018 (diolah penulis).

Tahun Total Kredit Dana Pihak Ketiga LDR Keterangan 2021 532,141.00 729,169.00 73% sangat sehat 2020 541,979.00 647,572.00 84% Sehat 2019 539,862.00 582,541.00 93% cukup sehat 2018 512,778.00 552,172.00 93% cukup sehat Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Bank BNI tahun 2018-2021

Berdasarkan Tabel diatas bank BNI mengalami peningkatan kualitas likuiditas dari tahun ke tahun. Pada periode 2021 sebesar 73%

dengan predikat sangat sehat, kemudian pada tahun 2020 sebesar 84%

dengan predikat sehat dan 2 tahun sebelumnya yakni tahun 2019 dan 2018 mendapat predikat LDR cukup sehat dengan hasil persentase sebesar 93%

pada kedua tahun tersebut.

2. Good Corporate Governance (GCG)

Prinsip yang dimiliki bank BNI dalam menerapkan Good Corporate Governance (GCG) ada 5, diantaranya adalah Transaparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Kewajaran. Bank BNI telah melakukan penilaian sendiri Self Assesment GCG secara individual dan telah disampaikan kepada OJK dengan hasil sebagai berikut:

49

Tabel 4.4 Hasil penilaian Self Assesment GCG bank BNI pada tahun 2018-2021 (diolah penulis).

Tahun Nilai komposit Keterangan

2021 2 Baik

2020 2 Baik

2019 2 Baik

2018 2 Baik

Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Bank BNI tahun 2018-2021 Good Corporate Governance (GCG) berada pada peringkat 2 (dua) menunjukkan bahwa Manajemen Bank telah melakukan penerapan Tata Kelola dengan baik. Hasil self assessment GCG yang dilakukan bank BNI mendapat nilai komposit 2 setiap tahunnya pada rentang waktu tahun 2018 hingga tahun 2021.

3. Rentabilitas (Earnings)

Dalam hal rentabilitas, karakteristik bank terdiri dari kinerja bank dalam menciptakan laba, stabilitas dari komponen-komponen yang mendukung pendapatan inti (core earnings), dan kemampuan laba untuk meningkatkan laba serta prospek keuntungan di masa depan. Penilaian terhadap faktor pendapatan diuji melalui Return on Assets (ROA).

Tabel 4.5 Tabel Perhitungan ROA Bank BNI tahun 2018-2021 (diolah penulis).

Tahun Laba sebelum

Pajak Total Aktiva ROA Keterangan 2021 12,551.00 964,838.00 1% Cukup Sehat 2020 5,112.00 891,337.00 1% Cukup Sehat 2019 19,369.00 845,605.00 2% Sangat Sehat 2018 19,821.00 808,572.00 2% Sangat Sehat Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Bank BNI tahun 2018-2021

Penilaian ROA Bank BNI dapat disimpulkan bahwa kualitas ROA cukup sehat pada tahun 2021 dan 2020. Berbeda dengan 2 (dua) tahun sebelumnya yang mendapat kesimpulan ROA yang sangat sehat yaitu dengan nilai masing masing 2% pada tahun 2019 dan 2018.

4. Capital (Permodalan)

Evaluasi faktor permodalan mencakup penilaian terhadap kecukupan modal dan pengelolaan modal, di mana bank harus mengikuti ketentuan Bank Indonesia tentang penyediaan modal minimum untuk bank umum. Capital atau modal memiliki indikator seperti rasio kecukupan modal dan kecukupan modal bank untuk mengantisipasi potensi kerugian sesuai dengan profil risiko yang disertai dengan pengelolaan modal yang sangat kuat, yang sesuai dengan karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha bank.

Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank dalam menahan risiko kerugian yang mungkin terjadi. Fungsi dari rasio ini adalah untuk menentukan apakah bank memiliki modal yang cukup untuk menampung risiko yang mungkin dihadapi oleh bank.

Modal bank merujuk pada sejumlah uang atau aset lain yang dimiliki atau dikendalikan oleh lembaga tersebut. ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) adalah metode untuk menilai risiko dari aset bank, di mana kredit memiliki bobot risiko tertinggi dan memberikan kontribusi pendapatan terbesar bagi bank. Oleh karena itu, jika kredit

51

meningkat, pendapatan bank akan meningkat, sehingga ROA akan naik.

Namun, dengan kenaikan kredit, total ATMR akan meningkat dan hal ini akan menurunkan CAR.44

Tabel 4.6 tabel data CAR Capital Adequacy Ratio bank BNI tahun 2018-2021. (diolah penulis)

Tahun Modal Bank ATMR CAR Keterangan 2021 125,616.00 636,201.00 20% Sangat Sehat 2020 103,145.00 614633.00 17% Sangat Sehat 2019 118,095.00 598484.00 20% Sangat Sehat 2018 104,254.00 563440.00 19% Sangat Sehat Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Bank BNI tahun 2018-2021

Berdasarkan tabel diatas tentang analisis CAR pada bank BNI dengan rentang waktu dari tahun 2018 hingga 2021 mendapat kesimpulan kualitas bank BNI sangat sehat tiap tahunnya. Pada tahun 2018 hasil penilaian CAR yang diperoleh bank BNI sebesar 19%, pada tahun 2019 mendapakan hasil yang sama dengan tahun 2021 yaitu sebesar 20% dan pada tahun 2020 sebesar 17%. Meski hasil peneliatian CAR yang diperoleh beragam, kualitasnya masih tergolong sangat sehat. Dengan demikian bank BNI telah berhasil menerapkan manajemen resiko dengan baik setiap tahunnya.

5 Financial Distress

Potensi Financial Distress dapat diukur dengan menggunakan metode grover, springate dan zmijewski. Akan tetapi secara sederhana

44 Sari, K.R. 2017. “Analisis tingkat kesehatan bank dengan menggunakan Metode rgec pada bank umum bumn yang terdaftar di Bursa efek indonesia periode 2013-2015”. Skripsi.

Universitas Negeri Yogyakarta Fakultas Ekonomi.

dapat diestimasi menggunakan rasio ROA (Return on Assets) dan CAR (Capital Adequacy Ratio). ROA mencerminkan tingkat efisiensi bank dalam menghasilkan laba dengan memaksimalkan penggunaan aset yang dimilikinya. Semakin tinggi ROA, semakin besar pula keuntungan yang dihasilkan oleh bank tersebut, sehingga kemungkinan mengalami kesulitan keuangan menjadi lebih kecil. Di sisi lain, CAR mengukur sejauh mana penurunan nilai aset bank dapat ditanggung dengan modal yang tersedia.

Semakin tinggi rasio CAR, artinya modal yang tersedia lebih besar, sehingga potensi kesulitan keuangan menjadi semakin rendah.

Tabel 4.7 Perbandingan metode analisis untuk memprediksi adanya Potensi Financial Distress

Metode Kelebihan Kekurangan

Grover Kelebihan dari metode

grover yaitu

menggunakan rasio working capital terhadap total asset dimana rasio ini

menunjukkan likuiditas dari total aset dan modal kerja.

Kelemahan pada metode grover yaitu tidak menggunakan rasio sales terhadap total asset sehingga tidak mengetahui seberapa besar total penjualan perusahaan atas investasi asetnya.

Zmijewski Kelebihan model zmijewski yaitu menggunakan current ratio dimana rasio ini menunjukkan

kemampuan

perusahaan membayar kewajiban jangka pendek.

Kelemahan yaitu tidak menggunakan rasio net profit before taxes terhadap current liabilities sehingga tidak dapat mengetahui kemampuan laba sebelum pajak dalam membayar kewajiban lancar.

53

Springate Kelebihan model springate yaitu

menggunakan rasio net profit before taxes terhadap current liabilities dimana dengan rasio ini dapat mengetahui

kemampuan laba sebelum pajak dalam membayar kewajiban lancar.

Kelemahan metode ini yaitu tidak

menggunakan current ratio padahal rasio ini menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Alasan peneliti untuk mengetahui potensi financial distress pada bank BNI periode 2018-2021 menggunakan rasio ROA dan CAR dikarenakan rasio ROA merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Kemudian Rasio CAR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal bank dalam menghadapi resiko-resiko yang mungkin akan timbul dalam operasional bank. Hasil perhitungan Rasio ROA dan CAR pada bank BNI periode 20118-2021 sebagai berikut :

Tabel 4.8 Hasil ROA dan CAR bank BNI tahun 2018- 2021 Tahun / Hasil

Penelitian 2018 2019 2020 2021

ROA 2% 2% 1% 1%

CAR 19% 20% 17% 20%

Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Bank BNI tahun 2018-2021 Berdasarkan Tabel diatas rasio ROA dari tahun ke tahun sudah sangat baik, dengan demikian bank dapat diartikan memiliki kemampuan

dalam menghasilkan laba baik. Pada tahun 2018 dan 2019 rasio ROA yang dihasilkan sebesar 2%, kemudian tahun 2020 dan 2021 rasio ROA bank BNI mengalami penurunan yaitu hanya 1% di masing masing tahun mengingat adanya Covid-19 sepanjang tahun 2020 dan 2021. Akan tetapi hasil rasio ROA menunjukkan bahwa tidak terdapat potensi adanya financial distress pada Bank BNI.

Rasio CAR yang diperoleh berdasarkan penelitian yang tertuang dalam tabel 4.7 secara keseluruhan dari tahun 2018 hingga 2021 sudah lebih tinggi dari 12%. Dimana pada hasil siginifikan tertinggi dihasilkan pada tahun 2019 dan tahun 2021 yaitu sebesar 20%. Hasil rasio CAR terendah pada tahun 2018 yaitu sebesar 17%. Hasil rasio CAR pada bank BNI berada diatas 12% yang berarti bahwa bank sangat sehat dalam mengelola resiko keuangannya. Meski terdapat Covid-19 sepanjang tahun 2020 dan 2021 bank BNI mampu memanajemen resiko keuangan dengan baik sehingga tidak memunculkan potensi financial distress.

C. Analisis dan Pembahasan

1. Rasio Non Performing Ratio (NPL)

Berdasarkan hasil penelitian rasio NPL pada tabel 4.2 mengalami penurunan kualitas mulai dari tahun 2020 dari pada dua tahun sebelumnya.

Ini berarti pada tahun 2020 dan 2021 angka kredit bermasalah mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, juga nilai kredit yang tidak juga naik secara signifikan sehingga menyebabkan nilai NPL mengalami kenaikan. Semakin rendahnya nilai NPL menunjukkan bahwa bank

55

memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah kredit yang belum lancar, meragukan, atau macet. Ini berarti bahwa upaya manajemen dalam mengelola tingkat pengumpulan kredit dan mempertahankan kualitas kredit telah semakin baik dari tahun ke tahun, dan memberikan hasil yang positif. Hal ini juga menunjukkan bahwa bank mampu menghasilkan pertumbuhan kredit yang berkualitas, bukan hanya pertumbuhan kredit yang tinggi secara jumlah. 45

Pada tahun selanjutnya, yaitu tahun 2019 juga mengalami hal yang sama, nilai NPL bertahan sangat sehat di tahun tersebut, artinya, strategi yang dilakukan bank BNI masih sangat potensial untuk dikaji dan dilakukan kembali. Kemudian di tahun 2020 nilai NPL mengalami kenaikan sebesar 1% sehingga menjadi 2% di tahun tersebut. Hal ini tidak jauh dari efek pandemi Covid-19 yang mengakibatkan berkurangnya aktivitas ekonomi masarakat. sehingga mempengaruhi besarnya nilai kredit bermasalah di tahun tersebut. Penurunan permintaan kredit disebabkan oleh kondisi ekonomi yang melemah akibat dampak pandemi Covid-19. Bank juga mengadopsi sikap yang lebih berhati-hati dalam mengendalikan risiko kredit yang bermasalah.46

Meskipun hasil NPL bank BNI mengalami penurunan di tahun 2020 dan 2021, hasil tersebut masih tergolong perbankan yang memiliki kulaitas

45 Syam, F. 2022. “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Govermance, Earning, Capital) pada Bank Umum BUMN yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021”. Skripsi. Universitas Muahammadiyah Makassar.

46 Saparinda, R.W. 2021. “Dampak pandemi covid–19 terhadap kinerja keuangan perbankan (studi empiris pada PT. Bank Negara Indonesia Persero tbk)”. Jurnal Edukasi (Ekonomi, Pendidikan dan Akuntansi). 9(2):131-138.

Dokumen terkait