• Tidak ada hasil yang ditemukan

STABILITAS MINIMUM 600 KG

4.4.4. Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan Limbah Ampas Kopi 40% Pada Campuran Beton Aspal Panas HRS-WC

Hasil pengujian campuran benda uji pada alat pengujian marshall akan diperoleh hasil-hasil parameter Marshall sebagai berikut :

a. Kepadatan

Nilai kepadatan campuran beton aspal lapis aus HRS-WC dengan penambahan limbah ampas kopi 40%, dapat dilihat pada gambar 4.11 untuk campuran beton aspal lapis aus HRS-WC pada kondisi kadar aspal optimum.

V-31

Gambar 4.11 Diagram hubungan variasi kadar limbah ampas kopi 40%

terhadap kepadatan pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa penambahan kadar limbah ampas kopi 40% mengalami penurunan tidak signifikan. Benda uji normal kepadatannya 2.23 sedangkan benda uji dengan penambahan limbah ampas kopi yang tidak direndam dan dengan penambahan limbah ampas kopi yang direndam selama 3 hari nilainya sama yaitu 2.24, mengalami penurunan pada hari ke 7 dan hari ke 14 nilainya sama yaitu 2.22.

b. Stabilitas Minimum 600 Kg

Hasil pengujian stabilitas dengan berbagai variasi kadar limbah ampas kopi 40% pada kadar aspal optimum diperlihatkan pada gambar 4.12

2.23 2.24 2.24 2.23 2.22

2.00 2.10 2.20 2.30 2.40

KEPADATAN

Variasi Perendaman

KEPADATAN KADAR LIMBAH AMPAS KOPI 40%

KAO

Tidak direndam 3 hari

7 hari 14 hari

V-32

Gambar 4.12 Diagram hubungan variasi kadar limbah ampas kopi 40%

terhadap Stabilitas pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.12 diatas menunjukkan bahwa nilai stabilitas mengalami penurunan seiring bertambahnya waktu perendaman. Nilai stabilitas tanpa penambahan kadar limbah ampas kopi yaitu 1435.37 Kg, kemudian mengalami penurunan pada benda uji yang tidak direndam sebesar 1495.36 Kg, pada hari ke 3 dengan penambahan kadar limbah ampas kopi nilainya yaitu 1456.62 Kg, pada perendaman hari ke 7 yaitu 1123.46 Kg, dan pada perendaman hari ke 14 yaitu 914.26 Kg hal ini disebabkan karena semakin lama perendaman daya lekat antara aspal dan agregat semakin berkurang.

c. Pelelehan (Flow)

1435.37 1495.36 1456.62

1123.46 914.26

400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 1400.00 1600.00 1800.00 2000.00

Stabilitas (600 Kg)

Variasi Perendaman

GRAFIK STABILITAS KADAR LIMBAH AMPAS KOPI 40%

KAO

Tidak direndam 3 hari 7 hari 14 hari

V-33

Grafik nilai Flow campuran HRS-WC untuk berbagai variasi limbah ampas kopi 40% yang ditambahkan pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.13

Gambar 4.13 Diagram hubungan variasi kadar limbah ampas kopi 40%

terhadap flow pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.13 menunjukkan bahwa penambahan variasi penambahan limbah ampas kopi 40% kedalam campuran yang tidak direndam dan variasi perendaman 3, 7, 14 hari menyebabkan nilai Flow meningkat hal ini dikarenakan limbah ampas kopi yang ditambahkan ke dalam campuran yang direndam mempengaruhi aspal sehingga membuat campuran lunak dan titik lembek meningkat maka nilai stabilitasnya akan turun. Nilai flow tanpa penambahan kadar limbah ampas kopi yaitu 4.10 mm, kemudian benda uji yang ditambahkan limbah ampas kopi tanpa perendaman yaitu 3.40 mm sedangkan yang direndam pada hari ke 3 yaitu 4.20 mm, dan pada hari ke 7 yaitu 5.40 mm, dan pada hari ke 14 yaitu 6.40 mm.

4.10

3.40

4.20

5.40

6.40

2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

Flow (mm)

Variasi Perendaman

GRAFIK FLOW KADAR LIMBAH AMPAS KOPI 40%

KAO

Tidak direndam 3 hari 7 hari 14 hari

V-34

d. Rongga Dalam Campuran (VIM) 4.0%– 6.0%

Grafik nilai VIM campuran HRS-WC untuk variasi limbah ampas kopi 40% pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.14

Gambar 4.14 Diagram hubungan variasi kadar limbah ampas kopi 40%

terhadap VIM pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.14 menunjukkan bahwa variasi limbah ampas kopi 40%

ke dalam campuran yang tidak direndam yaitu 5.17% dan yang direndam pada hari ke 3 yaitu 5.47%, pada perendaman hari ke 7 mengalami kenaikan yaitu 5.88%, dan pada hari ke 14 yaitu 6.32%. Semakin tinggi nilai VIM maka semakin berkurangnya penguncian antar agregat karena semakin banyak rongga udara yang terdapat dalam campuran.

5.73

5.17 5.47 5.88

6.32

2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

VIM (4.00-6.00 %)

Variasi Perendaman

GRAFIK VIM KADAR LIMBAH AMPAS KOPI 40%

KAO

Tidak direndam 3 hari

7 hari 14 hari

V-35

e. Rongga Dalam Agregat (VMA) Minimum 18%

Grafik nilai VMA campuran HRS-WC untuk kadar limbah ampas kopi pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.15 sebagai berikut.

Gambar 4.15 Diagram hubungan variasi kadar limbah ampas kopi 40%

terhadap VMA pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°c.

Dari gambar 4.15 menunjukkan bahwa penambahan variasi limbah ampas kopi yang tidak direndam yaitu 18.10% mengalami kenaikan pada hari ke 3 yaitu 18.42% kemudian pada hari ke 7 yaitu 18.70%, dan hari ke 14 yaitu 18.95%. Hal ini disebabkan karena semakin lama campuran terendam maka kondisinya akan semakin jenuh dan nilai selimut aspal menjadi semakin turun/menipis yang menyebabkan rongga dalam butiran agregat meningkat.

f. Rongga Terisi Aspal (VFB) Minimum 68%

Grafik nilai VMA campuran HRS-WC untuk kadar limbah ampas kopi pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.16 sebagai berikut :

18.50

18.10 18.42 18.70 18.95

14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00

VMA MIN 18 %

Variasi Perendaman

GRAFIK VMA KADAR LIMBAH AMPAS KOPI 60%

KAO

Tidak direndam 3 hari

7 hari 14 hari

V-36

Gambar 4.16 Diagram hubungan variasi kadar limbah ampas kopi 40%

terhadap VFB pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.16. menunjukkan bahwa. Nilai VFB tanpa penambahan limbah ampas kopi yaitu 69.00%, kemudian mengalami kenaikan pada benda uji yang tidak direndam sebesar 71.36% sedangkan pada perendaman hari ke 3 turun yaitu 70.36%, pada hari ke 7 mengalami penurunan yaitu 70.05%, dan pada hari ke 14 yaitu 69.24%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama direndam maka volume pori briket yang terisi aspal akan semakin menurun dan rongga udara dalam campuran semakin banyak.

g. Marshall Quotient

Marshall Quotient merupakan indikator terhadap kekuatan campuran secara empiris. Nilai MQ variasi limbah ampas kopi pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.17

69.00

71.36

70.36 70.05

69.24

66.00 68.00 70.00 72.00 74.00 76.00 78.00

VFB MIN 68 %

Variasi Perendaman

GRAFIK VFB KADAR LIMBAH AMPAS KOPI 40%

KAO

Tidak direndam 3 hari 7 hari 14 hari

V-37

Gambar 4.17 Diagram hubungan variasi kadar limbah ampas kopi 40%

terhadap nilai MQ pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dilihat dari tabel diatas bahwa penambahan limbah ampas kopi 40% dari kadar aspal yang tidak direndam dan direndam 3 hari mengalami penurunan namun masih mencapai batas spesifikasi. Pada perendaman hari ke 7 sebesar 209.73 Kg/mm dan hari ke 14 yaitu 143.57 Kg/mm sudah tidak masuk batas spesifikasi jika nilai MQ dibawah 250 kg/mm mengakibatkan perkerasan mudah mengalami bleeding, rutting, atau washboaring. Hal ini disebabkan karena kohesi atau daya lekat dalam aspal menurun akibat oksidasi selama direndam dalam air.

362.08

446.80

349.65

209.73

143.57 100.00

150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 450.00 500.00

MARSHALL QUOTIENT MIN 250 KG/MM

Variasi Perendaman

MQ KADAR LIMBAH AMPAS KOPI 40%

KAO

Tidak direndam 3 hari 7 hari 14 hari

V-38

4.4.5. Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan Limbah Ampas