• Tidak ada hasil yang ditemukan

STABILITAS MINIMUM 600 KG

KAO 7 Tanpa Perendaman

4.4.11. Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan Limbah ampas kopi Pada Campuran Beton Aspal Panas HRS-WC dengan

V-75

Dari gambar diatas terlihat bahwa variasi kadar limbah ampas kopi menyebabkan nilai Marshall Quotient juga menurun. Nilai MQ tanpa penambahan kadar limbah limbah ampas kopi yaitu 362.08 Kg/mm, kemudian mengalami kenaikan pada penambahan kadar limbah limbah ampas kopi 20% yaitu 394.35 Kg/mm, pada kadar limbah ampas kopi 40% nilainya 394.65 Kg/mm, pada kadar limbah ampas kopi 60% nilainya adalah 317.73 Kg/mm, pada kadar limbah ampas kopi 80% adalah 271.18 Kg/mm, dan pada kadar limbah ampas kopi 100% nilainya dibawah spesifikasi yaitu 244.84 Kg/mm. Hal ini dikarenakan semakin banyak penambahan limbah ampas kopi kohesi atau daya tarik dalam aspal menurun, selain itu juga kemungkinan adhesi atau ikatan antara aspal dan agregat menurun.

4.4.11. Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan Limbah ampas

V-76

Gambar 4.53 Diagram hubungan variasi Perendaman 7 hari terhadap kepadatan pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.53 dapat dilihat bahwa variasi kadar limbah ampas kopi kedalam campuran 20%, 40%,dan 60% nilainya sama yaitu 2.23, sedangkan turun pada campuran 80% dan 100% nilainya sama 2.22. Hal ini disebabkan belum dilakukannya pembebanan.

b. Stabilitas Minimum 600 Kg

Hasil pengujian stabilitas dengan berbagai variasi limbah ampas kopi pada kadar aspal optimum diperlihatkan pada gambar 4.54

2.23 2.23 2.23 2.23 2.22 2.22

2.00 2.10 2.20 2.30 2.40 2.50

Kepadatan

Variasi Limbah Ampas Kopi(%)

Grafik Kepadatan Perendaman 7 Hari

KAO 20%

40%

60%

80%

100%

1435.37

1162.20 1123.46 1069.22

1007.24 968.50

400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 1400.00

Stabilitas (600 Kg)

Variasi Limbah Ampas Kopi (%)

Grafik Stabilitas Perendaman 7 Hari

KAO 20%

40%

60%

80%

100%

Bts.

Spesifikasi

V-77

Gambar 4.54 Diagram hubungan variasi perendaman 7 hari terhadap Stabilitas pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.54 diatas menunjukkan bahwa Stabilitas campuran yang menggunakan variasi limbah ampas kopi kedalam campuran yang direndam 7 hari cenderung mengalami penurunan. Penambahan kadar limbah ampas kopi 20% dari kadar aspal di peroleh nilai stabilitas 1162.20 Kg, pada kadar limbah ampas kopi 40% nilainya 1123.46 Kg, pada kadar limbah ampas kopi 60% nilainya 1069.22 Kg, pada kadar limbah ampas kopi 80% nilainya 1007.24 Kg, pada kadar limbah ampas kopi 100% yaitu 968.50 Kg. Namun masih berada dalam batas spesifikasi hal ini disebabkan karena semakin banyak kadar limbah ampas kopi yang ditambahkan kedalam campuran akan mengurangi daya rekat aspal.

c. Pelelehan (Flow)

Grafik nilai Flow campuran HRS-WC untuk variasi limbah ampas kopi pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.55

4.10

4.85 5.40

5.75 5.85 6.10

2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50

Flow (mm)

Variasi Limbah Ampas Kopi (%)

Grafik Flow Perendaman 7 Hari

KAO 20%

40%

60%

80%

100%

V-78

Gambar 4.55 Diagram hubungan Variasi perendaman 7 hari terhadap flow pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.55 menunjukkan bahwa penambahan variasi penambahan limbah ampas kopi ke dalam campuran yang direndam 7 hari mengalami kenaikan seiring bertambahnya kadar limbah limbah ampas kopi. Nilai flow tanpa penambahan kadar limbah limbah ampas kopi yaitu 4.10 mm. kemudian mengalami peningkatan pada penambahan kadar limbah ampas kopi 20% yaitu 4.85 mm, pada kadar limbah ampas kopi 40% adalah 5.40 mm, pada penambahan kadar limbah ampas kopi 60% adalah 5.75 mm, pada penambahan kadar limbah ampas kopi 80%

adalah 5.85 mm, dan pada penambahan kadar limbah ampas kopi 100%

yaitu 6.10 mm.

d. Rongga Dalam Campuran (VIM) 4.0%– 6.0%

Namun nilai VIM yang terlalu kecil dapat mengakibatkan keluarnya aspal ke permukaan. Grafik nilai VIM campuran AC-WC untuk berbagai variasi kadar limbah ampas kopi pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.56

5.73 5.82 5.88 5.97 6.02 6.19

2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

VIM (4.0-6.0 %)

Variasi Limbah Ampas Kopi (%) Grafik VIM Perendaman 7 Hari

KAO 20%

40%

60%

80%

100%

Bts.

Spesifikasi

V-79

Gambar 4.56 Diagram hubungan variasi perendaman 7 hari terhadap VIM pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.56 menunjukkan bahwa Nilai VIM tanpa penambahan kadar limbah limbah ampas kopi yaitu 5.73%, kemudian mengalami kenaikan pada penambahan kadar limbah ampas kopi 20% yaitu 5.82%, pada kadar limbah ampas kopi 40% nilai VIM adalah 5.88%, pada kadar limbah ampas kopi 60% nilai yang diperoleh adalah 5.97%, pada kadar limbah ampas kopi 80% nilainya 6.02%, dan pada kadar limbah ampas kopi 100% yaitu 6.19 semuanya masuk dalam batas spesifikasi. Hal ini disebabkan rongga dalam campuran tidak mengalami perubahan karena belum dilakukan pembebanan.

e. Rongga Dalam Agregat (VMA) Minimum 18%

Nilai minimum rongga dalam mineral agregat adalah untuk menghindari banyaknya rongga udara yang menyebabkan material menjadi berpori. Rongga pori dalam agregat tergantung pada ukurann butir, susunan, bentuk, dan metode pemadatan.

Grafik nilai VMA campuran HRS-WC untuk berbagai variasi limbah ampas kopi pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.57

V-80

Gambar 4.57 Diagram hubungan variasi perendaman 7 hari terhadap VMA pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Gambar diatas menunjukkan pada penambahan kadar limbah ampas kopi 20% dari kadar aspal nilai yang diperoleh 18.57%, pada penambahan kadar limbah ampas kopi 40% nillai VMA 18.63%, pada penambahan kadar limbah ampas kopi 60% nilai VMA 18.70%, pada penambahan kadar limbah ampas kopi 80% nilainya 18.75%, dan pada penambahan kadar limbah ampas kopi 100% yaitu 18.89%. Hal ini disebabkan karena semakin banyak limbah ampas kopi maka akan menghalangi aspal untuk mengisi rongga dalam campuran.

f. Rongga Terisi Aspal (VFB) Minimum 68%

18.50 18.57 18.63 18.70 18.75 18.89

14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00

VMA (%)

Variasi Limbah Ampas Kopi (%) Grafik VMA Perendaman 7 Hari

KAO 20%

40%

60%

80%

100%

V-81

Gambar 4. 58 Diagram hubungan variasi perendaman 7 hari terhadap VFB pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.58 nilai VFB tanpa penambahan kadar limbah limbah ampas kopi yaitu 69.00%, kemudian mengalami penurunan pada penambahan limbah ampas kopi 20% nilainya adalah 69.70%, pada kadar limbah ampas kopi 40% nilainya 70.05%, pada kadar limbah ampas kopi 60% nilainya adalah 68.13%, pada kadar limbah ampas kopi 80% nilainya 68.31%, dan pada kadar limbah ampas kopi 100% yaitu 68.14%. Hal ini karena rongga dalam agregat semakin meningkat maka tebal selimut aspal akan semakin menurun

69.00 69.70 70.05

68.13 68.31 68.14

60.00 62.00 64.00 66.00 68.00 70.00 72.00

VFB (%)

Variasi Limbah Ampas Kopi(%) Grafik VFB Perendaman 7 Hari

KAO 20%

40%

60%

80%

100%

Bts.

Spesifikasi

V-82 g. Marshall Quotient

Gambar 4.59 Diagram hubungan variasi perendaman 7 hari terhadap nilai MQ pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Gambar diatas menunjukkan penurunan nilai Marshall Quotient pada campuran aspal dikarenakan nilai MQ sebanding dengan nilai stabilitas, dimana nilai stabilitas pada campuran aspal juga menurun dengan semakin lama terendam dalam air. Penurunan nilai MQ ini mengindikasikan kemampuan campuran aspal dalam merespon beban yang diberikan menurun. Hal ini disebabkan karena kohesi atau gaya tarik menarik dalam aspal menurun akibat oksidasi selama direndam dalam air, selain itu juga adhesi atau ikatan antara aspal dan agregat menurun.

362.08

240.92 209.73

185.25

172.63 163.10

100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

Marshall Quotient (Min 250 Kg/mm)

Variasi Limbah Ampas Kopi (%) Grafik Marshall Quotient Perendaman 7 Hari

KAO 20%

40%

60%

80%

100%

Bts.

Spesifikasi

V-83

4.4.12. Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan Limbah ampas