• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Bank Dengan Menggunakan Rasio CAMEL

Dalam dokumen BERAWAL DARI KEMAUAN YANG KUAT (Halaman 44-62)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

C. Analisis Kinerja Bank Dengan Menggunakan Rasio CAMEL

g. Laporan sumber dan penggunaan dana qard h. Catatan-catatan laporan keuangan

i. Pernyataan, laporan dan data lain yang membantu dalam menyediakan informasi yang diperlukan oleh para pemakai laporan keuangan sebagaimana ditentukan di dalam statement of objective.

nasabah (deposan) pada saat ditarik dengan menggunakan alat likuid yang dimilikinya. Menurut ketentuan Bank Indonesia, alat likuid terdiri atas uang kas ditambah dengan rekening giro bank yang disimpan pada Bank Indonesia.

Cash ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Reserve Requirement

Reserve requirement atau lebih dikenal juga dengan likuiditas wajib minimum adalah suatu simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia bagi semua bank. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.23/17/13PPP tanggal 28 Februari, besarnya Reserve requirement (RR) adalah 2 %. Terhitung sejak tanggal Februari 1996, besarnya RR adalah 3 % dan sejak tahun 1997 menjadi 5 %. Untuk mengetahui besarnya. Reserve requirement dapat menggunakan perbandingan sebagai berikut :

b. Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

c. Loan to Asset Ratio

Loan to asset ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

3. Analisis Rasio Rentabilitas

Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank.

Dalam perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antarpos, yang terdapat pada laporan laba rugi ataupun hubungan timbal balik antarpos, yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.

Beberapa rasio rentabilitas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain adalah sebagai berikut :

a. Return on Assets (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank, terdapat perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL, laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak.

b. Return on Equity (ROE)

Rasio ini menunjukkan berapa persen laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar rasio ini semakin bagus.

Rasio ini dirumuskan :

Perlu dicatat disini, bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya return on assets (ROA) dan tidak memasukkan unsure return on equity

(ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat.

c. Rasio Maya (Beban) Operasional

Rasio biaya operasional adalh perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.

Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga.

d. Net Profit Margin (NPM) Ratio

Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

4. Analisis Rasio Solvabilitas

Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuiditas bank. Disamping itu, rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai utang (jangka pendek atau jangka panjang) serta sumber- sumber lain diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank.

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai beikut :

b. Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang- utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri. Dengan kata lain, rasio ini mengukur seberapa besar total pasiva yang terdiri atas persentase modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya utang.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

c. Long Term Debt to Assets Ratio

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai seluruh aktiva bank yang dibiayai atau dananya diperoleh dari sumber-sumber utang jangka panjang. Dalam bisnis perbankan, utang jangka panjang ini biasanya diperoleh dari simpanan masyarakat dengan jatuh tempo diatas satu tahun, dana pinjaman dari bank lain dalam rangka kerja sama antar bank, pinjaman luar negeri (biasanya dalam valuta asing), pinjaman dari Bank Indonesia serta pinjaman dari pemegang saham.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

D. Kesehatan Bank

Kesehatan merupakan hal yang paling penting didalam berbagai bidang

kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi sehat akan meningkatkan gairah kerja dan kemampuan kerja serta kemampuan lainnya.

Perbankan juga harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalm melayani para nasabahnya. Bank yang tidak sehat bukan hanya membahayakan dirinya sendiri, akan tetapi pihak lain. Penilaian kesehatn bank amat penting disebabkan karena bank mengelola dana masyarakat yang dipercayakan pada bank.

Masyarakat pemilik dana dapat saja menarik dana yang dimilikinya setiap saat dan bank harus sanggup mengembalikan dana yang dipakainya jika ingin tetap dipercaya oleh nasabahnya.

Standar untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia. Kepada bank-bank diharuskan membuat laporan yang bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu. Dari laporan tersebut dipelajari dan dianalisis, sehingga dapat diketahui kondisi suatu bank. Dengan diketahui kondisi kesehatannya akan memudahkan bank itu sendiri untuk memperbaiki kesehatannya.

Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap periode. Dalam setiap penilaian ditentukan kondisi suatu bank. Bagi bank ynag sudah dinilai sebelumnya dapat pula dinilai apakah ada peningkatan atau penurunan kesehatannya. Bagi bank yang menurut penilaian sehat atau kesehatannya terus meningkat tidak jadi masalah, karena itulah yang diharapkan, dan supaya tetap dipertahankan tingkat

kesehatannya. Akan tetapi, bagi bank yang terus-menerus tidak sehat, maka harus mendapat pengarahan atau bahkan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku (Kasmir, 2012 : 46).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati- hatian.

Bersarkan ketentuan dalam Undang-Undang tentang Perbankan tersebut, Bank Indonesia sebagai otoritas yang bertugas dalam mengatur dan mengawasi bank mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia dalam PBI No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia dalam SE No. 3/30/DPNP/2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia. Metode atau cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut kemudian dikenal sebagai Metode CAMEL.

Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kategori yaitu : sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, namun sistem pemberian nilai dalam menetapkan tingkat kesehatan bank dengan nilai kredit antara 0 sampai dengan 100, yakni sebagai berikut :

Tabel 2.

Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank Nilai Kredit Predikat

81 – 100 Sehat

66 – <81 Cukup Sehat 51 – <66 Kurang Sehat

0 <51 Tidak Sehat

Sumber : Kasmir (2012 : 51).

E. Metode CAMEL

Menurut Kasmir (2012 : 48), salah satu alat ukur yang utama yang digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama analisis CAMEL. Analisis ini terdiri dari Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity.

1. Capital

Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu Bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (Capital Adequacy Rasio) yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko.

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Sanksi bagi bank yang tidak memenuhi CAR 8%, di samping diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan bank, juga akan dikenakan sanksi dalam rangka pengawasan dan pembinaan bank.

Nilai kredit dihitung sebagai berikut :

a. Untuk CAR = 0% atau negative, nilai kredit = 0

b. Untuk setiap kenaikan 0,1%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100

Penilaian rasio CAR dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika rasio yang didapat mencapai 8% atau lebih, maka dapat dihitung sebagai berikut :

Keterangan: NK = Nilai Kredit Rd = Rasio yang dicapai

Jika rasio yang dicapai kurang dari 8%, maka dapat dihitung sebagai berikut:

Keterangan: NK = Nilai Kredit Rd = Rasio yang dicapai

Bobot CAMEL untuk CAR adalah 25 %.

2. Assets

Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki Bank. Rasio yang diukur ada 2 macam yaitu :

a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif

b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan.

Pada aspek kualitas aktiva produktif merupakan penilaian jenis aktiva yang dimiliki bank, yaitu dengan cara membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) dengan aktiva produktif (AP).

Batasan maksimum yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia adalah 15,5%.

Adapun metode penilaian kualitas aktiva produktif (KAP) dapat dilakukan sebagia berikut :

Nilai kredit rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan dihitung dengan cara :

1. untuk BDR = 15,5% atau lebih, nilai kredit = 0

2. Untuk setiap penurunan 0,15%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

Penilaian rasio KAP dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Keterangan: NK = Nilai Kredit Rd = Rasio yang dicapai

Bobot CAMEL untuk KAP adalah 30%.

3. Management

Penilaian didasarkan kepada manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas dan manajemen umum. Kualitas manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul melalui kebijakan- kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target. Keberhasilan dari manajemen bank didasarkan pada penilaian kualitatif terhadap manajemen yang mencakup beberapa komponen. Manajemen bank dapat diklasifikasikan sebagai sehat apabila sekurang-kurangnya telah memenuhi 81% dari seluruh aspek tersebut.

Bank Indonesia telah menyusun pertanyaan untuk menilai kemampuan manajemen yang terdiri dari :

Tabel 3.

Penilaian Kemampuan Manajemen

Aspek manajemen yang dinilai Bobot CAMEL Manajemen permodalan

Manajemen Aktiva Manajemen umum Manajemen rentabilitas Manajemen likuiditas Total bobot CAMEL :

2,5%

5,0%

12,5%

2,5%

2,5%

25,5%

Sumber Manajemen Perbankan (2009 : 148)

Setiap pertanyaan yang dijawab “ya” (positif) oleh pihak manajemen bank umum, bank tersebut memperoleh nilai kredit sebesar 0,4%. Hasil penjumlahan setiap jawban positif akan menentukan nilai kredit dalam komponen CAMEL. Selanjutnya, angka nilai kredit ini dikalikan dengan bobot CAMEL untuk manajemen (25%) sehingga diperoleh nilai CAMEL untuk manajemen.

Akan tetapi pengukuran tersebut sulit dilakukan karena akan terkait dengan unsur kerahasiaan bank, maka dalam penelitian ini aspek manajemen diproyeksikan dengan profit margin dengan pertimbangan rasio ini menunjukkan bagaimana manajemen mengelola sumber-sumber maupun penggunaan atau alokasi dana secara efisien.

Penggunaan Net Profit Margin (NPM) juga erat kaitannya dengan aspek-aspek manajemen yang dinilai, baik dalam manajemen umum maupun manajemen risiko, dimana Net Income dalam aspek manajemen umum mencerminkan pengukuran hasil dari startegi keputusan yang dijalankan dan dalam tekniknya dijabarkan dalam bentuk sistem pencatatan, pengamanan, dan pengawasan dari kegiatan operasional bank dalam upaya memperoleh operating income yang optimum. Sedangkan net income dalam manajemen risiko likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum, dan risiko pemilik dari kegiatan operasional bank, untuk memperoleh operating income yang optimum. Dapat juga dikatakan net profit margin mencerminkan tingkat efektifitas yang dapat dicapai oleh usaha operasional bank, yang terkait dengan hasil akhir dari

berbagai kebijaksanaan dan keputusan yang telah dilaksanakan oleh bank dalam periode berjalan.

Aspek manajemen yang diproyeksikan dengan net profit margin yang dirumuskan sebagai berikut :

Karena aspek manajemen diproyeksikan dengan profit margin dengan pertimbangan rasio ini menunjukkan bagaimana manajemen mengelola sumber-sumber maupun penggunaan dana secara efisien, sehingga nilai rasio yang diperoleh langsung dikalikan dengan nilai bobot CAMEL sebesar 25%.

4. Earning

Penilaian didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yaitu melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada 2 macam yaitu :

1) Rasio laba terhadap total asset (Return on Assets)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari total asset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam bermasalah semakin kecil.

Batasan minimum ROA yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia adalah 1%. Apabila sebuah bank mempunyai ROA lebih besar dari 1,5% maka bank tersebut dapat dikatakan produktif mengelola aktiva sehingga menghasilkan laba. Perhitungannya dilakukan sebagai berikut :

a. Untuk ROA sebesar 100% atau lebih, nilai kredit = 0

b. Untuk setiap kenaikan 0,015%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

Selanjutnya nilai kredit ini dikalikan dengan bobot CAMEL untuk ROA (5%) sehingga menghasilkan nilai CAMEL untuk komponen ROA tersebut. Penilaian ROA dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Keterangan : NK = Nilai Kredit Rd = Rasio yang dicapai

2) Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Batasan minimum BOPO yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia adalah lebih kecil dari 100%. Nilai Kredit dapat dihitung sebagai berikut :

a. Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0.

b. Untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

Selanjutnya nilai kredit tersebut dikalikan dengan bobot CAMEL untuk rasio BOPO (5%). Penilaian rasio BOPO dapat dilakukan dengan ketentuan seabagai berikut :

Keterangan : NK = Nilai Kredit Rd = Rasio yang dicapai

5. Liquidity

Yaitu untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank didasarkan pada rasio yaitu :

1) Rasio antara kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima oleh Bank.

Rasio ini adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan dengan dana yang diterima oleh bank. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Batasan kewajaran angka LDR adalah di bawah 115% yang

berarti jumlah kredit yang disalurkan sama dengan jumlah dana masyarakat yang berhasil dihimpun bank. Bila angka LDR melambung di atas 115% maka bank tesebut mengobral kredit sehingga sebagian dananya di dapat dari pinjaman bank-bank dan dari pihak lain. Nilai kredit LDR dihitung sebagai berikut :

a. Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih, nilai kredit = 0.

b. Untuk rasio LDR dibawah 110%, nilai kredit = 100.

Selanjutnya, nilai kredit tersebut dikalikan dengan bobot CAMEL untuk rasio LDR (10%). Penilaian rasio LDR dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

Keterangan : NK = Nilai Kredit Rd = Rasio yang dicapai

F. Kerangka Pikir

Laporan keuangan bank syariah yang menyajikan informasi yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang merupakan hasil dari proses akuntansi selama periode akuntansi dari suatu entitas. Untuk menentukan kondisi suatu bank, biasanya menggunakan sebagai alat ukur. Salah satu alat ukur yang utama yang digunakan untuk menenukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama Analisis CAMEL, yang terdiri dari capital, asset, management earning, dan liquidity. Untuk lebih

memberikan gambaran mengenai kerangka penelitian ini lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut ini:

Gambar 1.

Model kerangka Pikir

Dalam dokumen BERAWAL DARI KEMAUAN YANG KUAT (Halaman 44-62)

Dokumen terkait