• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kualitatif

Dalam dokumen MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Halaman 52-58)

WINDA WULANDARI

B. Analisis Kualitatif

kategori sangat tinggi. Ini berarti bahwa pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a-match dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan himpunan di kelas VII SMP Ahmad Yani Makassar.

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, dapat dilihat bahwa sekitar 90% siswa hadir pada setiap pertemuan, dan dari 90% siswa yang hadir ada sekitar 14,44% siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran, 7,77% siswa dapat menjawab pertanyaan guru, ada sekitar 6,66% siswa yang memberi bantuan kepada siswa dan kelompoknya, 85,55% siswa yang mengerjakan PR, dan masih ada sekitar 16,66% siswa yang melakukan kegiatan lain.

b) Siklus II

Pada Siklus I, keaktifan siswa dapat dilihat pada lembar observasi yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2 Keaktifan Siswa pada Siklus II

NO KOMPONEN YANG DIAMATI

PERTEMUAN

RATA - RATA

%

I II III

1 Banyaknya siswa yang hadir pada saat

pembelajaran. 29 29 30 29,33 97,77

2 Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada

guru pada saat penyajian materi pelajaran. 2 4 3 3 10 3 Siswa yang menjawab pertanyaan dari guru.

3 2 4 3 10

4 Siswa yang memberi bantuan kepada siswa

dan kelompok. 3 2 3 2,66 8,88

5. Siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah

(PR). 29 28 30 29 96,66

6. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut,

bermain,dll). 3 2 2 2,33 7,77

Berdasarkan Tabel 5.2 di atas, dapat dilihat bahwa sekitar 97,77% siswa hadir pada setiap pertemuan, dan dari 97,77% siswa yang hadir ada sekitar 10% siswa

yang mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran, 10% siswa dapat menjawab pertanyaan guru, ada sekitar 8,88% siswa yang memberi bantuan kepada siswa dan kelompoknya, 96,66% siswa yang mengerjakan PR, dan masih ada sekitar 7,77%

siswa yang melakukan kegiatan lain.

2. Refleksi terhadap Pelaksanaan Tindakan dalam Proses Belajar Mengajar Matematika.

a) Siklus I

Sebelum proses pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a-match dimulai, proses pembelajaran diawali dengan pengenalan model pembelajaran yang akan dipakai dalam pembelajaran yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a-match. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a-match diawal proses belajar mengajar sudah memikat perhatian dari siswa, karena model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini memiliki karakteristik yang istimewa seperti permainan mencari pasangan yang membuat para siswa merasa penasaran dengan pasangan kartu yang mereka punya.

Hal ini ditunjukkan dengan perubahan sikap siswa yang tadinya acuh, ribut, dan mengganggu siswa yang lain menjadi sangat berantusias dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a- match ini. Proses pembelajaran pada Siklus I berlangsung selama empat kali pertemuan, dimana pada pertemuan pertama siswa yang hadir sebanyak 26 siswa.

Pada pertemuan kedua jumlah siswa yang hadir sebanyak 27 siswa dan 3 siswa tidak hadir, pada pertemuan ketiga siswa yang hadir sebanyak 28 siswa. Pada pertemuan keempat siswa yang hadir sebanyak 28 siswa.

Pada awal pertemuan siklus I, belum menampakkan adanya kemajuan, tetapi menjelang akhir pertemuan Siklus I sudah menampakkan adanya kemajuan. Hal ini terlihat dengan semakin kurangnya siswa yang ribut dan mengganggu siswa lain, antusiasme siswa untuk bertanya tentang materi pelajaran, dan tumbuhnya rasa percaya diri siswa dengan adanya siswa yang berani mengangkat tangan untuk mengerjakan soal-soal latihan/ lembar kerja siswa di papan tulis.

b) Siklus II

Proses pembelajaran pada Siklus II berlangsung selama tiga kali pertemuan, dimana pada pertemuan pertama siswa yang hadir sebanyak 29 siswa.

Pada pertemuan kedua jumlah siswa yang hadir sebanyak 29 siswa, pada pertemuan ketiga siswa yang hadir sebanyak 30 siswa, Pada pertemuan keempat siswa yang hadir sebanyak 30 siswa. Memasuki Siklus II, perhatian, motivasi, serta keaktifan siswa semakin memperlihatkan kemajuan. Hal ini terjadi karena peneliti memberikan motivasi dan dorongan untuk selalu meningkatkan prestasi belajar dengan cara mendorong siswa untuk mau bekerja sama, saling membantu bila ada siswa yang kesulitan dalam belajar, dan memotivasi siswa agar menghilangkan rasa takut salah bila diminta untuk menuliskan jawaban dari soal-soal latihan/LKS pada papan tulis.

Pada Siklus II ini, peneliti mendorong siswa untuk lebih kreatif, hal ini ditunjukkan dengan memotivasi dan mendorong siswa untuk dapat menemukan dan menyimpulkan sendiri hubungan antar konsep dan rumus-rumus yang mungkin dapat siswa temukan melalui kartu-kartu soal dan jawaban, sehingga dengan proses belajar tersebut siswa lebih aktif, hal ini membawa dampak yang baik karena siswa yang

ribut semakin berkurang dan pada akhirnya proses belajar mengajar pada Siklus II berlangsung dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

Secara umum hasil yang telah dicapai setelah pelaksanaan tindakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a-match mengalami peningkatan. Baik dari segi perubahan sikap siswa, keaktifan, perhatian, serta motivasi siswa maupun dari segi kemampuan siswa menyelesaikan soal matematika.

Sehingga tentunya telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa.

3. Refleksi Umum

a) Pendapat Siswa terhadap Pelajaran Matematika

Pada umumnya siswa suka dengan pelajaran matematika, menurut mereka matematika adalah salah satu pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari dan dikuasai karena berguna dalam kehidupan sehari-hari dan matematika juga melatih kita dalam mengasah kemampuan. Namun tidak dapat dipungkiri sebagian siswa ada juga yang berpendapat bahwa matematika pelajaran yang susah dicerna, serta ada pula yang berbendapat bahwa pelajaran matematika itu susah dan tidak mudah menyelesaikan soal-soal yang diberikan sehingga mereka membutuhkan banyak latihan mengerjakan soal. Beberapa siswa berpendapat bahwa matematika membutuhkan banyak hafalan terutama rumus. Alasan lain yang muncul sehingga suka dengan pelajaran matematika adalah dari siswa senang dengan cara mengajar peneliti yang dianggap lebih rileks dari mata pelajaran yang lain sehingga mereka lebih termotivasi untuk belajar matematika.

b) Pendapat Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A- Match.

Secara umum siswa menanggapi bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a-match sangat baik diterapkan dalam kelas pada saat pelajaran matematika. Siswa beranggapan dengan menggunakan kartu-kartu soal dan jawaban dalam matematika dapat membantu siswa sehingga mudah dipahami oleh siswa.

Selain itu, siswa juga senang dalam artian bahwa siswa menciptakan situasi "Belajar sambil Bermain", ini disebabkan karena pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a-match memberi semangat bagi siswa untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang ada pada kartu yang mereka punya.

Penggunaan model pembelajaran ini membuat siswa merasa lebih nyaman, kreatif, dan menimbulkan sikap saling bekerja sama sehingga motivasi untuk belajar pada diri siswa itu muncul.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Model pembelajaran koperatif tipe Make A-Match dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan himpunan di kelas VII SMP Ahmad Yani Makassar dari siklus I dengan persentase sebesar 64,83 ke siklus II dengan persentase sebesar 75,33 dari kategori “rendah” ke kategori “sedang”.

2. Terjadi peningkatan persentase kehadiran, keaktifan, keberanian dan rasa percaya diri siswa dalam proses belajar mengajar sesuai dengan hasil lembar observasi yang diamati selama pelaksanaan penelitian.

Dalam dokumen MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Halaman 52-58)

Dokumen terkait