• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Mata Pelajaran Asosiasi Kelas VII SMP Ahmad Yani Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Ahmad Yani Makassar melalui pembelajaran kolaboratif tipe Make A-Match pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 orang. siswa. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Mata Pelajaran Asosiasi Kelas VII SMP Ahmad Yani Makassar” dapat selesai sesuai waktu yang direncanakan.

KARYA

Tiada masalah yang terlalu besar untuk dihadapi, tiada langkah yang terlalu panjang untuk berjalan, dan tiada orang yang terlalu sukar untuk dihadapi.

WINDA WULANDARI

Latar Belakang Masalah

Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Seorang guru matematika mempunyai hak untuk menggunakan berbagai model pendidikan matematika untuk mendorong tercapainya tujuan pendidikan matematika dan hal ini mudah dicapai apabila siswa mempunyai motivasi belajar matematika yang baik. . Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pemberian hadiah merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa menuju hasil belajar yang baik.

Masalah Penelitian I. Identifikasi masalah

  • Rumusan Masalah

Selain itu, pembelajaran melalui kompetisi akan memunculkan upaya belajar yang sungguh-sungguh, sesuai dengan prinsip individu untuk selalu lebih baik dari yang lain. Berdasarkan hal-hal diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Bidang Asosiasi Kelas VII SMP Ahmad Yani Makassar”.

Cara Pemecahan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Tinjauan Pustaka

  • Pengertian Belajar
    • Hasil Belajar Matematika
    • Pembelajaran matematika
    • Pembelajaran kooperatif Tipe Make A-Match
    • Deskripsi Materi Ajar HIMPUNAN
    • Gabungan dua himpunan
    • Selisi (difference)
    • Komplemen Suatu Himpunan

Tes hasil belajar adalah serangkaian pertanyaan atau tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa. Howard Kingsley menemukan bahwa hasil belajar terbagi dalam tiga jenis, yaitu: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pemahaman, serta sikap dan cita-cita. Menurut Benyamin Bloom yang dikutip Nana Sudjana, hasil belajar digolongkan menjadi tiga bidang, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Dalam penelitian ini akan dikembangkan penilaian hasil belajar pada ranah kognitif untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai konten matematika dan bahan ajar yang diajarkan, hal ini dikarenakan isi rumusan tujuan pembelajaran menggambarkan hasil belajar yang siswa peroleh. harus dikuasai dari segi kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil belajar sebagai objek penilaian dapat dibedakan menjadi beberapa kategori antara lain keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pemahaman, sikap dan cita – cita, kategori yang banyak digunakan adalah dibagi menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik, masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang saling berkaitan. Alat penilaian setiap ranah mempunyai ciri khasnya masing-masing karena setiap ranah berbeda ruang lingkup dan hakikat yang terkandung di dalamnya (Nana Sudjana.

Secara singkat model pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif pada umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari beberapa siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda dan ada juga yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda (Miftahul Huda. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make A-Match dimulai dengan teknik yaitu siswa ditugaskan memasangkan kartu untuk menemukan apa jawaban/pertanyaannya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu mendapat poin.

Menentukan banyaknya himpunan bagian suatu himpunan Banyaknya seluruh himpunan bagian dari suatu himpunan sama dengan n banyaknya anggota himpunan tersebut. Anggota himpunan A dan B merupakan anggota himpunan A dan juga anggota himpunan B. Anggota himpunan A yang juga anggota himpunan B disebut anggota gabungan A dan B. Selanjutnya anggota dua himpunan disebut perpotongan dari dua himpunan, dilambangkan dengan . Anggota himpunan A dan B merupakan anggota himpunan A, dan anggota himpunan B dijadikan gabungan dari suatu unsur himpunan, disebut gabungan anggota A dan B. Gabungan anggota dari dua himpunan juga disebut a gabungan dua himpunan, dilambangkan dengan (baca: irisan atau titik potong).

Kerangka Berfikir

Interaksi dengan siswa lain dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu berbagi ilmu belajar dengan orang lain. Suasana yang sangat menarik ini menjadikan proses pembelajaran menjadi bermakna secara afektif atau emosional bagi siswa. Pemberian hadiah merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa menuju hasil belajar yang baik.

Oleh karena itu diharapkan rangkaian pembelajaran Make A-Match mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mendorong tercapainya peningkatan hasil belajar siswa.

Hipotesis Tindakan

Jenis Penelitian

Lokasi dan Subjek Penelitian

Faktor Yang Diselidiki

Prosedur Penelitian

Pada tahap ini guru melakukan tindakan berupa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match sesuai dengan RPP yang telah direncanakan dan disusun pada tahap perencanaan, sedangkan peneliti bersama pengamat lain melakukan observasi. aktivitas dan perilaku siswa selama mengajar di kelas. Tindakan yang dilakukan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan tergantung apa yang terjadi di lapangan. Pada fase ini diamati seluruh proses tindakan, hasil tindakan, situasi terjadinya tindakan, dan hambatan-hambatan dalam tindakan tersebut.

Diskusi dilakukan antara peneliti, pengamat dan guru untuk mengidentifikasi hambatan tindakan yang dilaksanakan dalam siklus. Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan pada siklus ini merupakan pengembalian terhadap tahapan yang telah dilakukan pada siklus sebelumnya. Selain itu, banyak rencana baru yang dilaksanakan untuk memperbaiki atau merancang tindakan baru sesuai dengan pengalaman dan hasil refleksi yang diperoleh pada siklus sebelumnya.

Instrumen Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Indi kator Keberhasilan

Berdasarkan Tabel 2.1 terlihat rata-rata skor hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif make-a-match adalah 64,83 dibandingkan dengan skor ideal yang dapat dicapai yaitu 100, dan skor terendah yaitu yang dapat dicapai adalah 0. Berdasarkan kategori skor hasil belajar pada Bab III, skor rata-rata ini diperhitungkan pada kualifikasi sangat rendah. Dengan kata lain sebaran hasil belajar siswa cenderung homogen, dengan skor terkecil sebesar 40 (kategori sangat rendah) dan skor terbesar sebesar 85 (kategori tinggi).

Berdasarkan tabel 3.1 terlihat rata-rata skor hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kolaboratif make-a-match sebesar 75,33 poin. Jika rata-rata hasil belajar tes Siklus II yaitu 75,33 termasuk dalam kategorisasi standar (skala lima), maka hasilnya termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 dapat disimpulkan rerata skor hasil belajar matematika siswa kelas VII di SMA Ahmad Yani.

Dari tabel diatas terlihat rata-rata hasil belajar matematika siswa pada siklus I sebesar 64,83 dan rata-rata hasil belajar matematika pada siklus II sebesar 75,33. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif make-a-match dari kategori sangat rendah menjadi kategori sedang. Dari hasil analisis deskriptif di atas terlihat bahwa setelah diberikan tindakan selama dua siklus, rata-rata skor hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

Pada Siklus I rata-rata nilai hasil belajar siswa sebesar 64,83 yang jika dikategorikan dalam kategorisasi standar (skala lima) termasuk dalam kategori rendah.

Analisis Kualitatif

  • Refleksi terhadap Pelaksanaan Tindakan dalam Proses Belajar Mengajar Matematika. Mengajar Matematika
  • Refleksi Umum

Berdasarkan Tabel 5.1 diatas terlihat bahwa setiap pertemuan dihadiri oleh sekitar 90% siswa dan dari 90% siswa yang hadir terdapat sekitar 14,44% siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai mata pelajaran berjumlah 7,77 % siswa mampu menjawab pertanyaan guru, terdapat sekitar 6,66% siswa yang memberikan bantuan kepada siswa dan kelompoknya, 85,55% siswa mengerjakan pekerjaan rumah, dan masih terdapat sekitar 16,66% siswa yang melakukan aktivitas lain. Berdasarkan Tabel 5.2 di atas terlihat bahwa setiap pertemuan dihadiri oleh sekitar 97,77% siswa dan dari 97,77% siswa yang hadir, sekitar 10% siswa yang bertanya mengenai mata pelajaran tersebut, 10% siswa mampu menjawabnya. pertanyaan guru. , terdapat sekitar 8,88% siswa yang memberikan bantuan kepada siswa dan kelompoknya, 96,66% siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah, dan masih terdapat sekitar 7,77%. siswa melakukan aktivitas lain. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan sikap siswa dari yang acuh, berisik, dan mengganggu siswa lain menjadi sangat antusias mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make-a-match.

Proses pembelajaran pada siklus I berlangsung dalam empat pertemuan, dimana pertemuan pertama dihadiri 26 siswa. Pada pertemuan kedua hadir 27 siswa dan 3 siswa tidak hadir, pada pertemuan ketiga hadir 28 siswa. Hal ini terlihat dari semakin berkurangnya siswa yang membuat keributan dan mengganggu siswa lain, antusias siswa bertanya tentang materi pembelajaran dan semakin meningkatnya rasa percaya diri siswa yang berani angkat tangan untuk bekerja lebih jauh. soal latihan/lembar kerja siswa di papan tulis.

Proses pembelajaran pada siklus II berlangsung selama tiga pertemuan, dimana pertemuan pertama dihadiri 29 siswa. Pada pertemuan kedua jumlah siswa yang hadir sebanyak 29 siswa, pada pertemuan ketiga hadir 30 siswa, pada pertemuan keempat hadir 30 siswa. Hal ini terjadi karena peneliti memberikan motivasi dan dorongan untuk selalu meningkatkan hasil belajar dengan cara mendorong siswa untuk bekerja sama, saling membantu jika ada siswa yang mengalami kesulitan belajar, dan memotivasi siswa untuk menghilangkan rasa takut melakukan kesalahan, ketika diminta untuk menuliskan jawaban. untuk pertanyaan. latihan/LKS di papan tulis.

Pada siklus II peneliti mendorong siswa untuk lebih kreatif, hal ini ditunjukkan dengan memotivasi dan mendorong siswa untuk menemukan dan menyimpulkan sendiri hubungan antara konsep dan rumus yang dapat siswa temukan melalui kartu tanya jawab, sehingga proses pembelajaran siswa terlaksana. lebih aktif, hal ini berdampak baik karena berkurangnya siswa yang berisik dan akhirnya proses belajar mengajar pada Siklus II berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

Saran

Model Pembelajaran Kooperatif Make A-Match dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada topik himpunan di kelas VII SMA Ahmad Yani Makassar dari Siklus I sebesar 64,83 persen ke II. siklus dengan persentase sebesar 75,33 dari kategori “rendah” ke “sedang”. Berdasarkan hasil lembar observasi selama penelitian, persentase kehadiran siswa, keaktifan, keberanian dan kepercayaan diri dalam proses belajar mengajar proses meningkat, diharapkan para peneliti yang akan melakukan penelitian harus mengambil satu permasalahan misalnya penggabungan model pembelajaran kooperatif Make A-Match dengan salah satu metode pengajaran, untuk mengetahui apakah penggunaannya dapat meningkatkan hasil. hasil belajar siswa.

Huda, Miftahul. 2011. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar Lie, Anita. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Model Missouri Mathematics Project pada Siswa Kelas VIII SMP NEGERI 3 Herlang Kabupaten Bulukumba. Sanjaya, Wina 2006. Strategi Pembelajaran Jakarta: Kencana Prenada Media Group Sudjana, Nana 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Bandung: PT.

RIWAYAT HIDUP

Referensi

Dokumen terkait

6 Nisrohah Neni Riyanti dan Mohammad Husni Abdullah, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa,”