• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penetapan Ujrah Dalam Pembiayaan Talangan

Dalam dokumen SKRIPSI - IAIN Repository (Halaman 75-118)

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Penetapan Ujrah Dalam Pembiayaan Talangan

bank. PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo bekerja sama dengan CIMB Niaga Syariah untuk membantu nasabah mendaftarkan diri dan membayar Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang nantinya disetorkan pada Kementerian Agama sampai nasabah mendapatkan nomor porsi ibadah haji. Selanjutnya, setelah nasabah mendapat porsi haji maka nasbah harus menyelesaikan urusan hutang-piutang dengan pihak PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo sesuai perjanjian yang disepakati.

C. Analisis Penetapan Ujrah Dalam Pembiayaan Talangan Haji

1. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-ijarah sesuai fatwa DSN-MUI No. 9/DSN-MUI/VI/2000.

2. Apabila di perlukan Lembaga Keuangan Syariah dapat membantu menalangi pembiayaan pembayaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) nasabah dengan menggunakan prinsip al-qardh sesuai fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001.

3. Jasa pengurusan haji yang dilakukan Lembaga Keuangan Syariah tidak boleh dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji.

4. Besar imbalan jasa al-ijarah tidak boleh di dasarkan pada jumlah talangan al-qardh yang diberikan Lembaga Keuangan Syariah kepada nasabah.

Point pertama DSN-MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002 menyebutkan bahwa dalam pengurusan haji bagi nasabah, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-ijarah sesuai fatwa DSN-MUI No. 9/DSN-MUI/VI/2000. Dari hasil penelitian PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo sudah memenuhi fatwa tersebut karena dalam pemberian pembiayaan talangan haji sudah mengikuti prinsip ijarah yang di atur dalam DSN-MUI No. 9/DSN- MUI/VI/2000 yang menjelaskan mengenai rukun dan syarat ijarah, ketentuan objek ijarah, dan kewajiban Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan nasabah dalam pembiayaan ijarah.

Dalam pembiayaan talangan haji yang menjadi objek ijarah bukan sewa barang melainkan sewa jasa pengurusan haji dari pendampingan pihak bank dalam mendaftarkan diri nasabah sebagai calon jamaah haji hingga nasabah mendapatkan nomor porsi haji yang di impikan. Dalam pembiayaan talangan haji pihak bank mendapat imbalan dalam bentuk ujrah yang besarnya disepakati kedua belah pihak karena membantu urusan nasabah. Ujrah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sebagai pembayaran manfaat.

Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak. Ketentuan terkaid ujrah dengan akad ijarah sebagai berikut.

1. Ujrah boleh berupa uang, manfaat barang, jasa atau barang yang boleh dimanfaatkan menurut syariah (mutaqwwam) dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kuantitas dan/atau kualitas ujrah harus jelas, baik berupa angka nominal, prosentase tertentu, atau rumus yang disepakati dan diketahui oleh para pihak yang melakukan akad.

3. Ujrah boleh dibayar secara tunai, bertahap/ angsur dan tangguh berdasarkan kesepakatan sesuai dengan syariah dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Ujrah yang telah disepakati boleh ditinjau-ulang atas manfaat yang belum diterima oleh musta’jir sesuai kesepakatan.

Pada point kedua dari fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002 menjelaskan bahwa apabila di perlukan Lembaga Keuangan Syariah dapat membantu menalangi pembiayaan pembayaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) nasabah dengan menggunakan prinsip al-qardh sesuai fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001. Di dalam fatwa No.

19/DSN-MUI/VI/2001 menjelaskan mengenai ketentuan umum al-qardh, sanksi dan sumber dana al-qardh. Ketentuan umum al-qardh sebagai berikut.

1. Al-qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah yang memperlukan.

2. Nasabah al-qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama

3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah

4. Lembaga Keuangan Syariah dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu

5. Nasabah al-qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada Lembaga Keuangan Syariah selama tidak diperjanjikan dalam akad.

6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan Lembaga Keuangan Syariah telah memastikan ketidakmampuannya, Lembaga Keuangan Syariah dapat memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau menghapus sebagian atau seluruh kewajibannya.

Pemberian pembiayaan talangan haji di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo sudah menggunakan prinsip al-qardh dimana pihak bank memberi pembiayaan talangan haji dengan tujuan untuk membantu nasabah yang ingin mendaftarkan dirinya beribadah haji dengan menalangi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) sebagai syarat untuk mendapatkan nomor porsi ibadah haji. Pihak bank tidak membebani jaminan seperti sertifikat rumah, tanah dan lain sebagainya.

Dalam pembiayaan talangan haji pihak rajasa hanya meminta jaminan berupa surat pendaftaran pergi haji dari kantor Kementerian Agama, seotoran awal BPIH yang dikeluarkan CIMB Niaga Syariah, Buku Tabungan CIMB Niaga Syariah dan surat kuasa pembatalan porsi haji. Hal tersebut untuk menjamin tanggung jawab dari nasabah dalam melunasi angsuran dari sejumlah dana yang telah di pinjam untuk membayarkan setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati.

Pada point ketiga dari fatwa DSN-MUI No.29/DSN-MUI/VI/2002 menjelaskan bahwa jasa pengurusan haji yang dilakukan Lembaga Keuangan Syariah tidak boleh dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji. Dari hasil penelitian di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo, produk talangan haji ini bertujuan untuk memberikan pembiayaan kepada nasabah yang ingin mendaftarkan dirinya untuk pergi haji tetapi tidak memiliki dana yang cukup dalam pembayaran setoran awal BPIH.

PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo menawarkan pembiayaan talangan haji dari Rp. 15.000.000-, – Rp. 25.000.000-, dan jasa pengurusan haji sampai nasabah mendapatkan nomor porsi haji yang di inginkan.

Dalam hal pemberian jasa PT. BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo tidak dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji. Nasabah dapat memilih berapa jumlah dana yang dibutuhkan dan waktu angsuran yang diambil untuk melunasi dana talangan sesuai kemampuan nasabah dan kesepakatan bersama. Dalam hal jasa pengurusan haji PT. BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo membantu dan mendampingi nasabah dari pembayaran setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) di bank CIMB Niaga Syariah sebagai syarat pendaftaran haji di Kementerian Agama hingga nasabah mendapatkan nomor porsi yang diimpikan. Semua berlaku baik nasabah yang mengambil pembiayaan senilai Rp. 15.000.000-, maupun nasabah yang pembiayaannya senilai Rp. 25.000.000-, .

Fatwa nomor empat pada Fatwa DSN-MUI No. 29/DSN- MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Porsi Haji Lembaga Keuangan Syariah menyebutkan “besar imbalan jasa al-ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan al-qardh yang diberikan Lembaga Keuangan Syariah”.

Dari hasil penelitian PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo mengambil besar nominal ujrah berdasarkan pada jumlah dana talangan haji yang di berikan kepada nasabah dan lama waktu pelunasan yang telah disepakati. Dalam pembiayaan talangan haji ujrah di tentukan dan di

sepakati bersama antar kedua belah pihak diawal perjanjian berupa nominal. Namun, dalam penetapannya ujrah diambil 1% perbulan dari jumlah dana talangan yang diajukan oleh nasabah.

Misal apabila nasabah mengambil dana talangan haji sebasar Rp.

15.000.000-, dengan jangka waktu 5 tahun maka angsuran perbulannya Rp.400.000-,. Maka ujrah yang di terima PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo sebagai berikut.

Rumus ujrah : besar talangan x 1% (per bulan)

Besar talangan x 60% ( per lima tahun) Rp. 15000.000 x 1% = Rp. 150.000 ( ujrah per bulan)

Rp. 15.000.000 x 60% = Rp. 9.000.000 (ujrah per lima tahun) Angsuran per bulan.

Jumlah talangan : jangka waktu + ujrah per bulan Rp. 15.000.000 : 60+ Rp. 150.000

= Rp. 400.000 (angsuran per bulan)

Contoh diatas merupakan perhitungan ujrah dan angsuran yang harus di bayarkan oleh nasabah. Dalam perhitungan jika nasabah mengambil dana talangan Rp. 15.000.000-, dan diangsur dalam jangka waktu lima tahun maka angsuran yang harus di bayarkan oleh nasabah perbulan ialah Rp. 400.000-, dan bank mendapatkan ujrah Rp. 150.000-, perbulan.

Dalam penetapan ujrah, meskipun besar ujrah yang diambil sesuai kesepakatan kedua belah pihak tetapi jika ujrah tersebut didasarkan pada jumlah dana talangan maka bisa dikatakan sebagai riba qardh. Riba qardh merupakan suatu manfaat atau kelebihan tertentu yang disyaratkan

terhadap orang yang berhutang.14 Dalam riba ini terkandung tiga unsur, yaitu:

1. Adanya tambahan pembayaran atau modal yang di pinjamkan.

2. Tambahan itu tanpa risiko kecuali sebagai imbalan dari tenggang waktu yang diperoleh si peminjam.

3. Tambahan itu disyaratkan dalam pemberian piutang dan tenggang waktu

Pada hakikatnya suatu tambahan boleh diberikan asalkan tidak dipersyaratkan diawal. Dalam Islam di sunnahkan untuk memberikan sumbangan sukarela dari pihak peminjam kepada pihak pemberipinjaman sebagai bentuk rasa terimakasih. Dalam hadits Rasulullah menjelaskan.

Rasulullah SAW. Pernah meminjam dari seseorang seekor unta yang masih muda. Kemudian ada satu ekor unta sedekah yang dibawa kepada beliau. Beliau lalu memerintahkan Abu Raf’i untuk membayar kepada orang tersebut pinjaman satu ekor unta muda. Abu Raf’i pulang kepada beliau dan berkata : “aku tidak mendapatkan kecuali unta yang masuk umur ketujuh”. Lalu beliau menjawab: “berikanlah itu kepadanya!

Sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang paling baik dalam membayar hutangnya”.( HR. Muslim no. 4192)

Dari hadits diatas menunjukkan bahwa anjuran Rasulullah untuk membayarkan hutang dengan lebih baik, dalam arti memberikan tambahan dengan sukarela dari pihak peminjam bukan disyaratkan sesuai jumlah pinjaman.

Pada PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo besar ujrah diambil dari besar dana talangan dan waktu pelunasan yang disepakati oleh

14 Siah Khosyi’ah, Fiqh Muamalah Perbandingan, (Bandung, Pustaka Setia,2014), 170

nasabah. Hal ini tentu tidak tepat karena di dalam fatwa ujrah itu tidak boleh didasarkan pada jumlah dana talangan. Apabila ujrah tersebut di ambil berdasarkan jumlah dana talangan dan waktu pelunasan ditakutkan termasuk kedalam riba.

Pada hakikatnya jasa pengurusan haji yang diberikan tidak dikaitkan dengan besarnya jumlah dana talangan dan lamanya waktu pelunasan, tetapi berdasarkan jasa dan pengorbanan yang diberikan oleh pihak PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo yang telah ditetapkan diawal sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Misal nasabah mengajukan dana talangan baik Rp.15.000.000-, ataupun Rp. 25.000.000-, dan mengembalikannya dengan masa pelunasan satu tahun ataupun paling lama lima tahun dengan besar ujrah sama misal Rp.5.000.000-, maka hal tersebut tidak dikatakan riba karena tidak didasarkan pada jumlah dan waktu pelunasan dana talangan haji tersebut.

Ujrah yang sama baik pada dana talangan kecil ataupun besar tidak menjadi masalah ketika sudah sesuai kesepakatan bersama. PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo harus berani mengambil langkah demikian sehingga praktik pembiayaan talangan haji bisa terlaksana dengan baik sesuai ketentuan syariat dan hukum yang berlaku khususnya Fatwa Dewan Syariah Nasional yang mengatur ketentuan umum dari perbankan syariah.

Aplikasi dana talangan haji pasti memberikan dampak kepada nasabah dan bank. Dampak kepada nasabah ialah memberikan kemudahan kepada nasabah dalam pendaftaran haji untuk mendapatkan seat haji.

Secara keuangan nasabah tidak merasa terbebani dengan adanya angsuran, justru nasabah terbantu karena mendapatkan kepastian keberangkatan menunaikan ibadah haji. sedangkan dampak pada bank adalah mendapatkan keuntungan atau modal dari pemberian pembiayaan pengurusan haji dan menambah jumlah nasabah di bank tersebut. Selain dampak positif produk talangan haji juga memberikan dampak negatif salah satunya ialah menyebabkan semakin panjang antrean keberangkatan haji karena saat ini banyak masyarakat yang belum mampu dalam pembayaran BPIH sudah bisa mendaftar dengan adanya pembiayaan talangan haji tersebut.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dideskripsikan di bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang pembiayaan pengurusan haji lembaga keuangan syariah di BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo sudah sesuai untuk point pertama kedua dan ketiga akan tetapi belum sesuai dalam point keempat mengenai penetapan ujrah.

Pada PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo ujrah di ambil berdasarkan jumlah talangan dan waktu pelunasan yang di sepakati. Dalam penetapan ujrah diambil 1% dari dana talangan. Apabila nasabah mengajukan pembiayaan dengan jangka waktu paling lama yaitu lima tahun maka angsuran perbulan yang harus dibayar Rp.400.000-, (Rp.

24.000.000-, perlima tahun) dengan ujrah perbulan Rp. 150.000-, (Rp.

9000.000-, perlima tahun).

Pada hakikatnya jasa pengurusan haji yang diberikan tidak dikaitkan dengan besarnya jumlah dana talangan dan lamanya waktu pelunasan, tetapi berdasarkan jasa dan pengorbanan yang diberikan oleh pihak PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo yang telah ditetapkan diawal sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Apabila ujrah tersebut di ambil berdasarkan jumlah dana talangan dan waktu pelunasan ditakutkan termasuk kedalam riba.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisa dan kesimpulan, maka peneliti memberikan saran-saran dalam upaya lebih memajukan PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo Lampung Tengah.

1. Terkait dengan penetapan ujrah di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo harus di kaji ulang karena adanya ketidaksesuaian dengan fatwa DSN-MUI No.29/DSN-MUI/VI/2002 sehingga pada praktiknya dapat terhindar dari riba dan benar-benar sesuai dengan prinsip syariah. Jangan menetapkan ujrah berdasarkan pada jumlah talangan.

Ujrah yang ditetapkan harus sesuai jasa yang di keluarkan pihak bank dalam membantu pengurusan pendaftaran haji nasabah bukan didasarkan pada besar talangan yang diberikan oleh bank.

2. Selalu melakukan inovasi terhadap produk yang dikeluarkan agar dapat menarik minat nasabah sehingga jumlah nasabah yang bergabung akan semakin bertambah. Selain itu, pihak marketing harus lebih inovatif dalam strategi pemasaran produknya dan lebih jelas dalam memberikan pemahaman mengenai produk yang ada di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo agar menarik minat nasabah khususnya dalam produk talangan haji. Karena produk ini masih baru dan sedikit nasabahnya. Bentuk inovasi tersebut berupa memasarkan

produk lewat akun sosial media sehingga masyarakat bisa mengetahui informasi tidak hanya dari sosialisasi yang dilakukan oleh pihak bank.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani, 2001.

Awaludin. “Proses Pelaksanaan Akad Qardh Wal Ijarah Pada Produk Talangan Haji Pada Bank Syariah mandiri Kantor Cabang Pembantu Padang Panjang”. Jurnal Ilmiah Syariah. Volume15. Nomor 2. Juli-Desember 2016.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad, dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqih Ibadah. Jakarta: Amzah, 2009.

Fikki, Danis Amwalul. “Penerapan Akad Ijarah Pada Produk Pembiayaan Pengurusan Porsi Haji di KSPPS Kopena Pekalongan di Tinjau dari Fatwa DSN-MUI”. Serambi Vol.1 No.1/Agustus 2019.

Gayo, Ahyar Ari, dan Ade Irawan Taufik. “Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Dalam Mendorong Perkembangan Bisnis Perbanakan Syariah (Perspektif Hukum Perbankan Syariah)”.

Jurnal Rechts Vinding Media Pembinaan Hukum Nasional. Volume 1.

Nomor 2/ Agustus 2012.

Hadi, Syamsul, dan Widyarini. “Dana Talangan Haji (Fatwa DSN dan Praktek di LKS)”. Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum Vol.45 No.11/Juli-Desember 2011.

Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana, 2011.

Kartono, Ahmad & Sarmidi Husna. Ibadah Haji Perempuan Menurut Para Ulama Fiqih. Jakarta: Siraja, 2013.

Khosyi’ah, Siah. Fiqh Muamalah Perbandingan. Bandung: Pustaka Setia, 2014 Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2014.

Muhamad. Bisnis Syariah: Transaksi dan Pola Pengikatnya. Depok: Rajawali Pers, 2018.

Muhammad, Kamil. Fiqih Wanita. Jakarta: Al-Kautsar, 2008.

Mujahidin, Akhmad. Hukum Perbankan Syariah. Cet. ke-2. Depok: Rajawali Pers, 2017.

Mustofa, Imam. Fiqih Muamalah Kontemporer. Depok: Rajawali Pers, 2018

Nasution, Faisal Fani dkk. “Pembiayaan Talangan Haji dalam Perbankan Syariah di Tinjau dari Undang-Undang Perbankan Syariah”. Jurnal Hukum Ekonomi Vol.2 No.2/Juli 2013.

Nizar, Muchamad Coirun. “Pembiayaan Talangan Haji dalam Perspektif Fiqih”.

Ulul Albab ISSN:0853-4114 Edisi No. 34/ Februari 2016.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya- Ilmiah. Jakarta: Kanca Prenada Media Group, 2011.

Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan Dan Penyaluran Dana Bagi Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. Cet. Ke-70. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015.

Rivai, Veithzal. Islamic Financial Management: Teori, Konsep dan Aplikasi:

Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.

Skripsi M. Syaiful Hidayat. “Dana Talangan Haji (Study Fatwa DSN-MUI No.29 Tahun 2002 Tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah)”, di Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2013).

Skripsi Mustaqim. “Dana Talangan Ibadah Haji Kemenag Kota Semarang (Studi Analisis Dampak Fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002)”, di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang (2015).

Skripsi Selvia Zahara. “Implementasi Akad Ijarah Multijasa dalam Produk Dana Talangan Haji Pada PT. BPRS Metro Madani KC Jatimulyo”, di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro (2019).

Skripsi Yessi Widhi Astuti. “Analisis Pembiayaan Talangan Haji Menurut Hukum Islam dan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri KC Salatiga)”, di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga (2015).

Soemitra, Andri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Cet. Ke-7. Jakarta:

Kencana, 2017.

Sudarsono, Heri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Edisi.4. Yogyakarta:

Ekonisia, 2012.

Sugiarto. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi Offset, 2017.

Surabrata, Surmadi. Metodologi Penelitian. Cet. Ke-25. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014.

Surat Edaran Otoritaas Jasa Keuangan No. 36/SEOJK 03/2015 tentang produk dan aktivitas bank umum syariah dan unit usaha syariah

Susilo, Edi. Analisis Pembiayaan dan Risiko Perbankan Syariah. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2017.

Tho’in, Muhammad, dan Iin Emy Prastiwi. “Analisis Dana Talangan Haji Berdasarkan Fatwa No. 29/DSN-MUI/ VI/ 2002 (Studi Kasus Pada BPRS Dana Mulia Surakarta”. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam. Volume 02. Nomor 01/Maret 2016.

Umam, Khotibul. “Legislasi Fiqih Ekonomi Perbankan: Sinkronisasi Peran Dewan Syariah Nasional dan Komite Perbankan Syariah”. Mimbar Hukum. Volume 24. Nomor 2/Juni 2012.

Umar, Husein. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:

Rajawali Pers, 2009.

Wahid, Soleh Hasan. “Pola Transformasi Fatwa Ekonomi Syariah DSN-MUI dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia”. Ahkam-Jurnal Ilmu Syariah Volume 4 Nomor 2/November 2016.

Mubarok, Jaih & Hasanudin. “Fatwa Tentang Pembiayaan Pengurusan Dana Haji dan Status Dana Haji Daftar Tunggu”. Al Iqtishad Voume V Nomor 1/Januari 2013.

ALAT PENGUMPUL DATA

ANALISIS PENETAPAN UJRAH PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (Studi Kasus PT

BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo Lampung Tengah)

A. Wawancara

1. Wawancara kepada kepala kantor kas PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo.

a. Tahun berapa pembiayaan talangan haji menjadi salah satu produk pembiayaan di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo?

b. Apa tujuan adanya produk talangan haji di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo?

c. Berapa nasabah dalam produk talangan haji di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo?

d. Bagaimana akad atau perjanjian dalam pelaksanaan pembiayaan talangan haji di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo?

e. Bagaimana penentuan besaran ujrah dari dana talangan haji yang disediakan pihak bank?

2. Wawancara kepada Account Officer PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo.

a. Bagaimana strategi pemasaran produk dana talangan haji di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo?

b. Bagaimana Perkembangan nasabah talangan haji dari tahun ketahun? Apakah naik, turun atau stabil?

c. Berapa dana yang ditawarkan pihak Bank kepada nasabah dalam produk talangan haji di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo?

d. Bagaimana penentuan besaran ujrah dari dana talangan haji yang disediakan pihak bank?

e. Apakah ada negosiasi antara pihak Bank dengan nasabah dalam pemberian ujrah untuk produk talangan haji di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo?

f. Bagaimana prosedur pemberian pembiayaan talangan haji di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalireo?

3. Wawancara kepada nasabah talangan haji di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo.

a. Sejak kapan anda menjadi nasabah PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo?

b. Dari mana anda mengetahui produk dana talangan haji yang berada di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo?

c. Mengapa anda tertarik pada produk pembiayaan talangan haji di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo?

d. Apakah ujrah yang diberikan pihak bank tidak memberatkan anda?

e. Menurut anda bagaimanakah pelayanan pihak bank dalam melayani nasabah dana talangan haji di PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo?

f. Bagaimana penentuan besaran ujrah dari dana talangan haji yang disediakan pihak bank?

g. Apakah anda (nasabah) di libatkan dalam menentukan besaran ujrah yang di tawarkan pihak bank?

B. Dokumentasi

1. Profil PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo Lampung Tengah

2. Struktur Organisasi PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo Lampung Tengah

3. SOP Pembiayaan PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo Lampung Tengah

4. Produk-Produk PT BPRS Rajasa Kantor Kas Kalirejo Lampung Tengah

Dalam dokumen SKRIPSI - IAIN Repository (Halaman 75-118)

Dokumen terkait