• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil temuan, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi penjual, agar kedepannya dapat melaksanakan akad jual beli borongan sesuai dengan prinsip hukum ekonomi syariah, sehingga tidak menimbulkan kerugian kepada pihak pembeli dengan cara melakukan sistem dengan car pencampuran limbah emas putih dengan limbah emas kuning Sehingga kerugian juga didapatkan oleh pembeli dari kualitas yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2. Bagi pembeli, agar dalam setiap langkah pengambilan keputusan dalam melakukan transaksi jual beli borongan untuk memperhatikan batasan pengambilan dan lebih teliti terhadap barang yang akan dibeli kepada penjual supaya prinsip tolong- menolong terjamin dan tidak saling merugikan

51

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Beni, M. SI. Hukum Ekonomi dan Akad Syariah di Indonesia, Bandung: CV Pustaka Setia, 2018.

Andriyanti Amelia, Tinjauan Hukum IslamTerhadap Praktik Hutang- piutang Bersyarat, Skripsi UIN Raden Intan Lampung, 2017.

Bakar Abu , Minhajul Muslim Konsep Hidup Ideal Dalam Islam, Jakarta:

Darul Haq, 2016.

Djumaini Dimyauddin, Pengantar Fiqih Muamalah, Yogyakarta: Puataka Belajar, 2015.

Enes Vreda, Tinjuan Hukum kontrak syariah Terhadap Praktik Hutang- piutang Antara Nelayan Dengan Pengepul. Skripsi UIN Walisongo, 2017.

Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2005

Karim Adiwarman, SE., M.B.A., M.A.E.P. Riba, Gharar, Dan Kaidah- Kaidah Ekonomi Syariah, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015.

Kementrian Agama Republik Indonesia, Al Qur‟an Al-Karim Dilengkapi Waqaf dan Ibtida‟, Jakarta: PT Suara Agung, 2014.

Mardani. Hukum Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persaba, 2015.

Mas‟ud Ibnu, Zainal Abidin. Fiqih Madzhab Syafi‟I, Bandung: CV Pustaka Setia, 2007.

Meleong Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Muh. Baihaqi, Fiqih Muamalah Kontemporer, Mataram: IAIN Mataram, 2016.

Muhammad Washil, Qawa‟id Fiqhiyyah, Jakarta: Azmah, 2015.

Nashurudin Muhammad, Shahih Sunan Abu Daud, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.

Neng Yeni Nurhayani,. Hukum Perdata, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2018.

Ruslan Rosady, Penelitian Pubic Relations dan Komunikasi, Jakarta:

Rajawali Pers, 2017.

52

Samsiani Dwi. Perspektif Hukum Islam terhadap Pembayaran Hutang Dengan Jasa, Di Desa Paniangan Kecamatan Marga Kampong Timur, Skripsi IAIN Metro 2019.

Sharif Muhammad, M.A., LLB., Ph.D. Sistem Ekonomi Islam, Jakarta:

Prenada Media Group, 2012.

Shoikul Muhammad, Pegadaian Syariah, Jakarta: Selemba Diniyah, 2003.

Siti Nur, Pengantar Ilmu Ekonomi ,Bandung: CV Pustaka Setia, 2014.

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Bumi Alfabeta, 2018.

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori Akad Dalam Fikih Muamalah, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007.

Tarmizi Erwandi, MA. Harta Haram Muamalat Kontenmporer, Bogor:

PT Berkat Mulia Insani. Cet 9. 2018.

Zuhdi Harfin, Muqaranah Mazhaib Fi Al-Mua‟malah, Mataram: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, 2015.

53

LAMPIRAN-LAMPIRAN

54

DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. BIODATA PRIBADI

1. Nama : Lalu Harpan Pramanata 2. Jenis kelamin : Laki-Laki

3. Tempat tanggal lahir : Medang, 09 September 1999 4. Tinggi/berat badan : 165

5. Agama : Islam

6. Alamat : Dusun Gunung Ketapang 7. No hp : 081805460629

8. Email : laluharpanpramanata@gmail.com B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD : SDN 2 tawun

2. SMP : MTS Al-aziziyah Putra 3. SMA : MA. Al-aziziyah Putra

4. Perguruan Tinggi : Universitas Islam Negeri Mataram C. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Pernah menjabat sebagai ketua bidang dalam organisasi humpunan mahasiswa islam (HMI)

55

Dokumntasi wawancara pemborongan limbah antara penjual dan pembeli

Wawancara dengan penjual Limbah emas

Wawancara dengan penjual limbah emas

56 Wawancara dengan pembeli limbah emas

Wawancara dengan pembeli limbah emas

57 Wawancara dengan penjual limbah emas

58

DAFTAR INFORMEN PIHAK PENJUAL DAN PARA PEMBELI Daftar pertanyaan untuk pembeli limbah emas

1. sejak kapan dimulai pembelian limbah emas?

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak mustimah beliau menjelaskan ” Penjualan hasil limbah emas ini mulai dilakukan sekitar tahun 2009 atau semenjak adanya tambangan emas di Desa Sekotong Barat maka saat itu pula kami melakukan pembelian limbah emas atau yang biasa kami sebut lumpur.”

2. Bagaimana sistem pembelian limbah emas ini ?

Hasil wawancara dengan bapak baharudin yang menjelaskan : Dalam pembelian limbah emas yang biasanya kami sebut lumpur dilakukan dengan cara borongan misalnya dari satu tempat pengelolaan (gelondong) kami beli dengan harga Rp.

5.000.000./ satu bak dan bisa mendapatkan seratus karung, biasanya masyarakat menjual perkarung tapi kami melakukan dengan cara borongan.”

3. Bagaimana cara pengambilan barang yang sudah dibeli?

sebagaimana hasil wawancara peneliti kepada pembeli yaitu bapak Saparudin menjelaskan

“Pengambilan limbah yang sudah kami beli kemi sesuaikan dengan jumlah barang karena kita tidak mengambil disatu gelondong (alat pengelola) melainkan puluhan gelondong sehingga dibutuhkan waktu dari para buruh untuk mengambil limbah tersebut””

Daftar Pertanyaan untuk penjual

1. Bagaimana sistem bapak di dalam menjual limbah emas ?

hasil wawancara kepada bapak Arpan selaku penjual menjelaskan :“Penjualan puyak (limbah) dengan cara borongan ini lebih memudahkan kepada kami terutama kami tidak capek untuk beli karung dan tidak menguras tenaga kami untuk mengisi karung karena kalok borongan semuanya sudah disediakan oleh pembeli sehingga kami lebih hemat biaya dan tenaga”

Berdasarkan penjelasan dari penjual di atas bahwa sistem penjualan limbah yang dilakukan dengan cara borongan ini sedikit tidak menemukan kemudahan bagi penjual sebagai berikut:

59

a. Penjualan dengan borongan ini menghemat biaya bagi penjual karena tidak membeli karung sekisaran Rp.25.000.

b. Penjualan dengan borongan ini menghemat tenaga dari penjual untuk memasukan limbah kekarung.

2. Bagaimana sistem penyerahan barang jualan limbah?

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada bapak Suryandi selaku penjual terkait dengan penyerahan limbah yang sudah dijual menjelaskan : “Penyerahan barang biasanya kami serahkan kepada pembeli kapan mau diambil namun sering terjadi pada saat pembelian pihak pemborong tidak secara langsung mengambil limbah tersebut dengan alasan menunggu buruh yang akan mengambil limbah yang sudah dibelinya, mekanisme ini sering terjadi karena tidak mungkin kami mengarungkan tentu menambah biaya pertama dari pembelian karung dan tenaga sehingga terkadang kami Cuma menunggu kapan diambil oleh pembeli tanpa ada batasan waktu”

Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada bapak Nuramin selaku penjual menjelaskan:

“Renggangnya waktu pengembilan barang ini memberikan kerugian kepada kami selaku penjual karena dalam satu minggu itu bisa menambah sekian karung dari limbah tersebut, karena kami kan setiap hari begelondong batu emas dan terkadang kami juga melakukan teguran kepada pembeli supaya mengambil lebih cepat”

Dokumen terkait