• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Metode Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian tidak terlepas dari penggunaan metode penelitian, sebab setiap penelitian pasti menggunakan metode untuk menganalisis suatu permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Pada hakikatnya metode memberikan pedoman, tentang cara memahami dan menganalisis objek yang akan diteliti.26

26 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian hukum , (Jakarta:Universitas Indonesia,2014), h .6-7

21 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yakni penelitian Kualitatif. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehansif dan holestid.27 Pendekatan penelitian peneliti dengan cara pendekatan Normatif sosiologis artinya ketidaksamaan antara suatu teori dengan suatu praktik yang terjadi sesungguhnya di lapangan. Adapun dalam normatif terdapat sebuah teori yang tercantum dalam Qs. An-Nisa ayat 29 yang mengatur segala sesuatu mengenai jual beli, sedangkan pendekatan sosiologisnya yakni terletak pada praktik yang memang benar- benar terjadi dilingkungan masyarakat.

2. Kehadiran Peneliti

Tujuan kehadiran peneliti di lokasi adalah untuk mendapatkan data yang valid. Dalam metode kualitatif, peneliti harus melakukan pendekatan dengan cara melibatkan diri sebagai saksi untuk mendapatkan informasi terhadap objek penelitian.

Oleh karena itu, kehadiran peneliti bukan untuk mempengaruhi subjek penelitian, tapi untuk mengetahui tentang praktik jual beli borongan limbah hasil pertambangan emas di Dusun Medang Sekotong Barat dalam perspektif hukum Islam.

3. Lokasi Penelitian

Sebagaimana yang tertulis di atas, bahwa yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Desa Sekotong Barat, dengan alasan sebagai berikut:

a. Lokasi tersebut tempat banyak dilakukannya praktik pemborongan hasil limbah emas.

b. Sejauh yang peneliti, berdasarkan pengamatan awal bahwa di Kelurahan ini banyak melakukan sebuah pemborongan limbah yang menguntungkan salah satu pihak .

27Rosady Ruslan, Penelitian Pubic Relation dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pres, 2017) h. 215.

22 4. Sumber dan Jenis Data

a. Sumber data

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah para pihak yang jual beli borongan hasil limbah emas. Selain sumber berupa informan yang dapat dimintai pendapatnya melalui interview, juga dokumen tertulis sebagai sumber informasi sesuai dengan fokus kajian yang dikaji dalam penelitian ini. Salah satu dokumen utama dalam penelitian ini adalah profil Desa Sekotong Barat.

b. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti langsung dari lapangan.28 Keterangan ini langsung dari para pihak yaitu pemborong dan penjual, tokoh agama dan masyarakat yang dipilih sebagai informan penelitian melalui proses wawancara.

2) Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh peneliti dengan cara membaca, melihat, dan mendengarkan. Data ini biasanya diperoleh dari data primer yang sudah diolah peneliti sebelumnya. Data sekunder ini melalui penelitian kepustakaan, buku-buku, serta data yang di peroleh dari instansi yang berwenang.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data atas dasar ilmu pengetahuan. Observasi dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung.29 Observasi secara tidak langsung biasa dikenal juga dengan istilah observasi non

28 Sarwono, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu. 2006), h. 209.

29Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: SIC, 2012), h. 78.

23

partisipan, sedangkan observasi langsung dikenal dengan observasi partisipan. Adapun metode observasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan.

Metode tersebut di atas bertujuan untuk mendapatkan antara lain data tentang letak geografis lokasi penelitian, dan data yang terkait dengan praktik pemborongan hasil limbah emas. Adapun observasi ini dilakukan di Dusun Medang Desa Sekotong Barat Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat.

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi melalui tanya jawab. Peneliti melakukan secara langsung untuk melakukan tukar pikiran untuk mendapatkan informasi yang dilangsungkan dengan cara melakukan tanya jawab yang diwawancarai sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu data tertentu baik digunakan dengan cara wawancara terstruktur maupun tidak terstrutur.30

Terkait penelitian ini peneliti akan menggunakan penelitian terstruktur mengapa peneliti menggunakan penelitian terstruktur? Karena dalam kegiatan wawancara nantinya peneliti akan mempersiapkan beberapa jenis pertanyaan yang akan direspon oleh masyarakat (responded) nantinya daftar pertanyaan yang akan diteliti oleh peneliti.

Metode ini dilakukan agar lebih membantu mengarahkan proses wawancara nanti kepada tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.

Adapun dalam penelitian ini peneliti akan melakukan wawancara dengan pihak penjual dan pembeli yang melangsungkan akad jual beli borongan limbah emas yang terjadi di Desa Sekotong Barat. Dalam data yang diwawancara yang berkaitan dengan bagaimana sistem jual beli borongan limbah emas anatara pembeli dan penjual.

30 Sugiyono, Metode…, h. 114.

24 c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data yang menyelidiki atau menelusuri dalam bentuk gambar, struktur organisasi, grafik, arsip-arsip, foto, dan sumber informasi lainnya.31 Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data tertulis yang dipetik dari praktik pemborongan hasil limbah emas dan profil Desa Sekotong Barat.

Metode ini digunakan dengan cara membuka catatan tertulis dan secara langsung memetik data dokumen yang dianggap sesuai dengan fokus kajian dalam penelitian ini.

Tujuan penggunaan metode ini antara lain adalah untuk mendapatkan data tentang keberadaan lokasi penelitian dan praktik jual beli borongan limbah hasil pertambangan emas dan profil Desa Sekotong Barat.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik analisis data merupakan suatu kegiatan analisis didalam penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah seluruh data yang sudah tersedia dari instrument penelitian, yang meliputi dokumen, catatan, rekaman,tes dan sebagainya. Dengan demikian dapat di simpulkan dari tehnik analisis data adalah suatu proses yang dilakukan untuk melihat dalam memfiltrasikan hasil data penelitian yang diperoleh dari instrumen penelitian tersebut.32

Teknik analisis data kualitatif terdapat 3 instrumen yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang proses penelitiannya berlangsung secara terus menerus.

Adapun 3 instrument dalam tehnik analisis data tersebut dijelaskan, sebagai berikut :

a. Data Reduction ( Reduksi Data)

Mereduksi data yaitu merangkum, memilih hal yang pokok kemudian memilih data yang paling penting. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas

31Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik cet.XI, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), h., 236.

32 Moloeng,L.J, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2011).

25

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data. Reduksi data dapat dibantu menggunakan elektronik b. Data Display (Penyajian Data)

Untuk ke tahap selanjutnya peneliti melakukan mendisplay data. Data penelitian kualitatif, penyajian dilakukan dalam bentuk uraian data penting secara singkat, bagian dan sejenisnya yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

c. Conclusion drawing/verification

Langkah ketiga dalam penyusunan data kualitatif adalah dalam menganalisis data langkah selanjutnya penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan akan diperkuat apabila disertakan dengan bukti- bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya.

7. Pengecekan Keabsahan Data.

Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reabilitas. Keabsahan data ini bertujuan untuk membuktikan apa yang peneliti amati sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada di dalam kenyataan sesuai dengan apa yang terjadi.

Untuk meningkatkan keabsahan data, dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan, diantaranya adalah tringulasi dan pemeriksaan teman sejawat.

a. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.33 Tringulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data berbagai kejadian dari berbagai pandangan. Untuk itu peneliti dapat melakukan dengan jalan:

33Afifudin, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h.

45.

26

1) Mengajukan berbagai macam pertanyaan 2) Mengecek berbagai sumber data

3) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan tersebut dapat dilakukan.34

Triangulasi digunakan peneliti dengan cara membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil observasi, membandingkan data hasil observasi dengan dokumentasi atau sebaliknya.

b. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi

Teknik ini digunakan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat.35

H. Sistematika Penulisan

Terkait pembahasan dan penulisan penelitian ini, peneliti kemudian membaginya menjadi 4 bab yang terdiri dari :

Bab 1: Pendahuluan, dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika.

Bab II : Raktik jual beli borongan limbah hasil pertambangan emas di Dusun Medang Desa Sekotong Barat, dalam bab ini berisi mengenai paparan data, yakni data hasil observasi dengan para pemborong limbah dan penjual limbah, bab ini menganalisis tentang praktik pemborongan limbah hasil limbah emas. dalam bab ini juga menggambaran umum lokasi penelitian di Desa Sekotong Barat

Bab III: Analisis Raktik jual beli borongan limbah hasil pertambangan emas di Dusun Medang Desa Sekotong Barat, dalam bab ini berisi tentang analisis praktik jual beli borongan limbah hasil emas dan persepktif hukum islam praktik jual beli borongan limbah hasil pertambangan emas Di Dusun Medang Sekotong Barat.

Bab IV: Berisi kesimpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

34Cholid Narbuko dan Abu Achmad, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2015), h. 330-332.

35Ibid., hlm. 330.

27 BAB II

PRAKTIK JUAL BELI BORONGAN LIMBAH HASIL PERTAMBANGAN EMAS DI DUSUN MEDANG DESA

SEKOTONG BARAT

A. GAMBAR UMUM LOKASI PENELITIAN 1. Sejarah Desa Sekotong Barat

Pada tahun 1961 sampai dengan 1968 desa Sekotong Barat merupakan salah satu desa dari wilayah kecamatan Gerung kabupaten Lombok Barat. Wilayah desa Sekotong Barat pada saat itu mencakup Jelateng, Sekotong dan Tawun. Kepala Desa Sekotong Barat pada saat itu dipegang oleh Lalu Ramli alias Mamiq Rupawan yang berasal dari Gerung kecamatan Gerung, Pada tahun 1968 sampai dengan 1979 desa Sekotong Barat masih dalam wilayah kecamatan Gerung dapat dimekarkan menjadi 3 (tiga) Desa masing-masing :36

a. Jelateng Menjadi desa Sekotong Timur b. Sekotong Menjadi desa Sekotong Tengah c. Tawun Menjadi desa Sekotong Barat

Yang menjadi kepala desa Sekotong Barat pada saat itu adalah Bapak Sitah alias H. Zaenudin berasal dari Tawun.

Pada tahun 1980 sampai dengan 1990 desa Sekotong Barat di bawah pimpinan Lalu Sanusi alias Mamiq Aboh masih di bawah kecamatan Gerung, namun di tengah-tengah masa jabatan Lalu Sanusi, tepatnya pada tahun 1977-1983 terjadi pemekaran kecamatan Gerung menjadi dua yaitu: kecamatan Gerung dan kecamatan perwakilan kecamatan Sekotong, sehingga desa Sekotong Barat sejak tahun 1977 resmi menjadi salah satu desa di bawah kecamatan Perwakilan kecamatan Sekotong Tengah

Pada tahun 1990 sampai dengan 1992 Pejabat Kepala Desa terjadi kekosongan karena berahir masa jabatannya, sehingga pada

36 Dekumentasi, Profil Desa Sekotong Barat Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat, 4 Desember 2021. h 1.

28

tahun tersebut kurang lebih 1 (satu) tahun dapat ditunjuk WR Nursalam. Selaku pejabat pelaksana tugas kepala desa (PJS).37

Pada tahun 1993 sampai dengan 2001 dilakukan pemilihan kepala desa dan dimenangi oleh Lalu Padlan. Pada tahun 1996 desa Sekotong Barat dapat dimekarkan lagi menjadi dua desa yaitu desa Sekotong Barat dan desa Persiapan Pelangan masing- masing membawahi dusun sebagai berikut:38

a. Desa Sekotong Barat terdiri dari 6 dusun yaitu:

1) Dusun Medang 2) Dusun Tawun 3) Dusun Pandanan 4) Dusun Gili Genting 5) Dusun Tembowong 6) Dusun Batu Kijuk

b. Desa Persiapan Pelangan terdiri dari 5 Dusun yaitu:

1) Dusun Pelangan Timur 2) Dusun Pelangan Tengah 3) Dusun Pelangan Barat 4) Dusun Berambang

Pada tahun 2002 bulan April diadakan pemilihan kepala desa Sekotong Barat, Bapak Supardi terpilih menjadi kepala desa Sekotong barat sampai periode 2009-2013.

Adapun pejabat kepala desa Sekotong Barat sejak terbentuknya tahun 1961 sampai sekarang adalah sebagai berikut:

a) Mamiq Rupawan (1961-1968)

b) Amaq Sitah alias H. Zaenudin (1968-1979) c) Lalu Sanusi alias Mamiq Aboh (1980-1990)

d) WR Nursalam (PJS) (1990-1992)

e) Lalu Padlan (1993-2001)

f) Supardi (2001-2008)

g) Supardi (2008-2013)

38 Ibid. h 2

29

2. PROFIL DESA SEKOTONG BARAT a. Keadaan Geografis Desa Sekotong Barat

1) Letak dan Luas Wilayah

Desa Sekotong Barat merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Sekotong kabupaten Lombok Barat, yang terletak 10 Km kearah barat dari Kota Kecamatan. Dari data yang diperoleh mengenai luas dan batas wilayah desa Sekotong Barat adalah 15.365 ha dengan luas desa 8.262 ha. Adapun batas wilayah sebagai berikut:39

a) Sebelah Utara berbatassan dengan Laut

b) Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Kedaro c) Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Pelangan d) Sebelah Timur berbatasan dengan desa Sekotong

Tengah

Iklim desa Sekotong Barat , sebagaimana desa- desa lain di wilayah Indonesia mempunyai musim kemarau dan penghujan (tropis), hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di desa Sekotong Barat kecamatan Sekotong.

Desa Sekotong Barat merupakan daerah pesisir dan perbukitan bebatuan dengan rata rata ketebalan tanah dibawahnya mencapai satu meter. Semakin puncak, unsur tanah di atasnya semakin menipis, karena itu puncak bukitnya umumnya ditumbuhi oleh semak- semak belukar.

Pola penggunaan tanah di desa Sekotong Barat sebagian besar diperuntukkan untuk tanah pertanian sawah sedangkan sisanya untuk tanah kering yang merupakan bangunan dan fasilitas-fasilitas lainnya.

39 Ibid. h 5.

30

b. Keadaan Penduduk Desa Sekotong Barat 1) Jumlah Penduduk

Desa Sekotong Barat mempunyai jumlah penduduk 8.781 jiwa yang terdiri dari 4.055 Laki-laki dan 4.736 Perempuan yang tersebar dalam 10 Dusun dan 1 Dusun persiapan dengan princian sebagai berikut:40

TABEL I

JUMLAH PENDUDUK

NO Nama Dusun Jumlah Penduduk Laki-

laki

Perempuan KK

1 Medang 936 1002 387

2 Gunung Ketapang

239 326 113

3 Batu Kijuk 490 492 279

4 Tawun 513 548 323

5 Batuleong 289 241 182

6 Pandanan 362 590 366

7 Pengawisan 183 163 104

8 Gili genting 305 280 314

9 Labuan petung 150 200 158

10 Gawah pudak 247 255 163

11 Tembowong 334 339 262

JUMLAH 4.055 4.736 2.651

2) Mata pencaharian penduduk

Desa Sekotong Barat merupakan desa pertanian dan nelayan serta menjadi daerah tujuan pariwisata, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, nelayan ,buruh, pedagang, penambang emas dll.

40 Ibid. h 7.

31

Secara lengkap mata pencaharian penduduk dapat disajikan pada tabel berikut:41

TABEL II

MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DESA SEKOTONG BARAT

No Mata Pencaharian Jumlah Keterangan

1 Petani 1.804

2 Buruh tani 5.428

3 PNS 48

4 Pengerajin 566

5 Pedagang 273

6 Petrnak 94

7 Nelayan 100

8 Para Medis/Perawat 2

9 Emas 280

JUMLAH 7.500

3) Agama dan Keyakinan Penduduk

Agama Islam merupakan agama mayoritas desa Sekotong Barat. Jumlah pemeluk agama Islam sebanyak 8.302. di samping itu juga terdapat agama Hindu sebanyak 471 orang, Budha 3 orang dan Kristen 5 orang. Selain agama dan keyakinan desa Sekotong Barat juga terdiri dari tiga etnis yaitu etnis Sasak 6.931, Bali 496, dan Jawa 17.42

4) Pendidikan Penduduk

Menurut bapak Nursimah pendidikan penduduk desa Sekotong Barat bisa dikatakan sudah maju dan masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya pendidikan bagi generasi penerus yang akan membangun bangsa dan negara. Ini terbukti karena sudah banyak para orang tua yang menyekolahkan anak

41 Ibid. h 8.

42Ibid. h 9.

32

mereka sampai ke perguruan tinggi bahkan ada yang sekolah maupun kuliah di luar daerah.43

Secara jelas jenjang pendidikan penduduk desa Sekotong Barat bisa dilihat pada tabel berikut:

TABEL III

PENDIDIKAN PENDUDUK

No. Jenjang Pendidikan Jumlah

1 Belum sekolah 256 Orang

Usia 7-45 tidak pernah sekolah

305 orang 2 Pernah sekolah SD tapi

tidak tamat

3160 Orang 3 Tamat SD/Sederajat 2213 Orang

4 Tamat SLTP 1500 Orang

5 Tamat SLTA 760 Orang

6 Tamat D1 7 Orang

7 Tamat D2 20 Orang

8 Tamat D3 8 Orang

9 Tamat S1 12 Orang

5) Sarana Prasarana Peribadatan

Adapun sarana prasarana peribadatan di desa Sekotong Barat seperti masjid, mushalla, pura sudah mulai banyak. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini:44

TABEL IV

PRASARANA PERIBADATAN

No Sarana Peribadatan Jumlah

1 Masjid 12

2 Surau/musholla 8

3 Gereja Kristen -

44 Ibid. h 10.

33

4 Gereja katolik -

5 Wihara -

6 Pura 3

Jumlah 23

6) Sarana dan Prasarana Pendidikan

Adapun sarana dan prasarana pendidikan di desa Sekotong Barat dapat kita lihat pada tabel di bawah ini:45

TABEL V

SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN

No Sarana Pendidikan Jumlah

1 SLTA/sederajat -

2 SLTP/sederajat 3

3 SD/sederajat 7

4 TK/PAUD 3

5 TPA 6

Jumlah 17

c. Struktur Pemerintahan Desa Sekotong Barat

Jumlah aparat desa yang ada di Sekotong Barat berjumlah 8 orang yaitu terdiri dari kepala desa, sekdes, dan dibantu oleh Kasi dan Kaur yaitu:

1) Kaur Perencanaan

2) Kaur Tata Usaha dan Umum 3) Kaur Keuangan

4) Kasi Pemerintahan 5) Kasi Kesra

6) Kasi Pelayanan

B. Praktik Jual Beli Borongan Limbah Hasil Pertambangan Emas Di Dusun Medang Sekotong Barat

Desa sekotong barat sebagai letak geografis pengeloalaan limbah emas. Desa sekotong barat yang terdiri dari sepuluh dusun, dan rata-rata semua dusun tempat pengelolaan limbah emas. Letak

45 Ibid. h 10

34

tempatnya tempat pengelolaan limbah emas di sebelah utara jalan sebelah selatan jalan sekitar 8 meter ada sawah dan ke timur sekitar 10 meter ada rumah masyarakat.

Praktik pemborongan hasil limbah emas ini terjadi di Dusun Medang Desa Sekotong Barat terjadinya praktik pemborongan limbah yang dilakukan oleh pemilik limbah dengan pemborong. Praktik pemborongan limbah emas ini sudah berjalan 10 tahun dan dimulai pada saat dibuka tambang emas yang berlokasi di sekotong. Dalam praktik pemborongan limbah emas ini, terjadi adanya pembelian limbah secara borongan yang merugikan pihak pembeli dikarenakan ada ketidakjelasan yang didapatkan terkait dengan jumlah limbah yang didapatkan oleh pemborong yang seharusnya jika membeli dengan harga satu juta dengan dijual perkarung tanpa borongan maka mendapatkan lima puluh sampai enam puluh karung. Akan tetapi kalau secara borongan mendapatkan jauh lebih sedikit dari target.

Penentuan penjualan ini dalam praktik pembohongan ini satu lahan limbah emas ini dibayar dua juta namun ketika pemborong mengambil limbah tersebut namun dalam pelaksanaannya terdapat kekurangan dari jumlah jika dijual perkarungnya. Dalam sistem pemborongan ini terjadinya pengurangan jumlah nominal yang didapatkan jika dibandingkan dengan harga dua juta kalau dibeli secara berkarungan. Sehingga dengan terjadi seperti ini mengakibatkan keterpaksaan dan kerugian dari pihak pemborong, minsalnya pemborong limbah .46

1. Sistem Penjualan Hasil Limbah Emas

Penjualan hasil limbah emas ini mulai dilakukan sekitar tahun 2009 atau semenjak adanya tambangan emas di Desa Sekotong Barat kecamatan sekotong kabupaten Lombok barat. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh bapak Mustimah selaku pembeli mengatakan:

”Penjualan hasil limbah emas ini mulai dilakukan sekitar tahun 2009 atau semenjak adanya tambangan emas di Desa

46 “Observasi” Para Pengelola Limbah Emas Pada Hari Sabtu Tanggal 05 Juni 2021. Pukul 09:30.

35

Sekotong Barat maka saat itu pula kami melakukan pembelian limbah emas atau yang biasa kami sebut lumpur.”47

Sistem penjualan dengan cara borongan bukan dilakukan dalam penjualan perkarung sebagaimana biasanya dilakukan dilingkungan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada bapak Baharudin selaku pembeli menjelaskan:

“Dalam pembelian limbah emas yang biasanya kami sebut lumpur dilakukan dengan cara borongan misalnya dari satu tempat pengelolaan (gelondong) kami beli dengan harga Rp. 5.000.000./ satu bak dan bisa mendapatkan seratus karung, biasanya masyarakat menjual perkarung tapi kami melakukan dengan cara borongan”48

Penjualan dalam bentuk borongan ini mempermudah penjual dan pembeli di dalam menentukan harga karena tidak terlalu terfokus kepada jumlah lumpur yang didapatkan dalam bentuk perkarungnya yang sebagaimana masyarakat menjual, dalam hal ini bahwa pembeli lebih dimudahkan pada saat pembayaran tanpa harus menghitung jumlah lumpur yang didapatkan. Hal ini juga disampaikan oleh pembeli yang lain sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada bapak Haris mengatakan:

“Pembelian secara borongan ini karena tidak mungkin kami beli cuma sepuluh karung saja pasti penjual juga tidak menerima oleh karena itu juaal beli secara borongan ini justru lebih tepat dan lebih mudah bagi kami”49

47 Mustimah, Pembeli di Desa sekotong Barat, Wawancara oleh Peneliti, 03 Desember 2021.

48 Baharudin, Pembeli di Desa sekotong Barat, Wawancara oleh Peneliti, 03 Desember 2021.

49 Haris, Pembeli di Desa sekotong Barat, Wawancara oleh Peneliti, 03 Desember 2021.

36

Adapun tanggapan dari pihak penjual terkait dengan sistem penjualan dengan cara borongan ini, sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada bapak Arpan selaku penjual menjelaskan :

“Penjualan puyak (limbah) dengan cara borongan ini lebih memudahkan kepada kami terutama kami tidak capek untuk beli karung dan tidak menguras tenaga kami untuk mengisi karung karena kalok borongan semuanya sudah disediakan oleh pembeli sehingga kami lebih hemat biaya dan tenaga”50

Berdasarkan penjelasan dari penjual di atas bahwa sistem penjualan limbah yang dilakukan dengan cara borongan ini sedikit tidak menemukan kemudahan bagi penjual sebagai berikut:

a. Penjualan dengan borongan ini menghemat biaya bagi penjual karena tidak membeli karung sekisaran Rp. 25.000.

b. Penjualan dengan borongan ini menghemat tenaga dari penjual untuk memasukan limbah kekarung.

Sistem jual beli borongan ini juga akan memudahkan pihak pembeli maupun pihak penjual di dalam menentukan harga limbah tanpa harus menghitung jumlah limbah yang akan diperjual belikan. Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada bapak Adi selaku pembeli mengatakan:

“Kalok kita membeli limbah dengan cara borongan ini lebih mempermudah untuk menawar harga kepada penjual dan pihak penjul bisa mengambil penjualan dengan harga yang sudah ditentukan”51

Dalam sistem pemborongan limbah ini tentu lebih memudahkan kepada kedua belah pihak di dalam melaksanakan

50 Arpan, Penjual di Desa Sekotong Barat, Wawancara oleh Peneliti, 03 Desember 2021.

51 Adi, Pembeli Di Desa Sekotong Barat, Wawancara oleh peneliti, 03 Desember 2021.

Dokumen terkait