• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskriptif Teori

8. Kajian Konsep

Sistem gerak manusia terdiri dari dua unsur yaitu tulang dan otot.

Keduanya merupakan organ yang paling banyak mengisi tubuh manusia.

Sedangkan otot merupakan alat untuk menggerakan bagian-bagian tubuh seperti sendi, organ tubuh, ataupun khusus untuk memompa jantung. Tulang dan otot memiliki struktur yang saling berhubungan, keduanya memiliki serat kolagen yang merupakan serabut yang sangat kuat (Sarwadi & Erfanto, 2014).

a. Rangka

Rangka apendikuler merupakan kelompok tulang yang menyusun anggota gerak atas dan bawah, terdiri atas 126 ruas tulang. Sedangkan rangka aksial merupakan kelompok tulang yang terletak di sumbu tubuh, yaitu pada tulang tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk dan tulang dada, terdiri dari 80 tulang (Setiadi, 2016).

Rangka aksial terdiri dari tulang kepala (tengkorak), tulang dad dan tulang iga, dan vertebrata toraklis. Sedangkan rangka apendikuler terdiri

26

atas tulang pelvis atau gelang panggul, tulang anggota gerak atas, dan tulang anggota gerak bawah (Sarwadi & Erfanto, 2014).

b. Tulang

Menurut Sarwadi & Erfanto (2014), tulang dibentuk oleh jaringan utama yang terdiri dari kalsium dan sifatnya kaku. Berdasarkan struktur di dalamnya, tulang dibedakan menjadi dua bagian yaitu tulang rawan dan tulang keras.

1) Tulang rawan, tulang rawan hanya mengandung sedikit zat kapur sehingga lebih lunak.Biasanya terdapat pada bayi dan bagian-bagian tertentu kerangka manusia.

2) Tulang keras, merupakan bagian utama pada kerangka dewasa. Susunannya terdiri dari sedikit sel dan matriksnya diperkuat dengan zat kapur sehingga kuat dank eras. Rongga di dalam tulang berisi sumsum tulang yang terdiri dari dua macam, yaitu sumsum kering dan sumsum merah. Berdasarkan strukturnya tulang keras dibedakan menjadi tulang kompak (padat) dan tulang spons.

Berdasarkan bentuknya, tulang dibedakan menjadi :

1) Tulang pipih, bagian dalamnya berisi sumsum merah yang berfungsi dalam pembentukan darah merah.

2) Tulang pipa, bagian dalamnya berisi sumsum kering karena banyak mengandung lemak.

3) Tulang tak beraturan, bagian dalamnya berisi sumsum merah yang berfungsi dalam pembentukan darah merah.

27 c. Persendian

Menurut Setiadi (2016), persendian adalah pertemuan 2 buah tulang atau beberapa tulang kerangka. Suatu persendian terjadi yang bergantung pada sambungannya. Klasifikasi persendian secara structural terbagi menjadi:

1) Persendian fibrosa, yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan ikat fibrosa.

2) Persendian kartilago, yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan kartilago.

3) Persendian sinovial, yaitu persendian yang memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan kapsul dan ligament artikular yang membungkusnya.

Klasifikasi persendian menurut fungsinya terbagi menjadi:

1) Sendi sinartrosis, merupakan persendian yang tidak memungkinkan adanya pergerakan. Persendian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu sinartrosis sinkondrosis dan sinartrosis sifibirosis.

2) Sendi amfiatrosis, adalah sendi yang memungkinkan gerakan terbatas sebagai respon terhadap torsi dan kompresi. Sendi jenis ini antara lain simfisis, sindesmosis, dan gomposis.

3) Sendi diatrosis, disebut juga sendi sinovial. Terdiri dari sendi sferoidal, sendi engsel, sendi kisar, sendi kondiloid, sendi konkaf, sendi pelana dan sendi peluru.

d. Otot

Menurut Sarwadi & Erfanto (2014), otot merupakan sebuah jaringan yang memilki tugas berkontraksi, yaitu menggerakan bagian tubuh. Baik yang

28

disadari maupun yang tidak disadari. Secara garis besar otot dibagi menjadi tiga golongan yang memiliki kemampuan berbeda yaitu :

1) Otot rangka (otot lurik), sebagian besar otot tubuh ini melekat pada kerangka dan dapat bergerak secara aktif , sehingga dapat menggerakkan bagian bagian kerangka dalam suatu letak tertentu. Otot ini berfungsi untuk menggerakkan seluruh tubuh kita .

2) Otot polos, disebut otot polos karena protoplasmanya licin dan tidak memiliki garis garis melintang. Otot ini strukturnya berbentuk serabut panjang seperti kumparan dengan ujung runcing dan inti berjumlah 1 terletak di tengah atau berbentuk seperti butiran beras.

3) Otot jantung, otot jantung memiliki gambaran mikroskopis mirip dengan otot lurik , bergaris melintang. Otot ini memiliki miofibril khas yang mengandung filament aktin dan miofin yang terdapat pada otot rangka .

e. Kelainan pada Sistem Gerak

Menurut Sarwadi & Erfanto (2014), kelainan pada sistem gerak dapat menimbulkan rasa sakit seperti berikut:

1) Kifosis, yaitu suatu gangguan pada tulang belakang dimana tulang belakang melengkung ke depan sehingga mengakibatkan penderita terlihat bongkok.

2) Lordosis, yaitu suatu gangguan pada tulang belakang yang melengkung ke belakang sehingga mengakibatkan penderita terlihat bongkok ke belakang.

3) Skoliosis, yaitu suatu gangguan pada tulang belakang dimana tulang belakang melengkung ke samping baik ke kiri maupun ke kanan.

29

4) Sublubrikal, yaitu kelainan pada tulang belakang, tepatnya pada bagian leher yang mengakibatkan kepala penderita gangguan tersebut berubah ke kiri atau ke kanan.

B. Kerangka Berpikir

Hasil observasi menunjukan bahwa, selama proses pembelajaran berlangsung guru hanya menggunakan media pembelajaran yang monoton dalam proses pembelajaran seperti buku paket dan papan tulis sehingga siswa SMA Negeri 2 Gowa kelas XI merasa bosan dan kurang tertarik mengikuti proses pembelajaran. Hal ini ditunjukan dengan adanya siswa yang tidak memperhatikan guru saat menjelasakan seperti bermain dan berbicara dengan teman sebangkunya.

Siswa juga mengalami kesulitan dalam memahami materi, salah satunya pada materi sistem gerak.

Permasalahan dalam proses pembelajaran tersebut tentu akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan bersama guru biologi kelas XI SMA Negeri 2 Gowa bahwa hasil dan mutu belajar siswa kelas XI rendah dan masih ada yang tidak mencapai nilai KKM yang telah diterapkan.

Solusi yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran yang menarik dan mudah digunakan seperti mobile learning berbasis Android. Mobile learning merupakan media yang tepat untuk digunakan oleh siswa karena dapat digunakan di manapun dan kapanpun sehingga siswa dapat belajar di sekolah maupun di luar sekolah. Aplikasi yang digunakan pada mobile learning berbasis Android dapat menginovasi suasana

30

kelas dalam proses belajar karena akan disajikan materi, gambar, dan video pembelajaran yang menarik sehingga siswa tidak merasa bosan dalam belajar serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mempelajari materi sistem gerak.

Berdasarkan uraian di atas, kerangka fikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.1 Kerangka Fikir Pembelajaran Biologi

Penggunaan Media Mobile Learning

Mendorong siswa belajar aktif Meningkatkan hasil belajar siswa

Aktivitas Hasil

Siswa aktif

≥75 1. KKM ≥75

2. Ketuntasan belajar ≥75

Media Mobile Learning memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa

diterapkan

Keunggulan

Dampak

Tercapai

Kesimpulan

31 C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori-teori yang melandasi objek kajian penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh media pembelajaran mobile learning berbasis Android terhadap hasil belajar siswa kelas IX MIPA SMA Negeri 2 Gowa pada materi sistem gerak

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian 1. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasi experiment. Quasi experiment ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu pretest-posttest control group design. Sebelum proses pembelajaran dilakukan pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Kemudian, dilakukan penelitian dengan memberikan perlakuan yang berbeda, yaitu pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan media mobile learning dengan metode pembelajaran discovery based learning sedangkan pada kelompok kontrol hanya diberikan pembelajaran secara konvensional oleh guru mata pelajaran biologi. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok dilakukan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa. Setelah data didapatkan, kemudian dianalisa untuk mengetahui apakah mobile learning berbasis android berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Adapun desain penelitian menurut Sugiyono (2017), seperti pada tabel 3.1 berikut:

33

Tabel 3.1 Desain Penelitian

R O1 X O2

R O3 - O4

Keterangan :

R : Kelompok eksperimen dan kontrol diambil secara random.

O1 : Pretest yang diberikan kepada kelas eksperimen O2 : Posttest yang diberikan kepada kelas eksperimen O3 : Pretest yang diberikan kepada kelas kontrol O4 : Posttest yang diberikan kepada kelas kontrol X : Perlakuan pada kelompok eksperimen

3. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini ada media mobile learning berbasis Android, sedangkan variabel terikatknya adalah hasil belajar biologi siswa pada materi sistem gerak.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Gowa yang berlokasi di Jalan Pendidikan Limbung Kabupaten Gowa. Penelitian ini telah dilakukan pada semester ganjil pada bulan September - Oktober 2019.

34 5. Prosedur Penelitian

a. Tahap Observasi

Pada tahap ini kegiatan yang telah dilakukan adalah mengamati atau melakukan observasi di SMA Negeri 2 Gowa terkait apa yang menjadi pokok permasalahan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.

b. Tahap Persiapan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah:

1) Perancangan penelitian

2) Pembuatan media pembelajaran mobile learning berbasis Android dan instrumen penelitian

3) Validasi media pembelajaran mobile learning berbasis Android dan instrumen penelitian

c. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini kegiatan yang telah dilakukan oleh peneliti adalah:

1) Melakukan pretest pada kedua kelas yang ditentukan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa.

2) Penggunaan media pembelajaran mobile learning berbasis Android pada kelas eksperimen yang telah ditentukan.

3) Melakukan posttest setelah proses pembelajaran pada materi sistem gerak telah selesai untuk mengetahui kemampuan akhir setelah penggunaan media pembelajaran mobile learning berbasis Android.

Adapun langkah-langkah proses pembelajaran yang akan dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 Berikut:

35

Tabel 3.2 Interaksi Metode Discovery Based Learning dengan Media Mobile Learning

No. Sintaks Metode Discovery Based Learning

Interaksi Metode Discovery Based Learning dengan Media Mobile Learning 1. Stimulation Guru menyarankan siswa untuk membuka

menu materi dan mengamati gambar pada media mobile learning.

2. Problem statement Guru menyarankan siswa membuka menu LKS pada media mobile learning 2 Data collection Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok

dan mengarahkan siswa untuk membuka menu materi pada aplikasi mobile learning

untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan.

3 Data procesing Jawaban yang telah ditemukan pada menu materi aplikasi mobile learning, guru

mengarahkan siswa untuk mencatat jawaban tersebut.

4 Verification Setelah jawaban telah ditemukan, perwakilan dari setiap kelompok maju untuk membacakan hasil yang didapatkan.

5 Generalization Dengan bantuan guru, siswa menarik kesimpulan dari hasil yang didapatkan.

d. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis dan mengolah data yang telah dikumpulkan dari hasil pretest dan posttest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

e. Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menyusun dan melaporkan hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

36 B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 2 Gowa sebanyak 306 orang yang terdiri dari 9 rombongan belajar.

Tabel 3.3 Jumlah Populasi Kelas XI SMA Negeri 2 Gowa

Rombongan Belajar (Rombel) Jumlah Siswa (orang)

IX MIPA 1 34

IX MIPA 2 34

IX MIPA 3 34

IX MIPA 4 34

IX MIPA 5 34

IX MIPA 6 34

IX MIPA 7 34

IX MIPA 8 34

IX MIPA 9 34

Sumber: (Tata Usaha SMA Negeri 2 Gowa, 2019).

2. Sampel

Teknik penarikan sampel menggunakan teknik simple random sampling, dimana pada teknik ini pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu yang artinya setiap kelas berpeluang untuk mendapatkan perlakuan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 2 Gowa Kabupaten Gowa kelas XI MIPA 2 yang berjumlah 34 orang sebagai kelas kontrol dan kelas XI MIPA 4 yang berjumlah 34 orang sebagai kelas eksperimen.

37 C. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Media mobile learning (M-Learning) adalah sebuah media pembelajaran yang berupa aplikasi pada smarthphone yang dapat digunakan sebagai alat bantu siswa dalam belajar sehingga materi pembelajaran dapat tersamapaikan secara efektif. Mobile learning dapat digunakan kapanpun dan dimanapun.

2. Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa setelah mempelajari materi pelajaran dan dinyatakan dalam bentuk skor. Hasil belajar pada penelitian ini difokuskan pada aspek kognitif siswa.

D. Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes. Tes berupa pilihan ganda yang berjumlah 30 nomor dan disusun berdasarkan indikator ketercapaian hasil belajar siswa. Instrumen tes pada penelitian ini menggunakan tes objektif meliputi mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4), mensintesis (C5), dan mengevaluasi (C6). Pada tes ini diberikan kepada siswa saat pelaksanaan pretest dan posttest. Namun sebelum tes diuji cobakan, perlu dilakukan kalibirasi instrument berupa uji validitas instrumen tes, uji reliabilitas instrumen tes, indeks kesukaran instrumen tes, dan daya pembeda instrument tes.

38 E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini dengan cara tes berupa pretest dan posttest. Pretest dilakukan untuk mengukur kemampuan awal siswa sedangkan posttest dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan media pembelajaran mobile learning berbasis Android pada aspek kognitif sebelum dan setelah perlakuan.

F. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari kelas kontrol dan kelas eksperimen kemudian diolah untuk dapat mengetahui adanya pengaruh penggunaan media pembelajaran mobile learning berbasis Android terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem gerak. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial.

1. Teknik Analisis Data Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif berusaha untuk menggambarkan berbagai karakteristik data yang berasal suatu sampel Sujarweni (2014). Pada teknik analisis ini hanya mendeskripsikan kondisi dari data yang sudah ada dan menyajikannya dalam bentuk tabel, diagram grafik dan bentuk lainnya yang disajikan dalam uraian-uraian singkat dan terbatas.

Pada teknik analisis data ini, data yang dianalisis adalah hasil belajar siswa yang terlebih dahulu akan dibandingkan dengan interval nilai dan predikat untuk KKM 75 seperti pada tabel berikut:

39

Tabel 3.4 Interval Nilai dan Predikat untuk KKM 75 Interval Nilai Predikat Keterangan

93-100 A Sangat Baik

84-92 B Baik

75-83 C Cukup

<75 D Kurang

Sumber: (Kemendikbud, 2017).

2. Teknik Analisis Data Statistik Inferensial

Statistik inferensial berusaha membuat berbagai inferensi terhadap sekumpulan data yang berasal dari suatu sampel Sujarweni (2014). Pada teknik analisis statistik inferensial menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 24.0. Uji yang dilakukan yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis.

a. Uji Normalitas

Data dari setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal.

Oleh karena itu, perlu dilakukan uji normalitas sebagai syarat untuk dapat melakukan uji hipotesis. Uji normalitas dilakukan menggunakan bantuan software SPSS versi 24.0.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas penelitian (eksperimen dan kontrol) mempunyai varians yang homogen atau tidak.

Uji homogenitas varians dua buah variabel dapat dilakukan dengan Uji Levene pada software SPSS versi 24.0.

40 c. Uji Normalitas Gain (N-Gain)

Uji normalitas gain bertujuan untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan siswa setelah proses belajar. Adapun kategorisasi untuk nilai N-Gain dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5 Kategori Nilai Uji Normalitas Gain

Skor N-Gain Kategori

Nilai G ≥ 0,70 Tinggi 0,30 ≤ Nilai G ≤ 0,70 Sedang

0,00 < Nilai G < 0,30 Rendah

Sumber : (Hake, R. dalam Nurfadilah 2015).

d. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan cara melakukan perhitungan sehingga setiap rumusan masalah dapat ditemukan jawabannya secara kuantitatif (Sugiyono, 2017). Uji Perhitungan uji hipotesis menggunakan uji t (independet- sample t test) pada nilai normalitas gain (N-Gain) untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media mobile learning berbasis Android terhadap hasil belajar siswa dengan bantuan software SPSS versi 24.0.

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Peneltian

Penelitian ini telah dilakukan di SMA Negeri 2 Gowa, Kabupaten Gowa dengan populasi adalah seluruh siswa kelas XI pada bulan September-Oktober 2019. Sebelum proses pembelajaran dilakukan pretest (Lampiran A5) untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Kemudian, dilakukan penelitian dengan memberikan perlakuan yang berbeda, yaitu pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan media mobile learning dengan metode pembelajaran discovery based learning sedangkan pada kelompok kontrol hanya diberikan pembelajaran secara konvensional oleh guru mata pelajaran biologi. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok dilakukan posttest (Lampiran A6) untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 2 Gowa, maka diperoleh data-data yang telah didapatkan melalui instrumen tes sebanyak 30 nomor untuk mengetahui hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan lembar aktivitas siswa untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Terdapat dua macam hasil analisis yang disajikan yaitu hasil analisis statistik deskriptif dan hasil analisis inferensial. Uraian dari masing-masing deskripsi hasil analisis sebagai berikut:

42 a. Analisis Statistik Deskriptif

a. Deskripsi Hasil Belajar Biologi Siswa Sebelum diberikan Perlakuan (Pretest)

Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan pada siswa sebelum dilakukan perlakuan yang dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol SMA Negeri 2 Gowa, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Statistik Hasil Belajar Biologi Siswa Sebelum diberikan Perlakuan (Pretest)

Statistik Nilai Pretest

Eksperimen Kontrol

Ukuran Sampel 34 34

Rata-Rata 35,85 37,68

Median 37 37

Modus 33 37

Nilai Tertinggi 47 63

Nilai Terendah 23 20

Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa sampel pada kelas eksperimen maupun kontrol adalah 34. Rata-rata (mean) pada kelas eksperimen adalah 35,85 dan pada kelas kontrol adalah 37,68, median pada kelas eksperimen dan kontrol adalah 37, modus pada kelas eksperimen adalah 33 dan pada kelas kontrol adalah 37, nilai tertinggi adalah pada kelas eksperimen adalah 47 dan pada kelas kontrol adalah 63, nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 23 dan pada kelas kontrol adalah 20. Hal ini menunjukan bahwa pada kelas eksperimen terdapat sekitar 47%

siswa memperoleh nilai di bawah rata-rata sedangkan pada kelas kontrol terdapat sekitar 35% siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata.

Apabila nilai hasil pretest siswa kelas eksperimen dan kontrol dikelompokkan ke dalam kategori interval nilai dan predikat untuk KKM 75,

43

maka diperoleh distribusi dan frekuensi hasil belajar pretest seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Nilai Hasil Belajar Biologi Sebelum diberikan perlakuan (Pretest)

No Interval Kategori Hasil Belajar

Frekuensi (Orang) Persentase (%) Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

1 93-100 Sangat Baik - - - -

2 84-92 Baik - - - -

3 75-83 Cukup - - - -

4 <75 Kurang 34 34 100 100

Jumlah 34 34 100 100

Adapun diagram kategori hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan interval KKM 75 disajikan dalam Gambar berikut:

Gambar 4.1 Diagram Kategori Hasil Pretest kelas Eksperimen dan kontrol Berdasarkan Interval KKM 75

0 5 10 15 20 25 30 35

Sangat Baik Baik Cukup Kurang

Frekuensi

Kategori

Pretest

Eksperimen Kontrol

44

Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa hasil belajar sebelum dilakukan perlakuan (pretest) pada kelas eksperimen dan kontrol sebanyak 34 orang atau 100% berada pada interval di bawah 75. Melihat hasil persentasi yang didapatkan maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan perlakuan masih tergolong kurang. Apabila nilai postest pada tabel 4.2 dikaitkan dengan indikator kriteria kelulusan maka dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Sebelum diberikan Perlakuan (Pretest)

Nilai Kategori Frekuensi (Orang) Persentase (%) Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

0-74 Tidak Tuntas 34 34 100 100

75-100 Tuntas - - - -

Jumlah 34 34 100 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kontrol jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 34 orang atau sebanyak 100% dan jumlah siswa yang tuntas adalah tidak ada. Siswa dapt dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai ketuntasan 75.

b. Deskripsi Hasil Belajar Biologi Siswa Setelah diberikan Perlakuan (Posttest)

Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan pada siswa setelah dilakukan perlakuan pada kelas eksperimen dan kontrol SMA Negeri 2 Gowa, dapat dilihat pada tabel berikut:

45

Tabel 4.4 Statistik Hasil Belajar Biologi Siswa Setelah diberikan Perlakuan (Postetest)

Statistik Nilai Posttest

Eksperimen Kontrol

Ukuran Sampel 34 34

Rata-Rata 76,18 62,21

Median 77 63

Modus 87 57

Nilai Tertinggi 90 80

Nilai Terendah 53 43

Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa sampel pada kelas eksperimen dan kontrol adalah 34. Rata-rata (mean) pada kelas eksperimen adalah 76,18 dan pada kelas kontrol adalah 62,21, median pada kelas eksperimen adalah 77 dan pada kelas kontrol adalah 63, modus pada kelas eksperimen adalah 87 dan pada kelas kontrol adalah 57, nilai tertinggi pada kelas eksperimen adalah 90 dan pada kelas kontrol adalah 83, nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 53 dan pada kelas kontrol adalah 43.

Apabila nilai hasil posttest siswa kelas eksperimen dan kontrol dikelompokkan ke dalam kategori interval nilai dan predikat untuk KKM 75, maka diperoleh distribusi dan frekuensi hasil belajar posttest seperti pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Nilai Hasil Belajar Biologi Setelah diberikan Perlakuan (Posttest)

No Interval Kategori Hasil Belajar

Frekuensi (orang) Persentase (%) Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

1 93-100 Sangat Baik - - - -

2 84-92 Baik 9 - 26 -

3 75-83 Cukup 12 6 35 12

4 <75 Kurang 13 28 39 82

Jumlah 34 34 100 100

46

Adapun diagram kategori hasil posttest kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan interval KKM 75 disajikan dalam Gambar berikut:

Gambar 4.2 Diagram Kategori Hasil Posttest kelas Eksperimen dan kontrol Berdasarkan Interval KKM 75

Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa hasil belajar setelah dilakukan perlakuan (posttest) pada kelas ekperimen dan kontrol siswa yang berada pada kategori sangat baik pada kelas eksperimen dan kontrol tidak ada, siswa yang berada pada kategori baik pada kelas eksperimen adalah 9 orang atau 26% dan pada kelas kontrol tidak ada, siswa yang berada pada kategori cukup pada kelas eksperimen sebanyak adalah 12 orang atau 35% dan pada kelas kontrol adalah 6 orang atau 12%, dan siswa yang berada pada kategori kurang adalah pada kelas eksperimen 13 orang atau 39% dan pada kelas kontrol adalah 28 orang atau 82%. Apabila nilai postest pada tabel 4.5 dikaitkan dengan indikator kriteria kelulusan maka dapat dilihat pada tabel berikut:

0 5 10 15 20 25 30

Sangat Baik Baik Cukup Kurang

Frekuensi

Kategori

Posttest

Eksperimen Kontrol

Dokumen terkait